Kisah kelahiran Sang Buddha pun diwarnai
beberapa versi. Versi pertama lebih mendekati
legenda daripada versi sejarah. Versi legenda
kelahiran Sang Buddha menyatakan bahwa
Beliau lahir dalam keadaan berdiri dan
berjalan tujuh langkah dan setiap jejak
langkahnya memunculkan bunga teratai.
Bahkan lebih lanjut legendanya menceritakan
bahwa setelah Beliau berjalan tujuh langkah,
Beliau berkata, "
"Akulah yang terluhur di dunia
ini! Akulah yang teragung di dunia ini!
Akulah yang termulia di dunia ini! Inilah
kelahiranKu yang terakhir! Tak ada lagi kelahiran kembali bagiKu!"
benarkah kisah ini hanya dilebihkan oleh org yg mengarangnya ? padahal tidak terjadi demikian ?
kok jadi aneh gw yah ....terguncang ;D
ada pertanyaan lg nih...
dikatakan disana bahwa Sidharta adalah seorg Bodhisatva.
kenapa Beliau masih melakukan hubungan sex sehingga melahirkan Rahula ?
apakah ini rekayasa juga ?
tolong dijelaskan bagi yg tahu yah ....
ga pakai kayanya ....atau sepertinya _/\_
Quote from: asbak on 14 February 2008, 12:57:19 PM
Kisah kelahiran Sang Buddha pun diwarnai
beberapa versi. Versi pertama lebih mendekati
legenda daripada versi sejarah. Versi legenda
kelahiran Sang Buddha menyatakan bahwa
Beliau lahir dalam keadaan berdiri dan
berjalan tujuh langkah dan setiap jejak
langkahnya memunculkan bunga teratai.
Bahkan lebih lanjut legendanya menceritakan
bahwa setelah Beliau berjalan tujuh langkah,
Beliau berkata, "
"Akulah yang terluhur di dunia
ini! Akulah yang teragung di dunia ini!
Akulah yang termulia di dunia ini! Inilah
kelahiranKu yang terakhir! Tak ada lagi kelahiran kembali bagiKu!"
benarkah kisah ini hanya dilebihkan oleh org yg mengarangnya ? padahal tidak terjadi demikian ?
kok jadi aneh gw yah ....terguncang ;D
Kalo Buddhist bule banyak yang beranggapan ini tambahan belakangan.
Quote from: asbak on 14 February 2008, 01:05:11 PM
ada pertanyaan lg nih...
dikatakan disana bahwa Sidharta adalah seorg Bodhisatva.
kenapa Beliau masih melakukan hubungan sex sehingga melahirkan Rahula ?
apakah ini rekayasa juga ?
tolong dijelaskan bagi yg tahu yah ....
ga pakai kayanya ....atau sepertinya _/\_
Bodhisattva itu bukan tuhan, bukan orang suci. Dia masih punya kekotoran batin, masih bisa membunuh, mencuri, melakukan hubungan seks, pantas maupun tidak pantas, dll. Dia masih penghuni samsara. Kalau di cerita Jataka, dari 5 sila, yang gak pernah dilanggar cuma sila keempat.
Quote from: karuna_murti on 14 February 2008, 01:55:01 PM
Quote from: asbak on 14 February 2008, 12:57:19 PM
Kisah kelahiran Sang Buddha pun diwarnai
beberapa versi. Versi pertama lebih mendekati
legenda daripada versi sejarah. Versi legenda
kelahiran Sang Buddha menyatakan bahwa
Beliau lahir dalam keadaan berdiri dan
berjalan tujuh langkah dan setiap jejak
langkahnya memunculkan bunga teratai.
Bahkan lebih lanjut legendanya menceritakan
bahwa setelah Beliau berjalan tujuh langkah,
Beliau berkata, "
"Akulah yang terluhur di dunia
ini! Akulah yang teragung di dunia ini!
Akulah yang termulia di dunia ini! Inilah
kelahiranKu yang terakhir! Tak ada lagi kelahiran kembali bagiKu!"
benarkah kisah ini hanya dilebihkan oleh org yg mengarangnya ? padahal tidak terjadi demikian ?
kok jadi aneh gw yah ....terguncang ;D
Kalo Buddhist bule banyak yang beranggapan ini tambahan belakangan.
Quote from: asbak on 14 February 2008, 01:05:11 PM
ada pertanyaan lg nih...
dikatakan disana bahwa Sidharta adalah seorg Bodhisatva.
kenapa Beliau masih melakukan hubungan sex sehingga melahirkan Rahula ?
apakah ini rekayasa juga ?
tolong dijelaskan bagi yg tahu yah ....
ga pakai kayanya ....atau sepertinya _/\_
Bodhisattva itu bukan tuhan, bukan orang suci. Dia masih punya kekotoran batin, masih bisa membunuh, mencuri, melakukan hubungan seks, pantas maupun tidak pantas, dll. Dia masih penghuni samsara. Kalau di cerita Jataka, dari 5 sila, yang gak pernah dilanggar cuma sila keempat.
[/b]
yg gue tebalkan yah .
benarkah bodhisatva bukan mahkluk suci ?
kalau gitu tidak mungkin seorg pangeran Sidharta bisa mencapai kebuddhan dalam kurun waktu yg singkat...
Memang gak mungkin menjadi Sammasambuddha dalam waktu singkat. Dia jadi Bodhisattva selama 4 asankheyya dan 100.000 kappa. Bahkan berkeinginan menjadi seorang Sammasambuddha lebih lama lagi, 20 asankheyya dan 300.000 kappa. Kehidupan sebagai pangeran cuma tinggal sisa-sisa, karena parami untuk menjadi Sammasambuddha sudah dilengkapi pada kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Mungkin cita-cita Bodhisattva lebih "baik" dari seorang yang hanya ingin mencapai pembebasan belaka, akan tetapi ditilik dari tingkat kesuciannya seorang Sottapana masih lebih baik dari Bodhsattva yang masih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
Quote from: karuna_murti on 14 February 2008, 02:19:40 PM
Memang gak mungkin menjadi Sammasambuddha dalam waktu singkat. Dia jadi Bodhisattva selama 4 asankheyya dan 100.000 kappa. Bahkan berkeinginan menjadi seorang Sammasambuddha lebih lama lagi, 20 asankheyya dan 300.000 kappa. Kehidupan sebagai pangeran cuma tinggal sisa-sisa, karena parami untuk menjadi Sammasambuddha sudah dilengkapi pada kehidupan-kehidupan sebelumnya.
Mungkin cita-cita Bodhisattva lebih "baik" dari seorang yang hanya ingin mencapai pembebasan belaka, akan tetapi ditilik dari tingkat kesuciannya seorang Sottapana masih lebih baik dari Bodhsattva yang masih belum mencapai tingkat-tingkat kesucian.
ini yg menjadi pertanyaan gw, selama P. Sidharta melaksanakan sila begitu lama, kenapa masih terikat hal duniawi yakni melakukan hub biologis
Yang perlu diingat saat di menjadi Pangeran Siddartha, Ia tidak ingat mengenai kelahiran dulunya dan juga tidak tau dia adalah bodhisatva, jadi hanya mengikuti tradisi hub biologis utk punya anak. Tetapi dengan sendirinya Dia memiliki kejenuhan dan kejijikan terhadap rangsangan sex itu sendiri, ketika Beliau melihat penari2 itu tidur berserakan. Disinilah perbedaan antara batin manusia biasa dan batin seorang Bodhisatva .
Selama avijja masih ada, kapanpun kilesa bisa muncul.
_/\_
Quote from: bond on 14 February 2008, 02:38:56 PM
Yang perlu diingat saat di menjadi Pangeran Siddartha, Ia tidak ingat mengenai kelahiran dulunya dan juga tidak tau dia adalah bodhisatva, jadi hanya mengikuti tradisi hub biologis utk punya anak. Tetapi dengan sendirinya Dia memiliki kejenuhan dan kejijikan terhadap rangsangan sex itu sendiri, ketika Beliau melihat penari2 itu tidur berserakan. Disinilah perbedaan antara batin manusia biasa dan batin seorang Bodhisatva .
Selama avijja masih ada, kapanpun kilesa bisa muncul.
_/\_
menurut pandangan gw, kalau Beliau tidak ingat masa lalunya. kok bisa ya Dia meditsi waktu kecil tanpa bimbingan seorg guru atau baca buku ttg meditasi _/\_
Quote from: asbak on 14 February 2008, 02:55:46 PM
Quote from: bond on 14 February 2008, 02:38:56 PM
Yang perlu diingat saat di menjadi Pangeran Siddartha, Ia tidak ingat mengenai kelahiran dulunya dan juga tidak tau dia adalah bodhisatva, jadi hanya mengikuti tradisi hub biologis utk punya anak. Tetapi dengan sendirinya Dia memiliki kejenuhan dan kejijikan terhadap rangsangan sex itu sendiri, ketika Beliau melihat penari2 itu tidur berserakan. Disinilah perbedaan antara batin manusia biasa dan batin seorang Bodhisatva .
Selama avijja masih ada, kapanpun kilesa bisa muncul.
_/\_
menurut pandangan gw, kalau Beliau tidak ingat masa lalunya. kok bisa ya Dia meditsi waktu kecil tanpa bimbingan seorg guru atau baca buku ttg meditasi _/\_
Sama halnya kalau asbak liat ada seseorang dari kecil tiba2 punya iddhi, misalnya lihat hantu atau bisa lihat masa depan, atau yg disebut indigo. Nah ini dari mana?
Jawabanya, karena dimasa lampau mereka pernah mempraktekan meditasi2 yg menghasilkan iddhi(kekuatan gaib) dan sekarang buah kammanya juga masih muncul pada saat ini walaupun mereka ada yg ingat dan ada juga yg tidak ingat kehidupan lalunya, atau bahasa sederhananya bakat alami .
Demikian halnya Pangeran Siddharta bisa melakukan meditasi waktu masih kecil, karena buah kamma masa lalu dia, yg melakukan banyak parami2 dan latihan meditasi sebagai bodhisatta di kehidupan lalunya.
_/\_
_/\_
oh...gitu...
tq atas pengajaranya :lotus:
kalau bisa melihat peta sih sepertinya bukan iddhi. Mungkin "frekwensi"nya yg mendekati saja. Walaupun yang punya iddhi juga bisa melihat alam peta. tapi bisa melihat alam peta bukan selalu punya iddhi sih.
bagaimana menurut teman2 sini, apakah arahat punya ketakutan untuk mati ?
kenapa waktu devadata memabukan gajah liar utk mencelakai sang Buddha para arahat berkaburan ? tinggal ananda sendiri bersama sang Buddha ?
walaupun ott setidaknya masih nyambung dikit.
arahat bukan patung :hammer:
Quote from: sefung on 22 February 2008, 01:26:36 AM
bagaimana menurut teman2 sini, apakah arahat punya ketakutan untuk mati ?
kenapa waktu devadata memabukan gajah liar utk mencelakai sang Buddha para arahat berkaburan ? tinggal ananda sendiri bersama sang Buddha ?
walaupun ott setidaknya masih nyambung dikit.
Sebenarnya para Arahat tidak kabur saat melihat gajah liar tadi. Karena diantara mereka banyak yg sakti ,apalagi hanya menaklukan seekor gajah. Mereka/para Arahat sengaja menyingkir agar Ananda memiliki kesempatan membuat parami yg begitu besar terhadap Sang Buddha ketika ia mencoba melindungi Sang Tathagata. Karena saat itu Ananda masih Sotapanna. Jadi bukan karena para Arahat kabur karena takut mati.
_/\_
Quote from: sefung on 22 February 2008, 01:26:36 AM
bagaimana menurut teman2 sini, apakah arahat punya ketakutan untuk mati ?
kenapa waktu devadata memabukan gajah liar utk mencelakai sang Buddha para arahat berkaburan ? tinggal ananda sendiri bersama sang Buddha ?
walaupun ott setidaknya masih nyambung dikit.
kalau dilihat dari perilaku Buddha & Arahat,
IMO mereka berperilaku sebatas menjadi fungsi bagi yg lain utk menjadi lahan kebaikan.
byk sekali contohnya...
mis, mangkuk dana Buddha, walau tidak menerima dg tangan sebenarnya sangat mudah utk dirinya menciptakan mangkuk tsb, tapi dia memberi kesempatan bagi dewa/brahma utk menciptakan bagi dia.
demikian juga pada saat gajah tsb ingin menabrak Buddha. para Arahat menjalankan fungsinya memberi kesempatan bagi Ananda utk menanam kebaikan seperti kata bond.
hmmm iseng :P
kalau misalnya tidak ada sang buddha atau ananda, tetapi ada gajah yang menyerang ke sekelompok para arahant, apa yang akan dilakukan para arahant tersebut ? ^-^
kalau ada arahat yg memang punya vipaka ditabrak & parinibbana, maka begitulah terjadi...
Quote from: Sumedho on 22 February 2008, 10:15:22 AM
hmmm iseng :P
kalau misalnya tidak ada sang buddha atau ananda, tetapi ada gajah yang menyerang ke sekelompok para arahant, apa yang akan dilakukan para arahant tersebut ? ^-^
Manaketehe, ngak kejadian sih ;D :P
hmm itu kan kalo dari hasilnya kalau dari sisi si arahat, apakah dia menghindar ? diam saja ? akan memberikan yang lain kesempatan ?
maksudnya sih, kalau di kejadian itu tidak ada ananda dan arahat, apakah sang arahat minggir kalau ada gajah mau nyeruduk ? Koq tahu gitu kalau mereka memberikan ananda kesempatan berbuat baik ? bukan menepi/menghindar ?
Ini ada pertanyaan dari anak saya : ;D
Ketika Pangeran Siddarta berumur 7 Tahun (cmiiw), waktu itu ada perayaan membajak. Semua orang turut membajak Tapi Pangeran Siddarta bermeditasi di bawah pohon jambu.
Yg jadi pertanyaan anak saya adalah Mengapa pohon jambu itu selalu membayangi Pangeran Siddarta dan tidak mengikuti proses berjalannya matahari?
Semoga ada yg bisa membantu menjawab pertanyaan ini dan anumodana....
_/\_ :lotus:
menurut saya, mencoba menerangkan suatu mitos yg berbau supernatural, sama saja dengan "mengembangkan imajinasi" membayangkan tokoh2 super hero di komik... saya pikir mitos2 lebih baik dibaca sebagai pengetahuan saja ataupun dipikirkan hikmahnya, ketimbang diimani dan dicari2 penjelasan "logis"nya...
saya teringat kata2 seorang bhikkhu: lebih baik membengkokkan faith untuk sesuai dengan fakta ketimbang membengkokkan fakta supaya sesuai dengan faith...
sampai saat ini faktanya adalah bayangan pohon mengikuti gerak matahari dan bunga teratai perlu waktu berhari2 untuk tumbuh dan mekar ;D
Sebenarnya masih ada beberapa "fenomena alam" yang barangkali tidak masuk akal secara Fisika, antara lain:
1. Bumi bergetar ketika Siddhartha lahir, menjadi Buddha, dan parinibbana.
2. Mangkuk mengalir melawan arus sungai sebelum Siddhartha menjadi Buddha.
3. Tanah terbelah untuk menelan Devadatta, Cinca, dan beberapa orang lain yang telah melakukan akusala garuka kamma.
Barangkali karena kita tidak melihat sendiri, jadi sulit untuk mempercayainya.
Seeing is believing, although seeing can be deceiving.. ^-^
Quote from: morpheus on 22 February 2008, 04:19:59 PM
menurut saya, mencoba menerangkan suatu mitos yg berbau supernatural, sama saja dengan "mengembangkan imajinasi" membayangkan tokoh2 super hero di komik... saya pikir mitos2 lebih baik dibaca sebagai pengetahuan saja ataupun dipikirkan hikmahnya, ketimbang diimani dan dicari2 penjelasan "logis"nya...
saya teringat kata2 seorang bhikkhu: lebih baik membengkokkan faith untuk sesuai dengan fakta ketimbang membengkokkan fakta supaya sesuai dengan faith...
sampai saat ini faktanya adalah bayangan pohon mengikuti gerak matahari dan bunga teratai perlu waktu berhari2 untuk tumbuh dan mekar ;D
Bro Morpheus yang baik....
Anumodana atas penjelasannya...
Anak saya kelas 2 SD dan sudah mendapat pelajaran agama Buddha di sekolahnya. Di dalam Buku agama buddha tsb ada kisah2 ttg sang Buddha dan salah satunya itu ttg perayaan/festival membajak di sawah. Jadi maklum lah...kalo anak saya ingin tahu mengapa pohon jambu itu selalu memayungi/membayangi Pangeran Siddarta dan tidak mengikuti proses matahari?
Mungkin ada teman yg lain yg bisa jelasin?
_/\_ :lotus:
Quote from: Sumedho on 22 February 2008, 02:15:53 PM
hmm itu kan kalo dari hasilnya kalau dari sisi si arahat, apakah dia menghindar ? diam saja ? akan memberikan yang lain kesempatan ?
maksudnya sih, kalau di kejadian itu tidak ada ananda dan arahatbuddha?, apakah sang arahat minggir kalau ada gajah mau nyeruduk ? Koq tahu gitu kalau mereka memberikan ananda kesempatan berbuat baik ? bukan menepi/menghindar ?
ga tau jg...
IMO, arahat akan 'berusaha' menghindar jg deh...
kalau dia biarkan gajah itu membunuh/melukainya kan kasihan si gajah dah buat garuka kamma...
mpok lily, saya mengerti... emang susah juga sih menjelaskan hal2 begitu ke anak2...
saya pikir cerita itu merupakan bagian dari mitos2 india kuno, di mana seluruh alam semesta dan jagad raya seolah2 melindungi dan membantu tokoh2 suci. jadi dalam hal ini pohon jambu tersebut melindungi sang pangeran dari terik panas matahari untuk membantu meditasinya ;D
Setiap agama mungkin ada menambah bumbu cerita agar dapat menarik perhatian geto...
gua ada baca 1 buku seh... katanya Ratu Mahamaya waktu hamil pangeran siddharta Rahimnya transparan...
yang lucunya kok ada yg tau? emank Ratu Mahamaya memamerkan Rahimnya?
kalo transparant, lebih mantep dari USG 4 dimensi yah ^-^
Bisa dibayangin donk, secara baju india kan pajang puser/perut, kalo lagi makan bareng bisa lihat isi rahimnya. Good for appetite :))
Quote from: morpheus on 22 February 2008, 06:17:22 PM
mpok lily, saya mengerti... emang susah juga sih menjelaskan hal2 begitu ke anak2...
saya pikir cerita itu merupakan bagian dari mitos2 india kuno, di mana seluruh alam semesta dan jagad raya seolah2 melindungi dan membantu tokoh2 suci. jadi dalam hal ini pohon jambu tersebut melindungi sang pangeran dari terik panas matahari untuk membantu meditasinya ;D
Anumodana atas penjelasannya...
Itu bukan mitos lho. Sejak meditasi itu, Pangeran Siddharta waktu itu telah mencapai
jhana. Adalah hal yang mungkin bahwa Pohon jambu itu selalu melindungi Pangeran Siddharta dan tidak mengikuti proses berjalannya matahari.
_/\_ :lotus:
*garuk2 pala*
kutuan yah ^-^