Apabila setiap kata yang kita ucapkan adalah benar dan kita bertangung jawab akan setiap kata yang di utarakan ,
inilah yang disebut " Perkataan Benar " .
Berbuat sebaliknya berarti menciptakan karma buruk ucapan .
Apa bila kita membuka mulut dan menggerakan lidah ,
kita selalu menciptakan karma .
Gunakanlah kebijaksanaan untuk menghindari terciptanya karma buruk .
Jika kita membuat gurauan atau mentertawakan orang lain ,
akan ada balasan yang tak terhindar kan .
Harmoni dan sikap hormat adalah persyaratan yang paling penting bagi pengembangan bathin ,
jadi tindakan kita seharusnya tidak bertentangan dengan hukum alam kehidupan .
Berbicara kepada orang lain dengan nada kasar , menipu , tidak sopan , atau muslihat , menciptakan karma buruk melalui ucapan ,
inilah karma buruk ucapan .
Bagus sekalii
_/\_
kalau karma buruk tulisan bagaimana nich?
Quote from: hariyono on 05 November 2009, 12:39:13 AM
Jika kita membuat gurauan atau mentertawakan orang lain ,
=))
^
|
|
yg kek gitu yah
Quote from: hariyono on 05 November 2009, 12:39:13 AM
Apabila setiap kata yang kita ucapkan adalah benar dan kita bertangung jawab akan setiap kata yang di utarakan ,
inilah yang disebut " Perkataan Benar " .
Berbuat sebaliknya berarti menciptakan karma buruk ucapan .
Apa bila kita membuka mulut dan menggerakan lidah ,
kita selalu menciptakan karma .
Gunakanlah kebijaksanaan untuk menghindari terciptanya karma buruk .
Jika kita membuat gurauan atau mentertawakan orang lain ,
akan ada balasan yang tak terhindar kan .
Harmoni dan sikap hormat adalah persyaratan yang paling penting bagi pengembangan bathin ,
jadi tindakan kita seharusnya tidak bertentangan dengan hukum alam kehidupan .
Berbicara kepada orang lain dengan nada kasar , menipu , tidak sopan , atau muslihat , menciptakan karma buruk melalui ucapan ,
inilah karma buruk ucapan .
kadang nada kasar itu diperlukan,kadang tidak sopan itu juga diperlukan.
^
^
Kenapa diperlukan Ko????? :))
_/\_
karena ada orang yang pikirannya bebal dan terlalu tebal maka kata2 menghina dibutuhkan untuk menyadarkan orang itu.kira kira begitulah.
Bagaimana karma buruk di pikiran ? Mengingat pikiran adalah pelopor ..
Quote from: nyanadhana on 05 November 2009, 01:01:49 PM
karena ada orang yang pikirannya bebal dan terlalu tebal maka kata2 menghina dibutuhkan untuk menyadarkan orang itu.kira kira begitulah.
Bukannya orangnya malah jadi emosi? Udah bebal, keras kepala, ditambah emosi lagi, makin nggak masuk apa yang kita katakan.
bagaimana dengan kata2 kasar yg bikin orang trauma dan makin gak sadar2 alias pingsan ? :))
...opss sori uda duluan ama diatas
Quote from: char101 on 05 November 2009, 01:11:41 PM
Quote from: nyanadhana on 05 November 2009, 01:01:49 PM
karena ada orang yang pikirannya bebal dan terlalu tebal maka kata2 menghina dibutuhkan untuk menyadarkan orang itu.kira kira begitulah.
Bukannya orangnya malah jadi emosi? Udah bebal, keras kepala, ditambah emosi lagi, makin nggak masuk apa yang kita katakan.
daripada dibaikin tambah menjadi-jadi.tergantung psikologi orang itu juga yah
Quote from: 7 Tails on 05 November 2009, 01:14:05 PM
bagaimana dengan kata2 kasar yg bikin orang trauma dan makin gak sadar2 alias pingsan ? :))
...opss sori uda duluan ama diatas
cuman ada dua kata "bo huat"
U huat lah ko :))
tp kalo bisa sebisa mungkin hidarin kata kata kasar dan menghina..
yg penting penjelasan kepada org tersebut harus jelas.. saya sgt jarang menghina org dan mengunakan kata kata kasar (bisa dihitung pake jari),, karena itu udh kelewatan bgt orgnya,
kalo bisa sebaiknya di hindarkan. hehehe
_/\_
Perlu dibedakan:
- Sang Buddha mengajarkan perkataan benar, termasuk di dalamnya adalah tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak berkata kasar, tidak menghina, dsb. yakni dalam konteks pengembangan moralitas dan menjalani kehidupan mulia.
- Terkadang dalam kehidupan perumah-tangga, sangat sulit untuk dapat bergelut dalam kehidupan jika kita tidak bersikap keras pada orang lain. Tapi di sini letak tantangannya, apakah kita mampu menjaga moralitas di situasi-situasi tertentu.
Jadi jangan sampai ada pemikiran bahwa Sang Buddha mengajarkan ajaran yang terlalu naif dan nampak seperti orang lembek. Tulisan yang disampaikan Bro Hariyono di atas, juga sebenarnya cenderung di dalam konteks menjalani kehidupan mulia.
Quote from: Lokkhitacaro on 05 November 2009, 01:11:13 PM
Bagaimana karma buruk di pikiran ? Mengingat pikiran adalah pelopor ..
kamma buruk pikiran ada dalam pikiran manusia yang diselimuti napsu ego .
Baiklah rekan Lokhitacaro perlu saya jelaskan sedikit panjang dalam pengetahuan dan pengertian saya yang dangkal tentang
"nafsu ego "Napsu adalah api yang berkobar dalam semua makhluk ;
setiap aktivitas didorong oleh napsu .
Nafsu berkisar mulai dari napsu fisik sederhana dari binatang sampai keinginan majemuk - bahkan acapkali dirangsang buatan - dari manusia beradab .
Untuk memuaskan napsu .
Binatang saling memangsa : sedangkan manusia berkelahi , membunuh , menipu , berbohong dan melakukan berbagai kejahatan .
Napsu adalah hasrat mental yang kuat yang ada dalam semua bentuk kehidupan dan merupakan penyebab utama penyakit kehidupan .
Napsu inilah yang mengarah pada kelahiran ber ulang dalam siklus kehidupan
Quote from: upasaka on 05 November 2009, 05:26:28 PM
Perlu dibedakan:
- Sang Buddha mengajarkan perkataan benar, termasuk di dalamnya adalah tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak berkata kasar, tidak menghina, dsb. yakni dalam konteks pengembangan moralitas dan menjalani kehidupan mulia.
- Terkadang dalam kehidupan perumah-tangga, sangat sulit untuk dapat bergelut dalam kehidupan jika kita tidak bersikap keras pada orang lain. Tapi di sini letak tantangannya, apakah kita mampu menjaga moralitas di situasi-situasi tertentu.
Jadi jangan sampai ada pemikiran bahwa Sang Buddha mengajarkan ajaran yang terlalu naif dan nampak seperti orang lembek. Tulisan yang disampaikan Bro Hariyono di atas, juga sebenarnya cenderung di dalam konteks menjalani kehidupan mulia.
Terima kasih rekan upasaka ...telah menyempurnakan arah posting saya ...mohon jangan bosan membimbing saya .
Quote from: hariyono on 05 November 2009, 06:00:13 PM
Quote from: upasaka on 05 November 2009, 05:26:28 PM
Perlu dibedakan:
- Sang Buddha mengajarkan perkataan benar, termasuk di dalamnya adalah tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak berkata kasar, tidak menghina, dsb. yakni dalam konteks pengembangan moralitas dan menjalani kehidupan mulia.
- Terkadang dalam kehidupan perumah-tangga, sangat sulit untuk dapat bergelut dalam kehidupan jika kita tidak bersikap keras pada orang lain. Tapi di sini letak tantangannya, apakah kita mampu menjaga moralitas di situasi-situasi tertentu.
Jadi jangan sampai ada pemikiran bahwa Sang Buddha mengajarkan ajaran yang terlalu naif dan nampak seperti orang lembek. Tulisan yang disampaikan Bro Hariyono di atas, juga sebenarnya cenderung di dalam konteks menjalani kehidupan mulia.
Terima kasih rekan upasaka ...telah menyempurnakan arah posting saya ...mohon jangan bosan membimbing saya .
Sama-sama. Saya hanya ingin menjembatani komentar Anda dan komentar Bro Nyanadhana. Karena saya paham kedua pendapat Anda disampaikan dengan niat yang baik.
Quote from: nyanadhana on 05 November 2009, 12:51:44 PM
Quote from: hariyono on 05 November 2009, 12:39:13 AM
Apabila setiap kata yang kita ucapkan adalah benar dan kita bertangung jawab akan setiap kata yang di utarakan ,
inilah yang disebut " Perkataan Benar " .
Berbuat sebaliknya berarti menciptakan karma buruk ucapan .
Apa bila kita membuka mulut dan menggerakan lidah ,
kita selalu menciptakan karma .
Gunakanlah kebijaksanaan untuk menghindari terciptanya karma buruk .
Jika kita membuat gurauan atau mentertawakan orang lain ,
akan ada balasan yang tak terhindar kan .
Harmoni dan sikap hormat adalah persyaratan yang paling penting bagi pengembangan bathin ,
jadi tindakan kita seharusnya tidak bertentangan dengan hukum alam kehidupan .
Berbicara kepada orang lain dengan nada kasar , menipu , tidak sopan , atau muslihat , menciptakan karma buruk melalui ucapan ,
inilah karma buruk ucapan .
kadang nada kasar itu diperlukan,kadang tidak sopan itu juga diperlukan.
ya contohnya di militer
gak ada kan sersan kepala ngomong begini sama prajurit
mas-mas sekalian, tolong donk maju ke depan, makacih ya(lemah gemulai mode = on) (wakakakak)
yang ada juga kayak gini
hayo !!! maju semua jangan kayak banci
Quote from: nyanadhana on 05 November 2009, 01:16:14 PM
cuman ada dua kata "bo huat"
kalo di smack down "we got 2 word for you"
hehehehe
Quote from: exam on 16 November 2009, 02:36:22 PM
Quote from: nyanadhana on 05 November 2009, 12:51:44 PM
Quote from: hariyono on 05 November 2009, 12:39:13 AM
Apabila setiap kata yang kita ucapkan adalah benar dan kita bertangung jawab akan setiap kata yang di utarakan ,
inilah yang disebut " Perkataan Benar " .
Berbuat sebaliknya berarti menciptakan karma buruk ucapan .
Apa bila kita membuka mulut dan menggerakan lidah ,
kita selalu menciptakan karma .
Gunakanlah kebijaksanaan untuk menghindari terciptanya karma buruk .
Jika kita membuat gurauan atau mentertawakan orang lain ,
akan ada balasan yang tak terhindar kan .
Harmoni dan sikap hormat adalah persyaratan yang paling penting bagi pengembangan bathin ,
jadi tindakan kita seharusnya tidak bertentangan dengan hukum alam kehidupan .
Berbicara kepada orang lain dengan nada kasar , menipu , tidak sopan , atau muslihat , menciptakan karma buruk melalui ucapan ,
inilah karma buruk ucapan .
kadang nada kasar itu diperlukan,kadang tidak sopan itu juga diperlukan.
ya contohnya di militer
gak ada kan sersan kepala ngomong begini sama prajurit
mas-mas sekalian, tolong donk maju ke depan, makacih ya(lemah gemulai mode = on) (wakakakak)
yang ada juga kayak gini
hayo !!! maju semua jangan kayak banci
makanya sangat sulit utk bisa mendapatkan mata pencaharian yg tidak membuat kita terpaksa sering melakukan akusala
Seperti orang dagang kadang bilang ke konsumen, " uda deh gua jual modal ke lu yg penting laris" ^-^
Seharusnya bilang " nih gua cuma cuan dikit yg penting laris"
Jadi kalo cari mata pencaharian harus pintar berdiplomatis daripada musavada dan yg terpenting halal.
Quote from: upasaka on 05 November 2009, 05:26:28 PM
Perlu dibedakan:
- Sang Buddha mengajarkan perkataan benar, termasuk di dalamnya adalah tidak berbohong, tidak memfitnah, tidak berkata kasar, tidak menghina, dsb. yakni dalam konteks pengembangan moralitas dan menjalani kehidupan mulia.
- Terkadang dalam kehidupan perumah-tangga, sangat sulit untuk dapat bergelut dalam kehidupan jika kita tidak bersikap keras pada orang lain. Tapi di sini letak tantangannya, apakah kita mampu menjaga moralitas di situasi-situasi tertentu.
Jadi jangan sampai ada pemikiran bahwa Sang Buddha mengajarkan ajaran yang terlalu naif dan nampak seperti orang lembek. Tulisan yang disampaikan Bro Hariyono di atas, juga sebenarnya cenderung di dalam konteks menjalani kehidupan mulia.
betul.menjadi Buddhist bukan berarti lembek dalam ucapan,saya banyak bertemu orang2 yang suka bermain drama Buddhist.kadang sangat tipis perkataan baik dengan berbohong.
Quote from: Lokkhitacaro on 05 November 2009, 01:11:13 PM
Bagaimana karma buruk di pikiran ? Mengingat pikiran adalah pelopor ..
Perbuatan Buruk dari Pikiran ( Akusala-mano-kamma) :
~ Nafsu Lobha (Abhijjha)
~ Mendendam/kemauan jahat (Byapada)
~ Pandangan salah (Miccha Ditthi)
_/\_ :lotus:
tenang, iya saya gak akan bosan membimbing anda...
kalo bergurau dengan "menghina" teman..??
kata menghina disini artinya dia tau kita bergurau, jadi ga tersinggung malah ikut tertawa....
apakah itu termasuk menghina yang bakal terkena karma buruknya...
kalo semua sopan santun ngomongnya ama teman sendiri, kok rasanya aneh ya....:D _/\_
Quote from: Personal_Worker on 29 November 2009, 09:37:19 PM
kalo bergurau dengan "menghina" teman..??
kata menghina disini artinya dia tau kita bergurau, jadi ga tersinggung malah ikut tertawa....
apakah itu termasuk menghina yang bakal terkena karma buruknya...
kalo semua sopan santun ngomongnya ama teman sendiri, kok rasanya aneh ya....:D _/\_
coba Mendengarkan Ceramah Dhamma secara On Line
sini : http://www.ceramahdhamma.com/contents/
pass ada yg ceramah tentang 6 Jenis Ucapan
_/\_
Hmm..sebelumnya saya minta maaf seandainya pendapat saya banyak yang tidak menyetujuinya.Kalau kata2 kasar saya rasa itu tergantung situasi dan kondisi dimana kita berada.Tidak bisa langsung kita bilang karma buruk.Contoh:orang-orang yang tinggal di pesisir pantai dan berkerja sebagai nelayan.Pada umumnya mereka berbicara pasti dengan nada keras dan kasar.Ga akan ada diplomasi,sopan santun seperti orang-orang yang dari kelas berbeda.Karena perkampungan nelayan ditepi pantai dan setiap hari mereka lebih sering berhadapan dengan angin.Mereka sudah terbiasa berteriak.
dan karena kurang pendidikan terutama dalam tata krama.Bahkan kata2 yang mereka ucapkanpun mungkin terdengar kasar bagi orang yg tidak biasa.Bandingkan dengan keluarga keraton dijawa.Yang bicaranya memakai kata-kata jawa halus.Semua tindak tanduknya harus terjaga dan sesuai aturan yang dibuat.Dan kalau anggota keraton pergi ke perkampungan nelayan,saya pikir dia ga harus tersinggung atau merasa sakit hati.Jika dia punya kebijaksanaan dan mau mengerti kondisi orang lain.
betul... jgn lupa 1 syarat karma, adanya niat, kata kasar dgn di sertai niat buruk...yah itu karma buruk
Quote from: sriyeklina on 10 January 2010, 06:58:43 PM
Hmm..sebelumnya saya minta maaf seandainya pendapat saya banyak yang tidak menyetujuinya.Kalau kata2 kasar saya rasa itu tergantung situasi dan kondisi dimana kita berada.Tidak bisa langsung kita bilang karma buruk.Contoh:orang-orang yang tinggal di pesisir pantai dan berkerja sebagai nelayan.Pada umumnya mereka berbicara pasti dengan nada keras dan kasar.Ga akan ada diplomasi,sopan santun seperti orang-orang yang dari kelas berbeda.Karena perkampungan nelayan ditepi pantai dan setiap hari mereka lebih sering berhadapan dengan angin.Mereka sudah terbiasa berteriak.
dan karena kurang pendidikan terutama dalam tata krama.Bahkan kata2 yang mereka ucapkanpun mungkin terdengar kasar bagi orang yg tidak biasa.Bandingkan dengan keluarga keraton dijawa.Yang bicaranya memakai kata-kata jawa halus.Semua tindak tanduknya harus terjaga dan sesuai aturan yang dibuat.Dan kalau anggota keraton pergi ke perkampungan nelayan,saya pikir dia ga harus tersinggung atau merasa sakit hati.Jika dia punya kebijaksanaan dan mau mengerti kondisi orang lain.
bener juga tuh
kayak orang hongkong, ngmongnya kayak berantem
padahal sih biasa aja kalau buat mereka
coba aje liat film2 celestial movie di kablevision (lagi pada pake bhs konghu)
thanks sriyeklina buat masukannya :)
Quote from: exam on 10 January 2010, 07:09:58 PM
Quote from: sriyeklina on 10 January 2010, 06:58:43 PM
Hmm..sebelumnya saya minta maaf seandainya pendapat saya banyak yang tidak menyetujuinya.Kalau kata2 kasar saya rasa itu tergantung situasi dan kondisi dimana kita berada.Tidak bisa langsung kita bilang karma buruk.Contoh:orang-orang yang tinggal di pesisir pantai dan berkerja sebagai nelayan.Pada umumnya mereka berbicara pasti dengan nada keras dan kasar.Ga akan ada diplomasi,sopan santun seperti orang-orang yang dari kelas berbeda.Karena perkampungan nelayan ditepi pantai dan setiap hari mereka lebih sering berhadapan dengan angin.Mereka sudah terbiasa berteriak.
dan karena kurang pendidikan terutama dalam tata krama.Bahkan kata2 yang mereka ucapkanpun mungkin terdengar kasar bagi orang yg tidak biasa.Bandingkan dengan keluarga keraton dijawa.Yang bicaranya memakai kata-kata jawa halus.Semua tindak tanduknya harus terjaga dan sesuai aturan yang dibuat.Dan kalau anggota keraton pergi ke perkampungan nelayan,saya pikir dia ga harus tersinggung atau merasa sakit hati.Jika dia punya kebijaksanaan dan mau mengerti kondisi orang lain.
bener juga tuh
kayak orang hongkong, ngmongnya kayak berantem
padahal sih biasa aja kalau buat mereka
coba aje liat film2 celestial movie di kablevision (lagi pada pake bhs konghu)
thanks sriyeklina buat masukannya :)
[/quote
terima kasih juga buat anda.saya bersyukur sekali jika itu bisa menjadi masukan buat anda.