Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
baru2 ini ada kejadian yang mirip, temen aye meninggal gara2 kekurangan dana dan ibunya sudah putus harapan sehingga menyingkirkan alat bantu.
Quote from: ryu on 29 May 2010, 06:44:19 PM
baru2 ini ada kejadian yang mirip, temen aye meninggal gara2 kekurangan dana dan ibunya sudah putus harapan sehingga menyingkirkan alat bantu.
Mungkin itu solusi terbaik.
Jika ada yang berpendapat itu adalah pembunuhan, sepertinya tidak begitu tepat, kalo biaya hidup habis, lambat laun yang terbunuh bukan saja yang sakit, tapi keluarganya juga terancam mati kelaparan.
keluarga saya pernah bahas ini. intinya kalo kritis dari pertama gak mau pakai alat bantu.
kalo saya pribadi mengecek kehamilan istri masih normal. jadi ini pribadi gak bisa bahas.
Andai sy yg terbaring sakit sy lebih memilih agar keluarga menyingkirkan alat bantu yg terpasang di tubuh(agar tidak membebani biaya2)
Sy akan lebih menderita jika harus melihat keluarga sy hidupnya menderita dikarenakan krisis materi dibandingkan sakit fisik yg sy alami
(yg hanya sy alami sendiri)
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
tak ada salahnya berusaha untuk menyelamatkan nyawa seseorang,berusaha sampai memang sudah tak ada jalan...
melahirkan anak yang cacad itu bukan sebuah beban,tetapi sebuah kesempatan..
terserah,semuanya hanya teori belaka,yang nyata itu dialami oleh diri sendiri dengan pilihan diri sendiri,bukan berdasarkan saran orang lain..bilamana suatu saat menyesal,maka tak ad yang perlu disesali atau disalahkan,menjadi kambing hitam..
Sadhu
Quote from: Mr.Jhonz on 29 May 2010, 07:50:15 PM
Andai sy yg terbaring sakit sy lebih memilih agar keluarga menyingkirkan alat bantu yg terpasang di tubuh(agar tidak membebani biaya2)
Sy akan lebih menderita jika harus melihat keluarga sy hidupnya menderita dikarenakan krisis materi dibandingkan sakit fisik yg sy alami
(yg hanya sy alami sendiri)
Setuju bro. Lebih memilih mati daripada membebani orang.
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
saya juga pernah mengalami hal yg sama. waktu itu sekeluarga berbisik di telinga ayah dan mengucapkan yg kira2 bunyinya, "kl sudah mo pergi, saya sudah merelakan pa2 pergi. pa2 begini terus juga tidak nyaman buat pa2 seperti pa2 pernah dulu katakan, dan kita juga susah. kita sekeluarga sudah berusaha semampunya". tak lama kemudian, ayah pun pergi.
menyingkirkan alat bantu atau tidak, dengarkan apa kata hati nurani diri sendiri.
jika orang tua pernah mengatakan bahwa dimasa tuanya tidak ingin hidup bergantung pada alat bantu hidup, maka jalankan amanah orang tua.
jika tidak ada amanah seperti itu, ikutin apa kata hati nurani diri sendiri. jika ingin mempertahankan hingga titik darah penghabisan(hingga jual semua harta benda), lakukan bila sesuai kata hati nurani.
tidak ada banar atau salah. semuanya ada di dalam hati. yg penting tulus. tidak ada gunanya jika tidak tulus.
semoga membantu
Baca deh pendapatnya Ajahn Brahm soal alat bantu penyokong kehidupan, keknya bagus tuh buat bahan pertimbangan.
Kalau saya yang dalam kondisi si kritis, saya akan serahkan tubuh saya untuk kepentingan riset biar tidak membebani keluarga saya.
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
pikir kita kalau punya duit banyak, semua jadi beres...
tapi gw pernah dengar langsung dari bos org kaya,
katanya tambah banyak duit, mati tambah lama dan tambah sengsara...
kebetulan mantu dia kena kanker dan karna banyak duit mereka,
maka mantu tsb malah menanggung sakit yg lama baru bisa meninggal....
IMHO, apa artinya hidup lebih lama dikit kalau kwalitas kehidupan udah gak ada....
tabah, berani menghadapin kematian aja deh..... duit tsb lebih berguna bagi
anak kita atau org lain.................
makanya sewaktu hidup, nikmatilah seadaanya,
sewaktu habis terimalah dgn lapang data...(tidak terikat)
suatu saat, giliran gw juga!
Quote from: johan3000 on 30 May 2010, 01:54:12 AM
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
pikir kita kalau punya duit banyak, semua jadi beres...
tapi gw pernah dengar langsung dari bos org kaya,
katanya tambah banyak duit, mati tambah lama dan tambah sengsara...
kebetulan mantu dia kena kanker dan karna banyak duit mereka,
maka mantu tsb malah menanggung sakit yg lama baru bisa meninggal....
IMHO, apa artinya hidup lebih lama dikit kalau kwalitas kehidupan udah gak ada....
tabah, berani menghadapin kematian aja deh..... duit tsb lebih berguna bagi
anak kita atau org lain.................
makanya sewaktu hidup, nikmatilah seadaanya,
sewaktu habis terimalah dgn lapang data...(tidak terikat)
suatu saat, giliran gw juga!
TS minta solusi, solusinya mana?? :D
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
atas saran ElSol... solusi....
solusi utk org tertentu belum cocok utk org lain...
beberapa hal yg dpt diperhatikan...
1. apakah ortu takut mati (melekat ingin hidup terus)
2. apakah anaknya juga melekat pd harta spt rumah ?
3. apakah memiliki kemampuan utk mencari kembali harta tsb?
4. adakah pinjaman darurat yg bisa diperoleh ?
kadang kala kita membuat keputusan yg belum tentu tepat.
Sebelum sakit berat sebaiknya tanya ortu kira2 mau kearah mana?
mau cepat reincarnasi atau menempuh pengobatan panjang....
spt kita pikir... wahhh duit udah habis........tapi gimana kalau buka
suara siapa yg mau berbuat baik utk org sakit tsb ?.........mana tau
ada yg mau kasih..........????
jadi saran gw hrs diusahakan semaksimal mungkin dlm hal dana...
kalau udah gak bisa (mentok) apabolehbuat...udah lakukan yg terbaik...
ngomong2 org Buddhist apa takut mati ?
kasus kedua juga bukan jawaban gampang,
karna ada juga anak2 yg cacat maupun buta
dpt berprestasi melebihin orang normal........
jadi gimana tuhh ?
Quote from: wen78 on 30 May 2010, 12:42:08 AM
saya juga pernah mengalami hal yg sama. waktu itu sekeluarga berbisik di telinga ayah dan mengucapkan yg kira2 bunyinya, "kl sudah mo pergi, saya sudah merelakan pa2 pergi. pa2 begini terus juga tidak nyaman buat pa2 seperti pa2 pernah dulu katakan, dan kita juga susah. kita sekeluarga sudah berusaha semampunya". tak lama kemudian, ayah pun pergi.
menyingkirkan alat bantu atau tidak, dengarkan apa kata hati nurani diri sendiri.
jika orang tua pernah mengatakan bahwa dimasa tuanya tidak ingin hidup bergantung pada alat bantu hidup, maka jalankan amanah orang tua.
jika tidak ada amanah seperti itu, ikutin apa kata hati nurani diri sendiri. jika ingin mempertahankan hingga titik darah penghabisan(hingga jual semua harta benda), lakukan bila sesuai kata hati nurani.
tidak ada banar atau salah. semuanya ada di dalam hati. yg penting tulus. tidak ada gunanya jika tidak tulus.
semoga membantu
salut bro! :)
Quote from: dhammasiri on 30 May 2010, 01:05:00 AM
Kalau saya yang dalam kondisi si kritis, saya akan serahkan tubuh saya untuk kepentingan riset biar tidak membebani keluarga saya.
daftar utk donor organ Sam? gimana ya caranya? :)
Quote from: Mr. pao on 29 May 2010, 06:41:55 PM
Mohon sarannya:
Kalo Ayah dalam sakit kritis dan harus memerlukan alat penyambung hidup, sementara biaya rumah sakit udah habis, langkah apa yang akan anda ambil?
Kalo menyingkirkan alat bantu apa termasuk anak durhaka?
Kalo Istri mengandung bayi yang tidak normal, langkah apa yang akan anda ambil?
Tidak membutuhkan teori panjang lebar. Hanya membutuh solusi nyata.
_/\_
Pertanyaan bagi mereka yang membutuhkan jawaban.
Ini bukan(belum) pengalaman aku.
kadang kala memang begini seh.. ada ortu justru merasa sudah cukup hidup, anak2 sudah besar dll, dia pengen pergi dengan tenang.. dan hidupnya hanya tergantung dari alat bantu, maka dia meminta dilepasin aja alat bantu dia bisa pergi.. kalau yang ini, sebagai anak menurut gw, kita boleh mengikuti maunya ortu
tapi kalau ortu nya masih pengen hidup, dll, atau penyakitnya masih bisa tertolong walau lama.. baiknya tetap diperjuangkan..
istri mengandung bayi cacat, idealnya bisa diterima tidak diaborsi.. walau praktek lapangan ini sangat susah..
Teori memang gampang, dalam prakteknya pasti akan menemukan kendala beraneka ragam.
Tapi bila kita ada diposisi menghadapi masalah tersebut, harusnya sebagai umat Buddhis
Jangan pernah berpikir atau menghendaki orangtua kita 'semoga cepat meninggal' dengan alasan bahwa kematian yang cepat orangtua yg sakit biar cepat selesai penderitaannya.
Jika punya pikiran/kehendak seperti diatas tidak dibenarkan di ajaran Buddha
Lakukan langkah lainnya seperti bro Wen 78 atau membisikan/menceritakan sesuatu yang berguna bagi yang sakit mengenai kebajikan dan kerelaan yang bisa membantu pasien 'bahagia' dan 'tenang'
_/\_