Ini mengenai Hadaya-vatthu nyang berasal dari Visuddhimagga, bukan Abhidhamma. Tapi karena saya pertama kenal soal Hadaya-vatthu dari para senior Abhidhamma di sini jadi ngepostnya di sini boleh dong ya? :D
Bagaimana menjelaskan soal ini dan kaitannya dengan Hadayavatthu? Di sini tampaknya malah organ jantung tidak diperlukan dan organ otak lah yg esensiil. Karena jantung bisa digantikan, tapi tampaknya otak tidak. ;D
Hayu.. Mangga didiskusikeun.. _/\_
Konsep hadayavatthu ditemukan belakangan. Namun, untuk bisa menambahkan sesuatu ke dalam Tipitaka dibutuhkan yutti dan āgama. Yutti adalah alasan. Āgama adalah dasar atau hint dalam Tipitaka yang dapat dipergunakan untuk menambahkan ide baru tersebut. Mengenai Hadayavatthu, konsep hadayavatthu ditambahkan karena para Abhidhammika tidak melihat adalah physical basis untuk pikiran. Sementara semua indera yang lain memiliki physical basis dan juga pikiran sebagai pikiran sebagai pasangannya. Contohnya, cakkhuviññāṇa memiliki basis pada mata, sotaviññāṇa memiliki basis pada telingan. Lalu di manakah physical basis untuk pikiran? Semua fakta yang ada dalam Tipitaka menunjukkan bahwa physical basis bagi pikiran tidak ada. Jika memang physical basis bagi pikiran tidak ada, hal ini akan menimbulkan inkonsistensi pada konsep indera karena pikiran tak akan pernah bisa berdiri sendiri. Dalam Saṃyutta Nikāya:
"Seperti dua ikat bambu yang berdiri saling menopang satu sama lain, demikian pula dengan nāmarūpa sebagai kondisi, muncullah viññāṇa. Dengan kesadaran (viññāṇa sebagai kondisi, muncullah batin dan materi (nāmarūpa). ... Jika ada yang memindahkan salah satu ikatan di antara keduanya, ikatan lainnya akan jatuh, dan jika ada yang memindahkan yang lainnya, ikatan yang pertama akan jatuh. Begitu juga, dengan berhentinya nāmarūpa, berhentilah viññāṇa. Dengan berhentinya kesadaran (viññāṇa), berhentilah batin dan jasmani (nāmarūpa)."
Dengan konsep ini, mano harus mempunyai landasan yang jelas. Karena itulah, hadayavatthu dimasukkan oleh para Abhidhammika. Hanya saja, kalau kita melihat kasus seperti yang Jerry tampilkan, akan menimbulkan kontradiksi. Karena itu, saya pikir langkah Sang Buddha untuk tidak menunjukkan physical basis bagi mano adalah langkah yang tepat demi menghindari konflik dengan fakta semacam ini.
Jika kita menerima hadaya sebagai physical basis untuk pikiran, bukankah arterial pump di atas yang menggantikan organ jantung bisa dikatakan sebagai hadayavatthu? :D
[at] dhammasiri:
kalau pada kasus demikian kita tidak pakai, tetapi pada penjelasan lain kita pakai, kan itu double standard jadinya.
maksudnya lebih baik kita tidak menggunakan istilah hadaya vatthu utk menghindari konflik semacam ini?
[at] peacemind:
ini sulit jg karena ada kasus dimana orang sudah berhenti jantungnya dan dinyatakan sudah meninggal *hadaya vatthu berhenti?* ternyata masih hidup kembali ketika di berikan tegangan tinggi utk memancing jantung berdetak lagi. karena itu dikatakan hadaya vatthu itu bukan jantung. nah, kalau bukan jantung, bukan disekitar jantung *seperti pada kasus anjing itu*, artinya tidak ada hadaya vatthu kan pada anjing itu?
Beberapa hewan, misalnya kecoa dan bebek, bisa bertahan hidup meski tanpa kepala. Beberapa hewan, misalnya ular dan kadal, bisa bertahan hidup meski tanpa badan. Dari hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa 'letak nyawa' di tiap-tiap makhluk adalah berbeda.
Sejauh yang saya tahu, haddayavatthu bukanlah organ tetap seperti jantung. Hadayavatthu hanya sebuah tempat (vatthu) yang menjadi landasan kesadaran (mungkin nyawa maksudnya); dalam hal ini pada manusia. Hadayavatthu muncul dan lenyap dalam waktu yang sangat cepat sekali, dan aktivitasnya turut berkaitan dengan peredaran darah. Karena jantung adalah organ yang berfungsi sebagai alat pemompa darah, maka hadayavatthu berkaitan dengan jantung. Tapi hadayavatthu bukanlah jantung itu sendiri.
Kasus "Russian Dog Experiment - Living without a body" memang menarik. Kalau menurut spekulasi saya, mungkin saja hadayavatthu itu 'pindah' ke tempat lain yang lebih kondusif; karena sudah tidak ada jantung. Atau mungkin juga, hadayavatthu pada anjing ada di sekitar bagian kepala.
atau tidak perlu sama sekali kita berspekulasi menentukan letaknya?
dalam 6 kesadaran/viññāṇa dikatakan memiliki landasannya. Nah utk pemikiran/idea itu dikatakan landasannya adalah intelek *sesuatu yg tidak ber-rupa*.
Quote from: SN 35.191: Kotthita Sutta"In the same way, the eye is not the fetter of forms, nor are forms the fetter of the eye. Whatever desire & passion arises in dependence on the two of them: That is the fetter there. The ear is not the fetter of sounds... The nose is not the fetter of aromas... The tongue is not the fetter of flavors... The body is not the fetter of tactile sensations... The intellect is not the fetter of ideas, nor are ideas the fetter of the intellect. Whatever desire & passion arises in dependence on the two of them: That is the fetter there.
dengan menyatakan hadayavatthu itu ditubuh kita justru mencoba merubah nāma menjadi rūpa, right?
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 10:20:26 AM
Beberapa hewan, misalnya kecoa dan bebek, bisa bertahan hidup meski tanpa kepala. Beberapa hewan, misalnya ular dan kadal, bisa bertahan hidup meski tanpa badan. Dari hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa 'letak nyawa' di tiap-tiap makhluk adalah berbeda.
Sejauh yang saya tahu, haddayavatthu bukanlah organ tetap seperti jantung. Hadayavatthu hanya sebuah tempat (vatthu) yang menjadi landasan kesadaran (mungkin nyawa maksudnya); dalam hal ini pada manusia. Hadayavatthu muncul dan lenyap dalam waktu yang sangat cepat sekali, dan aktivitasnya turut berkaitan dengan peredaran darah. Karena jantung adalah organ yang berfungsi sebagai alat pemompa darah, maka hadayavatthu berkaitan dengan jantung. Tapi hadayavatthu bukanlah jantung itu sendiri.
Kasus "Russian Dog Experiment - Living without a body" memang menarik. Kalau menurut spekulasi saya, mungkin saja hadayavatthu itu 'pindah' ke tempat lain yang lebih kondusif; karena sudah tidak ada jantung. Atau mungkin juga, hadayavatthu pada anjing ada di sekitar bagian kepala.
Terlepas dari apakah hadayavatthu ada di jantung ataukah tidak, dalam bahasa Pali itu sendiri, kata hadaya berarti 'jantung'. Dalam sutta2, hadaya dimasukkan ke dalam salah satu organ tubuh. Kalimat 'hadayaṃ phalitam' yang sering kita jumpai di teks Pali juga diterjemahkan sebagai 'broken heart'. Sekarang jika hadayavatthu tidak harus mengacu pada jantung, pertanyaannya mengapa para Abhidhammika tidak menggunakan istilah lain untuk merujuk pada pysical basis dari mano ini.
Untuk lebih jelasnya, mungkin saudara2 bisa membaca Visuddhimagga mengenai hadayavatthu.
Thanks.
ini pertanyaan saya yg dulu...
kalau hadaya-vatthu adalah landasan utk kesadaran berpikir, bagaimana dg orang yg ditransplantasi jantungnya?
kemudian rekan2 yg mempelajari Abhidhamma lebih serius menjelaskan bahwa hadaya-vatthu bukan jantung, melainkan hanya "titik-titik" di sekitar jantung yg menghasilkan darah.
argumentnya semakin melenceng dari ilmu pengetahuan kedokteran saat ini, bahwa darah bukan diproduksi di jantung, melainkan di sumsum tulang.
kedua, seandainya titik2 itu adalah rupa (fisik) tentunya dia akan berpindah ketika ditransplantasi. dan seandainya titik2 itu bukan rupa sehingga tidak terpindahkan melalui transplantasi itu sudah melenceng dari konteksnya yaitu landasan "fisik" utk timbulnya kesadaran (citta).
saya tidak melanjutkan pertanyaan ini lagi, krn tidak ada manfaatnya.
Quote from: Peacemind on 14 November 2009, 11:55:38 AM
Terlepas dari apakah hadayavatthu ada di jantung ataukah tidak, dalam bahasa Pali itu sendiri, kata hadaya berarti 'jantung'. Dalam sutta2, hadaya dimasukkan ke dalam salah satu organ tubuh. Kalimat 'hadayaṃ phalitam' yang sering kita jumpai di teks Pali juga diterjemahkan sebagai 'broken heart'. Sekarang jika hadayavatthu tidak harus mengacu pada jantung, pertanyaannya mengapa para Abhidhammika tidak menggunakan istilah lain untuk merujuk pada pysical basis dari mano ini.
Untuk lebih jelasnya, mungkin saudara2 bisa membaca Visuddhimagga mengenai hadayavatthu.
Thanks.
Petikan dari Visuddhi Magga (Jalan Kesucian) mengenai hadayavatthu:
"Benda ini terdapat di bagian jantung. Warnanya seperti bagian belakang dari mahkota bunga teratai. Ukurannya seperti sebuah kuncup teratai dengan bagian mahkota luar telah terbuka ke bawah; halus di bagian luarnya, dan bagian dalamnya mirip sebelah dalam dari Kosataki (
loofah gourd). Bagi mereka yang telah memiliki pengertian, benda itu lebih berkembang. Bagi mereka yang tidak memiliki pengertian, tetap seperti kuncup. Di dalamnya terdapat sebuah lubang seukuran sebuah dasar biji punnaga, dimana setengah pannasa darah tetap berada, membantu kemunculan unsur batin dan unsur kesadaran batin. Arahnya, ditemui dibagian tengah antara dua dada, di dalam badan. Batasannya, dikeliling oleh sesuatu yang menyusun jantung."
Dalam petikan itu, tersirat bahwa jantung bukanlah hadayavatthu. Hadayavatthu ini digambarkan sebagai suatu benda yang dapat bergantung pada dan sekaligus mengondisikan unsur batin. Hadayavatthu bukanlah organ yang sama dengan jantung. Jantung sering diidentifikasi sebagai hadayavatthu, karena atas dasar hubungannya sebagai alat pemompa peredaran darah yang bisa mengondisikan landasan (vatthu). Hadayavatthu hanya sebuah materi di dalam rongga dada yang muncul ketika peredaran darah (yang berasal dari jantung) mengondisikannya.
Jadi ketika ada pusat peredaran darah segar, maka hal itu yang mengondisikan keberadaan hadayavatthu.
Quote from: tesla on 14 November 2009, 12:19:31 PM
ini pertanyaan saya yg dulu...
kalau hadaya-vatthu adalah landasan utk kesadaran berpikir, bagaimana dg orang yg ditransplantasi jantungnya?
kemudian rekan2 yg mempelajari Abhidhamma lebih serius menjelaskan bahwa hadaya-vatthu bukan jantung, melainkan hanya "titik-titik" di sekitar jantung yg menghasilkan darah.
argumentnya semakin melenceng dari ilmu pengetahuan kedokteran saat ini, bahwa darah bukan diproduksi di jantung, melainkan di sumsum tulang.
kedua, seandainya titik2 itu adalah rupa (fisik) tentunya dia akan berpindah ketika ditransplantasi. dan seandainya titik2 itu bukan rupa sehingga tidak terpindahkan melalui transplantasi itu sudah melenceng dari konteksnya yaitu landasan "fisik" utk timbulnya kesadaran (citta).
saya tidak melanjutkan pertanyaan ini lagi, krn tidak ada manfaatnya.
AFAIK...
Hadayavathhu muncul, lenyap dan bekerja karena dikondisikan oleh peredaran darah. Hadayavatthu hanya berada di satu titik, bukan berada di titik-titik sekitar jantung. Hadayavatthu juga bukanlah sesuatu yang menghasilkan darah.
Jantung adalah alat pemompa darah di tubuh manusia. Hadayavatthu muncul dan lenyap dengan cepat sekali. Ketika jantung ditransplantasi, maka sepertinya hadayavatthu juga tidak mendapat sokongan kondisi lagi. Hadayavatthu baru akan 'terbentuk' lagi ketika jantung baru mulai beroperasi kembali.
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 12:35:58 PM
Hadayavatthu muncul dan lenyap dengan cepat sekali.
AFAIK, semua rupa (fisik) itu dikatakan muncul & lenyap dg sangat cepat sekali di Abhidhamma.
tp toh tubuh kita masih tertangkap oleh kamera.
Bagaimana dg hadaya-vatthu? apakah ada nama organnya? atau belum terdeteksi oleh science?
[at] upasaka:
kalau kasus anjing itu? tidak ada disekitar jantung loh ;D
mungkin pertanyaannya yg salah kali, sama seperti bertanya dimanakah sedih itu :P
Quote from: tesla on 14 November 2009, 12:42:45 PM
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 12:35:58 PM
Hadayavatthu muncul dan lenyap dengan cepat sekali.
AFAIK, semua rupa (fisik) itu dikatakan muncul & lenyap dg sangat cepat sekali di Abhidhamma.
tp toh tubuh kita masih tertangkap oleh kamera.
Bagaimana dg hadaya-vatthu? apakah ada nama organnya? atau belum terdeteksi oleh science?
Menurut suatu komentar yang pernah saya baca, hadayavatthu itu disebut muncul ketika ada wujudnya; disebut lenyap ketika tidak ada wujudnya. Mungkin ketika ada peredaran darah segar yang melewati suatu titik jantung, maka ada 'materi' yang muncul; ketika peredaran darah segar telah berlalu, maka 'materi' itu lenyap lagi.
Sampai saat ini memang belum terdeteksi oleh dunia medis. Karena itu, hadayavatthu boleh dipercayai keberadaanya; boleh juga tidak.
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 01:04:43 PM
[at] upasaka:
kalau kasus anjing itu? tidak ada disekitar jantung loh ;D
mungkin pertanyaannya yg salah kali, sama seperti bertanya dimanakah sedih itu :P
Di komentar saya sebelumnya, saya sudah menyatakan bahwa "saya berspekulasi kalau hadayavatthu itu pindah ke lokasi lain yang lebih kondusif, atau mungkin juga hadayavatthu pada anjing berada di sekitar kepala."
Coba saja adakan "Russian Human Experiment - Living without a body". Kalau ternyata manusia juga bisa bertahan hidup dalam eksperimen itu, maka ada beberapa kemungkinan, antara lain:
- hadayavatthu 'pindah' atau mengambil lokasi lain yang lebih kondusif
- hadayavatthu berada di sekitar kepala
- tidak ada hadayavatthu, dan perlu eksperimen lebih jauh untuk meneliti dimana letak 'nyawa' pada manusia
kita kembali ke kata dulu, hadaya vatthu -> jantung+landasan. kalau landasan jantung di kepala atau di jempol? nah loh. ;D
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 01:41:54 PM
kita kembali ke kata dulu, hadaya vatthu -> jantung+landasan. kalau landasan jantung di kepala atau di jempol? nah loh. ;D
Hadaya => jantung (heart)
Vatthu => tempat (place)
Hadayavatthu => tempat jantung; err... maksudnya "landasan hati (jantung)"
Setahu saya, kata "hadaya" ini memiliki kompleksitas arti yang mirip dengan kata "heart" dalam Bahasa Inggris. Dalam suatu konteks, kata "heart" bisa diartikan sebagai salah satu organ tubuh manusia; yaitu jantung. Dalam konteks lain, kata "heart" juga bisa diartikan sebagai suatu materi yang berkaitan dengan mental pada manusia; misalnya "broken heart" yang artinya "patah hati". Demikian juga dengan kata "hadaya", yang mungkin dalam konteks hadayavatthu diartikan sebagai "landasan hati". Dalam pembendaharaan Tata Bahasa Indonesia, kata "hati" ini bisa merujuk pada makna konotasi; yaitu sebagai perasaan, cinta, bahkan termasuk pikiran (batin).
Berangkat dari hal ini, saya kembali punya spekulasi bahwa hadayavatthu tidak bisa dipatok dengan harga mati selalu berdampingan dengan jantung. Jantung hanyalah alat pemompa darah. Dan bila ada alat lain yang bisa menggantikan posisi jantung, bukan tidak mungkin kalau hadayavatthu juga masih ada.
Seumpamanya definisi hadayavatthu yang disebut dalam Tipitaka memang terorientasi pada jantung, hal itu pun bukan tanpa alasan. Tentu saja Tipitaka membahas mengenai hadayavatthu yang berada di dalam tubuh manusia normal. Secara implisit, Tipitaka menggambarkan bahwa di dalam rongga dada di tubuh manusia yang normal pasti ada hadayavatthu yang bersinggungan dengan jantung. Tipitaka tidak menggambarkan di mana lokasi hadayavatthu pada tubuh manusia yang sedang dijadikan bahan percobaan pada "Russian Human Experiment - Living without a body".
err.. di Tipitaka nda ada hadayavatthu ;D
For Upasaka:
Anda menjelaskan di atas bahwa hadayavatthu muncul dan lenyap dengan sangat cepat dan muncul hanya karena kondisi peredaran darah. Padahal jika menyimak apa yang dilukiskan di Visuddhimagga, materi ini tampak solid. Materi ini sebesar kuncup teratai yang dikatakan pula bisa menampung darah setengah pasata (setengah cangkir). Darah yang ditampung di sini tampaknya tidak beredar seperti halnya jenis darah lain karena dikatakan bahwa warna darah ini juga berbeda dari satu orang ke orang lain tergantung pada karakter seseorang. Jika hadayavatthu bukan materi yang solid atau materi yang terbentuk oleh darah saja, maka materi ini tidak bisa menyimpan darah. Selain itu, Visuddhimagga juga menjelaskan bahwa hadayavatthu termasuk unsur tanah. Ini menunjukkan bahwa materi ini termasuk materi yang solid. Memang dalam darah pun ada unsur tanah, namun jika memang hadayavatthu terbentuk hanya karena kondisi darah saja, mengapa Bhikkhu Buddhaghosa atau para Abhidhammikas lain tidak memasukkannya sebagai unsur air. Selain itu, jika memang hadayavatthu bisa berpindah ke kepala atau bagian lain, apakah nantinya tidak akan menganggu organ yang bersangkutan karena ukuran hadayavatthu pun tidak kecil?
Thanks.
Kalau begitu, landasan fisik bagi pikirannya Anjing mungkin sudah berpindah ke tabung? hehehe.. Kalo menurut saya sih otak juga penting dan tentu saja pasokan darah baru yg mengalir membawa oksigen dan nutrisi juga penting. Jadi pikiran sejak awalnya tidak memerlukan landasan tertentu yg spesifik, tapi tampaknya ada saling keterhubungan dan memang Sang Buddha tidak mengatakan bahwa pikiran ada di sini atau di situ, atau pikiran ada di mana-mana. Beliau hanya mengajarkan bahwa karena adanya pikiran dan objek, lalu ada kesadaran pikiran yg muncul berkenaan dg itu. Jadi pikiran muncul karena kondisi-kondisi. Sedangkan oleh beliau, 5 kesadaran lainnya dikatakan memang memiliki landasan fisik berupa panca indera. Mengapa masih perlu upaya utk mengelaborasi dan menambah-kurangi ajaran Beliau?
Dalam kasus spt di atas, fungsi jantung tampaknya dapat digantikan tp tidak demikian dengan otak. Konon, yg pernah saya baca di tempat lain, bahwa manusia juga bisa dijadikan spt kasus anjing itu agar mampu hidup abadi, yg penting ada elektrisitas dan aliran darah yg mengalir. Dulunya kirain mitos, hingga setelah melihat video anjing itu. Dan baru sekarang dipost. :D Sebenarnya more or less kasus begini sudah ada juga sih.. Tanpa dipenggal, orang2 yg ditransplantasi jantung atau dioperasi bagian jantungnya, kan menggunakan semacam alat utk mengalirkan darahnya.
Mungkin ada beberapa kasus anomali spt orang yg hidup normal tanpa memiliki otak normal (bbrp malah tidak punya katanya). Terus bagaimana bila kita kondisikan agar org2 yg dapat hidup normal tanpa otak normal itu menjadi spt kasus anjing di atas, apakah mereka masih dapat hidup nantinya? :D
Jika tidak berarti otak lebih memegang peranan penting utk landasan fisik bagi kesadaran pikiran, tetapi jika masih dapat, berarti masih tetap interkonektivitas dan bahwa pikiran tidak perlu landasan fisikal.
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 02:14:57 PM
err.. di Tipitaka nda ada hadayavatthu ;D
Kitab Visuddhi Magga yang merupakan kitab komentar secara tidak langsung dinyatakan sebagai bagian dari Tipitaka. Di Abhidhamma Pitaka sendiri, hadayavatthu juga disinggung dan termasuk dalam pembahasan
nipphanarupa /
jatirupa 18. ;D
Quote from: Peacemind on 14 November 2009, 03:32:49 PM
For Upasaka:
Anda menjelaskan di atas bahwa hadayavatthu muncul dan lenyap dengan sangat cepat dan muncul hanya karena kondisi peredaran darah. Padahal jika menyimak apa yang dilukiskan di Visuddhimagga, materi ini tampak solid. Materi ini sebesar kuncup teratai yang dikatakan pula bisa menampung darah setengah pasata (setengah cangkir). Darah yang ditampung di sini tampaknya tidak beredar seperti halnya jenis darah lain karena dikatakan bahwa warna darah ini juga berbeda dari satu orang ke orang lain tergantung pada karakter seseorang. Jika hadayavatthu bukan materi yang solid atau materi yang terbentuk oleh darah saja, maka materi ini tidak bisa menyimpan darah. Selain itu, Visuddhimagga juga menjelaskan bahwa hadayavatthu termasuk unsur tanah. Ini menunjukkan bahwa materi ini termasuk materi yang solid. Memang dalam darah pun ada unsur tanah, namun jika memang hadayavatthu terbentuk hanya karena kondisi darah saja, mengapa Bhikkhu Buddhaghosa atau para Abhidhammikas lain tidak memasukkannya sebagai unsur air. Selain itu, jika memang hadayavatthu bisa berpindah ke kepala atau bagian lain, apakah nantinya tidak akan menganggu organ yang bersangkutan karena ukuran hadayavatthu pun tidak kecil?
Thanks.
Hadayavatthu digolongkan sebagai salah satu dari
nipphanarupa / jatirupa 18, karena hadayavatthu adalah materi yang bisa memproduksi materi lain. Hadayavatthu ini juga merupakan satu di antara
kammajarupakalapa 10; yaitu kelompok materi yang dikondisikan oleh kamma. Hadayavatthu muncul saat adanya konsepsi (
patisandhi) yang bersama dengan kelompok fisik jasmani (
kayadasakakalapa) dan kelompok materi jenis kelamin (
itthibbhavadasakakalapa atau
purisabbhavadasakakalapa), serta terkondisi pada kamma. Karena hadayavatthu termasuk dalam kammajarupakalapa, maka materi ini timbul berkelompok dan memiliki ciri yang sama dengan 9 kammajarupakalapa lainnya; yaitu timbulnya bersama, padamnya bersama, serta berlangsungnya juga bersama. Hadayavatthu ini bisa kuat atau lemah karena bergantung pada kamma.
Hadayavatthu adalah materi yang menjadi landasan batin (kesadaran), timbul-lenyap-berlangsung karena dikondisikan oleh kamma. Kesadaran timbul-lenyap-berlangsung dengan amat cepat. Hadayavatthu ini juga timbul-lenyap-berlangsung secepat dengan timbul-lenyap-berlangsungnya kesadaran. Maka dari itu hadayavatthu sangat sulit dideteksi.
Mengenai kemungkinan hadayavatthu pindah ke bagian lain, saya pikir bukan tidak mungkin. Apalagi kalau materi ini sangat bergantung dan dikondisikan oleh kamma.
Quote from: Jerry on 14 November 2009, 09:16:52 PM
Sedangkan oleh beliau, 5 kesadaran lainnya dikatakan memang memiliki landasan fisik berupa panca indera. Mengapa masih perlu upaya utk mengelaborasi dan menambah-kurangi ajaran Beliau?
5 kesadaran lain, seingat saya dalam sutta bukan memiliki landasan fisik, namun memiliki landasan kontak. CMIIW
jika ditelusuri dari ilmu pengetahuan saat ini, tidak valid mengatakan kesadaran mata muncul di mata, yg lebih valid adalah kontak cahaya terjadi pada mata :)
kontak suara terjadi pada gendang telinga, dst...
kalau mau dikatakan sebagai pengkondisian, maka mata sendiri pun belum dapat mengkondisikan kesadaran melihat, dlm ilmu kedokteran lebih tepat dikatakan "sistem" indra penglihatan. "sistem" artinya ia tidak berdiri sendiri, tapi sudah sinergi beberapa komponen, misalnya setelah mata ada syaraf, dan ke otak.
dan menurut saya, hampir setiap komponen (organ) tubuh kita dapat digantikan. mungkin dg kemajuan teknologi kedokteran nantinya, semua organ artifisial ada. mungkin otak digantikan dg microprocessor & ram :P
Bergantung pada indera mata dan obyek-obyek penglihatan...
entah apa namanya, tapi dulu saya pernah mengalami sakit batin, yah...karena kesedihan sakit di tengah-tengah [ sekitar daerah ulu hati ], dan sakit nya itu TERASA BANGET.
apa itu letak hadaya vatthu?....
------------------------------------------------------------------------------------
mengenai pro-kontra teori ada nya "roh/sebuah nyawa" menarik jika dibahas lebih jauh..
"dimana letak berada nyawa sebuah makhluk hidup?"
kecoa misalnya kepala hilang masih bisa hidup...tentu letak-nya bukan dikepala...
jadi menarik sekali ketika SangBuddha pertama kali mengatakan bahwa makhluk hidup itu hanya terdiri dari unsur-unsur...
beliau tidak menyebutkan dimana letak unsur-nya,apakah di kepala, di kaki, di tangan...karena hal itu dianggap sebuah pandangan salah.....
Quote from: tesla on 14 November 2009, 11:08:54 PM
Quote from: Jerry on 14 November 2009, 09:16:52 PM
Sedangkan oleh beliau, 5 kesadaran lainnya dikatakan memang memiliki landasan fisik berupa panca indera. Mengapa masih perlu upaya utk mengelaborasi dan menambah-kurangi ajaran Beliau?
5 kesadaran lain, seingat saya dalam sutta bukan memiliki landasan fisik, namun memiliki landasan kontak. CMIIW
CYIYW
"Dependent on
the eye & forms there arises eye-consciousness. The meeting of the three is
contact ..."
Tidak ada yg mengatakan bahwa mata saja dapat mengondisikan kesadaran penglihatan atau bahasa lainnya, bahwa kesadaran mata muncul karena adanya organ mata semata. Jangan keliru menangkap, tapi dikatakan bahwa
kesadaran mata muncul dan bergantung pada indera mata [sbg landasan fisiknya] dan bentuk-bentuk. Dan pertemuan ketiganyalah yg dinamakan kontak(phassa). Jika dikatakan mata tolong jangan ditafsirkan sbg mata belaka, tapi tafsirkanlah sesuai pengetahuan masa kini, bahwa yg dimaksud terkait dengan organ mata dlm proses melihat, dg kata lain, sistem penglihatan itu sendiri. Dan Sang Buddha sendiri tidak pernah tertarik pada hal2 detil seperti bahwa cahaya diterima di sel2 retina mata dan suara diterima di gendang telinga dsb. Karena ini bukan ilmu pengetahuan, tetapi ini kebenaran mulia yg diajarkan beliau utk menuntun kita pada pembebasan. Dan utk mencapai pembebasan tidak perlu ijazah doktor atau gelar profesor hehee.. Tetapi bagaimana kita tidak menjadi terhanyut pd daya pikat tanha sbgmn yg dijelaskan beliau dalam khotbah mengenai awal dunia dan akhir dunia. Karena otak merupakan prosesor utama yg menerima gambar cahaya dari retina dan membuat proyeksinya agar terlihat, tentu bisa ditafsirkan bahwa kesadaran mata ada sbg akibat dr hasil dr indera mata (sistem penglihatan) yg bekerja, bentuk yg ditangkap dan bagian otak berkenaan sistem visual yg memroses.. Ini kalau kita bawa ke lebih detilnya.. Terserah bagaimana Anda mau menafsirkan dan membuatnya menjadi detil, tidak akan memengaruhi prinsip dasar ajaran Sang Buddha juga.
Namun harap diingat, ilmu pengetahuan sendiri belum layak utk dijadikan satu2nya standar dlm memahami alam krn dpt dilihat bahwa iptek&sains masih terus berkembang dlm upaya menemukan bentuk sejatinya. Yg tampaknya, tidak akan pernah tercapai.. Setidaknya hingga saat saya mati nanti. Satu kekurangan sains sbgmn yg pernah saya baca sbg pengakuan dr seorang saintis adalah meski mereka bertujuan memahami hakikat kehidupan, tapi ilmu pengetahuan masa kini lebih terjebak pada hal2 yg tampak lahiriah saja, hal2 yg bersifat materiil. Sedangkan alam mencakup baik materiil dan batiniah, dan penjelasan Sang Buddha melebihi dari sekedar hal2 tampak lahiriah spt mata dan objeknya, tapi mencakup jg yg batiniah - kesadaran mata, kemampuan utk mengenali dan membedakan melalui mata. Antara sains dan penjelasan Sang Buddha tdk bertentangan secara prinsip dasarnya, hanya beda di penamaan dan detil, silahkan telaah apakah kata2 Sang Buddha ada melenceng atau tidak. Akan Anda temukan bahwa bbrp pelencengan ajaran Sang Buddha justru muncul belakangan sbg hasil kerja para siswanya yg mencoba berspekulasi. Salah 1 nya yg sedang saya angkat ini. ;D
CMIIW juga
_/\_
Quote from: marcedes on 15 November 2009, 12:20:47 AM
entah apa namanya, tapi dulu saya pernah mengalami sakit batin, yah...karena kesedihan sakit di tengah-tengah [ sekitar daerah ulu hati ], dan sakit nya itu TERASA BANGET.
apa itu letak hadaya vatthu?....
------------------------------------------------------------------------------------
mengenai pro-kontra teori ada nya "roh/sebuah nyawa" menarik jika dibahas lebih jauh..
"dimana letak berada nyawa sebuah makhluk hidup?"
kecoa misalnya kepala hilang masih bisa hidup...tentu letak-nya bukan dikepala...
jadi menarik sekali ketika SangBuddha pertama kali mengatakan bahwa makhluk hidup itu hanya terdiri dari unsur-unsur...
beliau tidak menyebutkan dimana letak unsur-nya,apakah di kepala, di kaki, di tangan...karena hal itu dianggap sebuah pandangan salah.....
Kesakitan yg Bro Merc alami kalo boleh saya coba tuliskan itu hanya mengindikasikan bahwa memang antara nama dan rupa ini ada kesaling-terhubungan. Sama halnya dengan orang yg stress, bagian organ tubuh yg paling rentan terpengaruh katanya sih maag. Jadi tidak ada kaitannya dengan Hadaya-vatthu.
Soal roh, Sang Buddha menjawab dg excellent bahwa semua ini hanya rangkaian unsur-unsur yg saling bergantung dan berhubungan, not mine, not me, not myself. Buktinya? Nih..
Teman-teman sekalian,
Tolong dikoreksi nih, apakah saya salah lihat? kayaknya film TS itu film kartun bukan dokumenter.
Hehe.. di menit 1:02 baru dokumenter Ko Fab.. Di awal cuma penjelasan dlm bentuk animasi sederhana :D
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 10:48:28 PM
Kitab Visuddhi Magga yang merupakan kitab komentar secara tidak langsung dinyatakan sebagai bagian dari Tipitaka. Di Abhidhamma Pitaka sendiri, hadayavatthu juga disinggung dan termasuk dalam pembahasan nipphanarupa / jatirupa 18. ;D
Kalau VM mah kitab komentarnya tipitaka, bukan bagian dari tipitakanya
Utk nipphanarupa/Jatirupa 18 itu kekna kompilasi sendiri oleh DSG dari berbagai sumber (termasuk VM). Sudah dicari di Tipitaka Chatta Sangayana, tidak ketemu kata Hadaya Vatthu di Tipitaka. Adanya juga Hadaya saja, dan vatthu saja. Tidak ada kombinasi keduanya di Tipitaka
Di patthana
Quote
That material thing on the basis of which apprehension and comprehension take
place — that thing is related to both of them, as well as to
their concomitants by way of the relation of Base.
Terus sama orang-orang belakangan "that material thing" itu di kasih nama heart-base sesuai kepercayaan saat itu.
that material thing itu palinya bukan hadayavatthu kan? dah search full text indexnya, nda ketemu bro
Bisa dapet detailbnay bro? nanti saya cross cek manual ke abhidhamma pitaka pali
Quote from: Sumedho on 15 November 2009, 08:14:15 AM
that material thing itu palinya bukan hadayavatthu kan? dah search full text indexnya, nda ketemu bro
Bisa dapet detailbnay bro? nanti saya cross cek manual ke abhidhamma pitaka pali
yaŋ rupaŋ...taŋ rupaŋ (that material thing...that thing)
Lebih lengkapnya di
http://www.archive.org/details/compendiumofphil00anurrich
hal. 277
kalau kombinasi hadayavatthu hanya muncul pada milindapanha belakangan (Kn), atthakata dan Tika saja.
[at] char101: jadi maksudnya kata hadayavatthu itu disisipkan belakangan?
Quote from: Sumedho on 15 November 2009, 08:25:24 AM
kalau kombinasi hadayavatthu hanya muncul pada milindapanha belakangan (Kn), atthakata dan Tika saja.
+ abhidhammatasangaha
Quote
[at] char101: jadi maksudnya kata hadayavatthu itu disisipkan belakangan?
Mungkin lebih tepatnya hadayavatthu itu nama yang muncul belakangan untuk dasar pikiran itu.
Yang saya kepikiran, kalau telur yang baru dibuahi, kan masih sel tunggal. Apa saat itu sudah ada kesadaran, atau kesadaran memang baru muncul ketika jantung sudah terbentuk dan sudah ada darah sebanyak 1/2 pastata itu? Jadi hadaya-vatthu itu menunjuk kepada kondisi minimal di mana kesadaran manusia muncul.
jadi, hadayavatthu itu memang tidak disinggung sama sekali oleh sang buddha dan muncul belakangan untuk menjelaskan hal2x itu bukan?
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 10:48:28 PM
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 02:14:57 PM
err.. di Tipitaka nda ada hadayavatthu ;D
Kitab Visuddhi Magga yang merupakan kitab komentar secara tidak langsung dinyatakan sebagai bagian dari Tipitaka. Di Abhidhamma Pitaka sendiri, hadayavatthu juga disinggung dan termasuk dalam pembahasan nipphanarupa / jatirupa 18. ;D
Quote from: Peacemind on 14 November 2009, 03:32:49 PM
For Upasaka:
Anda menjelaskan di atas bahwa hadayavatthu muncul dan lenyap dengan sangat cepat dan muncul hanya karena kondisi peredaran darah. Padahal jika menyimak apa yang dilukiskan di Visuddhimagga, materi ini tampak solid. Materi ini sebesar kuncup teratai yang dikatakan pula bisa menampung darah setengah pasata (setengah cangkir). Darah yang ditampung di sini tampaknya tidak beredar seperti halnya jenis darah lain karena dikatakan bahwa warna darah ini juga berbeda dari satu orang ke orang lain tergantung pada karakter seseorang. Jika hadayavatthu bukan materi yang solid atau materi yang terbentuk oleh darah saja, maka materi ini tidak bisa menyimpan darah. Selain itu, Visuddhimagga juga menjelaskan bahwa hadayavatthu termasuk unsur tanah. Ini menunjukkan bahwa materi ini termasuk materi yang solid. Memang dalam darah pun ada unsur tanah, namun jika memang hadayavatthu terbentuk hanya karena kondisi darah saja, mengapa Bhikkhu Buddhaghosa atau para Abhidhammikas lain tidak memasukkannya sebagai unsur air. Selain itu, jika memang hadayavatthu bisa berpindah ke kepala atau bagian lain, apakah nantinya tidak akan menganggu organ yang bersangkutan karena ukuran hadayavatthu pun tidak kecil?
Thanks.
Hadayavatthu digolongkan sebagai salah satu dari nipphanarupa / jatirupa 18, karena hadayavatthu adalah materi yang bisa memproduksi materi lain. Hadayavatthu ini juga merupakan satu di antara kammajarupakalapa 10; yaitu kelompok materi yang dikondisikan oleh kamma. Hadayavatthu muncul saat adanya konsepsi (patisandhi) yang bersama dengan kelompok fisik jasmani (kayadasakakalapa) dan kelompok materi jenis kelamin (itthibbhavadasakakalapa atau purisabbhavadasakakalapa), serta terkondisi pada kamma. Karena hadayavatthu termasuk dalam kammajarupakalapa, maka materi ini timbul berkelompok dan memiliki ciri yang sama dengan 9 kammajarupakalapa lainnya; yaitu timbulnya bersama, padamnya bersama, serta berlangsungnya juga bersama. Hadayavatthu ini bisa kuat atau lemah karena bergantung pada kamma.
Hadayavatthu adalah materi yang menjadi landasan batin (kesadaran), timbul-lenyap-berlangsung karena dikondisikan oleh kamma. Kesadaran timbul-lenyap-berlangsung dengan amat cepat. Hadayavatthu ini juga timbul-lenyap-berlangsung secepat dengan timbul-lenyap-berlangsungnya kesadaran. Maka dari itu hadayavatthu sangat sulit dideteksi.
Mengenai kemungkinan hadayavatthu pindah ke bagian lain, saya pikir bukan tidak mungkin. Apalagi kalau materi ini sangat bergantung dan dikondisikan oleh kamma.
Memang benar bahwa hadayavatthu dikatakan muncul pertama kalinya bersamaan dengan munculnya kesadaran patisandhi (rebirth linking). Materi ini juga ditimbulkan karena kamma seperti halnya beberapa materi lainnya seperti indera mata, telinga, hidung, dll. Namun saya pribadi belum pernah menemukan referensi yang mengatakan bahwa muncul dan lenyapnya hadayavatthu berlangsung secepat timbul dan lenyapnya kesadaran. Setahu saya, muncul dan lenyapnya rūpakālapa (bukan hanya hadayavatthu saja namun semua unsur materi) memang sangat cepat namun tidak secepat kesadaran. Jika saudara Upasaka mendapatkan referensi ini, sangat baik jika dipostkan ke sini.
Apa maksudnya karena materi hadayavatthu bergantung pada kamma,kemudian sangat mungkin untuk pindah ke bagian lain?
Thanks.
Quote from: Jerry on 15 November 2009, 01:00:10 AM
"Dependent on the eye & forms there arises eye-consciousness. The meeting of the three is contact ..."
thanks for correction :)
Quote
Tidak ada yg mengatakan bahwa mata saja dapat mengondisikan kesadaran penglihatan atau bahasa lainnya, bahwa kesadaran mata muncul karena adanya organ mata semata. Jangan keliru menangkap, tapi dikatakan bahwa kesadaran mata muncul dan bergantung pada indera mata [sbg landasan fisiknya] dan bentuk-bentuk.
yup, bukan hanya pada mata, dijelaskan di abhidhamma perlu lagi medium (cahaya) & juga keinginan (saya lupa palinya) utk melihat... saya tidak membahas kondisi2 yg lain karena disini kita lagi membahas "landasan fisik"nya yg merupakan salah satu syarat.
Quote
Dan pertemuan ketiganyalah yg dinamakan kontak(phassa).[/u] Jika dikatakan mata tolong jangan ditafsirkan sbg mata belaka, tapi tafsirkanlah sesuai pengetahuan masa kini, bahwa yg dimaksud terkait dengan organ mata dlm proses melihat, dg kata lain, sistem penglihatan itu sendiri.
yg menyebabkan kamu harus merevisi mata menjadi sistem penglihatan justru karena berpikir bahwa mata yg dikatakan Buddha adalah "landasan fisik". makanya saya mengatakan yg dikatakan Buddha adalah landasan kontak/prasyarat terjadinya kontak, bukan landasan fisik tempat terjadinya kesadaran. saya katakan landasan kontak karena saya menyebutkan berdasarkan ingatan saya belaka. dan cuplikan sutta yg kamu lampirkan semakin meyakinkan saya, walau kata "landasan kontak" sendiri hanya kata dari saya, tapi menurut saya belum kehilangan maknanya.
Landasan fisik seingat saya memang ada dijelaskan dalam abhidhamma.
disitu dijelaskan, bahwa kesadaran (citta) pada umumnya membutuhkan landasan fisik utk timbul.
ada juga yg tidak membutuhkan landasan fisik, mis: citta para arupa brahma.
kesadaran berpikir ada landasan fisiknya, yaitu hadaya vatthu.
tapi saya pribadi tidak menerima ini, alias meragukan abhidhamma (atau mungkin yg saya ketahui ttg abhidhamma salah) :)
QuoteAkan Anda temukan bahwa bbrp pelencengan ajaran Sang Buddha justru muncul belakangan sbg hasil kerja para siswanya yg mencoba berspekulasi. Salah 1 nya yg sedang saya angkat ini. ;D
ha? maksudnya?...
_/\_
Quote from: tesla on 15 November 2009, 12:09:50 PM
yg menyebabkan kamu harus merevisi mata menjadi sistem penglihatan justru karena berpikir bahwa mata yg dikatakan Buddha adalah "landasan fisik". makanya saya mengatakan yg dikatakan Buddha adalah landasan kontak/prasyarat terjadinya kontak, bukan landasan fisik tempat terjadinya kesadaran. saya katakan landasan kontak karena saya menyebutkan berdasarkan ingatan saya belaka. dan cuplikan sutta yg kamu lampirkan semakin meyakinkan saya, walau kata "landasan kontak" sendiri hanya kata dari saya, tapi menurut saya belum kehilangan maknanya.
Landasan fisik seingat saya memang ada dijelaskan dalam abhidhamma.
disitu dijelaskan, bahwa kesadaran (citta) pada umumnya membutuhkan landasan fisik utk timbul.
ada juga yg tidak membutuhkan landasan fisik, mis: citta para arupa brahma.
kesadaran berpikir ada landasan fisiknya, yaitu hadaya vatthu.
tapi saya pribadi tidak menerima ini, alias meragukan abhidhamma (atau mungkin yg saya ketahui ttg abhidhamma salah) :)
_/\_
Tidak merevisi namun elaborasi, interpretasi lebih lanjut akan ajaran Sang Buddha dg pengetahuan masa kini. Kembali saya pertegas, saya tidak mengatakan kesadaran terjadi di mata, namun mata (dan sistem terkait) merupakan bentuk fisik yg merupakan 1 prasyarat bagi terjadinya kesadaran mata, bersama-sama dengan objek bentuk tentunya. Di sinilah arti landasan fisik yg saya maksudkan, dan saya menggunakan kata landasan fisik dengan memakai term 'physical base' yg dituliskan sebelumnya oleh Sdr Dhammasiri. Jika Anda memahami dan memiliki persetujuan pemahaman tetapi Anda lebih prefer terminologi landasan kontak, ya silakan. Karena memang dalam sutta yg sama lebih lanjutnya dikatakan pertemuan antara mata (dan sistem terkait), bentuk dan kesadaran mata merupakan syarat terjadinya kontak.
Saya tidak belajar banyak soal abhidhamma, pengetahuan saya cetek soal itu. Tapi dalam dhamma yg diajarkan Sang Buddha, memang kesadaran (vinnana-dhatu) butuh 5 jenis dhatu lainnya untuk mewujud sebagai manusia dengan nama-rupa yg utuh. Selanjutnya melalui 6 medium indera, 6 jenis kesadaran muncul dg 5 jenis memiliki landasan fisik sedang 1 jenis lagi tidak dijelaskan mengenai landasan fisiknya. Ini adl pengertian yg saya ketahui.
Bout that last part before: nevermind :D
_/\_
untuk 5 indera lainnya walau sama2 rupa-nya misal cakkhupassada rupa yang merupakan dvara (pintu indera), juga merupakan vatthu (landasan) utk kesadaran melihat
Tetapi untuk indera pikiran (mano) hanya ada manodvara saja, sedangkan kesadarannya itu sendiri muncul di hadayavatthu (landasan) dan hadayarupa (fisik)
Jadi Hadaya vatthu tidak sama dengan pintu pikiran (manodvara).
Manodvara adalah citta, yaitu bhavanga upaccheda citta, citta sebelum manodvaravajjana citta (kesadaran menyelidiki objek dari pintu pikiran),
sedangkan hadaya vatthu adalah materi, yaitu hadaya rupa (unsur hati sanubari).
semoga pembedaannya menjadi jelas.....
QuoteSeumpamanya definisi hadayavatthu yang disebut dalam Tipitaka memang terorientasi pada jantung, hal itu pun bukan tanpa alasan. Tentu saja Tipitaka membahas mengenai hadayavatthu yang berada di dalam tubuh manusia normal. Secara implisit, Tipitaka menggambarkan bahwa di dalam rongga dada di tubuh manusia yang normal pasti ada hadayavatthu yang bersinggungan dengan jantung. Tipitaka tidak menggambarkan di mana lokasi hadayavatthu pada tubuh manusia yang sedang dijadikan bahan percobaan pada "Russian Human Experiment - Living without a body".
bro markos kata hadayavatthu tidak ditemukan dalam Tipitaka loh
Abhidhamma Pitaka?
http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm (http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm)
Makanya, cepat selesaikan Sutta Pitaka, biar langsung ke Abhidhamma. :whistle:
dalem euy... :))
Quote from: gachapin on 16 November 2009, 09:55:57 PM
http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm (http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm)
Makanya, cepat selesaikan Sutta Pitaka, biar langsung ke Abhidhamma. :whistle:
Saya tidak yakin itu kata2 Sang Buddha! (emang koq, kan kata2nya gachapin) ^-^
Quote from: Sumedho on 16 November 2009, 09:37:44 PM
QuoteSeumpamanya definisi hadayavatthu yang disebut dalam Tipitaka memang terorientasi pada jantung, hal itu pun bukan tanpa alasan. Tentu saja Tipitaka membahas mengenai hadayavatthu yang berada di dalam tubuh manusia normal. Secara implisit, Tipitaka menggambarkan bahwa di dalam rongga dada di tubuh manusia yang normal pasti ada hadayavatthu yang bersinggungan dengan jantung. Tipitaka tidak menggambarkan di mana lokasi hadayavatthu pada tubuh manusia yang sedang dijadikan bahan percobaan pada "Russian Human Experiment - Living without a body".
bro markos kata hadayavatthu tidak ditemukan dalam Tipitaka loh
Tepatnya, tidak ditemukan dalam Dvi-pitaka :whistle:
nda jer, dah di fulltext index search di abhidhamma juga nda nemu *lihat postingan2x halaman 2* ;D. coba buka di link si gachapin, disono jg dibilang gitu.
ehm karena saya sendiri belum pernah membaca abhidhamma secara keseluruhan jadi tidak bisa berkomentar mengingat yg saya pegang saat ini adalah abhidhammattasangaha yg diterjemahkan oleh Panjika
jika dilihat dari link : http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm
QuoteIn the canonical texts, however, even in the Abhidhamma Pitaka, no such base is ever localized
yg saya lihat bukannya tidak ada melainkan tidak dilokalisir alias lokasi tepatnya tidak disebutkan, yg berbeda dengan pancadvara yg sudah jelas letaknya
hal ini cocok jika dengan yg disebut di : http://www.bdcu.org.au/BDDR/bddr13no4/abhi066.html
QuoteHadaya is translated as "heart" but it is not the cardiac organ defined in anatomy.
jika dilihat di www.palikanon.com dalam topik introduction to abhidhamma : http://www.palikanon.com/english/intro-abhidhamma/chapter_vii.htm
hadayavatthu tetap disebut beberapa kali sebagai landasan untuk mano/citta
yg juga cocok dengan apa yg disebut Dr Mehm tin mon di the essence of buddha abhidhamma :
QuoteThe hadaya-rupa is vatthu or the place where citta arises but it is not a dvara (door).
abhidhammasangaha adalah "komentar" dari abhidhamma pitaka. jadi ada kemungkinan menjelaskan dengan istilah yang baru.
utk tipitaka + atthakata sudah bisa didownload koq dari Chaṭṭha Saṅgāyana, bisa dicari sendiri verbatim word by word kalau mau dibuktikan.
semua hadayavatthu itu adalah digunakan belakangan, tidak dalam abhidhamma pitaka sekalipun. silahkan ehipassiko bro :)
Istilah hadayavatthu memang tidak ditemukan dalam Tipitaka. Namun dalam kitab Paṭṭhana ada satu pernyataan yang menjunjukkan tentang keberadaan satu materi (rūpa) yang berfungsi sebagai kondisi penyokong (support condition - nissayapaccaya) yang menjadi landasan bagi unsur pikiran (manodhātu), unsur kesadaran pikiran (manoviññānadhātu) dan fenomena-fenomena yang bersangkutan - Yaṃ rūpaṃ nissāya manodhātu ca manoviññāṇadhātu ca vattanti, taṃ rūpaṃ manodhātuyā ca manoviññāṇadhātuyā ca taṃsampayuttakānañca dhammānaṃ nissayapaccayena paccayo.
Rūpa inilah yang belakangan diidenfikasikan sebagai hadayavatthu.
Quote from: tesla on 14 November 2009, 12:42:45 PM
Quote from: upasaka on 14 November 2009, 12:35:58 PM
Hadayavatthu muncul dan lenyap dengan cepat sekali.
AFAIK, semua rupa (fisik) itu dikatakan muncul & lenyap dg sangat cepat sekali di Abhidhamma.
tp toh tubuh kita masih tertangkap oleh kamera.
Bagaimana dg hadaya-vatthu? apakah ada nama organnya? atau belum terdeteksi oleh science?
Rupa dari Hadayavatthu di sebut Hadayarupa. Di dalam Hadayarupa itulah ada Hadayavatthu. Hadayarupa termasuk salah satu Rupa 28. Apakah Mahabutha ( rupa unsur padat, cair, gerak & panas) itu bisa tertangkap oleh kamera? begitu jg dg hadayarupa itu.
Sampai sekarang belum ada peralatan dokter yg bisa mendeteksi Hadayarupa/hadayavatthu itu.
Saya rasa tidak usah memperdebatkan ttg Hadayavatthu karena hanya dengan meditasi vipasanna saja yg bisa melihat itu semua. Kalo Teman2 berminat mau melihatnya...cobalah meditasi vipasanna sampai berhasil... ;D
_/\_ :lotus:
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 01:04:43 PM
[at] upasaka:
kalau kasus anjing itu? tidak ada disekitar jantung loh ;D
mungkin pertanyaannya yg salah kali, sama seperti bertanya dimanakah sedih itu :P
Apakah kasus anjing itu benar2 nyata (bukan hoax)? Kalo bukan hoax, Siapa tahu anjing itu di pasangkan alat itu kemudian beberapa menit meninggal? Bisa jadi kan? karena itu ada unsur jivitarupanya jadi tidak mempercepat anjing itu meninggal... kek ekor cecak yg terputus...ekornya masih gerak2.
_/\_ :lotus:
Quote from: Sumedho on 17 November 2009, 12:16:22 PM
abhidhammasangaha adalah "komentar" dari abhidhamma pitaka. jadi ada kemungkinan menjelaskan dengan istilah yang baru.
utk tipitaka + atthakata sudah bisa didownload koq dari Chaṭṭha Saṅgāyana, bisa dicari sendiri verbatim word by word kalau mau dibuktikan.
semua hadayavatthu itu adalah digunakan belakangan, tidak dalam abhidhamma pitaka sekalipun. silahkan ehipassiko bro :)
benz, saya bukan meragukan mengenai istilah hadaya vatthu-nya namun mengenai keberadaan hadaya vatthu itu sendiri
dari palikanon itu sendiri sudah jelas disebutkan seperti apa yg disebut oleh Peacemind.... bhw itu adalah rujukan dari Patthana yaitu
"That material thing based on which mind-element and mind-consciousness element function" (yam rūpam nissāya manodhātu ca mano-viññāna-dhātu ca vattanti, tam rūpam).
Quote from: markosprawira on 17 November 2009, 09:52:16 AM
ehm karena saya sendiri belum pernah membaca abhidhamma secara keseluruhan jadi tidak bisa berkomentar mengingat yg saya pegang saat ini adalah abhidhammattasangaha yg diterjemahkan oleh Panjika
jika dilihat dari link : http://www.palikanon.com/english/wtb/g_m/hadaya_vatthu.htm
QuoteIn the canonical texts, however, even in the Abhidhamma Pitaka, no such base is ever localized
yg saya lihat bukannya tidak ada melainkan tidak dilokalisir alias lokasi tepatnya tidak disebutkan, yg berbeda dengan pancadvara yg sudah jelas letaknya
hal ini cocok jika dengan yg disebut di : http://www.bdcu.org.au/BDDR/bddr13no4/abhi066.html
QuoteHadaya is translated as "heart" but it is not the cardiac organ defined in anatomy.
jika dilihat di www.palikanon.com dalam topik introduction to abhidhamma : http://www.palikanon.com/english/intro-abhidhamma/chapter_vii.htm
hadayavatthu tetap disebut beberapa kali sebagai landasan untuk mano/citta
yg juga cocok dengan apa yg disebut Dr Mehm tin mon di the essence of buddha abhidhamma :
QuoteThe hadaya-rupa is vatthu or the place where citta arises but it is not a dvara (door).
Intinya ini untuk menghindari salah persepsi seolah hadaya vatthu sebagai landasan dan fisik/rupa itu adalah ciptaan yg sama sekali tidak ada (bisa dilihat di postingan milis SP bhw hadaya vatthu itu tidak bisa dibuktikan secara sains jadi dianggap sebagai tidak ada dan pusat kesadaran adanya di otak)
tapi saya setuju bhw secara istilah, hadaya vatthu itu muncul belakangan
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 02:14:57 PM
err.. di Tipitaka nda ada hadayavatthu ;D
Rupa 28 itu ada di kitab Abhidhamma kan? :D
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 17 November 2009, 01:22:41 PM
Quote from: Sumedho on 14 November 2009, 02:14:57 PM
err.. di Tipitaka nda ada hadayavatthu ;D
Rupa 28 itu ada di kitab Abhidhamma kan? :D
_/\_ :lotus:
tepatnya sih di Vatthudasakakalapa yaitu kelompok materi yang terdiri dari 10 jenis dipimpin oleh hadaya vatthu (materi tempat munculnya kesadaran): avinibbhogarupa 8, jivitarupa 1, hadayavatthu 1
tapi karena lom baca abhidhamma pitaka secara keseluruhan dan apa yg ditulis diatas adalah berdasar dari abhidhammatthasangaha
itu kenapa saya bilang bhw utk istilah, setuju itu muncul belakangan tapi secara fisik/rupa, hadaya vatthu itu benar2 ada
Quote from: Sumedho on 17 November 2009, 05:59:22 AM
nda jer, dah di fulltext index search di abhidhamma juga nda nemu *lihat postingan2x halaman 2* ;D. coba buka di link si gachapin, disono jg dibilang gitu.
Coba search ttg RUPA 28...ada Hadayarupa ngga?
_/\_ :lotus:
Quote from: Sumedho on 17 November 2009, 12:16:22 PM
abhidhammasangaha adalah "komentar" dari abhidhamma pitaka. jadi ada kemungkinan menjelaskan dengan istilah yang baru.
utk tipitaka + atthakata sudah bisa didownload koq dari Chaṭṭha Saṅgāyana, bisa dicari sendiri verbatim word by word kalau mau dibuktikan.
semua hadayavatthu itu adalah digunakan belakangan, tidak dalam abhidhamma pitaka sekalipun. silahkan ehipassiko bro :)
Kalo Hadayarupa tidak ada...berarti kita hanya terdiri dari 27 RUPA yah? ;D
_/\_ :lotus:
rupa 28 itu palinya apa ncik? biar bisa dicari gitu. yg pasti kalau ada juga tidak tertulis HADAYAVATTHU sebagai salah satu elementnya.
nah kembali pada istilah hadayavatthu, yg mau aye tekankan sih, istilah itu belakangan baru muncul lalu jika ini penting untuk disinggung dengan nama kontroversial itu tentunya tidak akan terlewat oleh sang Buddha. Jika ada disinggung dengan kata lain, mengapa kita repot2x menggunakan istilah baru yg lebih kontroversial seiring dengan makin berkembangnya science.
dari saya sih kita coba lebih objektif dan terbuka dan tetap kritis, jika ada rujukan atau ada kesalahan dalam pencarian, bisa tolong dikoreksi. kan saling belajar dan bantu :)
bagi yg mau bantu cari bisa browse di http://tipitaka.org (http://tipitaka.org) atau download saja programnya sudah termasuk tipitaka+atthakata+tika+anya(termasuk Visudhimagga)
Ternyata ada di Tipitaka:
Khuddakanikāye
Milindapañhapāḷi
3. Vessantaravaggo
1. Vessantarapañho
Tasmā, mahārāja, vessataro rājā puttadānaṃ [puttadāraṃ (ka.)] datvā paṇṇasālaṃ pavisitvā nipajji. Tassa atipemena dukkhitassa balavasoko uppajji, hadayavatthu uṇhamahosi. Nāsikāya appahontiyā mukhena uṇhe assāsapassāse vissajjesi, assūni parivattitvā lohitabindūni hutvā nettehi nikkhamiṃsu. Evameva kho, mahārāja, dukkhena vessantaro rājā brāhmaṇassa puttadāramadāsi 'mā me dānapatho parihāyī'ti.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tapi secara itu komentar gitu loh, dimasukkan dalam Tipitaka cuma di belahan bumi tertentu
Secara di search, paling bagus ya itu.
hadayarūpaṃ
hadayarūpañca
hadayarūpadassanādividhānaṃ
hadayarūpadassanena
hadayarūpadassanenāti
hadayarūpanti
hadayarūpapaccayā
hadayarūpamiccapi
hadayarūpameva
hadayarūpavatthukacittaṃ
hadayarūpavatthukanti
hadayarūpasiṅghāṭake
hadayarūpassa
hadayarūpassapi
hadayarūpassāpi
hadayarūpe
hadayavatthu
hadayavatthuṃ
hadayavatthuṃyeva
hadayavatthuanantaraṃ
hadayavatthuādippabhedaṃ
hadayavatthuādisakalasarīrassa
hadayavatthuādīsu
hadayavatthukaṃ
hadayavatthukampi
hadayavatthukāpi
hadayavatthukāyabhāvadasakavasena
hadayavatthukoṭiṃ
hadayavatthukopi
hadayavatthuñca
hadayavatthuñcāti
hadayavatthuñceva
hadayavatthuññeva
hadayavatthuto
hadayavatthudasakañcāti
hadayavatthunā
hadayavatthunissayaṃ
hadayavatthunissitaṃ
hadayavatthunissitassa
hadayavatthunissitāni
hadayavatthunissito
hadayavatthuno
hadayavatthunopi
hadayavatthunti
hadayavatthupadaṭṭhānaṃ
hadayavatthupadaṭṭhānatā
hadayavatthupadaṭṭhānanti
hadayavatthupadaṭṭhānā
hadayavatthupadaṭṭhānāti
hadayavatthupadesamatte
hadayavatthuparimaddanena
hadayavatthupariyosānāni
hadayavatthupi
hadayavatthubhedato
hadayavatthumaṃsamīva
hadayavatthumattameva
hadayavatthumattampi
hadayavatthumattasannissitaṃ
hadayavatthumattasmiṃ
hadayavatthumattasminti
hadayavatthumatte
hadayavatthumatteti
hadayavatthumeva
hadayavatthumevāti
hadayavatthumpi
hadayavatthumhi
hadayavatthuyeva
hadayavatthurūpaṃ
hadayavatthurūpañca
hadayavatthurūpassa
hadayavatthurūpādīhi
hadayavatthulakkhaṇaṃ
hadayavatthuvajjaṃ
hadayavatthuvasena
hadayavatthuvirahitaṃ
hadayavatthusaṅkhātaṃ
hadayavatthusannissayaṃ
hadayavatthusannissayatāya
hadayavatthusannissayato
hadayavatthusannissayalohitavaṇṇadassanamukhena
hadayavatthusannissayena
hadayavatthusannissitaṃ
hadayavatthusannissitabhūtāni
hadayavatthusannissitameva
hadayavatthusannissitā
hadayavatthusannissitāya
hadayavatthusahitabhāgeyeva
hadayavatthusmiṃ
hadayavatthusmiṃyeva
hadayavatthussa
hadayavatthūti
secara ada ratusan, kalo gak ribuan di komentar
----------------------------------------------------------
Sori ntjik, tapi hadayarūpa pun cuma ada di komentar...
btw, beberapa bikkhu ada yang tidak menyetujui kitab-kitab komentar....dan lebih mempercayai 4 nikaya tertua sebagai sabda asli Buddha....
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.0
saya rasa perlu dibaca ulang...keknya ga rugi de..
saya mendapat kutipan dari artikel bahwa "abhidhamma bukan dari SangBuddha" dikarenakan alasan...
dari Maha Malunkyaputta Sutta...
apa benar bahwa dalam sutta tersebut di tekankan pencapaian jhana agar memasuki arahat...
bahasa inggris semua jadi ga tau baca.. ;D
mohon di jelaskan secara detaik.
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
Quotealasan ketiga mengapa Abhidhamma tidak mungkin berasal dari Buddha adalah karena di dalam Abhidhamma disebutkan bahwa tanpa jhâna seseorang masih dapat mencapai Arahat. Sedangkan di Nikâya ditegaskan berkali-kali bahwa jhâna adalah sesuatu yang wajib dimiliki untuk mencapai kesucian Arahat [MN 64, AN 4.170].
Anggaplah kitab2 komentar bukan berasal dari Sang Buddha, tapi gmnpun mereka memberi sumbangan dalam upaya penjelasan ajaran Sang Buddha. Dan merupakan kristalisasi kebijaksanaan para sesepuh selama ribuan tahun Buddhisme berkembang.. Tapi jadi fatal kalau lalu dianggap komentar sbg hal mutlak kan? Apalagi jika sampai seandainya (mudah2an tidak) kitab komentar dianggap lebih sistematis dan komplit, intisari dari ajaran Buddha. Jika kita memakai ungkapan Zen, maka kata2 Sang Buddha laksana bulan, dan komentar ibarat telunjuk. Telunjuk perlu utk bisa melihat bulan, tp telunjuk bukan.
Quote from: gachapin on 17 November 2009, 11:14:52 PM
Ternyata ada di Tipitaka:
Khuddakanikāye
Milindapañhapāḷi
3. Vessantaravaggo
1. Vessantarapañho
Tasmā, mahārāja, vessataro rājā puttadānaṃ [puttadāraṃ (ka.)] datvā paṇṇasālaṃ pavisitvā nipajji. Tassa atipemena dukkhitassa balavasoko uppajji, hadayavatthu uṇhamahosi. Nāsikāya appahontiyā mukhena uṇhe assāsapassāse vissajjesi, assūni parivattitvā lohitabindūni hutvā nettehi nikkhamiṃsu. Evameva kho, mahārāja, dukkhena vessantaro rājā brāhmaṇassa puttadāramadāsi 'mā me dānapatho parihāyī'ti.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tapi secara itu komentar gitu loh, dimasukkan dalam Tipitaka cuma di belahan bumi tertentu
Secara di search, paling bagus ya itu.
hadayarūpaṃ
hadayarūpañca
hadayarūpadassanādividhānaṃ
hadayarūpadassanena
hadayarūpadassanenāti
hadayarūpanti
hadayarūpapaccayā
hadayarūpamiccapi
hadayarūpameva
hadayarūpavatthukacittaṃ
hadayarūpavatthukanti
hadayarūpasiṅghāṭake
hadayarūpassa
hadayarūpassapi
hadayarūpassāpi
hadayarūpe
hadayavatthu
hadayavatthuṃ
hadayavatthuṃyeva
hadayavatthuanantaraṃ
hadayavatthuādippabhedaṃ
hadayavatthuādisakalasarīrassa
hadayavatthuādīsu
hadayavatthukaṃ
hadayavatthukampi
hadayavatthukāpi
hadayavatthukāyabhāvadasakavasena
hadayavatthukoṭiṃ
hadayavatthukopi
hadayavatthuñca
hadayavatthuñcāti
hadayavatthuñceva
hadayavatthuññeva
hadayavatthuto
hadayavatthudasakañcāti
hadayavatthunā
hadayavatthunissayaṃ
hadayavatthunissitaṃ
hadayavatthunissitassa
hadayavatthunissitāni
hadayavatthunissito
hadayavatthuno
hadayavatthunopi
hadayavatthunti
hadayavatthupadaṭṭhānaṃ
hadayavatthupadaṭṭhānatā
hadayavatthupadaṭṭhānanti
hadayavatthupadaṭṭhānā
hadayavatthupadaṭṭhānāti
hadayavatthupadesamatte
hadayavatthuparimaddanena
hadayavatthupariyosānāni
hadayavatthupi
hadayavatthubhedato
hadayavatthumaṃsamīva
hadayavatthumattameva
hadayavatthumattampi
hadayavatthumattasannissitaṃ
hadayavatthumattasmiṃ
hadayavatthumattasminti
hadayavatthumatte
hadayavatthumatteti
hadayavatthumeva
hadayavatthumevāti
hadayavatthumpi
hadayavatthumhi
hadayavatthuyeva
hadayavatthurūpaṃ
hadayavatthurūpañca
hadayavatthurūpassa
hadayavatthurūpādīhi
hadayavatthulakkhaṇaṃ
hadayavatthuvajjaṃ
hadayavatthuvasena
hadayavatthuvirahitaṃ
hadayavatthusaṅkhātaṃ
hadayavatthusannissayaṃ
hadayavatthusannissayatāya
hadayavatthusannissayato
hadayavatthusannissayalohitavaṇṇadassanamukhena
hadayavatthusannissayena
hadayavatthusannissitaṃ
hadayavatthusannissitabhūtāni
hadayavatthusannissitameva
hadayavatthusannissitā
hadayavatthusannissitāya
hadayavatthusahitabhāgeyeva
hadayavatthusmiṃ
hadayavatthusmiṃyeva
hadayavatthussa
hadayavatthūti
secara ada ratusan, kalo gak ribuan di komentar
----------------------------------------------------------
Sori ntjik, tapi hadayarūpa pun cuma ada di komentar...
Milindapañha dianggap bagian Khuddayanikaya oleh tradisi Burma, sedangkan Sri lanka menganggap buku ini sebagai post-canonical literature sehingga bukan termasuk Ti pitaka. Alasan Milindapañha tidak dimasukkan ke dalam Tipiṭaka memang karena buku ini disusun belakangan, bahkan diperkirakan lebih belakang dari Kathavatthu.
Selain Milindapañha, Nettippakarana dan Petakopadesa juga tidak dimasukkan ke dalam bagian Khuddakanikāya menurut tradisi Sri Lanka. Sebaliknya, tradisi Burma mengikutkan ketiga buku ini ke dalam khuddakanikāya.
Be happy.
Quote from: Sumedho on 17 November 2009, 08:24:42 PM
rupa 28 itu palinya apa ncik? biar bisa dicari gitu. yg pasti kalau ada juga tidak tertulis HADAYAVATTHU sebagai salah satu elementnya.
nah kembali pada istilah hadayavatthu, yg mau aye tekankan sih, istilah itu belakangan baru muncul lalu jika ini penting untuk disinggung dengan nama kontroversial itu tentunya tidak akan terlewat oleh sang Buddha. Jika ada disinggung dengan kata lain, mengapa kita repot2x menggunakan istilah baru yg lebih kontroversial seiring dengan makin berkembangnya science.
dari saya sih kita coba lebih objektif dan terbuka dan tetap kritis, jika ada rujukan atau ada kesalahan dalam pencarian, bisa tolong dikoreksi. kan saling belajar dan bantu :)
bagi yg mau bantu cari bisa browse di http://tipitaka.org (http://tipitaka.org) atau download saja programnya sudah termasuk tipitaka+atthakata+tika+anya(termasuk Visudhimagga)
boleh minta tolong cariin soalnya ga familiar ama sistem pencariannya di www.tipitaka.org itu
bisa cari rupakalapa, atau kammajakalapa, atau Vatthudasakakalapa... karena sejauh yg saya tahu, hadayavatthu ada dalam Vatthudasakakalapa, yg termasuk dalam kammajakalapa, yg merupakan bagian dari rupakalapa....
anumodana....
download di sini om: http://www.tipitaka.org/cst4 (http://www.tipitaka.org/cst4) nanti bisa search
tetapi carinya, diacritic apply yah :)
Quote from: markosprawira on 18 November 2009, 08:47:00 AM
Quote from: Sumedho on 17 November 2009, 08:24:42 PM
rupa 28 itu palinya apa ncik? biar bisa dicari gitu. yg pasti kalau ada juga tidak tertulis HADAYAVATTHU sebagai salah satu elementnya.
nah kembali pada istilah hadayavatthu, yg mau aye tekankan sih, istilah itu belakangan baru muncul lalu jika ini penting untuk disinggung dengan nama kontroversial itu tentunya tidak akan terlewat oleh sang Buddha. Jika ada disinggung dengan kata lain, mengapa kita repot2x menggunakan istilah baru yg lebih kontroversial seiring dengan makin berkembangnya science.
dari saya sih kita coba lebih objektif dan terbuka dan tetap kritis, jika ada rujukan atau ada kesalahan dalam pencarian, bisa tolong dikoreksi. kan saling belajar dan bantu :)
bagi yg mau bantu cari bisa browse di http://tipitaka.org (http://tipitaka.org) atau download saja programnya sudah termasuk tipitaka+atthakata+tika+anya(termasuk Visudhimagga)
boleh minta tolong cariin soalnya ga familiar ama sistem pencariannya di www.tipitaka.org itu
bisa cari rupakalapa, atau kammajakalapa, atau Vatthudasakakalapa... karena sejauh yg saya tahu, hadayavatthu ada dalam Vatthudasakakalapa, yg termasuk dalam kammajakalapa, yg merupakan bagian dari rupakalapa....
anumodana....
Apakah di link itu ... www.tipitaka.org ... ada tentang Kitab Abhidhamma (7 kitab)? hmmm...aku ngga bisa bayangin saking banyaknya file Kitab Abhidhamma itu.
Sorry...aku ngga sempat untuk search di link itu....
_/\_ :lotus:
Quote from: gachapin on 17 November 2009, 11:14:52 PM
Ternyata ada di Tipitaka:
Khuddakanikāye
Milindapañhapāḷi
3. Vessantaravaggo
1. Vessantarapañho
Tasmā, mahārāja, vessataro rājā puttadānaṃ [puttadāraṃ (ka.)] datvā paṇṇasālaṃ pavisitvā nipajji. Tassa atipemena dukkhitassa balavasoko uppajji, hadayavatthu uṇhamahosi. Nāsikāya appahontiyā mukhena uṇhe assāsapassāse vissajjesi, assūni parivattitvā lohitabindūni hutvā nettehi nikkhamiṃsu. Evameva kho, mahārāja, dukkhena vessantaro rājā brāhmaṇassa puttadāramadāsi 'mā me dānapatho parihāyī'ti.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tapi secara itu komentar gitu loh, dimasukkan dalam Tipitaka cuma di belahan bumi tertentu
Secara di search, paling bagus ya itu.
hadayarūpaṃ
hadayarūpañca
hadayarūpadassanādividhānaṃ
hadayarūpadassanena
hadayarūpadassanenāti
hadayarūpanti
hadayarūpapaccayā
hadayarūpamiccapi
hadayarūpameva
hadayarūpavatthukacittaṃ
hadayarūpavatthukanti
hadayarūpasiṅghāṭake
hadayarūpassa
hadayarūpassapi
hadayarūpassāpi
hadayarūpe
hadayavatthu
hadayavatthuṃ
hadayavatthuṃyeva
hadayavatthuanantaraṃ
hadayavatthuādippabhedaṃ
hadayavatthuādisakalasarīrassa
hadayavatthuādīsu
hadayavatthukaṃ
hadayavatthukampi
hadayavatthukāpi
hadayavatthukāyabhāvadasakavasena
hadayavatthukoṭiṃ
hadayavatthukopi
hadayavatthuñca
hadayavatthuñcāti
hadayavatthuñceva
hadayavatthuññeva
hadayavatthuto
hadayavatthudasakañcāti
hadayavatthunā
hadayavatthunissayaṃ
hadayavatthunissitaṃ
hadayavatthunissitassa
hadayavatthunissitāni
hadayavatthunissito
hadayavatthuno
hadayavatthunopi
hadayavatthunti
hadayavatthupadaṭṭhānaṃ
hadayavatthupadaṭṭhānatā
hadayavatthupadaṭṭhānanti
hadayavatthupadaṭṭhānā
hadayavatthupadaṭṭhānāti
hadayavatthupadesamatte
hadayavatthuparimaddanena
hadayavatthupariyosānāni
hadayavatthupi
hadayavatthubhedato
hadayavatthumaṃsamīva
hadayavatthumattameva
hadayavatthumattampi
hadayavatthumattasannissitaṃ
hadayavatthumattasmiṃ
hadayavatthumattasminti
hadayavatthumatte
hadayavatthumatteti
hadayavatthumeva
hadayavatthumevāti
hadayavatthumpi
hadayavatthumhi
hadayavatthuyeva
hadayavatthurūpaṃ
hadayavatthurūpañca
hadayavatthurūpassa
hadayavatthurūpādīhi
hadayavatthulakkhaṇaṃ
hadayavatthuvajjaṃ
hadayavatthuvasena
hadayavatthuvirahitaṃ
hadayavatthusaṅkhātaṃ
hadayavatthusannissayaṃ
hadayavatthusannissayatāya
hadayavatthusannissayato
hadayavatthusannissayalohitavaṇṇadassanamukhena
hadayavatthusannissayena
hadayavatthusannissitaṃ
hadayavatthusannissitabhūtāni
hadayavatthusannissitameva
hadayavatthusannissitā
hadayavatthusannissitāya
hadayavatthusahitabhāgeyeva
hadayavatthusmiṃ
hadayavatthusmiṃyeva
hadayavatthussa
hadayavatthūti
secara ada ratusan, kalo gak ribuan di komentar
----------------------------------------------------------
Sori ntjik, tapi hadayarūpa pun cuma ada di komentar...
Ok gpp... anumodana.._/\_
Berarti sisa RUPA 27 itu juga ada di Komentar yah? hmmm...
Saya jg seperti Bro Markos yg tidak membaca seluruh Kitab Abhidhamma...;D
[at] Bro Markos... dalam Kitab Dhammasangani (Kitab Pertama dari Abhidhamma Pitaka)...kalo kita tidak memahami tentang Nama & Rupa...maka kita akan sulit memahami isi kitab itu kan?
_/\_ :lotus:
masih kaga ada juga om...... udah coba dari rupakalapa, kammajakalapa, tetep kaga ada juga
kalo ga salah sih, belum semua abhidhamma pitaka ada bahasa inggrisnya... cmiiw malahan kalo ga salah, lebih lengkap bhs thai-nya
Quote from: Sumedho on 18 November 2009, 10:09:02 AM
tetapi carinya, diacritic apply yah :)
ada dimana tuh bro? di chattha sangayana itu cuma ada Book - Search - Window - Help doang
lumayan dapet dictionary baru... he3
Quote from: Lily W on 18 November 2009, 10:28:16 AM
Ok gpp... anumodana.._/\_
Berarti sisa RUPA 27 itu juga ada di Komentar yah? hmmm...
Saya jg seperti Bro Markos yg tidak membaca seluruh Kitab Abhidhamma...;D
[at] Bro Markos... dalam Kitab Dhammasangani (Kitab Pertama dari Abhidhamma Pitaka)...kalo kita tidak memahami tentang Nama & Rupa...maka kita akan sulit memahami isi kitab itu kan?
_/\_ :lotus:
yup, tanpa paham perubahan2 nama rupa, tidak akan bisa baca (apalagi paham) isi dhammasangani....
misal utk khandha 5, berubah jadi 12 ayatana, berubah lagi jadi dhatu 18
tapi emg abhidhamma itu cukup unik misal kaya dhammasangani itu :
- pathamapada (kusala dhamma) : batin
- dutiyapada (akusala dhamma) : batin
- tatiyapada (abhyakata dhamma) : batin + rupa...
mgkn bisa tanya ke sukong Panjika? he3
Quote from: marcedes on 18 November 2009, 12:51:47 AM
btw, beberapa bikkhu ada yang tidak menyetujui kitab-kitab komentar....dan lebih mempercayai 4 nikaya tertua sebagai sabda asli Buddha....
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.0
saya rasa perlu dibaca ulang...keknya ga rugi de..
saya mendapat kutipan dari artikel bahwa "abhidhamma bukan dari SangBuddha" dikarenakan alasan...
dari Maha Malunkyaputta Sutta...
apa benar bahwa dalam sutta tersebut di tekankan pencapaian jhana agar memasuki arahat...
bahasa inggris semua jadi ga tau baca.. ;D
mohon di jelaskan secara detaik.
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
Quotealasan ketiga mengapa Abhidhamma tidak mungkin berasal dari Buddha adalah karena di dalam Abhidhamma disebutkan bahwa tanpa jhâna seseorang masih dapat mencapai Arahat. Sedangkan di Nikâya ditegaskan berkali-kali bahwa jhâna adalah sesuatu yang wajib dimiliki untuk mencapai kesucian Arahat [MN 64, AN 4.170].
jawab pertanyaan saya donk..
[at] marcedes: tanya kesiapa tuh? mungkin itu di thread terpisah aja
[at] markos: maksudnya kalau search itu harus pake full diakritik, kalo nga nda nemu. contohnya kata "jhanam" nda akan nemu sama sekali karena yg bener "jhānaṃ"
kalau mau browse, klik open aja bro
Quote from: marcedes on 18 November 2009, 05:56:46 PM
Quote from: marcedes on 18 November 2009, 12:51:47 AM
btw, beberapa bikkhu ada yang tidak menyetujui kitab-kitab komentar....dan lebih mempercayai 4 nikaya tertua sebagai sabda asli Buddha....
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8482.0
saya rasa perlu dibaca ulang...keknya ga rugi de..
saya mendapat kutipan dari artikel bahwa "abhidhamma bukan dari SangBuddha" dikarenakan alasan...
dari Maha Malunkyaputta Sutta...
apa benar bahwa dalam sutta tersebut di tekankan pencapaian jhana agar memasuki arahat...
bahasa inggris semua jadi ga tau baca.. ;D
mohon di jelaskan secara detaik.
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
Quotealasan ketiga mengapa Abhidhamma tidak mungkin berasal dari Buddha adalah karena di dalam Abhidhamma disebutkan bahwa tanpa jhâna seseorang masih dapat mencapai Arahat. Sedangkan di Nikâya ditegaskan berkali-kali bahwa jhâna adalah sesuatu yang wajib dimiliki untuk mencapai kesucian Arahat [MN 64, AN 4.170].
jawab pertanyaan saya donk..
Mungkin artikel ini bisa menjawab pertanyaan Bro Mercedes... ;D
QuoteMENJAWAB PARA SKEPTIK
Ajahn Mun sering kali memberitahu murid-muridnya bagaimana beliau setiap hari mengalami berbagai macam Dhamma yang luar biasa dalam hatinya sehingga tidak mungkin bisa menjabarkan semua hal yang terpapar kepadanya. Beliau secara konstan sadar akan hal-hal yang tidak pernah bisa ia bayangkan ada. Jangkauan pengalamannya membuatnya tidak ragu lagi bahwa aspek-aspek Dhamma yang Buddha dan murid-murid Arahanta-Nya saksikan dari momen ketika mereka mencapai pencerahan sempurna sampai saat mereka meninggal dunia adalah tidak terhitung banyaknya. Jelas sekali, mereka pasti luar biasa banyak di luar hitungan,
Ajahn Mun menyatakan bahwa Dhamma yang tertulis dalam Kanon Pali sama dengan sejumlah air dalam sebuah kendi kecil; dimana Dhamma yang tidak digambarkan dalam kitab suci setara dengan jumlah air yang terkandung dalam semua samudra besar. Beliau merasa bahwa suatu hal yang disayangkan bahwa tidak seorangpun berpikir untuk secara formal menuliskan ajaran Buddha sampai beberapa ratus tahun setelah kemangkatan-Nya dan kemangkatan murid-murid-Nya yang paling piawai. Untuk sebagian besar bagiannya, sifat dan penekanan Dhamma yang pada akhirnya dituliskan didikte oleh sikap dan pendapat tertentu dari individu-individu yang mengumpulkan naskah-naskah itu. Karena alasan ini, tetap tidak bisa diketahui sampai batasan mana karya kumpulan yang telah diwariskan kepada kita selalu merupakan refleksi yang sepenuhnya akurat dari apa yang sebenarnya Buddha ajarkan.
Ajahn Mun sering kali menyatakan kepada murid-muridnya: "Secara pribadi, saya merasa bahwa Dhamma yang keluar langsung dari mulut Buddha dan yang keluar dari hati-nya yang murni, pastilah luar biasa sekali karena ia memiliki kekuatan luar biasa untuk menginspirasi banyak pendengarnya untuk bisa merealisasikan Jalan dan Buah Ajaran dengan kemudahan yang nyata. Dhamma yang hidup, asli, seperti itu, apakah di ucapkan oleh Buddha atau oleh salah satu murid Arahanta-Nya, memiliki kekuatan untuk mengubah mereka yang mendengarkannya, membuat mereka bisa dengan jernih memahami makna paling dalamnya dengan cara yang langsung tepat ke dalam hati. Sedangkan Tipitaka , kita pelajari dan hafalkan isinya sepanjang waktu. Tetapi adakah orang yang mencapai Nibbana ketika sedang mempelajari naskah-naskah, atau ketika mendengar pelafalan sutta-sutta? Dengan mengatakan ini , saya tidak bermaksud mengatakan bahwa kitab-kitab suci tidak bermanfaat. Tetapi, ketika dibandingkan dengan Dhamma yang keluar langsung dari mulut Buddha, jelas bagi saya, mana yang memiliki nilai dan pengaruh yang besar."
"Renungkanlah kata-kata saya dengan hati-hati, siapa di antara kalian yang percaya bahwa saya mengajarkan kebenaran yang sesat, tidak mulia. Saya sendiri dengan sepenuh hati memercayai bahwa Dhamma yang keluar dari mulut Buddha sendiri adalah Dhamma yang dengan penuh paksa mencabut semua jenis kilesa dari hati para pendengarnya--disitu juga, serta sampai ke kepuasan sempurna mereka. Inilah Dhamma yang sama yang Buddha gunakan begitu ampuhnya untuk melenyapkan kilesa makhluk-makhluk dimanapun. Sehingga saya tidak punya niat untuk mendorong para pengikut Buddhis menjadi kutu buku penuh opini yang sombong mengunyah halaman-halaman kitab suci hanya karena mereka bersikeras berpegang erat-erat pada Dhamma yang telah mereka pelajari dengan hafalan, sehingga mereka tidak peduli untuk menyelidiki kebenara-kebenaran Mulia luhur yang merupakan bagian integral dari keberadaan mereka sendiri. Saya takut bahwa mereka akan dengan salah membawa kekayaan besar dari Buddha seakan-akan itu adalah milik mereka pribadi, memercayai bahwa, karena mereka telah mempelajari ajaran Dhamma Buddha, maka mereka sudah cukup bijaksana; bahkan meskipun kilesa yang ditumpuk dan mengisi hati mereka setinggi gunung itu belum berkurang sedikitpun."
"Kalian harus mengembangkan penyadaran penuh untuk menjaga diri sendiri. Jangan menjadi cendikiawan tak berguna yang belajar untuk tujuan tidak baik dan mati sia-sia karena kalian tidak memiliki Dhamma yang benar-benar milik kalian yang bisa kalian bawa sendiri. Bukanlah niat saya dengan cara apapun untuk melecehkan ajaran Dhamma Buddha. Dari sifat sejatinya sendiri, Dhamma adalah selalu Dhamma, Apakah Dhamma itu ada di dalam hati ataukah aspek eksternal Dhamma seperti Kitab Suci Pali. Akan tetapi, Dhamma yang Buddha secara langsung sampaikan dari hatinya mampu membuat banyak orang yang hadir mencapai pencerahan setiap kali Beliau bicara. Sekarang bandingkan Dhamma hidup dengan ajaran Dhamma yang tertulis dalam kitab suci Pali. Kita bisa pastikan bahwa Dhamma dalam hati Buddha adalah sepenuhnya murni. Tetapi karena ajaran-ajaran Buddha di tulis hanya lama setelah Beliau dan murid-murid Arahanta-Nya merealisasi Parinibbana, siapa yang tahu, bahwa mungkin saja ada beberapa dari konsepsi dan teori si pencatat sendiri menjadi tercampur dalam naskah-naskah itu pula, sehingga mengurangi nilai dan kesakralan aspek-aspek tersebut."
Demikianlah inti dari pembabaran Ajahn Mun. Sedangkan terhadap kritik bahwa kanon Pali tidak memuat adanya bukti mengenai penegasan Ajahn Mun bahwa para Arahanta datang mendiskusikan Dhamma dengannya dan mendemostrasikan cara mereka merealisai Parinibbana tanggapannya adalah: jika kita menerima bahwa Tipitaka tidak memegang keseluruhan monopoli dari Dhamma, maka tentunya mereka yang mempraktekkan ajaran Buddha dengan benar sepatutnya mengetahui sendiri bahwa semua aspek Dhamma yang masuk dalam jangkauan kemampuan alami mereka, baik mereka disebutkan dalam kitab-kitab suci ataupun tidak. Mari kita ambil contoh Buddha dan murid-murid Arahanta-Nya. Mereka mengetahui dan sepenuhnya memahami Dhamma jauh sebelum Kanon Pali muncul. Jika individu-individu mulia ini sesungguhnya adalah perlindungan sejati seperti yang dunia percayai, jelas bahwa mereka mencapai tahapan yang dimuliakan itu pada saat di mana tidak ada kitab suci untuk mendefinisikan parameter-parameter Dhamma. Di sisi lain, jika pencapaian-pencapaian mereka oleh karena itu dianggap salah, maka seluruh tubuh dari Kanon Pali harus di anggap salah pula. Jadi tolong putuskan sendiri apakah Anda lebih suka mengambil Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai perlindungan Anda dengan Tulus, atau apakah Anda ingin mengambil perlindungan dalam apa yang kebetulan Anda baca dan apa yang Anda bayangkan sebagai benar. Tapi mereka yang memilih untuk tidak memilah-milah apa yang mereka makan, seharusnya berhati-hati jika ada tulang yang tersangkut di tenggorokan mereka....
Sumber : Legenda Spiritual Ajahn Mun
_/\_ :lotus:
Quote from: Lily W on 18 November 2009, 10:28:16 AM
[at] Bro Markos... dalam Kitab Dhammasangani (Kitab Pertama dari Abhidhamma Pitaka)...kalo kita tidak memahami tentang Nama & Rupa...maka kita akan sulit memahami isi kitab itu kan?
Menurut saya kalau dhammasangani kalau mau paham benar lebih penting matikanya (daftar isi): kategori satu apa saja, kategori dua apa saja. Kalau rupa 28 itu sudah produk commentary bukan klasifikasi original abhidhamma.
[at] suhu.
maksud nya saya..........
apakah benar dalam sutta tersebut dimana buddha menyatakan tidak mungkin mencapai pencerahan "arahat" tanpa memiliki jhana.
sedangkan dalam Abhidhamma, dikatakan bahwa seseorang bisa saja mencapai arahat tanpa jhana.
bukankah ini kontradisksi...tapi karena bahasa inggris saya parah habis jadi mohon pencerahannya sekira nya ada yg bisa menjelaskan pada saya...
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
ini isi sutta nya..
[at] ci lily...
waduh thx banget akan kutipan biografi itu...grp mengalir dah....biar cantik n sehat selalu...^^
oke balik dah,
jadi secara tidak langsung AM[Ajahn Mun] mengatakan bahwa apa yang beliau rasakan dan alami sesungguh nya tidak pernah di tulis dalam Tipitaka
QuoteAjahn Mun menyatakan bahwa Dhamma yang tertulis dalam Kanon Pali sama dengan sejumlah air dalam sebuah kendi kecil; dimana Dhamma yang tidak digambarkan dalam kitab suci setara dengan jumlah air yang terkandung dalam semua samudra besar.
QuoteJadi tolong putuskan sendiri apakah Anda lebih suka mengambil Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai perlindungan Anda dengan Tulus, atau apakah Anda ingin mengambil perlindungan dalam apa yang kebetulan Anda baca dan apa yang Anda bayangkan sebagai benar. Tapi mereka yang memilih untuk tidak memilah-milah apa yang mereka makan, seharusnya berhati-hati jika ada tulang yang tersangkut di tenggorokan mereka....
wah ini kata-kata yg sangat bagus. AM berpesan bahwa, jangan menjadikan Tipitaka sebagai acuan 100% dalam memahami buddha dhamma....
tetapi belajar secara langsung secara alamiah [mungkin bisa di sebut "sebagaimana adanya dalam mempelajari Buddha dhamma" ]....ini mirip sekali dengan Ajahn Chah ngomong.
beliau juga berpesan kalau tidak bisa di katakan Tipitaka semua salah....mungkin lebih tepat nya menjadi harus hati-hatilah dalam belajar, sebab kalau tidak bijaksana dalam memilih [ mengambil baik nya dan membuang buruk nya ] bisa-bisa tulang yg masuk,,,^^
sangat menarik, sebab pernah sy diskusi dengan seoran bhante dari Thai tapi bisa bahasa indo dikit-dikit....
waktu itu sy iseng tanya, apa yg terjadi ketika seorang buddha meninggal...
beliau bilang ada sesuatu yg keluar dan lepas, tidak bisa dijelaskan....
seperti cahaya yang tidak bisa di jelaskan bagaimana bentuk-nya, tetapi itu ada.
Quote from: Sumedho on 18 November 2009, 08:59:26 PM
[at] markos: maksudnya kalau search itu harus pake full diakritik, kalo nga nda nemu. contohnya kata "jhanam" nda akan nemu sama sekali karena yg bener "jhānaṃ"
kalau mau browse, klik open aja bro
kemaren udh browse kaga bisa..... donlot juga ga bisa
minta link buat donlot diakritiknya dong.... itu kalo ga salah karakter khan?
IMO.
Yang dikatakan Ajahn Mun memang benar adanya, hanya sebaiknya diartikan bahwa Tipitaka adalah hanya mencakup latihan secara garis besar dan bahasan Dhamma secara garis besar. Dan praktek itu sendiri lebih banyak detil dari garis besar itu sendiri yg tidak tertulis di Tipitaka.
Saya ambil contoh mengenai detil dan jenis2 nimitta(variasinya banyak). Sifat2 khusus dari para dewa secara detil tidak dirinci. Jenis aloka atau cahaya2 yg muncul dalam vipasana tidak dirinci secara detil jenis2nya, misal dari sifat terang , redup, warna, tanda dsb yg dikategorikan sebagai vipasana kilesa dan cahaya yg gemilang saat merealisasi nibbana.Dan bagaimana membedakan kedua itu khususnya pada saat akan memasuki puncak merealisasi nibbana.
Hal-hal yg detil ini biasanya harus ada bimbingan seorang guru meditasi yg mahir.
Jadi kedua hal Dhamma yg tidak tertulis dan tertulis diTipitaka adalah saling mendukung HANYA banyak sekali beberapa orang berpatokan mati pada Tipitaka, sehingga bila pengalaman itu tidak tertulis langsung diklaim bahwa itu 'salah' atau tidak sesuai dengan Buddha Dhamma tanpa menyelidiki lebih lanjut intisari dari pengalaman itu yg sebenarnya masuk dalam pengelompokan atau kategori garis besar itu atau penggunaan bahasa yg lain tapi mengacu pada arti yang sama atau memang bukan Dhamma alias menyimpang.
Dalam hal ini patut dimaklumi bila Tipitaka bukanlah samudra besar yg dikatakan oleh Ajahn Mun, karena hanya sekumpulan tulisan yg sifatnya terbatas. Sekarang kembali kepada kita bisakah kita menggunakan yg terbatas menjadi tidak terbatas? atau kendi yg kecil ini bisa menghasilkan air samudra yg luas?
Mungkin salah satunya kasus HadayaVatthu ini ...selamat menyelidiki
_/\_
Quote from: marcedes on 19 November 2009, 01:06:15 AM
[at] suhu.
maksud nya saya..........
apakah benar dalam sutta tersebut dimana buddha menyatakan tidak mungkin mencapai pencerahan "arahat" tanpa memiliki jhana.
sedangkan dalam Abhidhamma, dikatakan bahwa seseorang bisa saja mencapai arahat tanpa jhana.
bukankah ini kontradisksi...tapi karena bahasa inggris saya parah habis jadi mohon pencerahannya sekira nya ada yg bisa menjelaskan pada saya...
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
ini isi sutta nya..
kasian bener marcy nih... he3... coba bantu share dikit
kalo tadi aye baca sekilas sih, benernya di bagian paling bawah, Buddha udah nyebutin :
QuoteVenerable sir, when this is the path and the method for the destruction of the five lower bonds for the sensual world, why does a certain bhikkhu talk of a release of mind and a release through wisdom? Ananda, that is the difference in the maturity of the mental faculties.
jadi semuanya tergantung dari kedewasaan batin masing2 individu.... kalo batinnya udah cukup matang maka dia akan bisa melepaskan kemelekatan
semoga bs memperjelas yah, dan mohon koreksi dari rekan2 kalo saya ada salah terjemahan...
Quote from: bond on 19 November 2009, 10:27:22 AM
Dalam hal ini patut dimaklumi bila Tipitaka bukanlah samudra besar yg dikatakan oleh Ajahn Mun, karena hanya sekumpulan tulisan yg sifatnya terbatas. Sekarang kembali kepada kita bisakah kita menggunakan yg terbatas menjadi tidak terbatas? atau kendi yg kecil ini bisa menghasilkan air samudra yg luas?
Mungkin salah satunya kasus HadayaVatthu ini ...selamat menyelidiki
_/\_
yang pasti sih seger banget kalo minum air dari kendi... he3.....
Quote from: Lily W on 18 November 2009, 10:28:16 AM
[
Berarti sisa RUPA 27 itu juga ada di Komentar yah? hmmm...
Quote from: char101 on 18 November 2009, 09:36:04 PM
Quote from: Lily W on 18 November 2009, 10:28:16 AM
[at] Bro Markos... dalam Kitab Dhammasangani (Kitab Pertama dari Abhidhamma Pitaka)...kalo kita tidak memahami tentang Nama & Rupa...maka kita akan sulit memahami isi kitab itu kan?
Menurut saya kalau dhammasangani kalau mau paham benar lebih penting matikanya (daftar isi): kategori satu apa saja, kategori dua apa saja. Kalau rupa 28 itu sudah produk commentary bukan klasifikasi original abhidhamma.
Sebenarnya dalam Suttapitaka, ketika mendefinisikan rūpakkhandha (kelompok materi), Sang BUddha sering mengatakan, "Cattāri ca mahābhūtāni, catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ" - "Empat unsur utama dan materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama. Di sini, materi ada dua, (1) empat unsur utama (Cattāri ca mahābhūtāni) yakni unsur tanah, air, api dan udara, (2) materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama tersebut (catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ). Dalam Suttapitaka, Sang BUddha dan para siswanya tidak menjelaskan secara definit apa materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama tersebut. Oleh karena itulah, Abhidhamma mencoba menerangkan materi2 ini.
Seperti halnya Suttapitaka, Abhidhamma juga menyebutkan cattāri mahābhūtāni sebagai unsur tanah, air, api dan udara. Dhammasangani hal. 134 (Versi Chaṭṭhasangayana), buku pertama dari Abhidhamma, telah memberikan daftar 23 materi yang bergantung pada empat unsur utama, sebagai berikut:
"Katamaṃ taṃ rūpaṃ upādā? Cakkhāyatanaṃ, sotāyatanaṃ, ghānāyatanaṃ, jivhāyatanaṃ, kāyāyatanaṃ, rūpāyatanaṃ, saddāyatanaṃ, gandhāyatanaṃ, rasāyatanaṃ, itthindriyaṃ, purisindriyaṃ, jīvitindriyaṃ, kāyaviññatti, vacīviññatti, ākāsadhātu, rūpassa lahutā, rūpassa mudutā, rūpassa kammaññatā, rūpassa upacayo, rūpassa santati, rūpassa jaratā, rūpassa aniccatā, kabaḷīkāro āhāro.
Jika dikalkulasi, keseluruhan rūpa dalam Dhammasangani tercatat 27 rūpa. Sekarang pertanyaan muncul, kenapa di teks ini hadayavatthu tidak disebutkan ke dalam catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ sehingga melengkapi keseluruhan rūpa menjadi 28? Mungkin anda mempunyai ide... please share to us!
Be happy.
Quote from: Peacemind on 17 November 2009, 12:53:23 PM
Istilah hadayavatthu memang tidak ditemukan dalam Tipitaka. Namun dalam kitab Paṭṭhana ada satu pernyataan yang menjunjukkan tentang keberadaan satu materi (rūpa) yang berfungsi sebagai kondisi penyokong (support condition - nissayapaccaya) yang menjadi landasan bagi unsur pikiran (manodhātu), unsur kesadaran pikiran (manoviññānadhātu) dan fenomena-fenomena yang bersangkutan - Yaṃ rūpaṃ nissāya manodhātu ca manoviññāṇadhātu ca vattanti, taṃ rūpaṃ manodhātuyā ca manoviññāṇadhātuyā ca taṃsampayuttakānañca dhammānaṃ nissayapaccayena paccayo.
Rūpa inilah yang belakangan diidenfikasikan sebagai hadayavatthu.
Referensi ini menarik...
Bisa saja saat itu tidak dimunculkan kata 'hadaya vathu' hanya masalah penggunaan bahasa pada jaman itu. Misal keterangan diatas yg panjang lebar, lalu untuk mempersingkat penjelasan disebut hadaya vathu.
Tetapi pertanyaanya benarkah hadayavathu sesuai definisi diatas? jika benar maka tidak diragukan lagi.
Yang saya ketahui dari meditator dan mereka sendiri telah melihat hadayavathu ini. Dan penjelasannya letaknya memang bukan di jantung, tetapi sesuatu disekitar jantung....
Quote from: Peacemind on 19 November 2009, 10:51:32 AM
Sebenarnya dalam Suttapitaka, ketika mendefinisikan rūpakkhandha (kelompok materi), Sang BUddha sering mengatakan, "Cattāri ca mahābhūtāni, catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ" - "Empat unsur utama dan materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama. Di sini, materi ada dua, (1) empat unsur utama (Cattāri ca mahābhūtāni) yakni unsur tanah, air, api dan udara, (2) materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama tersebut (catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ). Dalam Suttapitaka, Sang BUddha dan para siswanya tidak menjelaskan secara definit apa materi yang muncul bergantung pada empat unsur utama tersebut. Oleh karena itulah, Abhidhamma mencoba menerangkan materi2 ini.
Seperti halnya Suttapitaka, Abhidhamma juga menyebutkan cattāri mahābhūtāni sebagai unsur tanah, air, api dan udara. Dhammasangani hal. 134 (Versi Chaṭṭhasangayana), buku pertama dari Abhidhamma, telah memberikan daftar 23 materi yang bergantung pada empat unsur utama, sebagai berikut:
"Katamaṃ taṃ rūpaṃ upādā? Cakkhāyatanaṃ, sotāyatanaṃ, ghānāyatanaṃ, jivhāyatanaṃ, kāyāyatanaṃ, rūpāyatanaṃ, saddāyatanaṃ, gandhāyatanaṃ, rasāyatanaṃ, itthindriyaṃ, purisindriyaṃ, jīvitindriyaṃ, kāyaviññatti, vacīviññatti, ākāsadhātu, rūpassa lahutā, rūpassa mudutā, rūpassa kammaññatā, rūpassa upacayo, rūpassa santati, rūpassa jaratā, rūpassa aniccatā, kabaḷīkāro āhāro.
Jika dikalkulasi, keseluruhan rūpa dalam Dhammasangani tercatat 27 rūpa. Sekarang pertanyaan muncul, kenapa di teks ini hadayavatthu tidak disebutkan ke dalam catunnañca mahābhūtānaṃ upādāya rūpaṃ sehingga melengkapi keseluruhan rūpa menjadi 28? Mungkin anda mempunyai ide... please share to us!
Be happy.
kalo liat dari pembagian rupa ada 2 pembagian besar yaitu Nipphanna rupa 18 dan Anipphanna 10
Nipphanna rupa 18- Pasada rupa 5
1. Cakkhu pasada : Cakkhāyatanaṃ,
2. Sota pasada : sotāyatanaṃ,
3. Ghana pasada : ghānāyatanaṃ,
4. Jivha pasada : jivhāyatanaṃ,
5. Kaya pasada : kāyāyatanaṃ,
- visaya rupa 4 (yang bisa jadi 7)
6. Ruparammana : rūpāyatanaṃ,
7. Saddarammana : saddāyatanaṃ,
8. Gandharammana : gandhāyatanaṃ,
9. Rasarammana : rasāyatanaṃ,
-Bhava Rupa 2
10. Itthibhava : itthindriyaṃ,
11. Purisabhava : purisindriyaṃ,
- Hadaya rupa 1 : hadaya vatthu- Jivitarupa 1 : jīvitindriyaṃ,
- Ahara rupa 1 : kabaḷīkāro āhāro.
Anipphanna rupa 10 :- Vinnati rupa 2 :
1. kāyaviññatti,
2. vacīviññatti,
- Pariccheda Rupa 1 : ākāsadhātu,
- Vikara Rupa 3 -5
1. rūpassa lahutā,
2. rūpassa mudutā,
3. rūpassa kammaññatā,
- kaya vinnati
- vaci vinnati
Lakkhana Rupa 4:
1. rūpassa upacayo,
2. rūpassa santati,
3. rūpassa jaratā,
4. rūpassa aniccatā
keliatannya yg bro jelaskan perubahan dari Pasada 5 menjadi ke ayatana 12 makanya cakkhupasada menjadi cakkhuyatanam
dan seharusnya setelah itu, ada dhatu 18
Quote from: markosprawira on 19 November 2009, 10:31:27 AM
Quote from: marcedes on 19 November 2009, 01:06:15 AM
[at] suhu.
maksud nya saya..........
apakah benar dalam sutta tersebut dimana buddha menyatakan tidak mungkin mencapai pencerahan "arahat" tanpa memiliki jhana.
sedangkan dalam Abhidhamma, dikatakan bahwa seseorang bisa saja mencapai arahat tanpa jhana.
bukankah ini kontradisksi...tapi karena bahasa inggris saya parah habis jadi mohon pencerahannya sekira nya ada yg bisa menjelaskan pada saya...
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
ini isi sutta nya..
kasian bener marcy nih... he3... coba bantu share dikit
kalo tadi aye baca sekilas sih, benernya di bagian paling bawah, Buddha udah nyebutin :
QuoteVenerable sir, when this is the path and the method for the destruction of the five lower bonds for the sensual world, why does a certain bhikkhu talk of a release of mind and a release through wisdom? Ananda, that is the difference in the maturity of the mental faculties.
jadi semuanya tergantung dari kedewasaan batin masing2 individu.... kalo batinnya udah cukup matang maka dia akan bisa melepaskan kemelekatan
semoga bs memperjelas yah, dan mohon koreksi dari rekan2 kalo saya ada salah terjemahan...
Ikut nimbrung ah.. Dalam Mahāmalunkyasutta Sang BUddha menyebutkan 8 Jalan untuk menghancurkan 5 belenggu batin sehingga seseorng bisa mencapai kesucian Anagami. Cara tersebut diawali dengan pencapain jhana entah jhana pertama, kedua atau jhana2 di atas lainnya. Setelah seseorang mencapai jhana, sebagai contoh jhana pertama, ia harus melihat apapun fenomena yang bersangkutan dengan jhana pertama tersebut sebagai tidak kekal, penderitaan, penyakit, yang lain, kosong, tanpa diri, etc. Sebenarnya tahap ini adalah vipassanabhavana. Jadi dalam sutta ini, jalan yang harus ditempuh untuk mencapai anagami adalh pertama melalui jhana yang kemudian dilanjutkan dengan praktik Vipassana yaitu dengan melihat fenomena jhana tersebut sebagai tidak kekal, dst.
Pernyataan Sang Buddha ini memunculkan pertanyaan kepada Ānanda terutama berhubungan dengan cetovimutti (pembebasan pikiran) dan paññāvimutti (pembebasan melalui kebijaksanaan). Ia bertanya:
"Eso ce, bhante, maggo esā paṭipadā pañcannaṃ orambhāgiyānaṃ saṃyojanānaṃ pahānāya, atha kiñcarahi idhekacce bhikkhū cetovimuttino ekacce bhikkhū paññāvimuttino''ti? "Bhante, jika ini adalah satu Jalan, satu Cara untuk melenyapkan 5 belenggu batin rendah, mengapa beberapa bhikkhu di sini dikatakan memperoleh pembebasan pikiran dan beberapa memperoleh pembebasan melalui kebijaksanaan?"
Perlu dicatat di sini bahwa cetovimutti adalh pembebasan pikiran yang menekankan jhana / samatha, sedangkan paññāvimutti adalah pembebasan yang menekankan vipassana. Perbedaan dua macam pembebasan ini menunjukkan ada beberapa orang yang mencapai kesucian tanpa melalui jhana. Ini juga mengapa dalam kitab Komentar ada beberapa arahants yang disebut sebagai Sukkhavipassakakhīṇāsava (mereka yang mencapai arahat murni melalui vipassana). Karena kedua macam pembebasan inilah, Ānanda mengangkat pertanyaan di atas. Alasannya, pernyataan Sang BUddha di Sutta di atas menunjukkan bahwa seseorang harus mencapai Jhana terlebih dahulu dan dan kemudian dilanjutkan dengan praktik Vipassana untuk mencapai Anagami, sedangkan ke dua macam pembebasan (ceto dan paññāvimutti) yang juga seringkali disebutkan Sang Buddha di lain kesempatan agak berbeda pengertianya. Dalam dua macam pembebasan, pembebasan bisa dicapai melalui penekanan pada praktik vipassana ([paññāvimutti) atau penekanan praktik jhana (cetovimutti).
Oleh karena itu, Sang BUddha menjawab, "Ettha kho panesāhaṃ ānanda, indriyavemattataṃ vadāmī''ti _ "Di sini, O, Ānanda, saya katakan karena perbedaan indriya2 mereka". Jawaban Sang Buddha menujukkan bahwa kemungkinan untuk mencapai kesucian Anagami bukan hanya melalui penekanan jhana saja, namun juga melalui vipassana karena paññāvimutti adalah pembebasan melalui vipassana.
Untuk memperjelas ini, kita juga harus menyimak khotbah2 Sang Buddha lainnya. Salah satunya adalah Dvadāyananupassanasutta dari Suttanipāta. Di sana Sang Buddha telah mengutip beberapa cara untuk mencapai kesucian arahat tanpa membicarakan jhana.
Be happy.
To Markosprawira:
Saya rasa perbedaan antara pasāda (sensitivity - kepekaan) dan āyatana (base - landasan) bukan a big deal. Demikian pula dengan ārammaṇa (object - obyek) dan āyatana - landasan) bukan menjadi masalah. Abhidhammatthasangaha sendiri juga menyebutkan bahwa five sensitivive organs (pasāda) yakni mata, telinga, hidung, lidah dan badan jasmani dan hadayapasāda dikatakan sebagai vatthu (base). Bagi saya vatthu dan āyatana tidak berbeda. Keduanya bermakna landasan atau base. Yang masih menjadi pertanyaan adalah mengapa Dhammasangani tidak menyebutkan hadayavatthu, meskipun di kitab Paṭṭhana ada referensi yang menunjukkan keberadaan materi yang digunakan sebagai landasan pikiran.
Be happy.
Quote from: char101 on 18 November 2009, 09:36:04 PM
Quote from: Lily W on 18 November 2009, 10:28:16 AM
[at] Bro Markos... dalam Kitab Dhammasangani (Kitab Pertama dari Abhidhamma Pitaka)...kalo kita tidak memahami tentang Nama & Rupa...maka kita akan sulit memahami isi kitab itu kan?
Menurut saya kalau dhammasangani kalau mau paham benar lebih penting matikanya (daftar isi): kategori satu apa saja, kategori dua apa saja. Kalau rupa 28 itu sudah produk commentary bukan klasifikasi original abhidhamma.
Kalo gitu...berarti Kitab Dhammasangani yg di tulis oleh Pak Pandit J.Kaharuddin (dlm bhs indonesia) yg ada tulisan ttg RUPA 28 itu juga merupakan produk commentary?
Sorry, saya blom pernah baca Kitab Dhammasangani yg bhs Pali.
Bukankah di matikanya itu di jabarkan secara detail? kalo tidak tahu detailnya (penjabarannya) gimana kita bisa memahaminya? Ini hanya asumsiku...;D
_/\_ :lotus:
Quote from: marcedes on 19 November 2009, 01:06:15 AM
[at] suhu.
maksud nya saya..........
apakah benar dalam sutta tersebut dimana buddha menyatakan tidak mungkin mencapai pencerahan "arahat" tanpa memiliki jhana.
sedangkan dalam Abhidhamma, dikatakan bahwa seseorang bisa saja mencapai arahat tanpa jhana. ---> Kita liat Kisah CULAPANTHAKA...Ketika ia berhasil mencapai kesucian Arahat, ia pun dapat menunjukkan kesaktiannya dengan mengubah tubuh dari satu menjadi banyak. Jhana itu di peroleh setelah mencapai Magga (dlm ber Vipassana). Jhananya di sebut Maggasiddhi Jhana yang berarti mendapat jhana dengan kekuatan Magga.
bukankah ini kontradisksi...tapi karena bahasa inggris saya parah habis jadi mohon pencerahannya sekira nya ada yg bisa menjelaskan pada saya...
http://www.mahindarama.com/e-tipitaka/Majjhima-Nikaya/mn-64.htm
ini isi sutta nya..
[at] ci lily...
waduh thx banget akan kutipan biografi itu...grp mengalir dah....biar cantik n sehat selalu...^^ ---> Thanks.. :)
oke balik dah,
jadi secara tidak langsung AM[Ajahn Mun] mengatakan bahwa apa yang beliau rasakan dan alami sesungguh nya tidak pernah di tulis dalam Tipitaka
QuoteAjahn Mun menyatakan bahwa Dhamma yang tertulis dalam Kanon Pali sama dengan sejumlah air dalam sebuah kendi kecil; dimana Dhamma yang tidak digambarkan dalam kitab suci setara dengan jumlah air yang terkandung dalam semua samudra besar.
QuoteJadi tolong putuskan sendiri apakah Anda lebih suka mengambil Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai perlindungan Anda dengan Tulus, atau apakah Anda ingin mengambil perlindungan dalam apa yang kebetulan Anda baca dan apa yang Anda bayangkan sebagai benar. Tapi mereka yang memilih untuk tidak memilah-milah apa yang mereka makan, seharusnya berhati-hati jika ada tulang yang tersangkut di tenggorokan mereka....
wah ini kata-kata yg sangat bagus. AM berpesan bahwa, jangan menjadikan Tipitaka sebagai acuan 100% dalam memahami buddha dhamma....
tetapi belajar secara langsung secara alamiah [mungkin bisa di sebut "sebagaimana adanya dalam mempelajari Buddha dhamma" ]....ini mirip sekali dengan Ajahn Chah ngomong.
beliau juga berpesan kalau tidak bisa di katakan Tipitaka semua salah....mungkin lebih tepat nya menjadi harus hati-hatilah dalam belajar, sebab kalau tidak bijaksana dalam memilih [ mengambil baik nya dan membuang buruk nya ] bisa-bisa tulang yg masuk,,,^^
sangat menarik, sebab pernah sy diskusi dengan seoran bhante dari Thai tapi bisa bahasa indo dikit-dikit....
waktu itu sy iseng tanya, apa yg terjadi ketika seorang buddha meninggal...
beliau bilang ada sesuatu yg keluar dan lepas, tidak bisa dijelaskan....
seperti cahaya yang tidak bisa di jelaskan bagaimana bentuk-nya, tetapi itu ada.
Anumodana atas GRP nya..._/\_
:lotus:
Quote from: Peacemind on 19 November 2009, 10:51:32 AM
Delete...
Seperti halnya Suttapitaka, Abhidhamma juga menyebutkan cattāri mahābhūtāni sebagai unsur tanah, air, api dan udara. Dhammasangani hal. 134 (Versi Chaṭṭhasangayana), buku pertama dari Abhidhamma, telah memberikan daftar 23 materi yang bergantung pada empat unsur utama, sebagai berikut:
"Katamaṃ taṃ rūpaṃ upādā? Cakkhāyatanaṃ, sotāyatanaṃ, ghānāyatanaṃ, jivhāyatanaṃ, kāyāyatanaṃ, rūpāyatanaṃ, saddāyatanaṃ, gandhāyatanaṃ, rasāyatanaṃ, itthindriyaṃ, purisindriyaṃ, jīvitindriyaṃ, kāyaviññatti, vacīviññatti, ākāsadhātu, rūpassa lahutā, rūpassa mudutā, rūpassa kammaññatā, rūpassa upacayo, rūpassa santati, rūpassa jaratā, rūpassa aniccatā, kabaḷīkāro āhāro.
delete...
Bro Peacemind... itu Dhammasangani yang kelompok apa? Pengen buka Dhammasangani nich...maklum jarang buka Dhammasangani...;D
Anumodana.._/\_
:lotus:
For Lily:
Saya memakai Chaṭṭhasaṇgayana sebagai referensi. Anda bisa buka di Dhammasangani bagian Rūpakaṇḍa, Rūpavibatti, Dukaniddesa. Kalau anda punya Chaṭṭhasangayana, bisa langsung buka hal. 134.
Be happy.
Bro Peacemind...
Saya ngga punya Chaṭṭhasangayana... itu bhs pali semua yah?
Saya hanya punya Dhammasangani terjemahan Pak Pandit J.Kaharuddin.
Saya ketemu "NAMARUPADUKA" di buku itu...sbb:
~ Pathamapada : Namanca Atthi : Semua keadaan yang menjadi Nama.
Ujud sebenarnya : Citta 89, cetasika 52, Nibbana
~ Dutiyapada : Rupanca Atthi : Semua keadaan yang menjadi Rupa.
Ujud sebenarnya : Rupa 28
Anumodana..._/\_
Jadi pusing habis buka Dhammasangani...palakku kek ada asap yg keluar ...hehehe...
:lotus:
Quote from: Lily W on 19 November 2009, 12:35:06 PM
Kalo gitu...berarti Kitab Dhammasangani yg di tulis oleh Pak Pandit J.Kaharuddin (dlm bhs indonesia) yg ada tulisan ttg RUPA 28 itu juga merupakan produk commentary?
Kayanya iya deh ;D seperti ditulis di atas, di dhammasangani rupa cuma ada 27 lagipula itu juga tidak ditulis rupa 27 cuma dilist aja.
Quote
Sorry, saya blom pernah baca Kitab Dhammasangani yg bhs Pali.
Yang Inggris aja ;D dulu kan pernah saya post linknya, buat perbandingan ;D
Quote
Bukankah di matikanya itu di jabarkan secara detail? kalo tidak tahu detailnya (penjabarannya) gimana kita bisa memahaminya? Ini hanya asumsiku...;D
Menurut saya yang penting di dhammasangani bukan dhamma secara individual tapi dhamma ini masuk kelompok mana. Kalau dhamma secara terpisah mungkin lebih pas kalo baca vibhanga.
[at] Bro Char101...
Oh gitu yah...Vibhanga ngga ada yg dlm bhs Indonesia... saya punya yg bhs Inggris...sedangkan bhs inggris saya payah sekali...;D
Ok dech...anumodana atas sharingnya..._/\_
:lotus:
Quote from: Lily W on 19 November 2009, 02:46:34 PM
Bro Peacemind...
Saya ngga punya Chaṭṭhasangayana... itu bhs pali semua yah?
Saya hanya punya Dhammasangani terjemahan Pak Pandit J.Kaharuddin.
Saya ketemu "NAMARUPADUKA" di buku itu...sbb:
~ Pathamapada : Namanca Atthi : Semua keadaan yang menjadi Nama.
Ujud sebenarnya : Citta 89, cetasika 52, Nibbana
~ Dutiyapada : Rupanca Atthi : Semua keadaan yang menjadi Rupa.
Ujud sebenarnya : Rupa 28
Anumodana..._/\_
Jadi pusing habis buka Dhammasangani...palakku kek ada asap yg keluar ...hehehe...
:lotus:
Saya belum pernah membaca terjemahan Dhammasangani dari Pak Pandt J. Kaharudin. Jadi saya nggak tahu persis apakah buku tersebut benar2 merupakan terjemahan atau hanya interpretasi beliau. Soalnya, dalam Dhammasangani, rūpa terdiri dari 27 saja, sedangkan Pak Pandit mengatakan 28....
Chaṭṭhasangayana berbahasa Pali. Dhammasangani terdiri dari 5 bagian yakni Mātika, cittuppādakkaṇḍaṃ, rūpakaṇḍaṃ, nikkhepakaṇḍaṃ dan athakathākaṇḍaṃ. Analisis mengenai rūpa dibahas dalam rūpakaṇḍaṃ.
Be happy.
[at] markos: download aja dulu bro, 24 meg di link yg dikasih ama bro chapin. itu Chaṭṭhasangayana
[at] bond: om bond, kalau disekitar jantung itu mungkin itu tempat dimana dirasakan perubahan pada tubuh saja, seperti deg2xan atau dada menjadi panas kalau ada perubahan emosi dkk, disana terasa pertama kali maka itu dikatakan disana. ;D
[at] benz : udah didownload Chaṭṭhasangayana, tetep kaga nemu juga
makanya nanya donlot diakritiknya dimana......
[at] ci lily : kekna yg kita pegang itu cuma matika doang deh.... tadi aku liat2 cuma liat yg matikanya doang
[at] char : boleh minta link buat downloadnya? anumodana
Quote from: markosprawira on 20 November 2009, 10:10:49 AM
[at] benz : udah didownload Chaṭṭhasangayana, tetep kaga nemu juga
makanya nanya donlot diakritiknya dimana......
[at] ci lily : kekna yg kita pegang itu cuma matika doang deh.... tadi aku liat2 cuma liat yg matikanya doang
[at] char : boleh minta link buat downloadnya? anumodana
Bro Markos...
Semalam saya tanya sama Sukong ttg Chaṭṭhasangayana... Dia bilang ngga tau ttg kitab itu lho. hmmm...
Kemarin saya temu link ini... http://www.tipitaka.org/chattha
Dan saya blom sempat baca. Coba Bro Markos baca, nanti sharing ke sini yah?
Anumodana..._/\_
:lotus:
Chaṭṭhasangayana = konsili sangha ke 6 ;D bukan kitab ncik. jadi isinya merupakan tipitaka dari hasil konsili ke 6
[at] markos: oh sudah download toh. maksudnya kalau search itu pake diakritik gitu loh
^Oh...baru tahu... pantes di web itu ada Six Council gitu...hehehe...
Suhu...Anumodana..._/\_
:lotus:
Quote from: markosprawira on 20 November 2009, 10:10:49 AM
[at] char : boleh minta link buat downloadnya? anumodana
http://ia301520.us.archive.org/0/items/ABuddhistManualOfPhychologicalEthicsOfTheFourthCenturyBC/ABuddhistManualOfPhychologicalEthicsOfTheFourthCenturyBC.djvu
Quote from: Sumedho on 20 November 2009, 10:26:06 AM
Chaṭṭhasangayana = konsili sangha ke 6 ;D bukan kitab ncik. jadi isinya merupakan tipitaka dari hasil konsili ke 6
[at] markos: oh sudah download toh. maksudnya kalau search itu pake diakritik gitu loh
itu yg dari kemaren aye tanyain, bro..... kemana cari diakritiknya itu? itu karakter yg mesti didownload khan? cmiiw.....
Quote from: markosprawira on 20 November 2009, 05:36:39 PM
itu yg dari kemaren aye tanyain, bro..... kemana cari diakritiknya itu? itu karakter yg mesti didownload khan? cmiiw.....
Ada di sini http://www.tipitaka.org/keyboard/ (http://www.tipitaka.org/keyboard/)
Di bawah ada list map keyboardnya, misalnya Ctrl+Alt+a untuk a panjang.
Quote from: Jerry on 15 November 2009, 03:51:36 AM
Hehe.. di menit 1:02 baru dokumenter Ko Fab.. Di awal cuma penjelasan dlm bentuk animasi sederhana :D
Oops sorry.... iya yah thx, tapi sayang gambarnya tidak diambil dari samping, sehingga kita tidak dapat melihat dengan jelas apakah eksperimennya memang demikian.
anyway, bila anjing itu memang putus kepalanya bingung juga ya? Mungkin harus dibahas dengan ahli-ahli Abhidhamma.
Tapi sankhara memang muncul dari daerah jantung, ini menurut pengalaman meditator yang melihat/mengalami muncul lenyapnya sankhara.
Sedangkan sankhara muncul dari hadayavatthu, maka.... hadayavatthu yaa... di daerah jantung.
sukhi hotu
Orang yg sedang di transplantasi jantungnya, misalnya.. Itu sankharanya sedang tidak berproses dong? :D
Bukankah boleh dikata saat dibedah jantungnya, pasien tsb hampir mengalami pengalaman yg sama dng anjing tsb? Hanya saja kepala dan tubuhnya masih utuh, tdk terpisah spt kasus anjing.. ;D
Quote from: char101 on 20 November 2009, 06:01:36 PM
Quote from: markosprawira on 20 November 2009, 05:36:39 PM
itu yg dari kemaren aye tanyain, bro..... kemana cari diakritiknya itu? itu karakter yg mesti didownload khan? cmiiw.....
Ada di sini http://www.tipitaka.org/keyboard/ (http://www.tipitaka.org/keyboard/)
Di bawah ada list map keyboardnya, misalnya Ctrl+Alt+a untuk a panjang.
Tutorial yang diberikan cukup ruwet. Coba aja lihat di link berikut ini. Instruksinya ada di tengah. So, scroll down, dan akan anda lihat instruksi yang lebih mudah.
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13712.15.html (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13712.15.html)
Quote from: fabian c on 21 November 2009, 11:10:58 PM
Quote from: Jerry on 15 November 2009, 03:51:36 AM
Hehe.. di menit 1:02 baru dokumenter Ko Fab.. Di awal cuma penjelasan dlm bentuk animasi sederhana :D
Oops sorry.... iya yah thx, tapi sayang gambarnya tidak diambil dari samping, sehingga kita tidak dapat melihat dengan jelas apakah eksperimennya memang demikian.
anyway, bila anjing itu memang putus kepalanya bingung juga ya? Mungkin harus dibahas dengan ahli-ahli Abhidhamma.
Tapi sankhara memang muncul dari daerah jantung, ini menurut pengalaman meditator yang melihat/mengalami muncul lenyapnya sankhara.
Sedangkan sankhara muncul dari hadayavatthu, maka.... hadayavatthu yaa... di daerah jantung.
sukhi hotu
Sankhara apa? dalam konteks Pancakkhandha, Paticcasamuppada ato Tilakkhana? soalnya mereka berbeda artinya...;D
_/\_ :lotus:
FYI...
Tadi aku buka buku Nina van Gorkom ~ The Buddhist Teaching On Physical Phenomena... di situ Nina bilang :
The Rupa which is the heart-base has not been classified as such in the "Dhammasangani", but it is referred to as "this Rupa" in the "Book of Conditional Relations" (patthana), the seventh book of Abhidhamma. In the section on "dependance Condition" (part II, Analytical Exposition of Condition) it is said that dependant on the five sense-bases the five sense-cognitions arise and that dependant on "this matter" mind-element and mind-consciousness-element arise. "This matter" is the Rupa which is the heart-base; the mind-element and mind-consciousness-element comprise all cittas other than the five sense-cognitions.* The sense-cognitions of seeing, etc. have the appropriate sense-base as physical base, and all other cittas have the heart-base as physcal base.
* Mind-eleement are the five-sense-door adverting-consciousness and the two types of receiving-consciousness, which kusala vipaka and akusala vipaka. Mind-consciousness-element are all cittas other than the sense-cognitions and mind-element.
==========
Saya harap ada yg berminat terjemahkan kata2 tersebut... anumodana..._/\_
:lotus:
Quote from: Lily W on 23 November 2009, 02:04:42 PM
The Rupa which is the heart-base has not been classified as such in the "Dhammasangani", but it is referred to as "this Rupa" in the "Book of Conditional Relations" (patthana), the seventh book of Abhidhamma. In the section on "dependance Condition" (part II, Analytical Exposition of Condition) it is said that dependant on the five sense-bases the five sense-cognitions arise and that dependant on "this matter" mind-element and mind-consciousness-element arise. "This matter" is the Rupa which is the heart-base; the mind-element and mind-consciousness-element comprise all cittas other than the five sense-cognitions.* The sense-cognitions of seeing, etc. have the appropriate sense-base as physical base, and all other cittas have the heart-base as physcal base.
* Mind-eleement are the five-sense-door adverting-consciousness and the two types of receiving-consciousness, which kusala vipaka and akusala vipaka. Mind-consciousness-element are all cittas other than the sense-cognitions and mind-element.
Rupa yang disebut landasan-hati belum pernah diklasifikasikan seperti itu dalam "Dhammasangani", tapi dirujuk sebagai "rupa ini" di dalam "Buku Hubungan Berkondisi" (patthana), buku ketujuh dari Abhidhamma. Pada bagian "kondisi yang saling bergantung" (bagian II, Penjelasan Analitis dari Kondisi) dikatakan bahwa bergantung pada lima indera, lima kesadaran-indera muncul dan bahwa bergantung pada "materi ini" elemen-pikiran dan elemen-kesadaran-pikiran muncul. "Materi ini" adalah rupa yang disebut sebagai landasan-hati; elemen-pikiran dan elemen-kesadaran-pikiran terdiri dari semua citta selain lima kesadaran-indera.* Kesadaran pengelihatan, dll. memiliki indera masing-masing sebagai dasar fisik, dan semua citta lainnya memiliki landasan-hati sebagai dasar fisiknya.
* Elemen-pikiran adalah kelima-pintu-indera kesadaran-pengamat (santirana?) dan dua tipe kesadaran-menerima (sampaticchana?) yang [merupakan] akibat baik dan tidak baik [dari kamma]. Elemen-kesadaran-pikiran adalah semua citta lainnya selain kesadaran-indera dan elemen-pikiran.
^Bro CHAR101...
Anumodana..._/\_
:lotus: