siang all :)
lagi asyik dengar musik nih otak berpikir terus...kamar dah seperti kapal pecah :)
lalu saya lihat nih buku dan saya baca menurut saya bagus
jadi saya ingin berbagi buat semua.... karangan "kulapati yu ting si"
penerbit dian dharma.
NAFAS SUDAH BERHENTI
ALAYA-VIJNANA BELUM PERGI
Ketika seseorang "meninggal", alaya-vijnananya belum pergi dan masih ada perasaan. Kita harus menunggu sampai seluruh badanya betul betul dingin, agar yakin bahwa alaya-vijnana-nya telah meninggalkan badanya. Dalam keadaan demikian seseorang baru dapat dinyatakan telah meninggal dunia.
Ketika seseorang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, namun sebelum alaya-vijnana pergi, saat itulah alaya-vijnana mengalamin penderitaan yang hebat. Ada yang ketakutan karna melihat musuhnya. Ada yang menangis karna hal hal yang menyedihkan dimasa yang lampau atau karena harapannya tidak tercapai. Ada juga yang gelisah karena masih terikat dan tidak rela meninggalkan harta benda atau orang yang di cintainya. Pokoknya pada saat itu ia mengalami berbagai macam penderitaan, perasaan takut, sedih dan gelisah, sehingga meninggal dengan tidak tenang, dan tidak rela menutup matanya. Jika ditambah lagi dengan pemindahan jasatnya serta mendengar suara tangisan, maka akan menambah penderitaan dan keterikatannya. Sampai hatikah kita menambah lagi penderitaannya?
Umat awam tidak tahu, mereka berangapan bahwa orang yang berhenti bernapas berarti sudah meninggal. Sering karna salah pengertian ini lah mengakibatkan kesalahan besar. Kita sebagai anak cucu yang berbakti tidak boleh tidak mengetahui hal itu .
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah begitu orang menghebuskan napasnya yang terakhir, mereka segera menangis sambil berteriak, mengusap gusap badannya, menguncang guncang badannya memakai dan menukarkan pakaian serta memindahkannya sebelum badanya dingin betul, atau menyuntikan obat pengawet.
Selain itu suntikan atau ransangan listrik untuk menguatkan atau meransang jantung ketika seseorang dalam keadaan koma juga berpengaruh buruk untuk yang "meninggal".
Alaya-vijnana dari orang yang " meninggal" tersebut boleh dikatakan menerima berbagai siksaan yang luar biasa, bagaikan kura kura yang dikupas kulitnya hidup hidup.
Jika orang hidup tentunya akan berteriak minta tolong atau melawan, tetapi orang yang "meninggal" tidak bisa melakukannya, mulutnya sudah tidak berdaya untuk menyatakan penderitaan hebat yang sedang di alaminya. Disebabkan kita tidak mempunyai pengetahuan tentang orang yang menjelang kematian, lalu kita melakukan hal hal yang mengakibatkan penderitaan besar, bukan kah ini suatu hal yang menyakitkan hati?
Karma orang yang "meniggal" itu menerima berbagai penderitaan, lalu timbul kemarahan dan kebenciannya, sehingga alaya-vijnana-nya terjerumus kedalam kesengsaraan.
Inikah tindakan kita sebagai anak cucu yang berbakti?
Karna itu, kami menghimbau apabila seseorang jantungnya sudah tidak berdetak, selama 10 sampai 12 jam, ruanggan dimana orang tersebut berbaring suasananya harus dijaga agar tetap tenang dan hening.
Jangan sampai terjadi tindakan yang telah diuraikan diatas, untuk menghindari hal hal yang biasa mencelakakan orang yang "meninggal". Jaga lah keselamatan dan ketenagan alaya-vijnana.
Sikap tidur yang "meninggal" biarkan sebagaimana adanya, jangan di usik. Kira kira 10 sampai 12 jam kemudian, setelah tubuhnya dingin, barulah kita membersihkan dengan handuk hangat pada bagian persendian, sehingga dapat mengerakkanya.sebelum 10 sampai 12 jam , jangan meraba raba tubuhnya untuk mengetahui apakan tubuhnya sudah dingin atau belum? Jangan membiarkan lalat atau nyamuk hinggap ditubuhnya, dan usahakan agar dalam ruangan itu tidak ada yng menangis atau berbicara.
Gunakanlah waktu antara 10 sampai 12 jam untuk melakukan tindakan yang bermanfaat, membimbing alaya-vijnana yang meninggal kearah jalan yang terang, supaya terlahir di alam yang lebih bahagia. Ini adalah kewajiban keluarga yang berduka dan juga merupakan salah satu cara sebagai anak cucu yang berbakti.
semoga bermanfaat :)
apakah masih mau tau.......
KAPAN ALAYA-VIJNANAN MENINGGALKAN BADANNYA???/
bagaimana pandangan yang Theravada nih?
Quote from: karuna_murti on 04 January 2008, 04:37:45 PM
bagaimana pandangan yang Theravada nih?
emang kenapa???
ada yang kurang tepat ya dengan buku ini???
tidak tahu juga benar atau salah...
tapi bisa jadi persiapan nanti, kalau kita udah dalam state yg penuh penderitaan ini, coba sebisa mungkin utk tetap merenungkan perbuatan2 baik yg telah kita lakukan dalam kehidupan ini.
Hm..
Saya pernah membaca diskusi seseorang dengan B.Uttamo. Kalau saya tidak salah tangkap, menurut Bhante ybs, seseorang bila meninggal langsung bertumimbal lahir.
CMIIW
mungkin maksud EVO, ybs belum meninggal walau jantung & nafas telah berhenti Fox, secara medis jg katanya masih beberapa jam kemudian kok.
btw judul postingan EVO extreme sekali yah...
"masalah terbesar dalam kehidupan manusia"
sewaktu pertama kali membaca judulnya, saya merasa sebentar lagi dunia akan damai & tidak ada lagi perang. ;D
Hm aye jg pengen tau nih, lagian khan biasanya prosedur rumah sakit bila sudah dinyatakan meninggal, langsung suntik formalin, betul engga yah? Seharusnya gimana nih? Trus khan kadang perbedaan pandangan agama dlm keluarga juga bisa menjadi masalah dalam mengurus tata caranya.
Quote from: FoxRockman on 04 January 2008, 05:18:49 PM
Hm..
Saya pernah membaca diskusi seseorang dengan B.Uttamo. Kalau saya tidak salah tangkap, menurut Bhante ybs, seseorang bila meninggal langsung bertumimbal lahir.
CMIIW
Yup..
Yang pernah saya dengar juga begitu...
Langsung bertumimbal lahir...
Jadi gak tau juga sih apakah emang harus nunggu 10-12 jam...
Oh ya, 49 hari itu dlm Buddhism juga gak ada ... itu sebenarnya kepercayaan tradisi China...
Quote from: Huiono on 04 January 2008, 07:02:43 PM
Quote from: FoxRockman on 04 January 2008, 05:18:49 PM
Hm..
Saya pernah membaca diskusi seseorang dengan B.Uttamo. Kalau saya tidak salah tangkap, menurut Bhante ybs, seseorang bila meninggal langsung bertumimbal lahir.
CMIIW
Yup..
Yang pernah saya dengar juga begitu...
Langsung bertumimbal lahir...
Jadi gak tau juga sih apakah emang harus nunggu 10-12 jam...
Oh ya, 49 hari itu dlm Buddhism juga gak ada ... itu sebenarnya kepercayaan tradisi China...
Hm.. IMO ya.. ada se.. tapi ybs sudah bertumimbal menjadi makhluk peta..
Quote from: tesla on 04 January 2008, 05:12:03 PM
tidak tahu juga benar atau salah...
tapi bisa jadi persiapan nanti, kalau kita udah dalam state yg penuh penderitaan ini, coba sebisa mungkin utk tetap merenungkan perbuatan2 baik yg telah kita lakukan dalam kehidupan ini.
makanya cepet2 jhana ntar bisa kabur.. >:D
[/quote]
Yup..
Yang pernah saya dengar juga begitu...
Langsung bertumimbal lahir...
Jadi gak tau juga sih apakah emang harus nunggu 10-12 jam...
Oh ya, 49 hari itu dlm Buddhism juga gak ada ... itu sebenarnya kepercayaan tradisi China...
[/quote]
kalo menurut saya mungkin aja, tergantung konsepnya..
mis A, seumur hidup berkonsep kalo saya mati ketemu yam lo ong.. ditanya2.. lalu baru bisa ke surga atau ke neraka, masalah tempat tgl dan lain2.. di urus dgn cara bakar2an..( yah bakalan terjadi.. walaupun dia umat theravada)
si B, umat tidak beragama, namun konsep dia, setelah mati lsg tumimbal tergantung karmanya.. yah lsg.. lah...
kalo konsep menunggu mungkin aja..( d mana 4 khanda mencari rupa baru...)
kekna ini udah dibahas di thread sebelah tentang, kapankan seseorang resmi dianggap mati itu...
Quotemakanya cepet2 jhana ntar bisa kabur..
kalo jhana emang bisa kabur kemana om ?
Quotekalo konsep menunggu mungkin aja..( d mana 4 khanda mencari rupa baru...)
Kalo ini udah ada 4 khanda, artinya sudah terlahir donk...
kalo yg ai tahu jhana 1 aja bisa ke alam brahma..
kalo baca dr buku irmansyah.. pas wkt sakit2an.. kita bisa kabur.. kalo udah tepat waktunya.. dan nyari rupa yg oke punya lalu kita masuk dan lahir lagi...
Quotemakanya cepet2 jhana ntar bisa kabur..
kalo jhana emang bisa kabur kemana om
Quotekalo konsep menunggu mungkin aja..( d mana 4 khanda mencari rupa baru...)
Kalo ini udah ada 4 khanda, artinya sudah terlahir donk...
[/quote]
Yg repot kalau mati suri, gimana ya?keliatannya fungsi nunggu 12 jam , gara2 ada yg mati suri.Tapi memang kalo org yg meninggal ngak boleh dinangisin. Dan ada jeda dimana dia baru sadar bahwa sudah meninggal, kecuali yg org yg batinnnya sudah terlatih bisa lsg bablas.
May be yes may be no, ngak tau juga deh
::)
via Jhana bisa kabur dari Kematian ? :o :o
Benarkah ?
Menurut saya tidak bisa...
Seandainya bisa...
Maka...
Meditator dengan pencapaian Jhana akan bergelimangan harta dengan cara "kabur" ke mayat(rupa) orang laen yg meninggal dengan banyak harta warisan
btw... Irmansyah itu siapa ?
QuoteNAFAS SUDAH BERHENTI
ALAYA-VIJNANA BELUM PERGI
Ketika seseorang "meninggal", alaya-vijnananya belum pergi dan masih ada perasaan. Kita harus menunggu sampai seluruh badanya betul betul dingin, agar yakin bahwa alaya-vijnana-nya telah meninggalkan badanya. Dalam keadaan demikian seseorang baru dapat dinyatakan telah meninggal dunia.
Ketika seseorang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, namun sebelum alaya-vijnana pergi, saat itulah alaya-vijnana mengalamin penderitaan yang hebat. Ada yang ketakutan karna melihat musuhnya. Ada yang menangis karna hal hal yang menyedihkan dimasa yang lampau atau karena harapannya tidak tercapai. Ada juga yang gelisah karena masih terikat dan tidak rela meninggalkan harta benda atau orang yang di cintainya. Pokoknya pada saat itu ia mengalami berbagai macam penderitaan, perasaan takut, sedih dan gelisah, sehingga meninggal dengan tidak tenang, dan tidak rela menutup matanya. Jika ditambah lagi dengan pemindahan jasatnya serta mendengar suara tangisan, maka akan menambah penderitaan dan keterikatannya. Sampai hatikah kita menambah lagi penderitaannya?
Umat awam tidak tahu, mereka berangapan bahwa orang yang berhenti bernapas berarti sudah meninggal. Sering karna salah pengertian ini lah mengakibatkan kesalahan besar. Kita sebagai anak cucu yang berbakti tidak boleh tidak mengetahui hal itu .
Kesalahan umum yang sering dilakukan adalah begitu orang menghebuskan napasnya yang terakhir, mereka segera menangis sambil berteriak, mengusap gusap badannya, menguncang guncang badannya memakai dan menukarkan pakaian serta memindahkannya sebelum badanya dingin betul, atau menyuntikan obat pengawet.
Selain itu suntikan atau ransangan listrik untuk menguatkan atau meransang jantung ketika seseorang dalam keadaan koma juga berpengaruh buruk untuk yang "meninggal".
Alaya-vijnana dari orang yang " meninggal" tersebut boleh dikatakan menerima berbagai siksaan yang luar biasa, bagaikan kura kura yang dikupas kulitnya hidup hidup.
Jika orang hidup tentunya akan berteriak minta tolong atau melawan, tetapi orang yang "meninggal" tidak bisa melakukannya, mulutnya sudah tidak berdaya untuk menyatakan penderitaan hebat yang sedang di alaminya. Disebabkan kita tidak mempunyai pengetahuan tentang orang yang menjelang kematian, lalu kita melakukan hal hal yang mengakibatkan penderitaan besar, bukan kah ini suatu hal yang menyakitkan hati?
Karma orang yang "meniggal" itu menerima berbagai penderitaan, lalu timbul kemarahan dan kebenciannya, sehingga alaya-vijnana-nya terjerumus kedalam kesengsaraan.
Inikah tindakan kita sebagai anak cucu yang berbakti?
Karna itu, kami menghimbau apabila seseorang jantungnya sudah tidak berdetak, selama 10 sampai 12 jam, ruanggan dimana orang tersebut berbaring suasananya harus dijaga agar tetap tenang dan hening.
Jangan sampai terjadi tindakan yang telah diuraikan diatas, untuk menghindari hal hal yang biasa mencelakakan orang yang "meninggal". Jaga lah keselamatan dan ketenagan alaya-vijnana.
Sikap tidur yang "meninggal" biarkan sebagaimana adanya, jangan di usik. Kira kira 10 sampai 12 jam kemudian, setelah tubuhnya dingin, barulah kita membersihkan dengan handuk hangat pada bagian persendian, sehingga dapat mengerakkanya.sebelum 10 sampai 12 jam , jangan meraba raba tubuhnya untuk mengetahui apakan tubuhnya sudah dingin atau belum? Jangan membiarkan lalat atau nyamuk hinggap ditubuhnya, dan usahakan agar dalam ruangan itu tidak ada yng menangis atau berbicara.
Gunakanlah waktu antara 10 sampai 12 jam untuk melakukan tindakan yang bermanfaat, membimbing alaya-vijnana yang meninggal kearah jalan yang terang, supaya terlahir di alam yang lebih bahagia. Ini adalah kewajiban keluarga yang berduka dan juga merupakan salah satu cara sebagai anak cucu yang berbakti.
semoga bermanfaat Smiley
apakah masih mau tau.......
KAPAN ALAYA-VIJNANAN MENINGGALKAN BADANNYA???/
Ini buku ngaco. Sama sekali bukan Mahayana. Orang yang nulis sama sekali tidak tahu tentang konsep alayavijnana.
Barangkali aliran Mahangaco. ^:)^
Quote from: andry on 04 January 2008, 09:53:39 PM
kalo yg ai tahu jhana 1 aja bisa ke alam brahma..
koq jadi beda dari konsep buddhism yah
kalau konon katanya meninggal lagi didalam jhana, bisa terlahir di alam brahma.
kalo cuma punya jhana 1 mah, mana bisa jalan2x ke alam brahma? abhinna perlu sampe ke jhana 4
Quotekalo baca dr buku irmansyah.. pas wkt sakit2an.. kita bisa kabur.. kalo udah tepat waktunya.. dan nyari rupa yg oke punya lalu kita masuk dan lahir lagi...
btw yang dimaksud irmansyah effendy ? master reiki tummo ?
to suchamda buku yang saya baca karangan "kulapati yu ting sing"
penerbit dian dharma. apa buku itu ngacok??? saya engak tau nih :)
buat semua!!!
tolong berdebat boleh untuk menambah kebijaksanaan
itu misinya...
menurut Buddha kebenaran merupakan hal yang terbuka untuk ditemukan oleh semua orang untuk kebaikan mereka sendiri.
ketika kita belajar tentang kehidupan dan ajaran ajaran buddha kita dapat melihat bahwa segala sesuatunya terbuka bagi semua orang.
memang ada beberapa hal pelajaran tingkat lanjut tertentu yang memerlukan bimbingan dari guru guru yang berpengalaman, tetapi tidak ada rahasia dalam agama buddha. :) :) :)
Irmansyah Effendy master reiki tummo yg ngarang buku, yg dimaksud si andry.
Quote from: Sumedho on 05 January 2008, 06:00:25 AM
kalo cuma punya jhana 1 mah, mana bisa jalan2x ke alam brahma? abhinna perlu sampe ke jhana 4
seingat saya malah jhana 8
CMIIW _/\_
Quoteseingat saya malah jhana 8
Ga, bener sumedho. Jhana 4.
Anumodana
Quote from: tesla on 05 January 2008, 10:11:41 AM
Quote from: Sumedho on 05 January 2008, 06:00:25 AM
kalo cuma punya jhana 1 mah, mana bisa jalan2x ke alam brahma? abhinna perlu sampe ke jhana 4
seingat saya malah jhana 8
CMIIW _/\_
Yang saya dengar jhana 1-4 (rupa jhana) bisa terlahir di alam Brahma..
Terus yang jhana 5-8 (arupa jhana) terlahir di alam Arupa Brahma...
Jadi masih ada level2 lagi...
Begitu deh kira2...
Agama Buddha secara tegas menolak definisi kematian yang merujuk pada pernafasan (ingat pembicaraan Bhikkhu Nagasena dan Raja Milinda soal apakah ada jiwa pada nafas? Bagaimana kalau nafas meninggalkan tubuh dan tidak kembali? Apakah jiwa ikut pergi? Ternyata ketika nafas keluar dari hidung dan tidak kembali, tubuh tidak mati, berarti tidak terdapat jiwa pada nafas kita, waktu itu diibaratkan dengan pemain terompet yg meniup terompet).
Berikut, definisi kematian menurut Agama Buddha (Dikutip dari buku 'Misteri Kematian'):
----------------
seseorang dapat dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam. Kepadaman kesadaran ajal merupakan 'the point of no return' bagi suatu makhluk dalam kehidupan ini.
Pada unsur-unsur jasmaniah, kematian ditandai dengan terputusnya kemampuan hidup (jîvitindriya). Inilah definisi kematian menurut pandangan Agama Buddha.
--------------------
Meski ada definisi diatas, namun tetap saja, belum terlalu jelas bagi kita 'patokan' yg dapat digunakan dalam menentukan seseorang sudah mati / belum (jika ingin melihat tanda2 dari ciri2 fisik).
Mengenai cerita EVO tersebut, bahwa menunggu tubuh harus dingin dahulu, saya teringat dengan pelajaran Abhidhamma bahwa "kesadaran" terdapat pada "seluruh Indera Fisik" kita, Kesadaran terdapat diseluruh tubuh.Artinya, meskipun pernafasan terhenti, namun bukan berarti kesadaran sudah berpisah dengan tubuh, dengan kata lain jika napas sudah berhenti bukan berarti nama sudah berpisah dengan rupa. Apakah 'panas' yg masih tersisa diseluruh tubuh adalah kesadaran yg masih tertinggal atau hanya 'sisa/gejala' saja yg tertinggal, sementara kesadaran sudah pergi?
::
Tapi pandangan Tantrayana sedikit beda yah?
itu mah masalah kepercayaan aj, jgn di sangkut paut am aliran. Gimana pun kepercayaan org Cina ama org Barat ato org India beda kok.Ilmu kedokteran punya pandangan yank beda lagi...
_/\_
Jadi kesimpulannya gimana?
mo kalau masih ada yang mau baca nih buku...aku ketikkan lanjuttanya...
kalau engak ada ini juga boleh di delete mo... ;D
Quote from: Kemenyan on 04 January 2008, 10:34:16 PM
via Jhana bisa kabur dari Kematian ? :o :o
IMO saya rasa bisa bro,namun untuk level2 atas,
jika level bawah sepertinya, tidak akan terlalu menderita,
dgn asumsi,ketika sakit, kita dapat memfokuskan pada sesuatu..so sakit itu sepertinya tidak akan terlalu terasa..
Benarkah ?
Menurut saya tidak bisa...
Seandainya bisa...
Maka...
Meditator dengan pencapaian Jhana akan bergelimangan harta dengan cara "kabur" ke mayat(rupa) orang laen yg meninggal dengan banyak harta warisan
Sepertinya jika lari ke rupa yang telah ada/berjalan sepertinya tidak isa, namun jika ke rupa yang akan baru dibentuk isa. (imo)
btw... Irmansyah itu siapa ?
Sepertinya Irmansyah efendy deh.. yg master reiki itu kan...jika anda baca bukunya ttg segala yang berbau bukan jasmaniah.. rame lohh..