Sesuai judul diatas bro and sis, menurut bro and sis akankah agama Buddhist hilang alias punah, dengan mempertimbangkan dari agama tetangga yang jago promosi kayak mlm, makin banyak orang moha yang masuk jurang akibat itu, apakah kita memerlukan promosi untuk membangkitkan gairah orang untuk mempelajari Dhamma, walaupun gw tau Buddhist itu tidak akan hilang karena sadar tidak sadar Dhamma itu dijalani setiap umat beragama apapun.
yah pastinya.. suatu agama akan punah.. termasuk agama buddha..
anicca ... anicca... anicca..
Agama Buddha memang akan dilupakan suatu hari nanti,dan akan muncul lg Buddha brikutnya.
untuk promosi agama Buddha kayak umat tetangga,IMO rasanya ga perlu,karena agama Buddha bukan agama yg keyakinannya muncul hanya karena percaya tapi butuh pembuktian,dan masalahnya kbanyakan orang lbh suka yg percaya aja.
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 12:59:08 AM
Sesuai judul diatas bro and sis, menurut bro and sis akankah agama Buddhist hilang alias punah, dengan mempertimbangkan dari agama tetangga yang jago promosi kayak mlm, makin banyak orang moha yang masuk jurang akibat itu, apakah kita memerlukan promosi untuk membangkitkan gairah orang untuk mempelajari Dhamma, walaupun gw tau Buddhist itu tidak akan hilang karena sadar tidak sadar Dhamma itu dijalani setiap umat beragama apapun.
Segala sesuatu memang tidak kekal. Suatu saat ajaran Buddha pun akan dilupakan manusia.
Yap memang untuk promosi agama seperti yang lain yang terkadang menggunakn cara tidak baik, tidak perlu dalam agama Buddha, tapi agama Buddha sendiri juga tidak melarang untuk melakukan misionaris. Setelah memiliki 60 arahat, Sang Buddha sendiri menasehati mereka untuk menyebarkan ajarannya demi kebahagiaan para dewa dan manusia. Dalam tradisi kuno, Sang Buddha dan para muridnya hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Mereka hanya berdiam di satu tempat di musim hujan selama tiga bulan. Untuk selanjutnya, mereka mengembara dan mengajarkan Dhamma kepada umat manusia. Menyebarkan Dhamma di masyarakat sangat baik dan perlu asal masih sesuai dengan ajaran Dhamma itu sendiri.
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 12:59:08 AM
Sesuai judul diatas bro and sis, menurut bro and sis akankah agama Buddhist hilang alias punah, dengan mempertimbangkan dari agama tetangga yang jago promosi kayak mlm, makin banyak orang moha yang masuk jurang akibat itu, apakah kita memerlukan promosi untuk membangkitkan gairah orang untuk mempelajari Dhamma, walaupun gw tau Buddhist itu tidak akan hilang karena sadar tidak sadar Dhamma itu dijalani setiap umat beragama apapun.
Sesuai hukum fenomena yang diajarkan Buddha, segala sesuatu memang tidak kekal, termasuk Ajaran Buddha. Menyadari hal tersebut, maka kita melestarikan dhamma dengan menjalankannya, bukan memperbanyak umat dengan menghalalkan segala cara, karena itu salah satu penyumbang terbesar cepatnya kepunahan Ajaran Buddha.
Jika Bro BobbyXu berniat membahas penyebaran dhamma dari sisi Theravada, mungkin bisa ikut memberi pendapat di Thread
Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,15166.0.html).
Kalo menurut saya agama Buddha tidak akan punah selamanya.. Karena kalau punah artinya tidak akan muncul lagi selamanya seperti dinosaurus.. Lebih tepatnya "Di lupakan".. Tapi nanti lah Buddha berikutnya
yg akan mendapatkan sendiri ajaran Buddha dan menyebarkannya kembali..
Ini menurut pendapat sendiri, kalau ada yg salah mohon di perbaiki.
Quote from: Peacemind on 22 March 2010, 08:39:19 AM
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 12:59:08 AM
Sesuai judul diatas bro and sis, menurut bro and sis akankah agama Buddhist hilang alias punah, dengan mempertimbangkan dari agama tetangga yang jago promosi kayak mlm, makin banyak orang moha yang masuk jurang akibat itu, apakah kita memerlukan promosi untuk membangkitkan gairah orang untuk mempelajari Dhamma, walaupun gw tau Buddhist itu tidak akan hilang karena sadar tidak sadar Dhamma itu dijalani setiap umat beragama apapun.
Segala sesuatu memang tidak kekal. Suatu saat ajaran Buddha pun akan dilupakan manusia.
Yap memang untuk promosi agama seperti yang lain yang terkadang menggunakn cara tidak baik, tidak perlu dalam agama Buddha, tapi agama Buddha sendiri juga tidak melarang untuk melakukan misionaris. Setelah memiliki 60 arahat, Sang Buddha sendiri menasehati mereka untuk menyebarkan ajarannya demi kebahagiaan para dewa dan manusia. Dalam tradisi kuno, Sang Buddha dan para muridnya hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Mereka hanya berdiam di satu tempat di musim hujan selama tiga bulan. Untuk selanjutnya, mereka mengembara dan mengajarkan Dhamma kepada umat manusia. Menyebarkan Dhamma di masyarakat sangat baik dan perlu asal masih sesuai dengan ajaran Dhamma itu sendiri.
saya setuju dengan peacemind di dalam budhis sendiri memang sang buddha mengirimkan misionaris untuk membabarkan dhamma, kita pun boleh membabarkan dhamma namun tidak perlu seperti tetangga membabi buta namun lebih sopan dan membuat mereka sendiri berfikir bukan hanya percaya. saya sangat tidak setuju dengan yg mengatakan kita tidak perlu menyebarkan buddha dhamma n mengatakan biar kaitan kamma mereka yg membawa ke budhis. alangkah baiknya kita mengkondisikan agar mereka tahu mengenai buddhis. lalu buat bro bobby xu sebelum membawa dhamma ke agama tetangga lebih baik bawa dulu dhamma ke teman2 kita yg masih buddhis ktp n ga tau ajaran buddha itu sendiri. :)
Quote from: kusalaputto on 22 March 2010, 12:43:00 PM
Quote from: Peacemind on 22 March 2010, 08:39:19 AM
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 12:59:08 AM
Sesuai judul diatas bro and sis, menurut bro and sis akankah agama Buddhist hilang alias punah, dengan mempertimbangkan dari agama tetangga yang jago promosi kayak mlm, makin banyak orang moha yang masuk jurang akibat itu, apakah kita memerlukan promosi untuk membangkitkan gairah orang untuk mempelajari Dhamma, walaupun gw tau Buddhist itu tidak akan hilang karena sadar tidak sadar Dhamma itu dijalani setiap umat beragama apapun.
Segala sesuatu memang tidak kekal. Suatu saat ajaran Buddha pun akan dilupakan manusia.
Yap memang untuk promosi agama seperti yang lain yang terkadang menggunakn cara tidak baik, tidak perlu dalam agama Buddha, tapi agama Buddha sendiri juga tidak melarang untuk melakukan misionaris. Setelah memiliki 60 arahat, Sang Buddha sendiri menasehati mereka untuk menyebarkan ajarannya demi kebahagiaan para dewa dan manusia. Dalam tradisi kuno, Sang Buddha dan para muridnya hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Mereka hanya berdiam di satu tempat di musim hujan selama tiga bulan. Untuk selanjutnya, mereka mengembara dan mengajarkan Dhamma kepada umat manusia. Menyebarkan Dhamma di masyarakat sangat baik dan perlu asal masih sesuai dengan ajaran Dhamma itu sendiri.
saya setuju dengan peacemind di dalam budhis sendiri memang sang buddha mengirimkan misionaris untuk membabarkan dhamma, kita pun boleh membabarkan dhamma namun tidak perlu seperti tetangga membabi buta namun lebih sopan dan membuat mereka sendiri berfikir bukan hanya percaya. saya sangat tidak setuju dengan yg mengatakan kita tidak perlu menyebarkan buddha dhamma n mengatakan biar kaitan kamma mereka yg membawa ke budhis. alangkah baiknya kita mengkondisikan agar mereka tahu mengenai buddhis. lalu buat bro bobby xu sebelum membawa dhamma ke agama tetangga lebih baik bawa dulu dhamma ke teman2 kita yg masih buddhis ktp n ga tau ajaran buddha itu sendiri. :)
Sebagai tambahan, ajaran Buddha itu diibaratkan sebagai harta yang tidak ternilai. Sudah sepantasnya kita membagi harta ini kepada orang lain. Dalam Lohiccasutta dari Dīghanikāya, Sang BUddha mengkritik brahmana Lohicca yang berpandangan bahwa setelah seorang pertapa atau brahmana memperoleh Dhamma yang bagus (Kusala dhamma), ia hendaknya jangan membagi ke orang lain. Sang BUddha mengkritik pandangan ini dan berkata bahwa pandangan ini sangat berbahaya.
Gw suka dengan pendapat - pendapat bro and sis disini, gw rasa sangat benar sekali, selain itu kita bisa melihat cara kotor yang dilakukan agama lain dalam menambah jumlah umat, jumlah umat = uang, jadi cara kotor seperti menjelekkan agama lain pun dilakukan, gw cuma berharap mereka diberkati oleh karma mereka masing - masing, karma sungguh karma yang akan menjawab atas tindakan mereka.
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 11:49:57 PM
Gw suka dengan pendapat - pendapat bro and sis disini, gw rasa sangat benar sekali, selain itu kita bisa melihat cara kotor yang dilakukan agama lain dalam menambah jumlah umat, jumlah umat = uang, jadi cara kotor seperti menjelekkan agama lain pun dilakukan, gw cuma berharap mereka diberkati oleh karma mereka masing - masing, karma sungguh karma yang akan menjawab atas tindakan mereka.
Tidak usah membenci dengan mengatakan cara-cara kotor ......
bila ada agama lain mengajak untuk mengikuti dan menganut agamanya ...... Niat mereka baik loooh
karna di kepercayaan mereka ....... bila "PERCAYA" masuk Sorga .....
Gw ada teman baik yang tidak mengenal lelah dan amat bersemangat mengajak tiap minggu utk ke tempat ibadah mereka ......
dan ajakan teman gw gak maen2 ..... gw tinggal bilang mao ke tmpt ibadah minggu ini
dia langsung samperin pake mobil plus sopir (bisa juga dia yg sopirin) ;D
Dalam kurun waktu Hampir 2 tahun dia (teman) tidak pernah bosan mengajak gw utk mengikuti kebaktian minggu ..... dalam waktu itu pula gw cuma memenuhi 1 x ikut ke tmp ibadah
selain itu dia kirim lagu2 rohani, kitab sucinya ..... dan tidak bosan bila telp ....mendoakan gw ;D
Sampe sekarang gw masih ingat dan amat menghargai dia .....
karna gw tau niat baik dia tanpa pamrih :)
oyaa .... dia tau gw Buddhis, tapi selama berteman dia tidak pernah menjelek2an agama Buddha
tidak dalam kehidupan ini.
_/\_
Quote from: Peacemind on 22 March 2010, 06:00:31 PM
Sebagai tambahan, ajaran Buddha itu diibaratkan sebagai harta yang tidak ternilai. Sudah sepantasnya kita membagi harta ini kepada orang lain. Dalam Lohiccasutta dari Dīghanikāya, Sang BUddha mengkritik brahmana Lohicca yang berpandangan bahwa setelah seorang pertapa atau brahmana memperoleh Dhamma yang bagus (Kusala dhamma), ia hendaknya jangan membagi ke orang lain. Sang BUddha mengkritik pandangan ini dan berkata bahwa pandangan ini sangat berbahaya.
Membahas sedikit dari Lohicca Sutta sedikit, ada 3 jenis guru yang dicela oleh Buddha:
1. Yang belum mencapai pembebasan dan tidak bisa mengajar
2. Yang belum mencapai pembebasan, tapi bisa mengajar
3. Yang mencapai pembebasan, tapi tidak bisa mengajar
Yang dipuji adalah yang sudah mencapai pembebasan DAN bisa mengajar.
Jika kita ngomong sampai Arahat, tentu terlalu jauh. Tetapi marilah kita bicara tentang hal-hal yang dapat kita capai sejauh kapasitas masing-masing.
-Sekarang banyak yang mengajar dhamma padahal tidak sesuai dengan Ajaran Buddha, memberikan image salah tentang Ajaran Buddha, menggunakan segala cara untuk menarik umat seperti "pemanjaan indera" atau pemupukan keserakahan. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
-Ada lagi yang lantang bicara Brahmavihara (Metta/Maitri, Karuna, Mudita, Upekkha/Upeksha) tapi kalau dihina agama lain, langsung membalas berkali-kali lipat. Barangkali itu adalah hasil pengembangan "Brahmavihara"-nya. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
-Lain lagi halnya dengan yang mengerti, tapi tidak punya keterampilan mengenal orang lain dan melihat kondisi. Orang ini punya logika yang baik, mengerti nilai dhamma, namun tidak bisa memilih kata yang tepat, tidak mengetahui apakah seseorang siap menerima dhamma atau akan muak dengan ceramah dhamma, asal "tembak" tanpa kenal tempat/waktu. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai sendiri juga.
Sekarang ini, begitu takutnya Buddha-dhamma musnah secara prematur (entah tidak pernah baca Dhammadayada Sutta, atau memang tidak mengerti 'Sabbe Sankhara Anicca'), banyak orang berbondong-bondong menjadi semacam Buddhist "evangelist". Apakah kira-kira itu mempertahankan nilai luhur, kualitas terbaik dalam dhamma yang bagaikan harta tak ternilai? Saya pribadi katakan tidak sama sekali.
Quote from: Kainyn_Kutho on 23 March 2010, 09:09:36 AM
Quote from: Peacemind on 22 March 2010, 06:00:31 PM
Sebagai tambahan, ajaran Buddha itu diibaratkan sebagai harta yang tidak ternilai. Sudah sepantasnya kita membagi harta ini kepada orang lain. Dalam Lohiccasutta dari Dīghanikāya, Sang BUddha mengkritik brahmana Lohicca yang berpandangan bahwa setelah seorang pertapa atau brahmana memperoleh Dhamma yang bagus (Kusala dhamma), ia hendaknya jangan membagi ke orang lain. Sang BUddha mengkritik pandangan ini dan berkata bahwa pandangan ini sangat berbahaya.
Membahas sedikit dari Lohicca Sutta sedikit, ada 3 jenis guru yang dicela oleh Buddha:
1. Yang belum mencapai pembebasan dan tidak bisa mengajar
2. Yang belum mencapai pembebasan, tapi bisa mengajar
3. Yang mencapai pembebasan, tapi tidak bisa mengajar
Yang dipuji adalah yang sudah mencapai pembebasan DAN bisa mengajar.
Jika kita ngomong sampai Arahat, tentu terlalu jauh. Tetapi marilah kita bicara tentang hal-hal yang dapat kita capai sejauh kapasitas masing-masing.
-Sekarang banyak yang mengajar dhamma padahal tidak sesuai dengan Ajaran Buddha, memberikan image salah tentang Ajaran Buddha, menggunakan segala cara untuk menarik umat seperti "pemanjaan indera" atau pemupukan keserakahan. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
Dalam hal ini, kita memang harus stick dengan definisi Dhammakathika (Pembabar Dhamma) bahwa sebagai seorang pembabar Dhamma sejati hanya mengajarkan Dhamma yang mengarahkan seseorang pada pelenyapan kekotoran batin. Dan sebagai tambahan, namun ironisnya, banyak umat Buddha saat ini justru suka dengan khotbah yang lucu2, ketimbang khotbah2 yang mampu meredam nafsu indera. :)
[/quote]
Quote
-Ada lagi yang lantang bicara Brahmavihara (Metta/Maitri, Karuna, Mudita, Upekkha/Upeksha) tapi kalau dihina agama lain, langsung membalas berkali-kali lipat. Barangkali itu adalah hasil pengembangan "Brahmavihara"-nya. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
Untuk hal ini, kita harus melatih diri untuk mengikuti jejak Sang Buddha yakni 'yathā kārī tathā vādī, yathā vādī tathā kārī - apa yang (Buddha) praktikkan adalah apa yang beliau katakan, apa yang beliau katakan adalah apa yang beliau praktikkan'.
Quote
-Lain lagi halnya dengan yang mengerti, tapi tidak punya keterampilan mengenal orang lain dan melihat kondisi. Orang ini punya logika yang baik, mengerti nilai dhamma, namun tidak bisa memilih kata yang tepat, tidak mengetahui apakah seseorang siap menerima dhamma atau akan muak dengan ceramah dhamma, asal "tembak" tanpa kenal tempat/waktu. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai sendiri juga.
Oleh karena itu, Sang BUddha menganjurkan para muridnya untuk mengajarkan Dhamma setelah memilih waktu yang tepat. Orang semacam ini disebut kālavādī (Orang yang berbicara sesuai waktu yang tepat).
Quote
Sekarang ini, begitu takutnya Buddha-dhamma musnah secara prematur (entah tidak pernah baca Dhammadayada Sutta, atau memang tidak mengerti 'Sabbe Sankhara Anicca'), banyak orang berbondong-bondong menjadi semacam Buddhist "evangelist". Apakah kira-kira itu mempertahankan nilai luhur, kualitas terbaik dalam dhamma yang bagaikan harta tak ternilai? Saya pribadi katakan tidak sama sekali.
Dalam menyebarkan Dhamma, sekali lagi, seorang pembabar Dhamma harus tetap mempertahankan nilai2 luhur Dhamma. JIka kita malah menyeleweng dari Dhamma, justru ini menjadikan sebab hancurnya Dhamma itu sendiri. Dalam Kassapasamyutta, dikatakan bahwa seorang pembabar Dhamma hendaknya membabarkan Dhamma semata-mata hanya karena ia menghormat dan mencintai Dhamma, bukan karena hal lain. Jika kita menanamkan karakter semacam ini, kita tidak akan menjadi Buddhist evangelist.
Quote from: Peacemind on 23 March 2010, 10:29:13 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 23 March 2010, 09:09:36 AM
Membahas sedikit dari Lohicca Sutta sedikit, ada 3 jenis guru yang dicela oleh Buddha:
1. Yang belum mencapai pembebasan dan tidak bisa mengajar
2. Yang belum mencapai pembebasan, tapi bisa mengajar
3. Yang mencapai pembebasan, tapi tidak bisa mengajar
Yang dipuji adalah yang sudah mencapai pembebasan DAN bisa mengajar.
Jika kita ngomong sampai Arahat, tentu terlalu jauh. Tetapi marilah kita bicara tentang hal-hal yang dapat kita capai sejauh kapasitas masing-masing.
-Sekarang banyak yang mengajar dhamma padahal tidak sesuai dengan Ajaran Buddha, memberikan image salah tentang Ajaran Buddha, menggunakan segala cara untuk menarik umat seperti "pemanjaan indera" atau pemupukan keserakahan. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
Dalam hal ini, kita memang harus stick dengan definisi Dhammakathika (Pembabar Dhamma) bahwa sebagai seorang pembabar Dhamma sejati hanya mengajarkan Dhamma yang mengarahkan seseorang pada pelenyapan kekotoran batin. Dan sebagai tambahan, namun ironisnya, banyak umat Buddha saat ini justru suka dengan khotbah yang lucu2, ketimbang khotbah2 yang mampu meredam nafsu indera. :)
Quote
-Ada lagi yang lantang bicara Brahmavihara (Metta/Maitri, Karuna, Mudita, Upekkha/Upeksha) tapi kalau dihina agama lain, langsung membalas berkali-kali lipat. Barangkali itu adalah hasil pengembangan "Brahmavihara"-nya. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai.
Untuk hal ini, kita harus melatih diri untuk mengikuti jejak Sang Buddha yakni 'yathā kārī tathā vādī, yathā vādī tathā kārī - apa yang (Buddha) praktikkan adalah apa yang beliau katakan, apa yang beliau katakan adalah apa yang beliau praktikkan'.
Quote
-Lain lagi halnya dengan yang mengerti, tapi tidak punya keterampilan mengenal orang lain dan melihat kondisi. Orang ini punya logika yang baik, mengerti nilai dhamma, namun tidak bisa memilih kata yang tepat, tidak mengetahui apakah seseorang siap menerima dhamma atau akan muak dengan ceramah dhamma, asal "tembak" tanpa kenal tempat/waktu. Entah ini yang dipuji atau dicela dalam Lohicca Sutta, silahkan menilai sendiri juga.
Oleh karena itu, Sang BUddha menganjurkan para muridnya untuk mengajarkan Dhamma setelah memilih waktu yang tepat. Orang semacam ini disebut kālavādī (Orang yang berbicara sesuai waktu yang tepat).
Quote
Sekarang ini, begitu takutnya Buddha-dhamma musnah secara prematur (entah tidak pernah baca Dhammadayada Sutta, atau memang tidak mengerti 'Sabbe Sankhara Anicca'), banyak orang berbondong-bondong menjadi semacam Buddhist "evangelist". Apakah kira-kira itu mempertahankan nilai luhur, kualitas terbaik dalam dhamma yang bagaikan harta tak ternilai? Saya pribadi katakan tidak sama sekali.
Dalam menyebarkan Dhamma, sekali lagi, seorang pembabar Dhamma harus tetap mempertahankan nilai2 luhur Dhamma. JIka kita malah menyeleweng dari Dhamma, justru ini menjadikan sebab hancurnya Dhamma itu sendiri. Dalam Kassapasamyutta, dikatakan bahwa seorang pembabar Dhamma hendaknya membabarkan Dhamma semata-mata hanya karena ia menghormat dan mencintai Dhamma, bukan karena hal lain. Jika kita menanamkan karakter semacam ini, kita tidak akan menjadi Buddhist evangelist.
:) Bro Peacemind menangkap dan menjelaskan maksud saya dengan baik sekali.
Memang itu yang hendak saya katakan bahwa seseorang yang ingin menyebarkan dhamma, hendaknya memiliki kualitas-kualitas (memahami ajaran, menjalankan ajaran, mengenal orang lain, mengetahui cara menyampaikan yang tepat pada orang lain) tersebut. Dengan begitu, maka dhamma akan bertahan dan berkembang.
Quote from: Virya on 23 March 2010, 12:51:51 AM
Quote from: BobbyXu on 22 March 2010, 11:49:57 PM
Gw suka dengan pendapat - pendapat bro and sis disini, gw rasa sangat benar sekali, selain itu kita bisa melihat cara kotor yang dilakukan agama lain dalam menambah jumlah umat, jumlah umat = uang, jadi cara kotor seperti menjelekkan agama lain pun dilakukan, gw cuma berharap mereka diberkati oleh karma mereka masing - masing, karma sungguh karma yang akan menjawab atas tindakan mereka.
Tidak usah membenci dengan mengatakan cara-cara kotor ......
bila ada agama lain mengajak untuk mengikuti dan menganut agamanya ...... Niat mereka baik loooh
karna di kepercayaan mereka ....... bila "PERCAYA" masuk Sorga .....
Gw ada teman baik yang tidak mengenal lelah dan amat bersemangat mengajak tiap minggu utk ke tempat ibadah mereka ......
dan ajakan teman gw gak maen2 ..... gw tinggal bilang mao ke tmpt ibadah minggu ini
dia langsung samperin pake mobil plus sopir (bisa juga dia yg sopirin) ;D
Dalam kurun waktu Hampir 2 tahun dia (teman) tidak pernah bosan mengajak gw utk mengikuti kebaktian minggu ..... dalam waktu itu pula gw cuma memenuhi 1 x ikut ke tmp ibadah
selain itu dia kirim lagu2 rohani, kitab sucinya ..... dan tidak bosan bila telp ....mendoakan gw ;D
Sampe sekarang gw masih ingat dan amat menghargai dia .....
karna gw tau niat baik dia tanpa pamrih :)
oyaa .... dia tau gw Buddhis, tapi selama berteman dia tidak pernah menjelek2an agama Buddha
Sebelumnya harap anda baca dengan benar statement saya dengan baik, apa saya ada mengatakan hal yang tidak baik, bukankah hal tersebut adalah kenyataan, Itu teman anda, terserah anda mau bilang dia baik atau apa, saya hanya menjelaskan dari segi dimana teman - teman bahkan saudara baik didekat gw dan teman - teman gw yang buddhist, bagaimana tindakan mereka dalam menghasut, menyebarkan agama itu sah - sah saja tapi jangan keterlaluan dengan mengatakan agama orang lain tidak baik.
By the way bro, gw rasa anda mengerti kan pepatah "tingginya langit bisa diukur, dalamnya samudra bisa diukur, tapi hati manusia mana bisa diukur" jadi baik atau tidak bukan langsung dijudge bisa ketahuan apalagi ada yang udah bersaudara atau berteman lama pun tidak dapat mengetahui kepribadian nya secara dalam, dan gw rasa apabila dia teman baik anda harusnya dia mengerti bahwa memaksakan kehendak secara halus itu sangat tidak baik, apalagi anda katakan dia teman baik anda, dia tau anda beragama buddha, dengan begini bisa ketahuan bahwa dia tidak pernah menganggap agama anda benar makanya dia terus mengajak anda, kecuali dia tidak tau anda beragama buddhist ini beda cerita, kalo udah tau malah terus - terusan ini yang tidak baik, nah tentu ini kembali kepribadi masing - masing apakah anda tipe yang suka di dekatin terus atau tipe sebaliknya.
Justru teman baik adalah teman yang tidak memaksakan kehendak atau egonya kepada kita, mengerti dan menghargai, dan gw punya banyak teman kayak gitu, mereka menghargai agama gw, dan kita kadang bertukar pendapat, karena pada intinya mereka menghargai keberadaan agama gw, bukan sebaliknya.
Mungkin apabila anda ingin mencari tau kebenaran tambah teman bukan saja dari satu teman anda ini, berteman lah dengan lebih banyak teman biar pandangan anda lebih objektif.
Lagian dia itu cuma satu teman anda yang seperti itu dan gw rasa sangat wajar, tapi bro kelapangan, prakteknya lebih parah dari itu, ingat dia teman anda tentu saja tidak akan berani menggunakan cara "kasar". :)
^
^
Lihatlah hinaan sebagai guru yang terbaik untuk melatih kesabaran!
Ikutan2an kalimat samanera Peacemind ;D _/\_
Quote from: stephen chow on 22 March 2010, 11:32:24 AM
Kalo menurut saya agama Buddha tidak akan punah selamanya.. Karena kalau punah artinya tidak akan muncul lagi selamanya seperti dinosaurus.. Lebih tepatnya "Di lupakan".. Tapi nanti lah Buddha berikutnya
yg akan mendapatkan sendiri ajaran Buddha dan menyebarkannya kembali..
Ini menurut pendapat sendiri, kalau ada yg salah mohon di perbaiki.
Bisa saja Dinosaurus juga akan muncul lagi !
Di Bumi ini 'mungkin' tidak muncul tapi di bumi lain atau bumi yang akan datang bisa saja muncul lagi dinosaurus. :))
kam sia
menurut saia sih Agama Buddha akan punah, seperti yg udah dijelasin di page 1, gak ada hal duniawi yang kekal
tapi yg dipelajari kan Dhamma, bkn agama-nya yang sebagai merk :D
Dhamma suatu hari juga akan dilupakan, tapi juga toh ntar ditemukan kembali ^^
yup Agama Buddha bukan agama yg keyakinannya muncul hanya karena percaya tapi butuh pembuktian
tak perlu promosi berlebihan untuk mencari dan membujuk2 org agar menjadi umat Buddha
tapi memperkenalkan Dhamma kepada orang yang ingin mengenal atau umat Buddha yang kurang mengerti mengenai Dhamma juga bkn hal yang buruk kan?
setidaknya menurut saia ini salah satu cara agar roda Dhamma bisa terus berputar
pasti cepat punah karena prisip non violance dan non agressive budhism gak bisa mengcounter agama lain yg agresif.karena jadi seperti mereka jelas gak sesuai dengan ajaran dan filosofi nya budha jadi gak akan ada ektrimis dalam agama budha ini lah yg membuat rapid decline dan tidak akan ada pencucian otak dalam agama budha jadi susah untuk counter mereka. contoh sejarah yg paling nyata adalah lenyap nya budha dari india setelah mauryan kigdom collapsed (king ashok). jadi memang bukan nature nya budhist melakukan violance resistance de-budhanisasi.hanya orang2 yg mental nya luas saja yg tahan yg lain pasti nyari yg istant 2 aja.gak usah susah hanya cukup percaya mbunuh2 orang atau bertobat semua beres masuk surga pasti semua maunya begitu iya ngak????trus bersaksi di media gini gitu semua karena tuhan heheheheh beresss masuk surga.gak bisa promosi ngajak2 orang malu dan gak efektif dan kasunyatan akan tetap ada baik ada maupaun tiada yg percaya.viva pagan viva infidel paganus vincit.
cepat atau lambat punah bukan berdasarkan prinsip tanpa kekerasan.
melainkan karena berbagai pengaruh faktor yang terutama dipengaruhi keputusan Sammasambuddha sendiri.
ada ato tidak ada nya seorang sama sambuddha, dhamma tetap berjalan dan ada...
apakah buddhism akan dilupakan ? ya... suatu saat, ketika moral manusia sudah sangat bobrok, tidak ada beda nya dengan hewan/binatang....
apakah buddhism akan hilang ? ya... yg hilang adalah ajaran tentang dhamma yg telah di temukan dan di babarkan oleh buddha gautama...
apakah dhamma akan musnah/lenyap ? tidak... dhamma tidak akan lenyap, dhamma tetap ada, hanya tidak dapat di ketahui/di pelajari lg karena telah di lupakan/di abaikan/tidak di anggap oleh manusia suatu saat nanti...
inti dari semua itu adalah, ketika moral manusia semakin rusak... cukup perhatikan dan sadari, apakah sudah terjadi ?