Sering mendengar orang mengatakan bahwa obat farmasi itu RACUN.
Kalau tidak "terpaksa" jangan makan obat.
Sejauh mana kebenaran mitos tersebus?
Apakah meminum air banyak2 bisa mengatain keracunan tsb ?
trims sebelumnya...
_/\_ :x
Makanan juga racun kalau kebanyakan ;D Minum air banyak-banyak juga bisa merusak tubuh soalnya mineral dalam tubuh dibuang keluar lewat air seni. Obat punya toxicity index yang menentukan konsentrasi dimana obat tersebut jadi racun, tapi kalau dimakan dalam dosis yang normal, manfaatnya lebih besar dibanding efek sampingnya. Tentunya kalau orangnya sehat, obat tidak ada manfaatnya.
Yup.. gak salah.
Obat itu merupakan senyawa yang bagai pedang bermata dua, jika digunakan dalam dosis tepat memiliki efek terapi, sedangkan jika digunakan dalam dosis tidak tepat, memiliki efek toksik.
Contoh simple, paracetamol yang pernah dibahas pada thread sebelumnya, pada dosis tidak lebih dari 4 gram sehari (menurut Farmakope Indonesia ed. III), maka paracetamol berfungsi sebagai obat pada kondisi orang normal. Namun penggunaan di atas itu, maka paracetamol sudah memasuki kadar toksik yang memberikan efek nekrosis hati.
mengatain ? maksudnya mengatasi ?
Minum air sebanyak2nya kurang signifikan dalam mengatasi racun, karena air tidak memiliki efek lain selain melarutkan.
Kecuali dalam konteks air diminum banyak2 agar bisa mengakibatkan muntah.
Untuk mengatasi racun, bisa digunakan beberapa metoda
1. Usahakan Muntah, agar racun keluar dari tubuh
2. Netralisir Racun dalam saluran cerna dengan memberikan zat2 yang dapat bereaksi baik reaksi asam basa / reaksi pengendapan dengan tujuan menon-aktifkan racun tersebut
3. Netralisir Racun dalam injeksi, ini cara terakhir bila racun sudah masuk ke dalam pembuluh darah dengan memberikan penawar racun (biasanya berupa senyawa yang bekerja berlawanan dengan racun tersebut)
Mengenai air, sudah pernah saya bahas dalam pengertian API, dan air minum biasa.
Mengapa API (Aqua Pro Injectiones) itu diberi label K (obat keras), karena API berpotensi menyebabkan keracunan air
Penyebab keracunan air yang utama bukanlah menyebabkan mineral terbuang lewat urine, melainkan ada hal yang lebih utama lagi yaitu menyebabkan perubahan kadar pH, viscositas, dll yang sehingga menyebabkan perbedaan tekanan di dalam dengan di luar sel. Akibatnya adanya gangguan ini akan menyebabkan kematian sel akibat perpindahan cairan
Suatu zat dikatakan racun karena bisa menghalangi, mengubah, atau mematikan satu fungsi organ. Tetapi hal ini tentu tergantung pada dosisnya. Salah satu racun paling mematikan, Botox (Botulinum Toxin) dalam dosis yang sangat-sangat kecil, digunakan sebagai "obat" untuk mengatasi kontraksi otot yang tidak terkendali. Sebaliknya vitamin A, jika dikonsumsi dalam dosis yang sangat banyak, juga akan menjadi "racun".
Juga karena fungsi tubuh setiap orang berbeda, maka, seperti kata pepatah, racun bagi seseorang bisa berarti obat bagi orang lain. Hal ini misalnya insulin merupakan "obat" bagi penderita Diabetes Mellitus type I, tetapi untuk orang biasa, bisa mematikan. Juga seperti pernah saya singgung di thread lain juga, kacang (Arachis hypogaea) bagi orang yang alergi, sentuhan pada kulit saja bisa menyebabkan anaphylactic shock yang mematikan.
Jadi sangat susah untuk begitu saja mengatakan "ini racun, ini bukan". Secara umum, kita mengatakan zat racun jika dalam dosis yang bisa ditemukan secara alami atau secara umum, bisa menghalangi, mengubah, atau mematikan satu fungsi organ (dalam konteks merugikan).
^
^
^:)^ keren.. :))
nice conclusion.
Yg sering kita dengar kalau lagi makan antibiotik (spt amoksan),
maka minumlah air banyak2... sehingga ginjalnya lebih aman.
apakah benar dgn minum air banyak2 sewaktu konsumsi obat
itu adalah baik ? (juga katanya supaya tidak melukai mag)...
Quote
sehingga menyebabkan perbedaan tekanan di dalam dengan di luar sel. Akibatnya adanya gangguan ini akan menyebabkan kematian sel akibat perpindahan cairan
bro Forte, ini agak mendalam sehingga sulit dimengerti. (kematian sel)...
bro Kainyn_Kutho, memang sangat mahir menjelaskan sesuatu... :))
_/\_ :x
lalu bagaimana dengan obat yang dikonsumsi secara permanen contoh penderita diabetes dan hipertensi ?
ada isu yg beredar di masyarakat makan obat farmasi kalo kelamaan bisa merusak ginjal
tolong dijelaskan ya , thanx
prinsipnya seh begini bro.. ingat kan pelajaran biologi / kimia SMA yang mengenai tekanan osmosis dan difusi cairan
ada 1 gelas yang disekat dengan lapisan semipermiabel. lalu sisi kiri diisi air biasa, sisi kanan diisi dengan cairan gula pekat dan kental.. nantinya akan terjadi penyesuaian dengan pemindahan cairan. Jadi akan terjadi pengenceran sisi kanan dengan air dari sisi kiri.
balik lagi ke sel
misal terlalu banyak air, tentu encer ya, sedangkan di dalam sel sendiri itu kadarnya normal, dan tidak terlalu encer. Maka air akan masuk ke dalam sel tersebut. Akibatnya apa.. sel2 akan kelebihan air dan membengkak, yang dinamakan dengan keadaan turgor
Quote from: kamala on 06 November 2009, 10:35:02 AM
lalu bagaimana dengan obat yang dikonsumsi secara permanen contoh penderita diabetes dan hipertensi ?
ada isu yg beredar di masyarakat makan obat farmasi kalo kelamaan bisa merusak ginjal
tolong dijelaskan ya , thanx
contoh aja ya, studi kasus untuk penderita hipertensi dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.
tentu akan sangat pusing untuk mengobati pasien ini => BENAR
dan oleh karena itu, ini fungsi peranan seorang apoteker dalam kaitan Pemberian Obat secara Rasional (tepat indikasi, tepat penderita, tepat dosis, dll, serta waspada efek samping)
Untuk menyembuhkan hipertensi, maka akan dilihat juga data klinisnya. Penyebab hipertensinya apa. Penyebab hipertensi beragam, ada akibat kelebihan natrium, kelebihan calsium, kelebihan cairan, kelebihan dalam kerja saraf simpatis.
Penanganan ini berbeda2, makanya seorang dokter tidak bisa meresepkan obat hipertensi yang sama pada setiap orang. Dan contoh, pada penderita hipertensi akibat kelebihan kalsium dan menderita gangguan fungsi ginjal, bisa diberikan calcium channel blocker, karena relatif aman buat penderita gangguan fungsi ginjal
Namun jikalau harus menggunakan suatu senyawa yang ternyata dikontra-indikasikan dengan penderita, maka dalam hal ini butuh monitoring senyawa obat tersebut dalam darah secara pharmakokinetika
Semoga bermanfaat
Quote from: Forte on 06 November 2009, 09:52:49 AM
^
^
^:)^ keren.. :))
nice conclusion.
Asal jangan minta saya ijazah atau prestasi akademik, apalagi surat izin praktik yah. Saya tidak punya :)
Quote from: johan3000 on 06 November 2009, 10:03:03 AM
Yg sering kita dengar kalau lagi makan antibiotik (spt amoksan),
maka minumlah air banyak2... sehingga ginjalnya lebih aman.
apakah benar dgn minum air banyak2 sewaktu konsumsi obat
itu adalah baik ? (juga katanya supaya tidak melukai mag)...
Quote from: Forte on 06 November 2009, 11:20:05 AM
prinsipnya seh begini bro.. ingat kan pelajaran biologi / kimia SMA yang mengenai tekanan osmosis dan difusi cairan
ada 1 gelas yang disekat dengan lapisan semipermiabel. lalu sisi kiri diisi air biasa, sisi kanan diisi dengan cairan gula pekat dan kental.. nantinya akan terjadi penyesuaian dengan pemindahan cairan. Jadi akan terjadi pengenceran sisi kanan dengan air dari sisi kiri.
balik lagi ke sel
misal terlalu banyak air, tentu encer ya, sedangkan di dalam sel sendiri itu kadarnya normal, dan tidak terlalu encer. Maka air akan masuk ke dalam sel tersebut. Akibatnya apa.. sel2 akan kelebihan air dan membengkak, yang dinamakan dengan keadaan turgor
Kalau antibiotik itu, cara kerjanya bagaimana, Bro Forte? Bagian tubuh mana yang bereaksi dan mendapat efeknya?
antibiotik bekerja pada bakteri.
Ada 2 mekanisme kerja antibiotik
1. spektrum sempit yaitu dengan merusak dinding sel bakteri (biasa hanya mempan pada bakteri gram + ), contoh : p*n*silin, amox, dll
2. spektrum luas yaitu dengan menggangu sintesa protein bakteri (sehingga bakteri akan mati pelan2), contoh : kloramfenikol, thiamfenikol, dll
selebihnya antibiotik akan diekskresikan melalui metabolisme di hati dan di ginjal. Jadi dalam hal ini, hati dan ginjal memegang peranan penting dalam pengeluaran antibiotik
Efeknya macem2 selain memberatkan fungsi hati n ginjal, tergantung jenis antibiotiknya.
Seperti antibiotik p*n*silin memiliki efek alergi yang bisa menyebabkan shock anafilaksis, gentamisin menyerang saraf pendengaran (saraf ke VIII), ciprofloxacin memiliki kristal tajam yang dapat merusak nefron ginjal.
Quote from: Forte on 06 November 2009, 02:10:10 PM
antibiotik bekerja pada bakteri.
Ada 2 mekanisme kerja antibiotik
1. spektrum sempit yaitu dengan merusak dinding sel bakteri (biasa hanya mempan pada bakteri gram + ), contoh : p*n*silin, amox, dll
2. spektrum luas yaitu dengan menggangu sintesa protein bakteri (sehingga bakteri akan mati pelan2), contoh : kloramfenikol, thiamfenikol, dll
selebihnya antibiotik akan diekskresikan melalui metabolisme di hati dan di ginjal. Jadi dalam hal ini, hati dan ginjal memegang peranan penting dalam pengeluaran antibiotik
Efeknya macem2 selain memberatkan fungsi hati n ginjal, tergantung jenis antibiotiknya.
Seperti antibiotik p*n*silin memiliki efek alergi yang bisa menyebabkan shock anafilaksis, gentamisin menyerang saraf pendengaran (saraf ke VIII), ciprofloxacin memiliki kristal tajam yang dapat merusak nefron ginjal.
OK, thanx infonya, Bro Forte!
ciprofloxacin memiliki kristal tajam yang dapat merusak nefron ginjal.
bro Forte, nah seperti org awam gak ngerti kalimat diatas....
apakah juga itu sekian percentase akan menjadi kristal tajam atau gimana ?
koq kelihatannya cukup berbahaya ya?
ups.. mohon maaf, saya yang salah.
maksud saya : ciprofloxacin memiliki endapan kristal tajam, yang berbahaya bagi nefron ginjal.
So solusinya jika diberikan obat ini, adalah banyak konsumsi air, dengan tujuan mencegah pengendapan.
karena ekskresi dari obat ini terutama melalui ginjal.
Quote from: Forte on 06 November 2009, 11:43:02 AM
Quote from: kamala on 06 November 2009, 10:35:02 AM
lalu bagaimana dengan obat yang dikonsumsi secara permanen contoh penderita diabetes dan hipertensi ?
ada isu yg beredar di masyarakat makan obat farmasi kalo kelamaan bisa merusak ginjal
tolong dijelaskan ya , thanx
contoh aja ya, studi kasus untuk penderita hipertensi dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.
tentu akan sangat pusing untuk mengobati pasien ini => BENAR
dan oleh karena itu, ini fungsi peranan seorang apoteker dalam kaitan Pemberian Obat secara Rasional (tepat indikasi, tepat penderita, tepat dosis, dll, serta waspada efek samping)
Untuk menyembuhkan hipertensi, maka akan dilihat juga data klinisnya. Penyebab hipertensinya apa. Penyebab hipertensi beragam, ada akibat kelebihan natrium, kelebihan calsium, kelebihan cairan, kelebihan dalam kerja saraf simpatis.
Penanganan ini berbeda2, makanya seorang dokter tidak bisa meresepkan obat hipertensi yang sama pada setiap orang. Dan contoh, pada penderita hipertensi akibat kelebihan kalsium dan menderita gangguan fungsi ginjal, bisa diberikan calcium channel blocker, karena relatif aman buat penderita gangguan fungsi ginjal
Namun jikalau harus menggunakan suatu senyawa yang ternyata dikontra-indikasikan dengan penderita, maka dalam hal ini butuh monitoring senyawa obat tersebut dalam darah secara pharmakokinetika
Semoga bermanfaat
terima kasih atas penjelasannya , artinya gangguan ginjal itu bukan krn konsumsi obat tapi dari kondisi tubuh pasien sendiri
mo nanya lagi kata2 yang saya bold diatas jadi yang meresepkan obat itu apoteker atau dokter ?
lalu mengenai antibiotik katanya jangan terlalu sering dikonsumsi karena walaupun cepat sembuh tapi bakteri/virusnya bisa menjadi lebih kuat sehingga jika sakit yg sama lagi di kemudian hari obat yang diresepkan terakhir kali itu tidak akan bisa menpan lagi bener gak sori merepotkan ,TQ
setahu saya di Indonesia, dokter memiliki hak untuk mendiagnosa dan meresepkan obat. Apoteker memiliki hak dalam memberi penilaian apakah resep yang diberikan itu rasional / tidak. Jadi antara dokter dan apoteker sebenarnya tidak terpisahkan, yang 1 ahli diagnosa, yang 1 nya lagi ahli obat. Hal ini nampak pada kurikulum dokter dengan apoteker yang berbeda.
Dokter banyak dijejali kurikulum yang sifatnya mendiagnosa, seperti bagaimana cara baca hasil lab, hasil rontgen, penggunaan alat2 penunjang medis dll. Sedangkan apoteker hanya mengetahui saja, contohnya saya tidak bisa baca hasil rontgen bahkan tidak pernah diajari.. :)) Namun saya diajari bagaimana cara meracik obat dalam formulasi. Dan mempelajari semua tentang obat. (sampe dijejali berbagai jenis kuliah Farmakologi)
Mengenai antibiotik, yang tepatnya adalah, penggunaan antibiotik harus 4-5 hari dengan dosis 3x1 hari pada umumnya
Tapi pada kasus2 tertentu, seperti demam tifoid, penggunaan cipro 2x1 selama 1 minggu