Hai, g mau tanya, Vattaka Paritta tu cukup menarik tapi apa artinya ya? sepertinya dari cerita jataka gitu. Ada yg tau ceritanya gimana?? thanks.
Arti VATTAKA PARITTA
Di alam ini terdapat berkah sila,
berkah kebenaran, berkah kesucian, dan berkah kasih sayang.
Berdasarkan atas kebenaran ini,
aku melakukan sumpah nan luhur
Setelah merenungkan kekuatan Dhamma,
mengenang para Penakluk di waktu lampau,
dan mendasarkan pada kekuatan kebenaran;
aku bersumpah:
'Aku bersayap namun tak mampu terbang
Aku berkaki tetapi tak dapat berjalan
Ayah bundaku pun telah pergi
Wahai Api Hutan, kembalilah!'
Di saat setelah aku membuat sumpah,
kobaran jilatan api yang ganas
seluas 16 karisa berhenti serentak,
bagaikan api yang tersiram air
Tiada sesuatu apa pun yang setara dengan sumpahku.
Inilah sacca-paramita-ku.
itu kalo ga salah raungan Sariputta bukan jataka
Saudara Yansil yang baik,
Cerita latar belakang Paritta ini ada dalam Jataka,
diceritakan pada suatu ketika Bodhisatta terlahir sebagai anak burung, tetapi dari kecil selalu menolak bila ibunya memberikan cacing atau serangga dll yang masih hidup, karena itu ia menjadi lemah dan pertumbuhannya lambat.
Suatu ketika hutan tempat tinggalnya terbakar api, semua penghuni hutan, termasuk ibu,ayah dan saudara-saudaranya terbang meninggalkan ia sendiri, yang terperangkap karena lemah dan tak bisa terbang. Lalu Bodhisatta mengucapkan saccakiriya (pernyataan kebenaran) tersebut. Karena kekuatan kebajikan burung tersebut, serentak api berhenti dan burung tersebut (Bodhisatta) selamat. Sang Buddha kemudian mengulangi paritta ini (kalau tidak salah ada yang mengucapkan paritta ini untuk memadamkan api bila terjadi kebakaran). Dikatakan tempat burung tersebut mengucapkan Saccakiriya tak akan terbakar hingga kehancuran bumi. Sayang kita tak tahu tempatnya ya?
_/\_
o gitu, bagus sekali :)
btw cerita sariputra ya..
aga OOT nih tapi Sariputra itu beda ya sama Manjusri, tapi ko g ngerasa rada mirip ya,
Thanks atas sharingnya....
_/\_
wow, itu ya latar belakangnya.. thanks .
Suatu kali ketika Buddha dan para bhikkhu dalam perjalanan melewati Magadha, terjadi kebakaran hutan. Beberapa bhikkhu yang belum memiliki keteguhan terhadap Buddha, ketakutan dan panik mencari cara untuk memadamkan api. Beberapa bhikkhu lain mengkritik sikap goyah tersebut dan mengajak mereka untuk berlindung pada Buddha. Buddha berjalan sampai ke satu tempat dan berhenti di sana. Api besar itu berhenti dan padam ketika mendekati tempat tersebut.
Para bhikkhu begitu heran akan kekuatan Buddha tersebut dan kemudian Buddha menceritakan bahwa di kehidupan lampau, ia terlahir sebagai burung puyuh. Ketika ia masih sangat kecil, belum bisa terbang maupun berjalan, kebakaran melanda hutan dan ia ditinggal oleh orang tuanya. Ia mengucapkan Saccakiriya tersebut, dan dikatakan sampai akhir kappa ini, tempat tersebut tidak akan terbakar.
Kisah tersebut ada di Jataka 35, Vattaka-Jataka.
^
^
Thanks lagi atas Sharingnyaaaa
_/\_
siapa yang gak percaya di bulan itu gambar kelinci bodhisatta? cerita jataka di atas dan gambar kelinci ini ada hubungannya loh
Quote from: gachapin on 02 November 2009, 02:47:36 PM
siapa yang gak percaya di bulan itu gambar kelinci bodhisatta? cerita jataka di atas dan gambar kelinci ini ada hubungannya loh
Bisa dijelaskan hubungannya?
Di negara Sri Lanka ada satu cerita yang sangat berhubungan dengan kisah Bodhisatta terdapat di Sasapaṇḍitajātaka yang mungkin saudara Sumedho maksud dan gambar kelinci di bulan. Kisahnya begini:
Dikisahkan bahwa suatu kali Bodhisatta dilahirkan sebagai seekor kelinci. Ia memiliki tiga kawan, yakni monyet, srigala dan berang-berang. Empat hewan ini dikenal bijaksana, mempraktikkan moralitas dan selalu menjalankan sila yang lebih tinggi di hari uposatha. Suatu kali di hari uposatha, karena kebajikan mereka, tahta dewa Sakka, raja Tavatimsa bergetar dan panas. Setelah mengetahui penyebabnya, dewa Sakka turun ke bumi dan mendatangi empat hewan ini dengan menyamar layaknya seperti seorang pertapa tua yang sedang kelaparan untuk mengecek apakah empat binatang ini benar2 memiliki moralitas yang istimewa atau tidak.
Melihat pertapa ini, empat binatang ini berjanji akan menyediakan makanan untuknya. Si monyet memberikan buah mangga, srigala memberikan daging, berang-berang memberikan tujuh ikan. Sementara itu, sang kelinci, setelah mencari kemana-mana, tidak mendapatkn apapun. Akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan tubuhnya untuk disajikan ke pertapa itu. Ia mendatangi pertapa itu dan menyuruhnya untuk menyalakan api. Setelah api dinyalakan, ia terjun ke api tersebut supaya dagingnya bisa dimakan pertapa tersebut.
Karena pertapa tersebut adalh dewa Sakka, dengan kekuatan beliau, si kelinci tidak terbakar meskipun ia terjun ke dalam api yang membara. Raja dewa tersebut kemudian kembali menampakkan dirinya sebagai dewa sakka dan memuji kebajikan si kelinci.
Sebagai simbol rasa hormat dewa Sakka terhadap kelinci tersebut, ia menggambar bayangan kelinci di bulan.
Ini mengapa bulan tampak ada gambar kelinci. Perlu dicatat di sini bahwa dalam bahasa pali, kelinci adalah "sasa" sedangkan bulan adalah "sasi" karena ia memiliki gambar kelinci. Dalam bahasa Jawa, kata 'sasi' masih digunakan untuk mengacu kepada 'bulan'.
Dalam kitab Jātaka, cerita di atas selesai, namun di negara Sri Lanka, cerita di atas masih berlanjut. Dikatakan bahwa setelah dewa Sakka menggambar bentuk kelinci di bulan, ia membuang alat yang digunakan untuk menggambarnya dan jatuh di alam naga. Alat untuk menggambar itu ternyata tumbuh seperti tumbuhan menjalar sehingga dinamakan sebagai 'nagavali' (tumbuhan menjalar di alam naga). Suatu saat, ada manusia yang melihat tumbuhan menjalar tersebut. Ia mencurinya dan menanamnya di alam manusia. Karena ditanam di alam manusia, tumbuhan menjalar tersebut dinamakan sebagai 'bhulat' - pali: bhulata (tumbuhan menjalar di bumi - lata dan vali sama artinya, yakni tanaman menjalar).
Anda tahu nggak, apa sih bhulat itu? Bhulat tiada lain adalah tanaman sirih yang tumbuh menjalar dan dikunyah oleh nenek2 kita dulu.... Jadi dalam bahasa Sinhala di Sri Lanka, kalau seseorang ditanya apakah makan sirih "Oya bhulat kanawada - apakah anda makan daun sirih?" :D :D :D
May u be happy!
Thanx buat infonya, Peacemind!
Yup, 2 hal tersebut, gambar kelinci di bulan, dan suatu tempat yang tidak akan terbakar merupakan 4 hal permanen sampai akhir kappa ini, yang disebabkan oleh parami Bodhisatta. Yang dua lagi buluh tanaman di suatu danau akan selalu kopong isinya, dan juga suatu daerah tidak akan pernah kena hujan.
Quote from: gachapin on 03 November 2009, 09:03:52 AM
Yup, 2 hal tersebut, gambar kelinci di bulan, dan suatu tempat yang tidak akan terbakar merupakan 4 hal permanen sampai akhir kappa ini, yang disebabkan oleh parami Bodhisatta. Yang dua lagi buluh tanaman di suatu danau akan selalu kopong isinya, dan juga suatu daerah tidak akan pernah kena hujan.
Bisa dipost (mungkin di thread lain) referensi tentang 4 hal tersebut?
harusnya ada satu lagi, pohon ara yang tidak berbuah lagi :))
sori, aye kagak inget sumbernya. nemunya di catatan kaki cerita Jataka.
dulu kalau gak salah pernah posting...
tadi sudah cari di sasa-jataka, kagak ada.
yah perlu diperhatikan kalau syair Jataka memang dianggap kanon, tetapi cerita Jataka dianggap post-kanon...
kalau yang tahu isinya cerita Jataka, banyak yang luar biasa tidak wajar bagi manusia normal...
Quote from: Peacemind on 03 November 2009, 03:15:16 AM
Di negara Sri Lanka ada satu cerita yang sangat berhubungan dengan kisah Bodhisatta terdapat di Sasapaṇḍitajātaka yang mungkin saudara Sumedho maksud dan gambar kelinci di bulan. Kisahnya begini:
Dikisahkan bahwa suatu kali Bodhisatta dilahirkan sebagai seekor kelinci. Ia memiliki tiga kawan, yakni monyet, srigala dan berang-berang. Empat hewan ini dikenal bijaksana, mempraktikkan moralitas dan selalu menjalankan sila yang lebih tinggi di hari uposatha. Suatu kali di hari uposatha, karena kebajikan mereka, tahta dewa Sakka, raja Tavatimsa bergetar dan panas. Setelah mengetahui penyebabnya, dewa Sakka turun ke bumi dan mendatangi empat hewan ini dengan menyamar layaknya seperti seorang pertapa tua yang sedang kelaparan untuk mengecek apakah empat binatang ini benar2 memiliki moralitas yang istimewa atau tidak.
Melihat pertapa ini, empat binatang ini berjanji akan menyediakan makanan untuknya. Si monyet memberikan buah mangga, srigala memberikan daging, berang-berang memberikan tujuh ikan. Sementara itu, sang kelinci, setelah mencari kemana-mana, tidak mendapatkn apapun. Akhirnya ia memutuskan untuk menyerahkan tubuhnya untuk disajikan ke pertapa itu. Ia mendatangi pertapa itu dan menyuruhnya untuk menyalakan api. Setelah api dinyalakan, ia terjun ke api tersebut supaya dagingnya bisa dimakan pertapa tersebut.
Karena pertapa tersebut adalh dewa Sakka, dengan kekuatan beliau, si kelinci tidak terbakar meskipun ia terjun ke dalam api yang membara. Raja dewa tersebut kemudian kembali menampakkan dirinya sebagai dewa sakka dan memuji kebajikan si kelinci.
Sebagai simbol rasa hormat dewa Sakka terhadap kelinci tersebut, ia menggambar bayangan kelinci di bulan.
Ini mengapa bulan tampak ada gambar kelinci. Perlu dicatat di sini bahwa dalam bahasa pali, kelinci adalah "sasa" sedangkan bulan adalah "sasi" karena ia memiliki gambar kelinci. Dalam bahasa Jawa, kata 'sasi' masih digunakan untuk mengacu kepada 'bulan'.
Dalam kitab Jātaka, cerita di atas selesai, namun di negara Sri Lanka, cerita di atas masih berlanjut. Dikatakan bahwa setelah dewa Sakka menggambar bentuk kelinci di bulan, ia membuang alat yang digunakan untuk menggambarnya dan jatuh di alam naga. Alat untuk menggambar itu ternyata tumbuh seperti tumbuhan menjalar sehingga dinamakan sebagai 'nagavali' (tumbuhan menjalar di alam naga). Suatu saat, ada manusia yang melihat tumbuhan menjalar tersebut. Ia mencurinya dan menanamnya di alam manusia. Karena ditanam di alam manusia, tumbuhan menjalar tersebut dinamakan sebagai 'bhulat' - pali: bhulata (tumbuhan menjalar di bumi - lata dan vali sama artinya, yakni tanaman menjalar).
Anda tahu nggak, apa sih bhulat itu? Bhulat tiada lain adalah tanaman sirih yang tumbuh menjalar dan dikunyah oleh nenek2 kita dulu.... Jadi dalam bahasa Sinhala di Sri Lanka, kalau seseorang ditanya apakah makan sirih "Oya bhulat kanawada - apakah anda makan daun sirih?" :D :D :D
May u be happy!
berhubungan neh
According to an Aztec legend, when the god Quetzalcoatl lived in Earth as a man, he started a journey. After walking for a long time, he became hungry and tired. With no food or water around, he thought he would die. Then, a rabbit grazing nearby offered himself as food to save his life. Quetzalcoatl, moved by the rabbit's noble offering, elevated the rabbit to the moon, then lowered him back to Earth, and told him, "You may be just a rabbit, but everyone will remember you; there is your image in light, for all men and for all times."
wow, menarik juga neh. apa udah ada migrasi dari india ke amerika tengah? atau kebetulan mirip? atau cerita yang sama dari masa lalu?
[at] The Ronald
Minta sumber / referensinya dong...
http://en.wikipedia.org/wiki/Moon_rabbit aku liat di sana :D
setelah baca2 jataka...sakka memang suka "mencoba" yah?
Quote from: The Ronald on 05 November 2009, 09:57:10 PM
http://en.wikipedia.org/wiki/Moon_rabbit aku liat di sana :D
setelah baca2 jataka...sakka memang suka "mencoba" yah?
Thanks atas link-nya.
Quote from: ryu on 03 November 2009, 11:03:43 AM
harusnya ada satu lagi, pohon ara yang tidak berbuah lagi :))
Gara2 Mr J-erry mengutuknya? :))
Quote from: Melia Yansil on 23 September 2009, 06:30:25 PM
Hai, g mau tanya, Vattaka Paritta tu cukup menarik tapi apa artinya ya? sepertinya dari cerita jataka gitu. Ada yg tau ceritanya gimana?? thanks.
Arti VATTAKA PARITTA
Di alam ini terdapat berkah sila,
berkah kebenaran, berkah kesucian, dan berkah kasih sayang.
Berdasarkan atas kebenaran ini,
aku melakukan sumpah nan luhur
Setelah merenungkan kekuatan Dhamma,
mengenang para Penakluk di waktu lampau,
dan mendasarkan pada kekuatan kebenaran;
aku bersumpah:
'Aku bersayap namun tak mampu terbang
Aku berkaki tetapi tak dapat berjalan
Ayah bundaku pun telah pergi
Wahai Api Hutan, kembalilah!'
Di saat setelah aku membuat sumpah,
kobaran jilatan api yang ganas
seluas 16 karisa berhenti serentak,
bagaikan api yang tersiram air
Tiada sesuatu apa pun yang setara dengan sumpahku.
Inilah sacca-paramita-ku.
Paritta yang mengandung kebenaran ini dibacakan untuk perlindungan dari bahaya api ??
_/\_
iya..untuk mahluk yg memiliki sila yg sempurna
pernyataan kebenaran untuk org yg melakukan kebenaran
Bukankah biasanya paritta itu manjur karena kekuatan kebenaran?
contohnya baca Angulimala Paritta, tetapi tidak menempuh kehidupan suci...
Memang paritta manjur karena kekuatan kebenaran dari si pembacanya. Namun ironisnya, sekarang paritta malah menjadi mantra. Banyak orang yang tidak peduli dengan makna yang terkandung dalam paritta tersebut. Memprihatinkan!