Pelajaran Abhidhamma sarat dengan kata2 teknis dan analisa serta tabel2 yg njlimet.
Membaca buku pegangan Abhidhamma tok, tanpa diskusi kelompok, akan membikin frustasi.
Di Thread ini, akan dipost contoh2 kasus, yg akan memudahkan untuk mengerti Teori Abhidhamma.
_/\_
::
Contoh kasus
JENDELA dan BURUNG
Pada pagi hari, dua orang saudara yg tidur sekamar sama2 terbangun, mereka sama2 membuka jendela, satu di kiri, satu di kanan ruangan.
Orang yg pertama, begitu membuka jendela dan melihat pemandangan indah, matahari terbit, langit cerah, burung2 berkicau, ia membatin: "Oh, alangkah senangnya, langit sangat indah, suara burung itu begitu merdu, aku sangat menikmati suasana pagi ini..."
Orang yang kedua, sama juga, membuka jendela dan mendapati pemandangan yg sama, dan juga burung2 berkicau, ia membatin:
"Oh, alangkah indahnya pagi ini, langit cerah, dan burung2 sangat bergembira, mereka berkicau dengan bahagia, oh senangnya melihat kebahagiaan burung2 itu..."
Dapat dilihat kedua orang ini mengalami suasana yg sama, objek yg sama, sama2 mengalami kebahagiaan, tetapi dasar kebahagiaannya berbeda. Kalau perbedaan ini tidak terlalu penting, mari kita lihat kelanjutannya.
Kemudian, seseorang diluar sana menembak burung2 tersebut. Beberapa ekor mati. Sisanya berhamburan. Tidak ada lagi kicauan burung yg merdu.
Orang yg pertama membatin: "Sialan nih, orang itu kurang ajar juga, hilang deh kebahagiaan gua, suara burungnya gak ada lagi."
Orang yg kedua membatin: "Aduh, kasihan burung2 tersebut..."
Apa perbedaannya? Mari kita analisa.
~ Pada orang yg pertama: ia menikmati kebahagiaan dengan memimbulkan faktor bathin Lobha (ketamakan), kemelekatan kepada objek. Sehingga ketika objek kemelekatannya itu dirampas, akan timbul faktor bathin Dosa (kebencian) terhadap subjek yg merampas kebahagiaannya tsb. Ia menimbulkan dua kali minus: Menikmati atas dasar lobha (-) dan disusul oleh kemarahan (-)
~ Pada orang yg kedua: ia menikmati kebahagiaan dengan menimbulkan faktor bathin Mudita (berbahagia atas kebahagiaan org lain). Sehingga ketika objek tersebut terputus, akan timbul faktor bathin Karuna (turut merasakan penderitaan objek lain). Ia telah memupuk faktor bathinnya dengan dua kali positif: Mudita (+) dan Karuna (+)
Objek sama, kondisi sama, waktu yg sama, kebahagiaan sama2 timbul, tapi bathin berbeda.
Karma yg dihasilkan berbeda.
::
mohon petunjuk ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??
^-^ ^-^ ^-^
dah bertambah nih yang tertarik abhidhamma
Quote from: EVO on 25 January 2008, 06:03:45 PM
^-^ ^-^ ^-^
dah bertambah nih yang tertarik abhidhamma
;D biar makin cerah kyk matahari td siang
_/\_ bro willibordus. Thanks buat contoh yg mudah dimengerti tersebut, ditunggu ya contoh2 penerapan kasus lainnya.
Quote from: Hendra Susanto on 25 January 2008, 05:53:46 PM
mohon petunjuk ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??
"reaksi si a terkesima
kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (
sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (
karuna).
"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (
dosa),
dosa yg halus.
untuk daftar faktor bathin (cetasika), dapat dilihat postingan sdri. Lily & sdr. Fox, di uraian CETASIKA (http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.0) dan table CETASIKA (http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.msg23981#msg23981)
_/\_
Quote from: tesla on 26 January 2008, 08:25:04 AM
Quote from: Hendra Susanto on 25 January 2008, 05:53:46 PM
mohon petunjuk ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).
"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.
untuk daftar faktor bathin (cetasika), dapat dilihat postingan sdri. Lily & sdr. Fox, di uraian CETASIKA (http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.0) dan table CETASIKA (http://www.dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.msg23981#msg23981)
_/\_
Good Analysis and Good Conclusion
Quote from: tesla on 26 January 2008, 08:25:04 AM
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).
"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.
Anumodana Bro Tesla...
Memang begitu analisanya, segala sesuatunya dilihat pada tingkatan batin kita.
- Batin apa yg mendorong/menjadi landasan kita merasa berbahagia?
- Batin apa yg melandasi reaksi kita ketika melihat seorang; misalnya pengemis?
- Batin apa yg melandasi kita berdana? kasihankah? Supaya pengemisnya tidak menganggu makan kita dan cepat2 pergikah?
- dsbnya
Semua tindakan kita, meski diluar nya kelihatan sama, namun landasan batin biasanya berbeda sehingga akan memberikan vipaka yg berbeda pada masing orang.
Buddhism memang memanage Bathin
_/\_
::
Quote from: willibordus on 25 January 2008, 03:57:18 PM
Contoh kasus
JENDELA dan BURUNG
Pada pagi hari, dua orang saudara yg tidur sekamar sama2 terbangun, mereka sama2 membuka jendela, satu di kiri, satu di kanan ruangan.
Orang yg pertama, begitu membuka jendela dan melihat pemandangan indah, matahari terbit, langit cerah, burung2 berkicau, ia membatin: "Oh, alangkah senangnya, langit sangat indah, suara burung itu begitu merdu, aku sangat menikmati suasana pagi ini..."
Orang yang kedua, sama juga, membuka jendela dan mendapati pemandangan yg sama, dan juga burung2 berkicau, ia membatin:
"Oh, alangkah indahnya pagi ini, langit cerah, dan burung2 sangat bergembira, mereka berkicau dengan bahagia, oh senangnya melihat kebahagiaan burung2 itu..."
Dapat dilihat kedua orang ini mengalami suasana yg sama, objek yg sama, sama2 mengalami kebahagiaan, tetapi dasar kebahagiaannya berbeda. Kalau perbedaan ini tidak terlalu penting, mari kita lihat kelanjutannya.
Kemudian, seseorang diluar sana menembak burung2 tersebut. Beberapa ekor mati. Sisanya berhamburan. Tidak ada lagi kicauan burung yg merdu.
Orang yg pertama membatin: "Sialan nih, orang itu kurang ajar juga, hilang deh kebahagiaan gua, suara burungnya gak ada lagi."
Orang yg kedua membatin: "Aduh, kasihan burung2 tersebut..."
Apa perbedaannya? Mari kita analisa.
~ Pada orang yg pertama: ia menikmati kebahagiaan dengan memimbulkan faktor bathin Lobha (ketamakan), kemelekatan kepada objek. Sehingga ketika objek kemelekatannya itu dirampas, akan timbul faktor bathin Dosa (kebencian) terhadap subjek yg merampas kebahagiaannya tsb. Ia menimbulkan dua kali minus: Menikmati atas dasar lobha (-) dan disusul oleh kemarahan (-)
~ Pada orang yg kedua: ia menikmati kebahagiaan dengan menimbulkan faktor bathin Mudita (berbahagia atas kebahagiaan org lain). Sehingga ketika objek tersebut terputus, akan timbul faktor bathin Karuna (turut merasakan penderitaan objek lain). Ia telah memupuk faktor bathinnya dengan dua kali positif: Mudita (+) dan Karuna (+)
Objek sama, kondisi sama, waktu yg sama, kebahagiaan sama2 timbul, tapi bathin berbeda.
Karma yg dihasilkan berbeda.
::
Apakah orang pertama menikmati kebahagiaan sendiri itu salah ?
Misalnya berpikir oh senangnya aku, damai sekali pagi ini, burung2 juga pada senang.
apa harus mikirin si burung aja senang, khan aku juga makhluk hidup.
dan diri sendiri harus dicintai seperti makhluk hidup yang lainnya.
apakah boleh ini disebut content alias 自足,
dalam segala kondisi kita mencoba merasa puas dan berbahagia ?
mohon pencerahan....
Apakah orang pertama menikmati kebahagiaan sendiri itu salah ?
menikmati kebahagiaan tidaklah salah.
nibbana, tujuan akhir Buddhism adalah sebuah kebahagiaan tertinggi.
dalam kasus pertama, orang tsb sedang membangun kebahagiaan yg
bergantung pada kondisi seperti: langit yg indah; suara burung yg merdu.
ketika kondisi tsb hilang, kebahagiaan tsb akan berubah menjadi penderitaan.
bukan kebahagiaan seperti ini yg ditawarkan oleh Buddhism. ;)
Misalnya berpikir oh senangnya aku, damai sekali pagi ini, burung2 juga pada senang.
apa harus mikirin si burung aja senang, khan aku juga makhluk hidup.
dan diri sendiri harus dicintai seperti makhluk hidup yang lainnya.
sebenarnya orang kedua jg merasakan kebahagiaan kok, seperti yg bro oddiezz katakan.
apakah boleh ini disebut content alias 自足,
dalam segala kondisi kita mencoba merasa puas dan berbahagia ?
yg berkondisi pastilah memiliki 3 corak, yaitu: dukkha, anicca, anatta.
dukkha dalam hal ini artinya 'tidak memuaskan'.
contoh: hidup adalah sebuah kondisi, misalnya perlu makan.
kalau kita tidak makan, lapar akan muncul sbg penderitaan.
berbahagia dg kelaparan artinya pembodohan diri lho.
pada saat kita hidup (berkondisi), yg dapat kita lakukan sekarang
adalah meminimalkan penderitaan yg muncul.
makan untuk menghilangkan lapar, tidak berlebihan.
makan berlebihan sebenarnya akan menghasilkan penderitaan lagi.
yg kita tuju adalah "tidak berkondisi", itu tercapai penuh pada saat
kita parinibbana ;)
semoga bisa dimengerti ya :)
Quote from: oddiezz on 26 January 2008, 11:24:44 AM
Apakah orang pertama menikmati kebahagiaan sendiri itu salah ?
Sudah dijelaskan oleh Bro Tesla.
Hanya mo nambahin sedikit:
~ Tidak ada SALAH atau BENAR dalam ajaran Buddha (Dhamma), yang ada hanyalah KONSEKUENSI.
Kalo kita berbuat sesuatu pasti ada
konsekuensi yg menyusul perbuatan tsb,
sekarang ataupun nanti.
Kembali ke contoh kasus diatas, kita menikmati suara burung2. Pada saat tersebut sebenarnya
kita melekatkan kenikmatan kita pada objek tersebut (burung). Tidak ada yg salah.
Yang ada hanyalah
konsekuensi-nya, yaitu: jika 'objek kenikmatan' tersebut dirampas, maka akan timbul 'penolakan' dalam batin kita. Penolakan ini biasanya berupa: Kekesalan, Kebencian ataupun Kesedihan, yg kesemuanya adalah
kamma buruk.
::
Ikutan nimbrung,
Melihat tapi cuma melihat!
_/\_
Quote from: willibordus on 26 January 2008, 09:34:55 AM
Quote from: tesla on 26 January 2008, 08:25:04 AM
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).
"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.
Anumodana Bro Tesla...
Memang begitu analisanya, segala sesuatunya dilihat pada tingkatan batin kita.
- Batin apa yg mendorong/menjadi landasan kita merasa berbahagia?
- Batin apa yg melandasi reaksi kita ketika melihat seorang; misalnya pengemis?
- Batin apa yg melandasi kita berdana? kasihankah? Supaya pengemisnya tidak menganggu makan kita dan cepat2 pergikah?
- dsbnya
Semua tindakan kita, meski diluar nya kelihatan sama, namun landasan batin biasanya berbeda sehingga akan memberikan vipaka yg berbeda pada masing orang.
Buddhism memang memanage Bathin
_/\_
::
yg dibold
byk pengemis dijalanan skr bagaimana dr pandangan abhidahamma mengenai kebijaksanaan.
cth:
2 org meliat pengemis
si a merasa kasian dan memberi (pdhal belum tentu pengemis benar2 miskin dan patut diberi) <== kebijaksanaan cengeng
si b tdk memberi karena merasa pengemis itu tdk layak diberi dgn alasan akan membuatnya menjadi semakin malas <== kebijaksanaa ????
mohon ulasan thx
IMO ya, kita tidak bertanggung jawab atas kebohongan orang lain. Yang kedua apa yang dikhawatirkan belum tentu benar kan ? Bisa saja pengemis itu benar2 miskin.
Jadi perbuatan si A menghasilkan vipaka positif karena memberikan dengan "karuna"
Dan perbuatan si B menghasilkan vipaka negatif karena bersekutu dengan "dosa mula citta yang halus" (docatuka : benci, iri karena dia bisa mendapat uang dengan cara gampang, kikir, dan khawatir dia menjadi malas)
Dan (pdhal belum tentu pengemis benar2 miskin dan patut diberi) itu juga merupakan suatu dosa mula citta yang sangat halus (khawatir bahwa pengemis itu benar2 miskin)
Jawaban di atas ini sebagian kecil dari jutaan reaksi batin yang terjadi, belum bisa dijadikan patokan dan berbalik pada reaksi batin yang terjadi..
CMIIW
menurut saya, kita tidak dapat menilai sebuah tindakan itu dari luar yah...
pikiran adalah pelopor.
oleh karena itu yg harus kita teliti adalah internalnya.
tindakan si A utk memberi, harus dibedah pada kondisi pikirannya:
- jika A memberi karena ingin ambisinya ber-dana, dg harapan mendapatkan vipaka baik (shg yg dia perdulikan adalah 'yg penting saya berdana'). artinya bathinnya bersekutu dg lobha & moha/nafsu berdana & masa bodoh. (-)(-).
- jika A memberi karena rasa kasihan atas penderitaan orang lain. itu adalah karuna/belas kasihan (+).
dan sebaliknya, jika B tidak memberi karena:
- kebencian akan kemalasan orang lain, itu adalah dosa
- mengetahui sumbangan hanya menjatuhkan mereka semakin jauh, itu adalah karuna. (mis. Muhammad Yunus, 'sumbangan tidak menuntut tanggung jawab & hanya mengakibatkan ketergantungan')
_/\_
^-^ ^-^ ^-^
nibana oh nibana.....
bagaimana aku dapat merasakan engkau...
kalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
nibana..kebahagian tertinggi...
bagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
selalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...
untunglah aku sekarang ada kompas dan peta...untuk menuju dirimu
tunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
karna aku sudah memiliki kompas dan peta.... ^-^ ^-^ ^-^
abhidhamma ko willi ku kacao kan ;D ;D ;)
Quote from: EVO on 27 January 2008, 10:17:09 AM
^-^ ^-^ ^-^
nibana oh nibana.....
bagaimana aku dapat merasakan engkau...
kalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
nibana..kebahagian tertinggi...
bagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
selalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...
untunglah aku sekarang ada kompas dan peta... untuk menuju dirimu
tunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
karna aku sudah memiliki kompas dan peta.... ^-^ ^-^ ^-^
abhidhamma ko willi ku kacao kan ;D ;D ;)
ada pesan tersembunyi nih... ^-^ ^-^ ^-^
Kebijaksanaan adalah kompasnya, petanya adalah pandangan terang _/\_
Quote from: tesla on 27 January 2008, 10:05:16 AM
menurut saya, kita tidak dapat menilai sebuah tindakan itu dari luar yah...
pikiran adalah pelopor.
oleh karena itu yg harus kita teliti adalah internalnya.
tindakan si A utk memberi, harus dibedah pada kondisi pikirannya:
- jika A memberi karena ingin ambisinya ber-dana, dg harapan mendapatkan vipaka baik (shg yg dia perdulikan adalah 'yg penting saya berdana'). artinya bathinnya bersekutu dg lobha & moha/nafsu berdana & masa bodoh. (-)(-).
- jika A memberi karena rasa kasihan atas penderitaan orang lain. itu adalah karuna/belas kasihan (+).
dan sebaliknya, jika B tidak memberi karena:
- kebencian akan kemalasan orang lain, itu adalah dosa
- mengetahui sumbangan hanya menjatuhkan mereka semakin jauh, itu adalah karuna. (mis. Muhammad Yunus, 'sumbangan tidak menuntut tanggung jawab & hanya mengakibatkan ketergantungan')
_/\_
Jawaban tesla semakin menunjukkan bahwa semua perbuatan tergantung dari pola pikir dan batin seseorang. Thanks u/ melengkapi.. :D
Quote from: tesla on 27 January 2008, 10:20:11 AM
Quote from: EVO on 27 January 2008, 10:17:09 AM
^-^ ^-^ ^-^
nibana oh nibana.....
bagaimana aku dapat merasakan engkau...
kalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
nibana..kebahagian tertinggi...
bagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
selalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...
untunglah aku sekarang ada kompas dan peta... untuk menuju dirimu
tunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
karna aku sudah memiliki kompas dan peta.... ^-^ ^-^ ^-^
abhidhamma ko willi ku kacao kan ;D ;D ;)
ada pesan tersembunyi nih... ^-^ ^-^ ^-^
Gw ganti ya warnanya.. :D bikin sakit mata tes
hebat....hebat............ bro tesla en fox udah hebat2 semua........
berkat bimbingan ko will nih.........
anumodana untuk kemajuan semuanya........... _/\_
Quote from: tesla on 26 January 2008, 08:25:04 AM
Quote from: Hendra Susanto on 25 January 2008, 05:53:46 PM
mohon petunjuk ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).
"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.
_/\_
dear tesla,
cm mo nambahin aja untuk yang terkesima kesian dan sadar, sebenarnya ada 4 proses yg terjadi yaitu:
1. melihat
2. terkesima
3. kesian, dan
4. sadar
terkesima disini ada kemungkinan netral, tapi sepertinya dosa mula citta. Yang pasti sih tidak mungkin menyenangkan :P
setelah itu, baru jadi landasan untuk indera pikiran "kesian"........
demikian saya rasa prosesnya secara lebih detail yah.... semoga bisa dimengerti.......
Quote from: markosprawira on 28 January 2008, 09:01:17 AM
hebat....hebat............ bro tesla en fox udah hebat2 semua........
berkat bimbingan ko will nih.........
anumodana untuk kemajuan semuanya........... _/\_
Anumodana buat Bro Markos telah ikut bermuditacitta :D
Anumodana buat Bro Willy, Bro Gunasaro, Sis Lily yang senantiasa membimbing :D
Quote from: tesla on 27 January 2008, 10:20:11 AM
Quote from: EVO on 27 January 2008, 10:17:09 AM
^-^ ^-^ ^-^
nibana oh nibana.....
bagaimana aku dapat merasakan engkau...
kalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
nibana..kebahagian tertinggi...
bagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
selalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...
untunglah aku sekarang ada kompas dan peta... untuk menuju dirimu
tunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
karna aku sudah memiliki kompas dan peta.... ^-^ ^-^ ^-^
abhidhamma ko willi ku kacao kan ;D ;D ;)
ada pesan tersembunyi nih... ^-^ ^-^ ^-^
hmmm :-? apa ya pesannya?
"ko willy ku kacau" yah? :hammer:
:))
::
^-^ ^-^ ^-^ ko willi
ketika dalam satu kehidupan aku berjalan...
pada saat aku berjalan aku terjatuh kedalam kumbangan lumpur penghisap...
jika aku bergerak kedepan aku semangkin dalam di hisapnya...
jika aku bergerak ke belakang aku semangkin dalam juga dihisapnya...
jika aku diam maka aku hanya menunggu tengelam dan mati...
aku tak berdaya....
aku mengharapkan sebuah tangan mengulur menolong ku keluar dalam kumbangan lumpur penghisap ini....
aku menunggu dan menunggu...tapi dia tak kunjung datang....
akhirnya aku tak ingin hanya menunggu...aku ingin berusaha untuk keluar sendiri...tapi aku tak tau bagaimana cara aku ntuk bisa keluar....
:'( :'( :'( tolong ngin aku dong :( :( :(
untuk kedua kalinya ku kacao kan abhidhamma ko willi ;D ;D ;)
Quote from: EVO on 28 January 2008, 09:44:06 AM
^-^ ^-^ ^-^ ko willi
ketika dalam satu kehidupan aku berjalan...
pada saat aku berjalan aku terjatuh kedalam kumbangan lumpur penghisap...
jika aku bergerak kedepan aku semangkin dalam di hisapnya...
jika aku bergerak ke belakang aku semangkin dalam juga dihisapnya...
jika aku diam maka aku hanya menunggu tengelam dan mati...
aku tak berdaya....
aku mengharapkan sebuah tangan mengulur menolong ku keluar dalam kumbangan lumpur penghisap ini....
aku menunggu dan menunggu...tapi dia tak kunjung datang....
akhirnya aku tak ingin hanya menunggu...aku ingin berusaha untuk keluar sendiri...tapi aku tak tau bagaimana cara aku ntuk bisa keluar....
:'( :'( :'( tolong ngin aku dong :( :( :(
untuk kedua kalinya ku kacao kan abhidhamma ko willi ;D ;D ;)
Kenapa harus menunggu orang lain menyelamatkan ?
Ketika sudah ada "tali dhamma" yang bisa u pake untuk menarik u ke luar lumpur ?
Sekarang saatnya belajar bagaimana "memanjat" menggunakan "tali dhamma"
Tali Dhamma sudah banyak tersedia di DC ini..
Silakan dicari..
Silakan dibaca..
Silakan direnungkan..
Silakan dipraktekkan..
^-^
Teratai itu hidupnya diLUMPUR loh....
_/\_
Quote from: EVO on 28 January 2008, 09:44:06 AM
^-^ ^-^ ^-^ ko willi
ketika dalam satu kehidupan aku berjalan...
pada saat aku berjalan aku terjatuh kedalam kumbangan lumpur penghisap...
Quote from: Che Na on 28 January 2008, 12:42:58 PM
^-^
Teratai itu hidupnya diLUMPUR loh....
Nah, Evo....
Ternyata Che Na telah memberikan jawaban yg unik.
Kondisi sekeliling kita adalah keadaan yg tidak bisa kita atur / terlalu kita harapkan. Kadang kondisi sekeliling kita bagus, jernih, bersih, maka akan mudah bagi kita. Kadang kondisi sekeliling kita kotor, parah, semua serba susah, keadaan seakan2 tidak memihak kita, kita serasa dijerat ke dalam lumpur.....
Saat2 seperti inilah sebenarnya ujian bagi murid2 Sang Buddha. Saat2 yg susah, keadaan yg menyulitkan, itulah saatnya menerapkan pelajaran yg diberikan oleh Guru kita. Saat senang tidak perlu dibilang lagi, semua orang bisa menghadapinya. Disaat susah lah Dhamma akan berguna, disaat susahlah seseorang akan bisa merenung dan melihat kebenaran Dukkha dan kebenaran2 lainnya....
Keadaan yg menyulitkan ibarat Lumpur.
Kita, murid2 Sang Buddha ibarat Teratai.
Teratai yg bermekaran di tengah lumpur, akan kelihatan semakin indah....
_/\_
::
Ada Buku inspiratif berjudul :"Bad Things Happen to Good People"
Berkesimpulan bahwa hal2 seperti itu (lumpur) dihadirkan untuk menjadikan Rahmat Terselubung , asalkan yang bersangkutan mampu melihatnya demikian! untuk mendapatkannya jadilah seimbang.
Jika hal2 buruk dipertanyakan kenapa hal2 yang baik tidak pernah di syukuri?
_/\_
Kt bs mempelajari semua hal dari kondisi yg buruk maupun baik, sehingga bs mendapatkan kemajuan dlm mengempangkan pandangan benar.
Quote
[Baik] [Buruk]
Offline Offline
Posts: 275
View Profile Personal Message (Offline)
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #25 on: Today at 09:44:06 AM »
Reply with quoteQuote
chuckle chuckle chuckle ko willi
ketika dalam satu kehidupan aku berjalan...
pada saat aku berjalan aku terjatuh kedalam kumbangan lumpur penghisap...
jika aku bergerak kedepan aku semangkin dalam di hisapnya...
jika aku bergerak ke belakang aku semangkin dalam juga dihisapnya...
jika aku diam maka aku hanya menunggu tengelam dan mati...
aku tak berdaya....
aku mengharapkan sebuah tangan mengulur menolong ku keluar dalam kumbangan lumpur penghisap ini....
aku menunggu dan menunggu...tapi dia tak kunjung datang....
akhirnya aku tak ingin hanya menunggu...aku ingin berusaha untuk keluar sendiri...tapi aku tak tau bagaimana cara aku ntuk bisa keluar....
Cry Cry Cry tolong ngin aku dong Sad Sad Sad
untuk kedua kalinya ku kacao kan abhidhamma ko willi Grin Grin Wink
klo evo beneran kecebur gmn ya?? dr td kgk ada yg nolongin....
gw aja dech... ^-^
Quote from: EVO on 27 January 2008, 10:17:09 AM
^-^ ^-^ ^-^
nibana oh nibana.....
bagaimana aku dapat merasakan engkau...
kalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
nibana..kebahagian tertinggi...
bagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
selalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...
untunglah aku sekarang ada kompas dan peta...untuk menuju dirimu
tunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
karna aku sudah memiliki kompas dan peta.... ^-^ ^-^ ^-^
abhidhamma ko willi ku kacao kan ;D ;D ;)
:)) :)) :))
Terlalu Puitis.... =)) =)) =))
Quotenibana oh nibana.....bagaimana aku dapat merasakan engkau...
Emangnya Nibbana hanya untuk dirasakan? :o
Quotekalau aku selalu menolak mu....aku selalu berlari terus menjauhhi mu...
Inilah dosa.... ;D
Quotebagaimana bisa merasakan kebahagian tertinggi...kalau kebahagian saja kita tidak dapat merasa atau pun mempertahankan...
Kebahagiaan itu ada di tangan kita... kebahagiaan itu harus kita jemput lho....
Kebahagiaan adalah kejadian kecil2 (potongan2) dan bukan merupakan kejadian yang tiba2 (gede2)...
Begitu ada kebahagiaan....coba raihlah...
Kebahagiaan ibarat jemput bola dan jangan di tunggu2 lho.... :x
Quoteselalu bilang nibana ....
tapi aku tak tau engkau di mana...untunglah aku sekarang ada kompas dan peta...untuk menuju dirimu
Nibbana bukan merupakan Tempat.... ^:)^
Quotetunggu lah aku...yg sedang berjalan mendekati mu....
kemana pun kau berada aku pasti kan menemuakan mu...
Mulai sekarang....langsung praktekkan Dhamma ^:)^...jangan puisi melulu..... :)) :)) :))
Quoteabhidhamma ko willi ku kacao kan
Emangnya Abhidhamma bisa di kacaokan? :-?
:o
_/\_ :lotus:
Quote from: willibordus on 28 January 2008, 12:53:44 PM
Quote from: EVO on 28 January 2008, 09:44:06 AM
^-^ ^-^ ^-^ ko willi
ketika dalam satu kehidupan aku berjalan...
pada saat aku berjalan aku terjatuh kedalam kumbangan lumpur penghisap...
Quote from: Che Na on 28 January 2008, 12:42:58 PM
^-^
Teratai itu hidupnya diLUMPUR loh....
Nah, Evo....
Ternyata Che Na telah memberikan jawaban yg unik.
Kondisi sekeliling kita adalah keadaan yg tidak bisa kita atur / terlalu kita harapkan. Kadang kondisi sekeliling kita bagus, jernih, bersih, maka akan mudah bagi kita. Kadang kondisi sekeliling kita kotor, parah, semua serba susah, keadaan seakan2 tidak memihak kita, kita serasa dijerat ke dalam lumpur.....
Saat2 seperti inilah sebenarnya ujian bagi murid2 Sang Buddha. Saat2 yg susah, keadaan yg menyulitkan, itulah saatnya menerapkan pelajaran yg diberikan oleh Guru kita. Saat senang tidak perlu dibilang lagi, semua orang bisa menghadapinya. Disaat susah lah Dhamma akan berguna, disaat susahlah seseorang akan bisa merenung dan melihat kebenaran Dukkha dan kebenaran2 lainnya....
Keadaan yg menyulitkan ibarat Lumpur.
Kita, murid2 Sang Buddha ibarat Teratai.
Teratai yg bermekaran di tengah lumpur, akan kelihatan semakin indah....
_/\_
::
"Seperti teratai-teratai yang berwarna biru, merah atau putih di dalam sebuah kolam, dimana beberapa pucuk teratai masih berada di bawah permukaan air dan beberapa yang sedang tumbuh menuju ke permukaan air, serta beberapa bunga yang sudah muncul di permukaan air, tanpa terkena lumpur; demikianlah Sang Tathagata melihat dunia ini dengan mata bathinnya. Ia melihat makhluk makhluk yang bathinnya masih sedikit kekotorannya dan yang masih tebal kekotorannya, makhluk-makhluk yang cerdas dan yang dungu, yang baik dan yang buruk wataknya, yang patuh dan tidak patuh; beberapa diantara mereka dihantui kekuatiran akan perbuatan-perbuatan salah yang telah dilakukan oleh kekuatiran akan dilahirkan di alam yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, Sang Buddha bertekad untuk mengajarkan "JALAN" yang telah ditemukannya itu demi kebahagiaan semua makhluk.
SAMYUTTA NIKAYA (SAGATHA-VAGGA) BAB VI, BRAHMA SUTTA BAB I BAGIAN PERTAMA THE ENTREATY
_/\_ :lotus:
[at] c lily yang cantikkkkk
bukan abhidhamma loh yang ku kacao kan :)
btw soal kebahaian ada di tangan kita saya setuju banget...
soal yang lain...hmmm...puisi kan ungkapan perasaan ku..
dan aku suka :P ^-^ ^-^
pada saat saya berproses belajar dan mempraktekkan dhamma pada saat itu pulah jiwa puitis ku muncul ^-^ ^-^ ^-^
nibana bagi ku adalah kebahagian...
dan kebahagian ku saat ini adalah saya berproses mempraktekkan ajaran sang buddha...
dalam proses ini saya merasakan nibanaku yaitu kebahagianku.... :)
thanks all....
atas pos nya...tentang lumpur...
kondisi seperti itu sangat sering kita jumpai dalam dunia nyata
dan akan semangkin sering terjadi karna kondisi negara kita yang semangkin sulit...
saat ini semua bahan makanan pokok naik melambung tinggi..
bahan bangunan pun naik tinggi...
saat ini semangkin banyak orang yang sulit perekonomiannya
biaya pendidikan yang semangkin mahal...
saat ini jangan kan memikirkan biaya pendidikan atau pun kesehatan untuk makan sehari hari saja banyak yang susah...
saat sangat sulit begini apa mereka memikirkan untuk dhamma???
yang mereka pikirkan hari ini saya bisa makan tidak???
sama seperti mereka masuk dalam lumpur dan tidak ada yg mengulurkan tangan...
ini yang kurasakan ketika hari ini pertama kali aku keluar melihat kehidupan luar
dan bertapa malu, terkejutnya, dan rasa syukurnya aku dengan diri ku sendiri...
ternyata di luar sana lah praktek dhamma bisa kita terapkan...
bagaimana mereka yang telah kelelahan,kepanasan,kehausan,bahkan kelaparan
bisa mengontrol hati mereka...
Quote from: EVO on 29 January 2008, 12:29:48 AM
ternyata di luar sana lah praktek dhamma bisa kita terapkan...
bagaimana mereka yang telah kelelahan,kepanasan,kehausan,bahkan kelaparan
bisa mengontrol hati mereka...
Mereka, sy yakin, tidak pernah mendengar apapun mengenai Buddha Dhamma, tapi mereka telah menerapkannya dalam kehidupan mereka...
"Mengontrol hati" adalah 'mengontrol pikiran', artinya mereka
menerima kenyataan yg ada, puas terhadap apa yg dimiliki saat ini, 'rasa puas' artinya tidak pernah merasa kekurangan... Orang yg tidak pernah merasa kekurangan adalah orang2 terkaya di dunia.
Mereka adalah teratai di tengah lumpur.
::
Quote from: willibordus on 29 January 2008, 07:55:53 AM
Quote from: EVO on 29 January 2008, 12:29:48 AM
ternyata di luar sana lah praktek dhamma bisa kita terapkan...
bagaimana mereka yang telah kelelahan,kepanasan,kehausan,bahkan kelaparan
bisa mengontrol hati mereka...
Mereka, sy yakin, tidak pernah mendengar apapun mengenai Buddha Dhamma, tapi mereka telah menerapkannya dalam kehidupan mereka...
"Mengontrol hati" adalah 'mengontrol pikiran', artinya mereka menerima kenyataan yg ada, puas terhadap apa yg dimiliki saat ini, 'rasa puas' artinya tidak pernah merasa kekurangan... Orang yg tidak pernah merasa kekurangan adalah orang2 terkaya di dunia.
Mereka adalah teratai di tengah lumpur.
::
Jika mereka bisa melihat apa adanya....itulah Kebahagiaan Mereka....(seperti ucapan MAK KEBO dlm film BABE)....
_/\_ :lotus:
QuoteMereka, sy yakin, tidak pernah mendengar apapun mengenai Buddha Dhamma, tapi mereka telah menerapkannya dalam kehidupan mereka...
"Mengontrol hati" adalah 'mengontrol pikiran', artinya mereka menerima kenyataan yg ada, puas terhadap apa yg dimiliki saat ini, 'rasa puas' artinya tidak pernah merasa kekurangan... Orang yg tidak pernah merasa kekurangan adalah orang2 terkaya di dunia.
Mereka adalah teratai di tengah lumpur.
iya benar ko.........
tapi mereka bukan puas ko...ada sebagian kali yah saya engak tau :o :o :o
mereka lebih condong menerima keadaan..yah emang nasib ku gini...mau gimana lagi...
dan dalam kamus mereka walau panas,hujan,capek..yang ada hanyalah keluarga..artinya yang ada hanyalah tanggung jawab....
tidak ada kamus bosan, capek, keletihan, dll sebagainya..dalam diri mereka untuk mencari uang..
dan dia menjadi teratai bagi keluarganya :) :) :)
aku nih orang buta yang benar - benar buta akan abhidhamma
karna kebutaan ku ini mengacaokan abhidhamma nya ko will (postingan ko will)... ^:)^ ^:)^ ^:)^
postingan ku itu OOT kan....
makanya ku katakan untuk pertama dan terakhir kalinya ku tidak kacaokan lagi abhidhamma ko willi ;D ;D :)
makasih ko will dan semuanya memberikan diri ku cahaya kehidupan :)
Quote from: EVO on 29 January 2008, 03:06:16 PM
karna kebutaan ku ini mengacaokan abhidhamma nya ko will (postingan ko will)... ^:)^ ^:)^ ^:)^
postingan ku itu OOT kan....
makanya ku katakan untuk pertama dan terakhir kalinya ku tidak kacaokan lagi abhidhamma ko willi ;D ;D :)
makasih ko will dan semuanya memberikan diri ku cahaya kehidupan :)
nggak 'mengacaukan' koq.
Sebenarnya semua sendi kehidupan kita bisa dibedah secara Abhidhamma, malah bersyukur ada yg mo posting 'masalah' sehingga bisa kita bahas secara analisis batin.
Studi2 kasus dan contoh2 nyata diperlukan agar kita bisa melihat penerapan teori abhidhamma dalam kehidupan sehari2... kita hanya mengkondisikan, jika suatu saat kejadian2 tersebut terjadi pada kehidupan kita, kita akan teringat kasus yg pernah kita bicarakan, dapat menyadari segera dan dapat mengatasinya.
::