Namo Buddhaya,
Mungkin topik ini sudah ada yang membahas, tetapi saya ingin angkat lagi jika sudah pernah dibahas.
Tahun lalu saya jalan jalan ke salah satu mall di Jakarta, dan saya melihat ada 2 orang bhikkhu ditemani oleh umat sedang duduk duduk ngopi di kafe.  Sebagai umat Buddha yang bertahun tahun diberi pengertian bahwa bhikkhu adalah orang yang telah meninggalkan kehidupan rumah tangga dengan satu tujuan yaitu membina diri hingga mencapai Nibbana; saya koq merasa kurang nyaman melihat mereka.
Jika dalam perjalanan para bhikkhu tersebut makan di sebuah rumah makan atau restoran, saya bisa memaklumi, tetapi ini kafe, minum kopi yang bukan merupakan hal esensial bagi kehidupan, dan lebih sebagai minuman iseng atau untuk kesenangan.
Bagaimana tanggapan rekan rekan?
			
			
			
				Pantas...
karena...Bhikkhu itu lage...
1. berbuat kebajikan
2. tidak berbuat kejahatan
3. menyucikan hati dan pikiran
kalo bingung ato gk ngerti..itu tandane ente perlu belajar lage.. ;D
			
			
			
				yakin kalo org yg dilihat itu adalah bhikkhu?
bukan samanera gt??
			
			
			
				Quote from: Sol Capoeira on 04 May 2010, 12:41:58 AM
Pantas...
karena...Bhikkhu itu lage...
1. berbuat kebajikan
2. tidak berbuat kejahatan
3. menyucikan hati dan pikiran
kalo bingung ato gk ngerti..itu tandane ente perlu belajar lage.. ;D
Karena ada bos besar mau nyumbang duit gedehhh utk membangun wihara...
dan bos ini pastilah sering nongkrong di cofee shop.....
supaya melancarkan perbuatan baik bos tsb.......ya sekalian di cofee dehhh
hitung2... bisa nostalgia... tentang "LSY dgn Buddha" lagi di coffee shop gitu lho...
utk lebih jelasnya kenapa begitu, tanyakan langsung pada yg bersangkutan...
			
 
			
			
				at. dgtvajra harusnya langsung tegur  ! Bhante emank di vihara tidak enak duduk sampai harus duduk di cafe ! =))
kalau tidak berani tegur. ya udah biarin aja. ^-^
kam sia
			
			
			
				ekeke, gini nih umat kita tuh....
mungkin yg anda lihat sedang minum kopi.
TAPI
Siapa tahu??
Dia sedang membutuhkan caffein << mungkin sakit apa gitu, yg butuh kopi sbg obat nya.
Dia sedang ber-vipasana dengan kopi nya.
			
			
			
				Karena Bhikkhu tsb lagi dijamu sama umat.. 
Kalau umat Buddha yang baik, sebaiknya sih menghindari persepsi macam2 dari pihak lain dengan menjamu Bhikkhu di tempat yang tidak akan menimbulkan kontroversi.. 
			
			
			
				bro klo bhikkhu minum d kafe kayaknya ga masalah deh kecuali nongkrongnya d bar :))
trus klo minum d kafe contoh kopi luak kafe d mall, lalu memang di dampinggi umat yg munkin habis isi ceramah d hall mall tersebut setelah selesai d ajak duduk minum saya rasa ga masalah d yang penting jangan waktu duduk d cafe trus gayanya ga karuan dari cara duduk bicara sampai ketawa yg terbahak2 saya yakin kalau itu bukan bhikkhu. lain cerita kalau bhikkhu tersebut memang secara khusus n sendir menuju k kafe untuk minum kopi. yah lebih baik positif thinkking kan minumnya kopi paling juga klo ga kopi yg lain tapi kan non alkohol :)
			
			
			
				mungkin bukan bhikkhu...
			
			
			
				Jujur saya ini orang kampung. Saya tidak mengerti apa yang dimaksud atau digolongkan menjadi Kafe. Tetapi saya juga pernah sewaktu habis belanja buku di Gramedia kemudian diajak minum di (mungkin) kafe. Ya masih di mall yang sama. Pernah juga, saya diajak makan di KFC karena sudah waktunya makan siang dan waktu untuk kembali ke vihara tidak cukup. Semua itu terjadi di Jakarta tepatnya sebelum berangkat ke Sri Lanka.
			
			
			
				orang minum kopi aja diributin...haizz...=_="
kafe, bar, neraka, surga...
itu cuma tempat ok...
kalo itu Bhikkhu di Vihara tiap ari tapi mikirnya mesum terus, dan loe gk pernah tao, loe bakal protes?..
loe tetep aja bakal sembah2 dia kayak dewa, no?..
well..bukan mo lecturing ato mo rubah cara pandang loe (because I dun care, what's going to happen to u ..:D ) 
kita hormat Sangha bukan karena seseorang individu Sangha tersebut...tapi kita hormat Sangha karena mereka adalah SIMBOL...
ini menurut gw seh...
so, aye gk pernah ribet ato repot ama gitu2an...(dulu mungkin iya, tapi skarang dah enggak..:D )
 _/\_
			
			
			
				Tidak masalah kan bila ada umat nya soalnya seperti kata di atas mungkin saja sedang di jamu oleh tamu yang membawanya malah lebih tidak enak lagi bila bhikku nya nolak nanti ada banyak omongan sumbing di sekitarnya.
Yang jadi masalah tuh kalau bhikkunya sendiri ngopi di cafe jadi bedakan antara di jamu dengan sedang sendiri ngopi di cafe.
			
			
			
				TS nya uda menghilang tuh, gak nongol lagi..
posting iseng2 aja kali....   cari sensasi   ;D
			
			
			
				kalau bhikku minum di cafe apakah melanggar vinaya?
			
			
			
				kalau bhikku minum di cafe apakah melanggar vinaya?
			
			
			
				setau saya, vinaya memang mengatur jenis minuman yg tidak boleh diminum oleh bhikkhu tetapi tidak ada larangan sehubungan dengan lokasi di mana seorang bhikkhu boleh/tidak boleh minum.
			
			
			
				Bhikkhu sering mendapat undangan makan dari para umat. Aktivitas berdana makanan ini sudah sering dilakukan di zaman Sang Buddha. Di zaman Sang Buddha, para umat biasanya mengundang bhikkhu untuk makan di rumahnya. Sebab para umat (perumah-tangga) biasa mengolah makanan di rumahnya, dan tentu saja kedai makan maupun resto-kafe belum ada pada masa itu.
Saat ini, makanan bisa disuguhkan tidak hanya di rumah saja. Industri kuliner sudah merebak yang ditandai dengan berdirinya restoran, kafe, rumah makan, dan sebagainya di berbagai sudut kota dan daerah lainnya. Apakah salah bila seorang bhikkhu / anggota Sangha menerima undangan makan oleh para umat di tempat makan umum seperti itu? Dalam konteks ini, baik rumah maupun tempat makan umum adalah sama, yakni merupakan tempat untuk melayani bhikkhu dengan jamuan makanan. Namun sebaiknya juga dilihat per kasus. Bila bhikkhu mendapat undangan makan di tempat makan yang kurang kondusif (misalnya duduk di dalam ruangan bersama wanita; ada pertunjukkan tari-tarian, musik, maupun performance lain yang kurang pantas; menyuguhkan minuman beralkohol; dicurigai menyediakan makanan yang tidak sesuai dengan "daging murni"; dsb.), sebaiknya bhikkhu tersebut tidak menerima undangan makan dari para umat itu.
			
			
			
				^
contoh nya kayak BUDDHA BAR itu ga cocok kan :))
			
			
			
				Quote from: kusalaputto on 05 May 2010, 12:53:23 PM
^
contoh nya kayak BUDDHA BAR itu ga cocok kan :))
Seperti yang saya nyatakan sebelumnya, kita harus melihat kasus per kasus. Tidak bisa digeneralisasi semuanya.
Setahu saya, Buddha Bar memiliki banyak 
"hall"; misalnya 
restaurant, 
lounge, 
garden. dll. Saya pikir seorang bhikkhu tidak masalah bila mendapat undangan makan di 
restaurant dan 
garden. Tapi karena saya tidak tahu persis seperti apa kondisi di Buddha Bar, mungkin saja Buddha Bar termasuk tempat makan yang kurang kondusif buat para bhikkhu. :)
Selain itu, karena citra Buddha Bar yang rusak di lingkungan Buddhis Indonesia, ada baiknya para umat memiliki pengertian dan tidak mengundang para bhikkhu makan di tempat itu.  
			
 
			
			
				^ 
biar lebih jelas pergi aja k lokasinya bro trus survey :)) tapi jangan siang2 yah soalnya belangnya keluar klo dah malem :))
			
			
			
				Quote from: kusalaputto on 05 May 2010, 01:11:55 PM
^ 
biar lebih jelas pergi aja k lokasinya bro trus survey :)) tapi jangan siang2 yah soalnya belangnya keluar klo dah malem :))
Idealnya seperti itu. Bila perumah-tangga ingin mengundang para bhikkhu makan di tempat umum, maka perumah-tangga itu sebaiknya sudah tahu betul kondisi di tempat makan tersebut. Jangan sampai perumah-tangga maupun bhikkhu yang bersangkutan tidak tahu seperti apa kondisinya. Sebab kalau ternyata tidak kondusif, bisa saja terjadi pelanggaran Vinaya.
Bro, udah pernah ke sana? ;D
			
 
			
			
				almost :)) cuman lewat doank depannya :))
			
			
			
				Hallo Bro/Sis TS,
Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.
			
			
			
				tidak melanggar hanya perlu mawas diri karena tidak minum pada tempat dimana masyarakat bisa memahami Dhamma sehingga secara tak langsung baik dengan pembelaan dari bhikkhu itu sendiri,ia telah menciptakan pikiran buruk bagi masyarakat.
			
			
			
				Quote from: kusalaputto on 05 May 2010, 12:53:23 PM
^
contoh nya kayak BUDDHA BAR itu ga cocok kan :))
kenapa gk layak?...
kalo sang Buddha Gotama masih idup, dan dia masuk Buddha bar minum alkohol, loe protes??..
			
 
			
			
				Kalian saja ,mau nongkrong di cafe...apa alasan yang lain tidak boleh nongkrong di cafe?haha...
SADAR..
			
			
			
				Quote from: Sol Capoeira on 05 May 2010, 09:11:11 PM
Quote from: kusalaputto on 05 May 2010, 12:53:23 PM
^
contoh nya kayak BUDDHA BAR itu ga cocok kan :))
kenapa gk layak?...
kalo sang Buddha Gotama masih idup, dan dia masuk Buddha bar minum alkohol, loe protes??..
Tidak mungkin .... tidak akan  terjadi  [-X
Kalo loe minum alkohol dan joget2 macam ti pat kay ..... gw percaya  8) =))
			
 
			
			
				Quote from: Sol Capoeira on 05 May 2010, 09:11:11 PM
Quote from: kusalaputto on 05 May 2010, 12:53:23 PM
^
contoh nya kayak BUDDHA BAR itu ga cocok kan :))
kenapa gk layak?...
kalo sang Buddha Gotama masih idup, dan dia masuk Buddha bar minum alkohol, loe protes??..
gaaa muuungggkiiinnn masak guru yang ngajarin malah ngelanggar sendiri :)) no way el sol :)) klo sampe begitu bisa jadi g ga protes cuman mundur teratur jadi murid :)) ah el sol nanyanya yg ga mungkin :))
			
 
			
			
				alkohol [spoiler]Haram[/spoiler]
			
			
			
				Quote from: ciputras on 05 May 2010, 02:09:21 PM
Hallo Bro/Sis TS,
Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.
Tidak masalah jam berapa, apabila buahnya(buah kopi/juice) tdk lbih besar dari kepalan tangan dan minuman itu tdk mengandung susu tdk bermasalah dgn Vinaya. Hanya saja marilah berpikir dari sudut pandang 'kepantasan' apakah pantas bagi seorang Bhikkhu duduk di cafe..? Setiap orang memiliki presepsi yg berbeda-beda, ada yg berpresepsi bahwa cafe itu berkonotasi negatif ad yg positif. Dan saya lbih setuju untuk tidak berprasangka negatif karena ad bnyak sebab yg tdk diketahui dari motif atas hal tersebut.
			
 
			
			
				Quote from: Khun_sang90 on 11 May 2010, 11:22:40 PM
Quote from: ciputras on 05 May 2010, 02:09:21 PM
Hallo Bro/Sis TS,
Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.
Tidak masalah jam berapa, apabila buahnya(buah kopi/juice) tdk lbih besar dari kepalan tangan dan minuman itu tdk mengandung susu tdk bermasalah dgn Vinaya. Hanya saja marilah berpikir dari sudut pandang 'kepantasan' apakah pantas bagi seorang Bhikkhu duduk di cafe..? Setiap orang memiliki presepsi yg berbeda-beda, ada yg berpresepsi bahwa cafe itu berkonotasi negatif ad yg positif. Dan saya lbih setuju untuk tidak berprasangka negatif karena ad bnyak sebab yg tdk diketahui dari motif atas hal tersebut.
setuju..cuma orang kuno, berpandagan sempit dan gk gaul yg bakal meng-anggap Cafe itu tempat maksiat!!..
itu kayak men-anggap kopitiam itu tempat maksiat...
stupid aren't they?!..=_="
			
 
			
			
				Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
			
			
			
				Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AMTidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
bukankah dari awalnya sebenarnya diri sendiri sudah mengetuk palu terhadap Bhikkhu / Bhiksu itu? sebab dikatakan Bhikkhu / Bhiksu itu sedang nongkrong.
nongkrong berarti sedang santai, jalan2, menikmati, dll
			
 
			
			
				Ya, saya mengikuti alur cerita dari Post ini. Nongkrong emang terkesan seperti itu, tetapi nongkrong itukan hanya sebuah nama yang memang berkonotasi negatif. Coba kita berpikir positif saja, jangan memperdulikan apakah Cafe itu baik / tidak baik, Nongkrong / ngopi /sekedar duduk santai / beristirahat /dan lain-lain. Berpikir positif daripada menduga-duga yang negatif dan menambah Kilesa saja...
			
			
			
				Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.
			
 
			
			
				awal taon 2010 sy sempat jalan2 ke malay, mampir ke genting resort, eh malah ada seorang bhikkhu (klo di liat dr jubah nya, bhikkhu mahayana) ditemani 2/3 orang wanita muda, sedang berjalan2 di mall genting resort, ga tau apa masuk ke casino yg ada disana ato ga... padahal kita tau genting resort itu tempat wisata dan casino terbesar di malay.
sebenarnya hal ini sangat tidak pantas, apalagi di temani wanita muda, apalagi diatas mall/casino ada hotel... klo udah kayak gtu, apa nya yg mau di pikir secara positif. bhikkhu yg seperti itu yg menghancurkan image dari sangha (persamuan bhikkhu mau sekte apapun, bakal kena imbasnya) sehingga gambarang bhikkhu dimasyarakat tidak lagi sebagai orang yg diagungkan karena vinaya, guru dhamma dan prilaku nya, tapi di anggap tidak beda nya dengan umat biasa...
apakah pantes bhikkhu duduk di cafe sambil minum kopi ? sy rasa tidak, bhikkhu tidak ada kepentingan yg berhubungan dengan profesi nya di cafe itu dan bhikkhu tidak mempunyai tugas untuk nongkrong sambil bergosip di cafe, tapi bhikkhu seharusnya melatih meditas, belajar dhamma dan menjalankan vinaya sambil mengajar umat tentang dhamma... bukan malah bersantai/refreshing di cafe sambil liat2 pemandangan... klo mau gtu mah ga perlu jadi bhikkhu, bisa tiep hari lagi nongkrong di cafe...
bahkan saya pernah melihat bhikkhu (sy lupa2 inget klo ga di singpore, ya di malay) yg sedang jalan2 di mall berbelanja wow... apakah pantes ? mau di nilai dari sisi positif gimana pun tetap tidak pantas... baju dan penampilan boleh bhikkhu, tapi prilaku/perbuatan tidak beda dengan umat biasa...
salam aa'tono
			
			
			
				Quote from: ciputras on 05 May 2010, 02:09:21 PM
Hallo Bro/Sis TS,
Ada sedikit yang mau saya tanyakan. Anda lihat kedua bhikkhu itu pada pagi hari, siang hari, sore hari atau malam hari? Kira-kira jam berapa ya? Lalu apa warna jubah dari kedua bhikkhu tersebut? Terima kasih.
Saya melihat pada jam 2 - 3 siang, warna jubah ya kuning.  Mazhabnya juga saya tahu, tapi tidak perlu ditulis disini.
			
 
			
			
				Quote from: Elin on 04 May 2010, 01:07:40 AM
yakin kalo org yg dilihat itu adalah bhikkhu?
bukan samanera gt??
Pasti bhikkhu, pernah lihat di TV dan dikenalkan sebagai bhikkhu kepala vihara.
			
 
			
			
				Quote from: sukuhong on 04 May 2010, 05:38:49 AM
at. dgtvajra harusnya langsung tegur  ! Bhante emank di vihara tidak enak duduk sampai harus duduk di cafe ! =))
kalau tidak berani tegur. ya udah biarin aja. ^-^
kam sia
			 
			
			
				Quote from: andry on 04 May 2010, 08:29:00 AM
ekeke, gini nih umat kita tuh....
mungkin yg anda lihat sedang minum kopi.
TAPI
Siapa tahu??
Dia sedang membutuhkan caffein << mungkin sakit apa gitu, yg butuh kopi sbg obat nya.
Dia sedang ber-vipasana dengan kopi nya.
Oke lah kita tidak boleh berprasangka buruk, dan kan asyik juga ya, kalau bhikkhu bervipassana di cafe, tentu umatnya ber meditasi di disko/night club. Itung itung melatih diri melawan godaan Mara. 
			
 
			
			
				Quote from: Elin on 05 May 2010, 10:50:52 AM
TS nya uda menghilang tuh, gak nongol lagi..
posting iseng2 aja kali....   cari sensasi   ;D
Hehe...he. Abdi teh keluar kota neng Elin. Kalo cari sensasi ndak di Dhammacitta, banyak website lain yg penuh sensasi.
			
 
			
			
				Quote from: sumedha on 05 May 2010, 11:46:38 AM
setau saya, vinaya memang mengatur jenis minuman yg tidak boleh diminum oleh bhikkhu tetapi tidak ada larangan sehubungan dengan lokasi di mana seorang bhikkhu boleh/tidak boleh minum.
Hmm. bagaimana kalau minum air teh di Buddha Bar, atau minum air putih di night club?  
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 05 May 2010, 12:48:41 PM
Bhikkhu sering mendapat undangan makan dari para umat. Aktivitas berdana makanan ini sudah sering dilakukan di zaman Sang Buddha. Di zaman Sang Buddha, para umat biasanya mengundang bhikkhu untuk makan di rumahnya. Sebab para umat (perumah-tangga) biasa mengolah makanan di rumahnya, dan tentu saja kedai makan maupun resto-kafe belum ada pada masa itu.
Saat ini, makanan bisa disuguhkan tidak hanya di rumah saja. Industri kuliner sudah merebak yang ditandai dengan berdirinya restoran, kafe, rumah makan, dan sebagainya di berbagai sudut kota dan daerah lainnya. Apakah salah bila seorang bhikkhu / anggota Sangha menerima undangan makan oleh para umat di tempat makan umum seperti itu? Dalam konteks ini, baik rumah maupun tempat makan umum adalah sama, yakni merupakan tempat untuk melayani bhikkhu dengan jamuan makanan. Namun sebaiknya juga dilihat per kasus. Bila bhikkhu mendapat undangan makan di tempat makan yang kurang kondusif (misalnya duduk di dalam ruangan bersama wanita; ada pertunjukkan tari-tarian, musik, maupun performance lain yang kurang pantas; menyuguhkan minuman beralkohol; dicurigai menyediakan makanan yang tidak sesuai dengan "daging murni"; dsb.), sebaiknya bhikkhu tersebut tidak menerima undangan makan dari para umat itu.
Yang saya lihat, bhikkhu tersebut tidak bersantap siang, karena tidak ada makanan di meja, hanya ada beberapa cangkir entah isinya kopi, atau teh atau air putih.
			
 
			
			
				Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 12:01:46 PM
Ya, saya mengikuti alur cerita dari Post ini. Nongkrong emang terkesan seperti itu, tetapi nongkrong itukan hanya sebuah nama yang memang berkonotasi negatif. Coba kita berpikir positif saja, jangan memperdulikan apakah Cafe itu baik / tidak baik, Nongkrong / ngopi /sekedar duduk santai / beristirahat /dan lain-lain. Berpikir positif daripada menduga-duga yang negatif dan menambah Kilesa saja...
OK deh, supaya tidak berkonotasi negatif, saya ganti kata "nongkrong" dengan kata yang lebih modern "hang out" , duduk duduk di cafe sambil ngopi, ngobrol dan ketawa ketiwi. Pertanyaan nya masih sama, pantaskah itu dilakukan oleh seorang yang bhikkhu?
			
 
			
			
				Quote from: nyanadhana on 12 May 2010, 08:37:23 PM
Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.
Bro Nyanadhana, ingin tanya nih , apakah peraturan untuk bhikkhu kota zaman sekarang dengan bhikkhu zaman Sang Buddha dulu masih sama, atau sudah berubah? Kalau masih sama, tentunya bhikkhu tetap wajib memelihara image Sangha bukan? Mohon pencerahannya . terima kasih.
			
 
			
			
				gah pantasss...
apa kata duniaaaaa......
			
			
			
				Lihatlah secara mendalam...
			
			
			
				Quote from: dtgvajra on 15 May 2010, 01:39:31 AM
Quote from: nyanadhana on 12 May 2010, 08:37:23 PM
Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.
Bro Nyanadhana, ingin tanya nih , apakah peraturan untuk bhikkhu kota zaman sekarang dengan bhikkhu zaman Sang Buddha dulu masih sama, atau sudah berubah? Kalau masih sama, tentunya bhikkhu tetap wajib memelihara image Sangha bukan? Mohon pencerahannya . terima kasih.
Sangha tradisi Theravada masih mempertahankan praktek Vinaya dan Sila yang sama pada waktu jamannya Buddha Gotama.
kam sia
			
 
			
			
				Quote from: dhanuttono on 14 May 2010, 08:17:55 PM
awal taon 2010 sy sempat jalan2 ke malay, mampir ke genting resort, eh malah ada seorang bhikkhu (klo di liat dr jubah nya, bhikkhu mahayana) ditemani 2/3 orang wanita muda, sedang berjalan2 di mall genting resort, ga tau apa masuk ke casino yg ada disana ato ga... padahal kita tau genting resort itu tempat wisata dan casino terbesar di malay.
sebenarnya hal ini sangat tidak pantas, apalagi di temani wanita muda, apalagi diatas mall/casino ada hotel... klo udah kayak gtu, apa nya yg mau di pikir secara positif. bhikkhu yg seperti itu yg menghancurkan image dari sangha (persamuan bhikkhu mau sekte apapun, bakal kena imbasnya) sehingga gambarang bhikkhu dimasyarakat tidak lagi sebagai orang yg diagungkan karena vinaya, guru dhamma dan prilaku nya, tapi di anggap tidak beda nya dengan umat biasa...
apakah pantes bhikkhu duduk di cafe sambil minum kopi ? sy rasa tidak, bhikkhu tidak ada kepentingan yg berhubungan dengan profesi nya di cafe itu dan bhikkhu tidak mempunyai tugas untuk nongkrong sambil bergosip di cafe, tapi bhikkhu seharusnya melatih meditas, belajar dhamma dan menjalankan vinaya sambil mengajar umat tentang dhamma... bukan malah bersantai/refreshing di cafe sambil liat2 pemandangan... klo mau gtu mah ga perlu jadi bhikkhu, bisa tiep hari lagi nongkrong di cafe...
bahkan saya pernah melihat bhikkhu (sy lupa2 inget klo ga di singpore, ya di malay) yg sedang jalan2 di mall berbelanja wow... apakah pantes ? mau di nilai dari sisi positif gimana pun tetap tidak pantas... baju dan penampilan boleh bhikkhu, tapi prilaku/perbuatan tidak beda dengan umat biasa...
salam aa'tono
Sebagai tambahan saja, idealnya seseorang ketika memutuskan untuk memasuki persamuhan Sangha, tentu hendak mendedikasikan hidupnya pada Dhamma, menembus Dhamma guna mencapai pembebasan akhir Nibbana dan membimbing umat yang mau mendengarkan untuk lebih memahami Dhamma yang lebih dalam. Tetapi manusia memang beragam jadi akan banyak variasinya. Idealnya lagi para bhikkhu bila tidak mendapat undangan umat untuk berbagai keperluan, seyogyanya [at el sol: jangan protes yak aye pake kata ini  :)] berdiam di vihara sehingga bila umat yang hendak menemui bhikkhu untuk dimintai nasihat tidak kecewa datang ke vihara. Kalo mendapat undangan dana makan di rumah umat, atau ceramah di suatu tempat, peresmian tempat usaha atau rumah tinggal, atau upacara di rumah duka, tentu setelah selesai akan kembali ke vihara (tidak mampir ke cafe untuk 'hang-out') bukan?
			
 
			
			
				Image and perception.
			
			
			
				Quote from: sukuhong on 15 May 2010, 01:23:18 PM
Quote from: dtgvajra on 15 May 2010, 01:39:31 AM
Quote from: nyanadhana on 12 May 2010, 08:37:23 PM
Quote from: Khun_sang90 on 12 May 2010, 09:13:00 AM
Hahaha...Pandangan dan presepsi berbeda-beda tapi tidak dapat disalahkan. Mungkin ada pengalaman yang membuat presepsi sperti itu atau ad sebab lainnya. Sebab sekarang ini memang lebih banyak berita ttng negatifnya Cafe", jadi kesannya agak negatif tapi ya tidak semua. Tidak penting apakah itu Cafe yg baik atau yg tdk baik sebaiknya kita tetap berpikir positif mengingat kita tidak mengetahui motif atau alasan sebenarnya mengapa Bhikkhu / Bhiksu itu nongkrong di Cafe. Jadi berpikir Positif lah...
inilah bhikku kota namanya bukan bhikku pada zaman Sang Buddha dimana pergi ke satu tempat aja perlu izin Buddha dan tetua,Sang Buddha sangat menjaga image masyarakat terhadap Sangha.kalo zaman sekarang bhikku yang menjelekkan image dia sendiri.
Bro Nyanadhana, ingin tanya nih , apakah peraturan untuk bhikkhu kota zaman sekarang dengan bhikkhu zaman Sang Buddha dulu masih sama, atau sudah berubah? Kalau masih sama, tentunya bhikkhu tetap wajib memelihara image Sangha bukan? Mohon pencerahannya . terima kasih.
Sangha tradisi Theravada masih mempertahankan praktek Vinaya dan Sila yang sama pada waktu jamannya Buddha Gotama.
kam sia
Bhikkhu Theravada sekarang masih mengikuti Vinaya yang telah ditetapkan, tapi ad 2kubu  dalam hal ini. Ada yang menjlnkan dengan kaku tidak menambah atau mengurang (Mahanikaya)ad yg mengikuti perkembangan jaman dgn catatan tidak menhilangkan atau mengurang hanya menambah beberapa peraturan(Dhammayuttika). Pada intinya Bhikkhu Theravada tetap berpedoman pada Vinaya.
cthnya: dahulu blum ada rokok dan di Indonesia khususnya, 'rokok' kesannya negatif jadi khusus STI rokok ditetapkan sebgai salah satu pelanggaran dlm Vinaya termasuk tato.
			
 
			
			
				Pantas atau tidak pantas adalah hanya pikiran kita meng-olah informasi yang datang sehingga jika bagi kita tidak menyenangkan, maka kita akan berasumsi bahwa bhikku ngafe itu tidak wajar dan kita mulai dengan klesha (deluted) minds mengenai ini.
Alangkah indahnya jika kita tidak meng-judge berdasarkan tentang apa yang mereka (bhikku) lakukan tanpa kita ketahui mengapa (cause and effect) bhikku ada di cafe in the first place. Mungkin saja dia sedang membagikan kata-kata dhamma di sana. atau mungkin juga mereka sedang berdiskusi untuk penyaluran dana atau membantu umat/ orang yang lain. 
Kita hanya manusia kotor yang hanya bisa menilai berdasarkan pemikiran kita yang masih jauhhhh dari enlightenment / awakenning. jadi menurut saya sih...
why not bhikku di cafe? of course ga masalah.... kecuali bhikku tersebut di cafe membicarakan hal hal "Mara" membicarakan napsu-napsu mereka, barulah itu masalah. tapi sejauh cuman melihat mereka di cafe... menurut saya sih... tidak apa apa.
Namaste.
			
			
			
				Gpp. Kan Buddha aja pernah ngopi bareng Buddha hidup. Mereka sudah memberi suri tauladannya bagi para bhikkhu ini. ^-^