Teman2x, dari milis sebelah membahas tentang apa yg terjadi setelah "last meal" sang Buddha.
Mohon bantuan kepada Bhante Thita dan Samanera Dhammasiri & PeaceMind utk menerjemahkan potongan tersebut.
Potongan dari DN 16, Maha Parinibbana Sutta
Quote from: Pali - Chattha Sangayana/konsili ke 6Atha kho bhagavato cundassa kammāraputtassa bhattaṃ bhuttāvissa kharo
ābādho uppajji, lohitapakkhandikā pabāḷhā vedanā vattanti māraṇantikā. Tā
sudaṃ bhagavā sato sampajāno adhivāsesi avihaññamāno. Atha kho bhagavā
āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ''āyāmānanda, yena kusinārā
tenupasaṅkamissāmā''ti. ''Evaṃ, bhante''ti kho āyasmā ānando bhagavato
paccassosi.
Penerjemahan yg ada
Quote from: Indonesia - WalsheDan setelah memakan makanan yang dipersembahkan oleh Cunda, Sang Bhagavā
diserang oleh penyakit parah hingga mengalami diare berdarah, dan dengan
sangat kesakitan nyaris meninggal dunia. [128] Namun Beliau menahankannya
dengan penuh perhatian dan dengan kesadaran jernih, dan tanpa mengeluh.
Kemudian Sang Bhagavā berkata: 'Ānanda, mari kita pergi ke Kusināra.'
'Baiklah, Bhagavā,' jawab Ānanda.
Quote from: English - Sister Vajira - Francis Story21. And soon after the Blessed One had eaten the meal provided by Cunda the
metalworker, a dire sickness fell upon him, even dysentery, and he suffered
sharp and deadly pains. But the Blessed One endured them mindfully, clearly
comprehending and unperturbed.
22. Then the Blessed One spoke to the Venerable Ananda, saying: "Come,
Ananda, let us go to Kusinara." And the Venerable Ananda answered: "So be
it, Lord."
Quote from: Indonesia - Sepertinya dari Pali Text Society20. Sebenarnya sesudah Sang Bhagava menyantap santapan yang dihidangkan
oleh Cunda, pandai-besi itu, beliau telah diserang sakit perut yang sangat
mengerikan. Beliau merasakan rasa sakit yang sangat parah dan hebat sekali.
Tetapi Sang Bhagava dapat melawan rasa sakitnya dengan penuh kesadaran,
pengertian dan dengan penuh ketenangan.
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda: "Ananda, marilah kita ke
Kusinara."
Ananda menjawab: "Baiklah, bhante."
terjemahan Walshe:
4.20 And after having eaten the meal provided by Cunda, the Lord was attacked by a severe sickness with bloody diarrhoea, and with sharp pains as if he were about to die. [128] But he endured all this mindfully and clearly aware, without complaint. Then the Lord said: 'Ananda, let us go to Kusinara.' 'Very good, Lord', said Ananda.
Ikutan ;D
SANTAPAN SANG BHAGAVA YANG TERAKHIR
14. Cunda pandai-besi, setelah mengetahui bahwa Sang Bhagava telah tiba lalu berkata: "Sang Bhagava, telah tiba di Pava dan berdiam di Ambavana milikku." Cunda lalu menghadap Sang Bhagava, sesudah memberi hormat dengan khidmat kepada beliau, kemudian duduklah ia pada salah satu sisi. Sang Bhagava mengajarkan Cunda, pandai-besi, tentang dhamma yang telah membangkitkan semangatnya dan menyebabkan hatinya sangat gembira.
15. Kemudian Cunda berkata kepada Sang Bhagava: "Dapatkah kiranya Sang Bhagava menerima undangan kami untuk makan esok pagi bersama dengan para bhikkhu?" Sang Buddha bersikap diam. Dengan sikapnya yang diam itu berarti Sang Bhagava menyetujui permohonan Cunda.
16. Karena telah yakin akan persetujuan Sang Bhagava itu. Maka Cunda, pandai-besi, berdiri dari tempat duduknya. Menghormat dengan khidmat kepada Sang Bhagava lalu mengundurkan diri meninggalkan beliau.
17. Cunda pandai-besi, sejak semalam telah membuat makanan yang keras serta yang lunak dan makanan yang terdiri dari Sukaramaddava (jamur). Kemudian ia memberitahukan kepada kepada Sang Bhagava: "Bhante, silahkan. Makanan telah siap."
18. Pada waktu pagi Sang Bhagava menyiapkan diri, membawa patta dan jubah, pergi dengan para bhikkhu ke rumah Cunda. Di sana beliau duduk di tempat yang telah disediakan, dan berkata kepada Cunda: "Hidangan Sukaramaddava (jamur) yang telah saudara sediakan, hidangkanlah itu untukku. Sedangkan makanan lain yang keras dan lunak, saudara dapat hidangkan kepada para bhikkhu."
"Baiklah, bhante," jawab Cunda. Sukaramaddava (jamur) yang telah disediakannya, dihidangkannya untuk Sang Bhagava, sedangkan makanan keras dan lunak lainnya dihidangkannya kepada para bhikkhu.
19. Sesudah itu Sang Bhagava berkata kepada Cunda: "Cunda, sisa-sisa Sukaramaddava yang masih tertinggal, tanamkanlah dalam sebuah lobang, karena kami lihat di dunia ini di antara para dewa, Mara, Brahmana, para samana atau Brahma, atau pun manusia, tidak ada seorang pun yang sanggup memakannya atau mencernakannya, kecuali Sang Tathagata sendiri."
Cunda menjawab: "Baiklah, bhante."
Demikianlah sisa Sukaramaddava yang tertinggal itu ditanamkannya dalam sebuah lobang.
Setelah itu ia kembali kepada Sang Bhagava memberi hormat dengan khidmat kepada beliau dan duduk pada salah satu sisi. Kemudian Sang Bhagava mengajarkan Cunda pandai-besi itu mengenai pelajaran yang membangkitkan semangat, yang berisi penerangan yang menggembirakan hatinya. Sesudah itu beliau bangun dari tempat duduknya pergi meninggalkan Cunda.
20. Sebenarnya sesudah Sang Bhagava menyantap santapan yang dihidangkan oleh Cunda, pandai-besi itu, beliau telah diserang sakit perut yang sangat mengerikan. Beliau merasakan rasa sakit yang sangat parah dan hebat sekali. Tetapi Sang Bhagava dapat melawan rasa sakitnya dengan penuh kesadaran, pengertian dan dengan penuh ketenangan.
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda: "Ananda, marilah kita ke Kusinara."
Ananda menjawab: "Baiklah, bhante."
"Kami telah mendengar: 'Ketika Sang Bhagava makan hidangan yang dihidangkan oleh Cunda, dengan ketabahan hati dan ketenangan beliau menahan penderitaan yang hebat.' Hal ini terjadi karena Sang Bhagava makan Sukaramaddava (jamur) yang dihidangkan oleh Cunda. Tetapi dengan tenang dan tabah beliau berhasil menahan rasa sakit yang datang sekonyong-konyong itu. 'Marilah kita ke Kusinara,' kata beliau dengan penuh kesabaran." 21. Kini, dalam perjalanan itu Sang Bhagava tidak melalui jalan raya dan kemudian berhenti di bawah sebatang pohon. Beliau bersabda kepada Ananda: "Lipatlah jubah luarku empat kali Ananda dan letakkan di bawahku. Aku sangat letih, aku mau beristirahat sebentar." "Baiklah, bhante," jawab Ananda dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Sang Bhagava.
22. Sang Buddha duduk pada tempat yang disediakan baginya dan bersabda kepada Ananda: "Ananda tolonglah bawakan aku sedikit air, aku haus dan ingin minum."
Ananda menjawab: "Bhante, baru saja sejumlah lima ratus pedati telah menyeberangi sungai yang dangkal di bagian itu, dan roda-rodanya telah mengeruhkan air sungai ini. Sebaiknya kita pergi ke sungai Kakutha yang tidak jauh dari sini. Air sungai itu sangat jernih, sejuk dan bening. Sungai itu mudah dicapai dan letaknya sangat baik. Di sana bhante dapat menghilangkan rasa haus dan menyegarkan tubuh.
23-24. Kemudian untuk kedua kalinya Sang Bhagava mengulangi permintaannya, tetapi Ananda menjawab seperti semula. Kemudian untuk ketiga kalinya Sang Bhagava bersabda: "Bawalah sedikit air, penuhi permintaanku Ananda, Aku amat haus dan ingin minum."
Lalu Ananda menjawab demikian : "Baiklah, bhante." Ananda mengambil mangkok ke sungai itu.
Air sungai yang dangkal yang telah dilalui oleh pedati-pedati sehingga airnya menjadi sangat keruh dan kotor. Tetapi sekonyong-konyong kotoran dalam air mengendap, air menjadi bening dan jernih. Dengan gembira Ananda lalu menghampirinya.
25. Ananda berkata dalam hatinya : "Sungguh mengherankan dan luar biasa. Sebenarnya semua ini terjadi tidak lain karena kemuliaan dan kekuatan Sang Tathagata."
Ananda lalu mengambil air itu dengan mangkok dan membawanya kepada Sang Bhagava sambil berkata: "Sungguh mengherankan dan luar biasa. Semuanya ini terjadi karena kekuatan dan kemuliaan Sang Tathagata. Air sungai yang dangkal itu yang telah dilalui oleh pedati-pedati, airnya menjadi keruh dan kotor. Tetapi ketika saya menghampirinya tiba-tiba kotorannya mengendap, menjadi bening dan sungguh menyenangkan. Bhante, silahkan minum." Sang Bhagava minum air itu.
[at] virya: kan udah dikasih di quote pertama yg itu ;D
kita mau olah dari Pali nya nih, nunggu yg ahli
Terjemahan Lain
Quote
20. Now when the Exalted One had eaten the rice prepared by Chunda, the worker in metals, there fell upon him a dire sickness, the disease of dysentry, and sharp pain came upon him, even unto death. But the Exalted One, mindful and self-posessed, bore it without complaint.
Rhys Davids
Atha kho bhagavato cundassa kammāraputtassa bhattaṃ bhuttāvissa kharo ābādho uppajji, lohitapakkhandikā pabāḷhā vedanā vattanti māraṇantikā. Tā sudaṃ bhagavā sato sampajāno adhivāsesi avihaññamāno. Atha kho bhagavā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ''āyāmānanda, yena kusinārā
tenupasaṅkamissāmā''ti. ''Evaṃ, bhante''ti kho āyasmā ānando bhagavato paccassosi.
atha kho : waktu itu (sekarang, sementara itu, lalu, lantas, di satu pihak, arkian, adapun, akan hal, dalam pada itu, alkisah, syahdan, hatta)
kammāra : (1) a smith, a worker in metals generally D.II,126, A.V,263; a silversmith Sn.962= Dh.239; J.I,223; a goldsmith J.III,281; V,282. The smiths in old India do not seem to be divided into black-, gold- and silver-smiths, but seem to have been able to work equally well in iron, gold, and silver, as can be seen e. g. from J.III,282 and VvA.250, where the smith is the maker of a needle. They were constituted into a guild, and some of them were well-to-do as appears from what is said of Cunda at D.II,126; owing to their usefulness they were held in great esteem by the people and king alike J.III,281. (PTS Pali-English Dictionary); (2) [m.] a smith; worker in metals (Concise Pali-English Dictionary); (3) 铁匠, 金匠, 金属匠. (PCED Version 1.51)
lohita : red, blood; 红色, 血
pakkhandati : [pa+khandati, of skand] to spring forward, to jump on to M.I,86; J.I,461; Vv 8412 (ger. pakkhandiyāna=pakkhanditvā anupavisitvā VvA.338); to be after someone in pursuit DhA.I,198; usually fig. to rejoice in, find pleasure or satisfaction in (Loc.), to take to, in phrases cittaṁ pakkhandati pasīdati santiṭṭhati M.I,186; S.III,133; cp. Miln.326 (nibbāne); A.II,165; III,245 (avyāpāde); IV,442 (adukkha-m-asukhe); It.43 (dhamme); and na me tattha mānasaṁ p. Miln.135. ‹-› pp. pakkhanna (q. v.). (Page 381)。向前跳,跳上,
pakkhandikā : [f.] dysentery; diarrhea ((Concise Pali-English Dictionary); 痢疾,腹泻
Terjemahan saya : Ketika itu setelah menyantap makanan [yang dipersembahkan] Cunda Sang Pandai Logam, Sang Bhagawa[n] mengalami sakit (ābādho; illness bukan pain) yang parah (kharo) --- sampai hampir meninggal (māraṇantikā) --- muncul rasa sakit yang hebat (pabāḷhā vedanā) [disertai dengan] berak darah (lohitapakkhandikā). Namun Sang Bhagawa[n] dengan penuh sati dan pemahaman nan jernih (sato sampajāno) [dapat] sabar menahan (adhivāsesi), tidak terpengaruh (avihaññamāno)......
Menurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara implisit menunjukkan sumber penyakitnya. Sedangkan istilah lohitapakkhandikā sepertinya lebih merujuk ke gejala yang tampak saja yaitu berak darah yang banyak. Sayang dalam Aṭṭhakathā maupun Ṭīkā sejauh yang saya cermati, sama sekali tidak menjelaskan istilah ini. Istilah ini juga ditemukan dalam Majjhima-Nikaya dalam kisah yang lain. Oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi diterjemahkan sebagai disentri (lihat terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, Majjhima Nikaya III hal. 867 baris ke-9).
Disentri (KBBI) : radang selaput lendir usus besar dengan gejala utama berupa berak-berak bercampur lendir.
Diare (KBBI) : penyakit dengan gejala berak-berak; menceret.
Berikut adalah kutipan tambahan dari Kitab Komentar dan Subkomentar :
Kammāraputtassāti suvaṇṇakāraputtassa. So kira aḍḍho mahākuṭumbiko bhagavato paṭhamadassaneneva sotāpanno hutvā attano ambavane vihāraṃ kārāpetvā niyyātesi. Taṃ sandhāya vuttaṃ – ''ambavane''ti. (Aṭṭhakathā)
Sang Pandai Logam : Sang Perajin Emas. Konon ia yang merupakan seorang tuan tanah yang kaya raya saat pertama kali bertemu dengan Sang Bhagawa[n] langsung menjadi seorang sotapanna dan menyuruh orang mendirikan sebuah kediaman (vihāra) di hutan mangga (ambavana) miliknya sendiri dan mempersembahkannya [kepada beliau]. Dengan demikian dikatakan ini merujuk ke "di Hutan Mangga".
Sūkaramaddavanti nātitaruṇassa nātijiṇṇassa ekajeṭṭhakasūkarassa pavattamaṃsaṃ. Taṃ kira mudu ceva siniddhañca hoti, taṃ paṭiyādāpetvā sādhukaṃ pacāpetvāti attho. Eke bhaṇanti – ''sūkaramaddavanti pana muduodanassa pañcagorasayūsapācanavidhānassa nāmetaṃ, yathā gavapānaṃ nāma pākanāma''nti. Keci bhaṇanti – ''sūkaramaddavaṃ nāma rasāyanavidhi, taṃ pana rasāyanasatthe āgacchati, taṃ cundena – 'bhagavato parinibbānaṃ na bhaveyyā'ti rasāyanaṃ paṭiyatta''nti. Tattha pana dvisahassadīpaparivāresu catūsu mahādīpesu devatā ojaṃ pakkhipiṃsu. (Aṭṭhakathā)
Sūkaramaddava : daging biasa dari seekor babi kualitas terbaik (jeṭṭhaka; mungkin bisa juga diartikan sebagai babi kepala atau babi dewasa) yang tidak terlalu muda maupun tidak terlalu tua. Konon itu bersifat empuk (mudu) dan kenyal (siniddha; moist, greasy, glossy, pliable; ada kata yang lebih tepat?) setelah disiapkan dan dimasak dengan baik. Ada lagi yang mengatakan : "Sūkaramaddava adalah nasi empuk yang digodok dengan kuah campuran lima produk susu, sejenis masakan yang mirip dengan minuman sapi". Yang lain lagi mengatakan : "Sūkaramaddava adalah tatacara (vidhi) memperpanjang usia (rasāyana). Jadi, didatangilah seorang guru rasāyana, oleh Cunda [dikatakan] "Buatlah Sang Bhagawa[n] tidak jadi parinibbana, siapkanlah [upacara] rasāyana." Di sanalah para dewata dari empat benua besar (mahādīpa) dan dua ribu pulau pengiring memasukkan sari nutrisi (oja).
Sūkaramaddavanti vanavarāhassa mudumaṃsaṃ. (Ṭīkā)
Sūkaramaddava adalah daging empuk babi hutan.
CMIIW. Bagaimana menurut Samanera Dhammasiri dan Peacemind?
Kami bukan pakar, hanya sekadar 抛砖引玉 (memancing batu giok dengan melontarkan batu bata).
anumodana bhante, boleh saya post ke milis sebelah?
Silakan.
QuoteMenurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara implisit menunjukkan sumber penyakitnya. Sedangkan istilah lohitapakkhandikā sepertinya lebih merujuk ke gejala yang tampak saja yaitu berak darah yang banyak. Sayang dalam Aṭṭhakathā maupun Ṭīkā sejauh yang saya cermati, sama sekali tidak menjelaskan istilah ini. Istilah ini juga ditemukan dalam Majjhima-Nikaya dalam kisah yang lain. Oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi diterjemahkan sebagai disentri (lihat terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, Majjhima Nikaya III hal. 867 baris ke-9).
Bhante, bukankah penyebabnya adalah para dewa banyak memberikan nutrisi-nutrisi yang sangat bergizi, sehingga makanan tersebut tidak dapat dimakan oleh makhluk lain selain Sang Buddha? Saya lupa istilah palinya, mirip-mirip ojja / oija.
Komentar dari Bro Wirajhana Eka disebelah
Quote*[..]Menurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak
diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara
implisit menunjukkan sumber penyakitnya.[..]
*----
Menurut saya isu sentralnya bukan masalah aman tidak aman..namun tidak ada
sama sekali verifikasi sumber yang dapat dipercaya yang merujuk problem
disekitar perut
mengenai lohitaphandika, seperti yang saya sudah tulis sama sekali tidak
mendekati arti Berak darah
arti kata lohita adalah merah, namun kata rohita bisa juga berarti darah
[untuk ruha/ruhira dan ruhangsa, untuk itu lihat *di
sini<http://books.google.co.id/books?id=0Guw2CnxiucC&pg=PA590&lpg=PA590&dq=pakkhandik,+dictionary&source=bl&ots=vuGyfwlSDI&sig=a34E2ZjqfFNGYJ_mcyKmljMCsNk&hl=id&ei=Ye46S67wJoGUkAWtwYTdBw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAoQ6AEwAA#v=onepage&q=lohita&f=false>
*]
Jika memang dimaksudkan adalah darah, maka ada satu kata pali dengan tanpa
keraguan berarti darah:
Pupphaka (nt.) [fr. puppha2] blood J iii.541 (v. l. pubbaka; C.=lohita);
Miln 216 (tiṇa˚-- roga, a disease, Kern. "hay-- fever"). Kern, Toev. s. v.
trsls the J passage with "vuil, uitwerpsel."
Namun jelas tidak di pakai di syair2 tersebut!
Salah satu arti Pakkha yang sahih jelas merujuk pada area sekitar dada.
Arti sanskrit dari khadika, silakan lihat *di
sini<http://books.google.co.id/books?id=8KFPBl9lLRcC&pg=PA336&lpg=PA336&dq=khandika,+sanskrit&source=bl&ots=5NQA9WtklQ&sig=A08sNmPmbvCU6z6pjNmWg2aTfLE&hl=id&ei=xG5BS7XTI9KHkAWb4_mXBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q=&f=false>
*
Sehingga,
jika kita perhatikan kata lohitapakkhandikā yang merupakan paduan kata
lohita+pakkha+khandika maka penterjemahannya bisa diartikan "[area sekitar]
dada memerah, sakitnya seperti diiris2.."
Buat saya,
dengan tidak mengurangi rasa hormat pada Bhante manapun..dengan mengingat
asas yang disebutkan di kalama sutta yaitu: *Jangan begitu saja mengikuti(1)
*:
1. Tradisi lisan
2. Ajaran turun-temurun,
3. kata orang,
4. koleksi kitab suci,
5. penalaran logis,
6. penalaran lewat kesimpulan,
7. Penungan tentang alasan,
8. Penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya,
9. Pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau
10. karena kalian berpikir, 'petapa [orang yang dihormati] itu adalah
guru kami.
sehingga untuk terjemahan kejadian parinibannanya Sang Buddha jelas bukan
masalah hormat menghormati pendapat namun lebih pada masalah pasti tahu atau
tidaknya dengan tanpa keraguan tentang arti tersebut.
Jika memang tidak mengetahui dan masih ada keraguan arti maka SUDAH
SEWAJARNYA semua terjemahan yang menggunakan kata diare, perut dan disentri
segera di revisi.
Demikian.
Tentang istilah lohita dan puppha[ka]:
Memang menurut PTS Pali-English Dictionary pupphaka mempunyai makna darah, tetapi kalau kita "search" di CSCT 4, tohokannya sedikit sekali dan kebanyakan adalah salah eja dari kata pubbaka.
Pupphaka : (nt.) [fr. puppha2] blood J.III,541 (v. l. pubbaka; C.=lohita); Miln.216 (tiṇa°-roga, a disease, Kern. "hay-fever"). Kern, Toev. s. v. trsls the J passage with "vuil, uitwerpsel." (Page 467)。(PTS Pali-English Dictionary)
Sedangkan kata puppha, makna asalnya adalah bunga, puspa (Sansekerta puṣpa). Arti turunannya barulah darah, dan itu pun darah menstruasi. Misalnya dalam Vinaya I p.18, ada istilah pupphaṃ uppajji. Artinya sedang datang bulan.
Puppha (2) (nt.) [cp. Class. Sk. puṣpa "les fleurs" in strī° the menses Am. Kośa 3, 4, 30, 233 and Mārk. Pur. 51, 42. Similarly phala is used in the sense of "menstruation": see BR s. v. phala 12] blood: see pupphaka & pupphavatī. With ref. to the menses at J.V,331. (Page 467)。(PTS Pali-English Dictionary)
Puppha [nt.] flower; the menstrual flux. (Concise Pali-English Dictionary) 花,〔生理〕月经来潮 ~vatī, 【阴】 月经期的女人
Kalau lohita, di dalam kitab Pali selain bermakna merah juga sering bermakna darah. Misalnya lohituppāda (lohita+uppāda, darah+ muncul) melukai (seorang Buddha; salah satu karma buruk yang sangat berat). Dalam penyebutan bagian-bagian tubuh, Sang Buddha juga selalu menggunakan istilah lohita dalam pengertian darah. Di Thailand, lohit juga berarti darah.
Istilah rohita (istilah yang banyak digunakan dalam Kitab Veda) dalam kitab Pali hampir tidak pernah bermakna darah, selalu bermakna merah. Yang bermakna darah barulah istilah rudhira.
Dalam menerjemahkan, kadang kala kita tidak bisa menerjemahkannya kata per kata. Kadang kala dua kata yang digabung akan membentuk arti/makna baru yang berbeda dari arti/makna 2 kata yang bergabung tersebut. Contoh kata egg (telur) dengan plant (tanaman) jika digabung menjadi eggplant = terung
Jika diartikan perkata (versi saya):
lohitapakkhandikā
lohita (rohita – Sankerta) = red, blood, merah, darah
pakkha (paksa – Sankerta)= side of the body, sisi dari tubuh
(sbr: http://books.google.com/books?id=uZ0kOiD1zmMC&pg=PA381&lpg=PA381&dq=praskandikA&source=bl&ots=lXrN5hJ3rc&sig=aQVN-zS3gLEgn3shn-_Pg71NuoQ&hl=en&ei=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAcQ6AEwAA#v=onepage&q=pakkha&f=false )
Khandika (khanda+ika) = a piece , part , fragment, a short section, separuh, bagian
(sbr: http://books.google.co.id/books?id=8KFPBl9lLRcC&printsec=frontcover&dq=Sanskrit+-+english&cd=3#v=onepage&q=khanda&f=false )
Jadi lohita+pakkha+khandikā = bagian sisi tubuh memerah / berdarah
Di sini kita tidak mengetahui pasti bagian tubuh yang mana yang memerah atau berdarah, karena kata "pakkha" hanya mengacu pada sisi dari tubuh tidak menunjuk pada bagian dada.
Tapi jika kita tidak menerjemahkan benar-benar perkata tetapi hanya memutus menjadi 2 kata yaitu lohita dan pakkhandikā, maka
pakkhandikā (praskhandika – Sanskerta) = purging, diarrhea, cahar (kasarnya, mencret)
< http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=praskandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&ei=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAoQ6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >
Jadi sependapat dengan Bhante, lohitapakkhandikā = cahar berdarah.
Cahar berdarah ini merupakan suatu hasil dari kondisi tertentu, salah satunya adalah gangguan pada usus yang parah. Gangguan usus ini bisa terjadi karena kram perut atau (abdominal angina) yang parah. Kram perut bisa terjadi setelah seseorang makan, biasanya terjadi pada perut yang kosong dan diisi makanan secara tiba-tiba dengan makanan yang berat sifatnya.
CMIIW
[at] BTY+ [at] Kelana: Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours. :)
many thanks
atas permintaan bro wirajhana eka, here is the msg
QuoteDear Bro sumedo,
di link ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14354.0.html
kelana menuliskan:
[..]
Di sini kita tidak mengetahui pasti bagian tubuh yang mana yang memerah
atau berdarah, karena kata "pakkha" hanya mengacu pada sisi dari
tubuh tidak menunjuk pada bagian dada.
Tapi jika kita tidak menerjemahkan benar-benar perkata tetapi hanya
memutus menjadi 2 kata yaitu lohita dan pakkhandika, maka
pakkhandika (praskhandika ˆ Sanskerta) = purging, diarrhea,
cahar (kasarnya, mencret)
<
http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=pras\
kandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&e\
i=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAo\
Q6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >
Jadi sependapat dengan Bhante, lohitapakkhandika = cahar berdarah.
[..]
saya:
Ada dua hal yang saya perlu sampaikan:
yaitu tentang Pakkha dan juga tentang praskandika yang di artikan cahar
atau mencret dengan merujuk kamus tertentu.
1. Pakkha
ia jelas menunjuk pada bagian tubuh tertentu yaitu wing! kemudian jika
di fokuskan pada arti lebih khususnya lagi yaitu Pectus maka merujuk
pada area dada:
* Pakkha1 [Ved. paká'£a in meanings 1 and 3; to Lat. pectus, see
Walde, Lat. Wtb. s. v.] 1. side of the body, flank, wing, feathers (cp.
pakkhin), in cpds. Ë˚biḷęla a flying fox (sort of bat) Bdhgh
on uluka-- camma at Vin
* Pakkha3 [cp. Sk. phakka (?)] a cripple. Cp iii.6, 10; J vi.12
(=pÄ«á'–ha-- sappi C.). Note BSk. phakka is enumd at Mvyut.
271120 with jatyaá'Ωḟa, kuá'Ωḟa [..]
Mari kita fokuskan pada pakkha dengan arti latin "pectus":
pectus = The part of the human torso between the neck and the diaphragm
or the corresponding part in other vertebrates [cross check di sini
<http://www.audioenglish.net/dictionary/pectus.htm#top> ], Classified
under: Nouns denoting body parts:
Synonyms: chest; pectus; thorax
Hypernyms: ("pectus" is a kind of...): body part (any part of an
organism such as an organ or extremity)
Meronyms (parts of "pectus"):
* breast (the front part of the trunk from the neck to the abdomen)
* chest cavity; thoracic cavity (the cavity in the vertebrate body
enclosed by the ribs between the diaphragm and the neck and containing
the lungs and heart)
* musculus pectoralis; pecs; pectoral; pectoral muscle; pectoralis
(either of two large muscles of the chest)
* area of cardiac dullness (a triangular area of the front of the
chest (determined by percussion); corresponds to the part of the heart
not covered by the lungs)
* gallbladder (a muscular sac attached to the liver that secretes
bile and stores it until needed for digestion)
* thoracic vein; vena thoracica (veins that drain the thoracic walls)
* thoracic aorta (a branch of the descending aorta; divides into the
iliac arteries)
* breastbone; sternum (the flat bone that articulates with the
clavicles and the first seven pairs of ribs)
* rib cage (the bony enclosing wall of the chest)
Hyponyms (each of the following is a kind of "pectus"):
* bust; female chest (the chest of a woman)
* male chest (the chest of a man)
Holonyms ("pectus" is a part of...):
* craniate; vertebrate (animals having a bony or cartilaginous
skeleton with a segmented spinal column and a large brain enclosed in a
skull or cranium)
* body; torso; trunk (the body excluding the head and neck and limbs)
dari kilasan tulisan diatas, maka dapat diambil kesimpulan pasti bahwa
ini merujuk area sekitar dada.
***
2. Praskhandika
Kelana menuliskan spt ini:
[..]
pakkhandika (praskhandika ˆ Sanskerta) = purging, diarrhea,
cahar (kasarnya, mencret)
<
http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=pras\
kandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&e\
i=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAo\
Q6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >
[..]
--
Jika kita buka link tersebut, maka itu BUKAN-lah kamus SANSKRIT namun
HINDUSTANI dan kalimat yang diartikan adalah Praskandika/praskandan
bukan Praskhandika-sanskerta.
Kemudian, terdapat satu arti yang pasti untuk dysentry/diare dalam
bahasa pali yaitu atisara [dan untuk yang berdarah adalah rattatisara]
dan dalam bahasa sansktertanya adalah Jvaratisara ([ jvarAtIsAra ]3[
jvar^atIsAra ] m. diarrhoea with fever cf. Bhpr. vii , 15 , 1 ff )
sedangkan untuk dysentery dalam bahasa sanskritnya adalah [pakvAtIsAra
]3[ pakv^atIsAra ] m. chronic dysentery Bhpr.
----> arti ini (dysentery dan diare) konsisten terdapat di dua kamus
baik itu SANSKRIT maupun PALI.
Kembali pada lohita, ia bisa berarti merah atau darah dan konsisten ada
di dua dictionary baik sanksrit atau pali. kemudian, penggunaannya lebih
condong pada merah dan bukan darah.
Jadi, sekali lagi...lohitapakhandika sangatlah tidak berdasar jika
diartikan diare/mencret darah/dysentery
note:
jika tidak berkeberatan, di re-postingkan ke dhammacitta [karena
kebetulan anda juga mempostingkan tulisan saya yang sebelumnya]
jika tidak berkeberatan, di re-postingkan ke dhammacitta [karena
kebetulan anda juga mempostingkan tulisan saya yang sebelumnya]
Quote1. Pakkha
ia jelas menunjuk pada bagian tubuh tertentu yaitu wing! kemudian jika
di fokuskan pada arti lebih khususnya lagi yaitu Pectus maka merujuk
pada area dada
Wing?? Buddha (Manussa) punya sayap?? Jelas tidak. Menurut Oxford Dictionary, kata "wing" bisa berarti : anatomy, a lateral part or projection of an organ or structure. Jadi hanya mengacu pada bagian tubuh bukan langsung mengacu pada dada.
QuotePakkha1 [Ved. paká'£a in meanings 1 and 3; to Lat. pectus, see
Walde, Lat. Wtb. s. v.] 1. side of the body, flank, wing, feathers (cp.
pakkhin), in cpds. Ë˚biḕęla a flying fox (sort of bat) Bdhgh
on uluka-- camma at Vin
* Pakkha3 [cp. Sk. phakka (?)] a cripple. Cp iii.6, 10; J vi.12
(=pÄ«á'–ha-- sappi C.). Note BSk. phakka is enumd at Mvyut.
271120 with jatyaá'Ωḟa, kuá'Ωḟa [..]
Mari kita fokuskan pada pakkha dengan arti latin "pectus":
Mengapa kita harus muter-muter mengacu pada bahasa Latin kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Inggris, ketika ada secara jelas dan langsung penjelasan dalam bahasa Inggris bahwa Pakkha adalah side of the body, apalagi dalam bahasa Sanskerta-nya yang merupakan bahasa terdekat Pali , "paksa" juga mengacu pada "wing" atau turunannya "side or the half of anything"(http://vedabase.net/p/paksa ) (http://en.wikipedia.org/wiki/Paksa )
Jika kita ingin muter-muter juga, kita juga bisa mencari dalam bahasa lain misalnya Jerman. Dalam Sanskrit-Wörterbuch in kürzerer Fassung (Sankrit -German)
पक्ष(paKsa):
1) Flügel , Fittige , Schwinge. Einmal n.
2) Bez. der Zahl zwei Hemādri. 1,136,10.
3) die Federn an einem Pfeile.
4) Achsel , Seite des Körpers.
5) Seitentheil , Hälfte überh. , Seitenpfosten (eines Gebäudes) , *Seitengebäude , Flanke (eines Heeres) , Seitentheil eines Wagens , so v.a. Rad.
6) Monatshälfte. In Comp. mit einem Vollmondstage , die auf diesen Vollmond folgende dunkle Monatshälfte.
7) Sg. und Pl. Seite , Partei , Anhang , Angehörige , Bundesgenossen.
8 ) Schar , Klasse von Wesen.
9) Menge , Masse in केश°.
10) Schar , so v.a. Einige. °संमत Adj. von Einigen gebilligt Mbh. 13,93,49.
11) Stelle , Statt. °पक्षनिक्षेप m. das Stellen — , Rechnen zu.
Terjemahannya:
1) wings, wings, wing. Once n.
2) Signed the number two Hemādri. 1,136,10.
3) the feathers on an arrow.
4) shoulder,
side of the body.
5) side portion, half überh. , Side posts (a building), * page building, slope () of an army, side portion of a car, especially Rad
6) half of the month. In Comp. with a full moon dates on these dark half of the month following the full moon.
7) singular and plural side, party, Annex, relatives, allies.
8 ) band, class of beings.
9) Quantity, mass केश °.
10) band, so v.a. Some. ° संमत Adj endorsed by some Mbh. 13,93,49.
11) place instead. ° पक्षनिक्षेप m. The bodies - Convert to.
Mengacu pada hal di atas tidak ada yang mengatakan pakkha/paksa adalah dada.
Berapa banyak sumber yang dapat disajikan bahwa pakkha/paksa adalah pectus (dada)? Apa terjemahan Latin pasti benar 100%? Jika ada bahasa yang lebih dekat (Sanskrit) mengapa cari bahasa lain?
Dan jika kita mengacu pada sejarah bahasa Indonesia dimana bahasa Indonesia banyak menyerap bahasa Sanskerta (Sanksrit), kita juga dapat menemukan kata "paksa" yang turunannya juga berarti sayap; pihak, sisi; belah (KBBI Balai Pustaka)
Sudah banyak bukti literatur bahwa kata pakkha/paksa berarti bagian sisi BUKAN mengacu pada dada.
Jadi cara menerjemah satu-persatu kata ini sudah saya anggap selesai.
QuoteJika kita buka link tersebut, maka itu BUKAN-lah kamus SANSKRIT namun
HINDUSTANI dan kalimat yang diartikan adalah Praskandika/praskandan
bukan Praskhandika-sanskerta.
Jika kita menengok kebelakang, bahasa Hindustan adalah perkembangan dari bahasa Sanskserta/Sanskrit. Dari kata Hindustan sendiri bisa kita pahami bahasa ini adalah bahasa Hindu yang tidak lain adalah Sankserta, bahasa Veda. Dan perbedaan penulisan adalah wajar seperti halnya perbedaan bahasa Pali dengan Sanskrit pada kata"dhamma" (Pali) "dharma" (Sanskerta) , sabbe (Pali) "sarva (Sankerta), tapi tetap memiliki arti yang sama. Contoh lain kata "Ananda" maka dalam Hindustan menjadi 'Anand" (huruf "a" menjadi hilang)
Dengan alsan di atas maka penolakkan terhadap Praskandika adalah sama dengan Praskhandika, tidaklah dapat diterima.
Selanjutnya mari kita lihat beberapa terjemahan
Pali: A.P. Buddhadatta Mahathera, Concise Pali-English and English-Pali Dictionarypakkhandikā : [f.] dysentery; diarrhea.
rattātisāra : [(ratta + ātisāra), m.] the bloody diarrhoea.
atisāra : [m.] 1. overstepping; 2. dysentery.
Sanskerta /Sanskrit, Tamil and Pahlavi Dictionaries1 praskandikA f. diarrhoea Car.
1 pakvAtIsAra ,m.
chronic dysentery
1 jvarAtIsAra,m. diarrhoea
with fever2 atisAra, or m. purging , dysentery
Kesimpulan bahwa atisāra (Pali) = jvarAtIsAra (Sanskrit) sepertinya tidak tepat. Yang satu hanya menjelaskan dysentery, sedang yang lain diarrhoea dengan demam. Begitu juga akvAtIsAra dan juga jvarAtIsAra. Yang satu tidak ada penjelasan kronik sedang yang satu kronik. Jadi tidak ada kesesuaian.
Tapi jika kita perbandingkan, antara atisara (Sanskrit) dengan atisāra (Pali) adalah sebanding, begitu juga pakkhandikā (Pali) dengan praskandika ( Sanskrit) juga sebanding. Jadi tidak bisa kita langsung mengambil atisāra sebagai kata yang sah untuk mendefinisikan dysentery atau diarrhoea dengan alasan ada di Pali dan Sanskerta, karena pakkhandikā (Pali) juga ada di dalam Sanskrit yaitu praskandika.
Salah satu cara menyelesaikannya adalah dengan literatur lain yaitu
A dictionary, Hindūstānī and English By John Shakespear1 praskandikA ,f praskandan. purging; diarrhoea.
Di sini jelas pakkhandikā (Pali) = praskandikA (Hindustan, Sanskrit) = purging; diarrhoea.
Lalu bagaimana dengan kata atisāra ?
Menurut saya:
atisāra lebih mengacu pada
dysentery yang secara langsung berhubungan langsung pada penyebabnya yaitu infeksi karena bakteri.
Sedangkan
pakkhandikā lebih mengacu pada
diarrhoea yaitu hasil dari penyakit tertentu berupa cahar, dalam kasus Sang Buddha adalah keram perut (bukan bakteri).
Jadi ada perbedaan antara dysentery dengan diarrhoea
Masalah lohita sudah jelas, yaitu bisa merah atau darah. Berhubungan dengan diarrhoea maka itu adalah darah
Saya rasa cukup
Thanks
sdh diteruskan ke milisnya
Bro peacemind, mungkin tahu tuh?
respon dari bro Wirajhana Eka
Quote
Bro Sumedho, Tks sudah berkenan membawa kemari. Berikut dibawah ini adalah
tanggapan saya atas tulisan Bro kelana:
Tentang pakkha..
Saya menterjemahkan dengan memutar2?
Dari sekian terjemahan PAKKHA salah satu artinya disebutkan dengan JELAS
adalah PECTUS...untuk itu harus tau arti PECTUS, bukan?!
Sebelumnya sudah saya tuliskan PANJANG LEBAR maksud/Arti PECTUS..diantaranya
adalah WING, DADA, PAYUDARA..dipertegas dengan DEFINISI yaitu antara LEHER
dan diagfrahma [sekat, rongga badan antara dada dan perut]
Ini saja sudah menjelaskan 1 hal penting yaitu 100% BUKAN di area perut
kebawah!
***
KELANA:
* Jika kita menengok kebelakang, bahasa Hindustan adalah perkembangan dari
bahasa Sanskserta/Sanskrit. Dari kata Hindustan sendiri bisa kita pahami
bahasa ini adalah bahasa Hindu yang tidak lain adalah Sankserta, bahasa
Veda.[..]*
SAYA:
Biasakan dalam menulis memahami apa yang ditulis..sehingga tidak memberikan
informasi yang menyesatkan!
coba cari tau arti ALIF [yang merupakan satu suku kata/kata dalam bahasa
arab] dan itu ada di kamus HINDUSTANI!
Hah..koq bisa? dan mengapa bisa demikian?
Hindustani incorporates a large vocabulary taken from several source
languages of South <http://en.wikipedia.org/wiki/South_Asia>,
Central<http://en.wikipedia.org/wiki/Central_Asia>and Western
Asia <http://en.wikipedia.org/wiki/Western_Asia>, such as
Sanskrit<http://en.wikipedia.org/wiki/Sanskrit>,
Persian <http://en.wikipedia.org/wiki/Persian_language>,
Arabic<http://en.wikipedia.org/wiki/Arabic_language>and
Turkic <http://en.wikipedia.org/wiki/Turkic_languages>.[5]<http://en.wikipedia.org/wiki/Hindustani_language#cite_note-geomag1935jsh-4>A
close parallel has been observed with the English
language <http://en.wikipedia.org/wiki/English_language>, which has
developed an extensive vocabulary by similarly drawing upon
Germanic<http://en.wikipedia.org/wiki/Germanic_languages>,
Latin <http://en.wikipedia.org/wiki/Latin> and
Celtic<http://en.wikipedia.org/wiki/Celtic_languages>sources.
[6]<http://en.wikipedia.org/wiki/Hindustani_language#cite_note-jrsa1948hae-5>
[..]
Hindustani emerged from the Middle
Indo-Aryan<http://en.wikipedia.org/wiki/Middle_Indo-Aryan_languages>
*apabhramsha <http://en.wikipedia.org/wiki/Apabhramsha>*
vernaculars<http://en.wikipedia.org/wiki/Vernacular>of North
India <http://en.wikipedia.org/wiki/North_India> in the 7th-13th centuries
CE.[11]<http://en.wikipedia.org/wiki/Hindustani_language#cite_note-brown2008-10>
Amir
Khusro <http://en.wikipedia.org/wiki/Amir_Khusro>, in the late 13th century,
used the Hindustani linuga franca in his writings and referred to the
language as Hindavi
<http://en.wikipedia.org/wiki/Hindavi>.[11]<http://en.wikipedia.org/wiki/Hindustani_language#cite_note-brown2008-10>
[source: Wikipedia]
Jadi argumentasi kelana sangat memaksakan diri.
kemudian,
Ada satu fakta menarik yaitu TEGAS-TEGAS dipertanyakan SUMBER dari kata
PRASKHANDIKA:
Pakkhandaka (adj.)=pakkhandin SnA 164. -- f. pak- khandikā [*Ved. (?)
praskandikā, BR. without refs.*] diarrhoea, dysentery
SEMAKIN jelas BAHWA diartikan sebagai DIARE dan DYSENTRI tidak mempunyai
dasar apapun!
Untuk itu, lihatlah artinya di kamus SANSKRIT bukan dikamus
HINDUSTANI...disamping keliru juga MENYESATKAN.
***
Kelana:
*1 pakvAtIsAra ,m. chronic dysentery
1 jvarAtIsAra,m. diarrhoea with fever
2 atisAra, or m. purging , dysentery
Kesimpulan bahwa atisāra (Pali) = jvarAtIsAra (Sanskrit) sepertinya tidak
tepat. Yang satu hanya menjelaskan dysentery, sedang yang lain diarrhoea
dengan demam. Begitu juga akvAtIsAra dan juga jvarAtIsAra. Yang satu tidak
ada penjelasan kronik sedang yang satu kronik. Jadi tidak ada kesesuaian.
[..]
Menurut saya [KELANA]:
atisāra lebih mengacu pada dysentery yang secara langsung berhubungan
langsung pada penyebabnya yaitu infeksi karena bakteri.
Sedangkan
pakkhandikā lebih mengacu pada diarrhoea yaitu hasil dari penyakit tertentu
berupa cahar, dalam kasus Sang Buddha adalah keram perut (bukan bakteri).
Jadi ada perbedaan antara dysentery dengan diarrhoea
* -------
*saya:
*Apakah anda tidak mengetahui arti purging?
lihat disini:
http://books.google.co.id/books?id=rkHNAYVVspAC&pg=PA956&lpg=PA956&dq=purge,+kamus+kedokteran&source=bl&ots=cN8l1Ev3JG&sig=H1oGx00QGEj-_F1z6azZhgWUF9Y&hl=id&ei=TzdmS5OeOIqOkQWo2oHrDw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CA0Q6AEwAQ#v=onepage&q=purge&f=false
Sehingga jika anda mengetahui dan memahami kapan disebut DISENTRI dan kapan
disebut DIARE..maka anda akan tidak menuliskan kalimat2 seperti diatas.
Untuk menambah wawasan anda, berikut saya temukan satu bahasan sederhana
yang menyajikan satu paket definisi kapan disebut diare dan kapan disebut
disentri:
[..]
KAPAN DISEBUT DIARE ?
Diare menurut definisinya adalah, keluarnya tinja yang lunak atau cair
sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu hari. Tetapi definisi tidak bisa
dipakai pada bayi umur beberapa minggu, ini dikarenakan bayi yang hanya
minum air susu ibu (ASI), berak atau buang air besarnya bisa 6-8 kali
sehari, dengan kondisi tinja yang lunak atau agak cair. Pada bayi, ini
sesuatu yang normal. Berdasarkan hal tersebut, secara praktis diare pada
anak bisa didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi tinja atau
konsistensinya menjadi lebih lunak dari biasanya, sehingga hal itu dianggap
tidak normal oleh ibunya. Secara klinik, diare bisa dibedakan menjadi 3
macam yaitu, diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Diare cair akut.
Adalah diare yang terjadi secara akut, dan berlangsung kurang dari 14 hari
(bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan tinja yang lunak atau cair
yang sering dan tanpa darah, terkadang bisa disertai muntah dan panas. Diare
ini sering disebabkan karena rotavirus. Kuman yang lain misalnya E. Coli, V.
Cholera,dll.
Disentri.
Adalah diare yang disertai darah dalam tinja. Hal ini disebabkan karena
adanya kerusakan dinding bagian dalam usus karena adanya bakteri yang mampu
menembus dinding usus. Disentri ini sering disebabkan karena adanya bakteri
Sigella, Amoeba, E.Coli.
Diare Persisten.
Adalah diare yang mula-mula bersifat akut, namun berlangsung lebih dari 14
hari. Dapat dimulai sebagai diare cair akut atau disentri. Diare persisten
sering disebabkan oleh beberapa bakteri/ kuman yang masuk dalam tubuh
seorang anak.
[..]
[
http://majalahkasih.pantiwilasa.com/index.php?option=com_content&task=view&id=26&Itemid=74,
Ditulis oleh Dr. Sedyo Wahyudi, SpA, dimuat di Majalah kasih edisi pertama]
Arti purging pada atisara diatas tentunya anda sudah tau dan tidak perlu
lagi saya jelaskan, bukan?!
Jadi, jelas sudah bahwa PENDAPAT ANDA keliru.
Kemudian,
jika anda benar2 cermat..maka PASTI anda temukan PERSAMAAN KATA YANG MELEKAT
di bahasa pali dan bahasa Sanskrit diatas...yaitu ATISARA!
Saya rasa tidak ada hal baru yang dapat saya tambahkan kecuali mempertegas
kesimpulan saya dan sekali lagi...lohitapakhandika sangatlah tidak berdasar
jika
diartikan diare/mencret darah/dysentery
tks.
note:
Bro Sumedho, mohon berkenan disampikan di forum dammacitta.tks