Pada zaman Sang Buddha . ratu Mallika dari kerajaan Kosala adalah pengikut Buddha yang taat. Ia menjalani Lima Sila Buddhis , yaitu tidak membunuh . Tidak mencuri , tidak berbohong , tidak melakukan prilaku seksual yang menyimpang , dan tidak makan dan minum zat yang memabukan . karena Ratu Mallika begitu baik dan penuh belas kasih . beliau sangat dicintai oleh rakyat di kerajaannya .
Suatu hari , ketika Ratu Mallika tengah menjalani masa retret Buddhis yang penting ,beliau mendengar bahwa raja Prasenajit akan menghukum juruh masaknya karena juruh masak itu membuat raja sedikit kesal . Ketika Ratu Mallika mendengar apa yang akan dilakukan raja .Segera beliau mengundang sang raja untuk datang ke perjamuan di kediamannya malam itu juga .
Sang ratu menyiapkan santapan lezat yang terdiri dari semua makanan makanan kesukaan raja . Beliau juga menyiapkan minuman keras dalam jumlah banyak . selain itu beliau juga dengan sengaja menyuruh juru masak yang akan dihukum sang raja itu sendiri untuk menyiapkan semua santapan itu .
Ketika sang raja tiba malam itu , Ia merasa sangat puas dengan semua yang telah dilakukan sang ratu untuk dirinya .
Namun , sang raja juga ingin tahu mengapa sang ratu melakukan semua hal ini untuk dirinya .
Sang raja berkata , " Biasanya , engkau tak perna meminum minuman keras ataupun memakan daging . Selain itu engkau juga tengah menjalani masa retret Buddhis yang penting .
Kenapa engkau sampai melakukan semua hal ini dan melangar sila sila yang engkau jalani ? Dan mengapa engkau melakukan ini pada hari penting ini . dan bukan pada hari lainnya ?.
Ratu Mallika menjawab " Aku dengar engkau sedang marah pada juru masak mu dan ingin menghukumnya .
Seandainya aku tidak memintahnya untuk memasak santapan ini untuk terachir kalinya . Aku rasa aku tak akan dapat mencicipi makanan selezat yang dimasak ini "
Ketika sang raja mendengar kata kata Ratu Mallaika ia menyadari bahwa kemarahannya itu tidak sebanding dengan kesalahan yang dilakukan oleh juru masak itu .
Raja juga menyadari bahwa letupan kecil dari peranggainya , hampir saja membunuh seseorang yang sangat berguna bagi dirinya . Pada saat itu juga , ia membatalkan hukuman pada sang juru masak . Dan sejak saat itu , Sang raja menjadi lebih berhati-hati setiap kali ia membuat keputusan .
_/\_
Kalau memang demikian ceritanya, artinya si ratu lebih mementingkan menyelamatkan nyawa anak buahnya daripada latihannya sendiri. Nanti kalau dia sudah mencapai kebijaksanaan yang lebih tinggi tentu dia akan menggunakan cara yang lebih baik bila menyelesaikan masalah serupa.
meskipun melakukan pelanggaran yg bertujuan untuk suatu kebaikan, namun pelanggaran itu sendiri bukannya hilang akibatnya. Masing2 tindakan (kamma) akan menanamkan vipakanya masing2.
Contoh: Robin Hood
Meskipun Robin Hood merampok orang kaya dengan tujuan baik, yakni hendak menolong rakyat miskin, ia tidak serta merta bebas dari akibat perbuatan negatifnya. Rakyat miskin tertolong, namun perbuatan merampoknya tetap mendapatkan ganjaran.. ia dikejar2, hidup dalam ketidaktenangan dan was2...
Ini cuman salah satu contoh, bisa kita renungkan banyak dalam kehidupan kita suatu motiv baik tapi dilakukan dengan cara yg kurang baik akan menghasilkan akibat tertentu...
Idealnya kita memegang prinsip B3 dalam setiap tindakan, yakni:
~ SEBELUM melakukan: diniati dengan BAIK
~ SAAT melakukan: dilakukan dengan cara yg BENAR
~ SETELAH: apapun hasilnya, disikapi dengan BIJAKSANA
Memahami prinsip B3 ini (kadang dikotbahkan oleh Bhante dengan sebutan: Satisampajanna) sangat bermanfaat sebagai pedoman kita sehari2...
::
berarti Ratu Mallika blm menjalani dgn benar, pelaksanaan Pancasila Buddhis..
same like me ;D
BIJAKSANA COYY......
Nah kita selalu mengatakan cara ini belum seepnuhnya bijaksana, cara itu kurang bijaksana.
Tapi dalam kondisi REALITA NYATA DUNIA yang keras ini, emang kita benar-benar bisa bertindak lebih bijaksana lagi?
Jadi konsepnya ya jangan ngambang gak jelas, harus dicocokkan dengan realita kehidupan sosial yang sebenarnya. Kalau terllau muluk2 ya jadinya nggak bisa diaplikasikan dalam hidup deh!
Bahkan menurut saya Ratu Mallika itu sudah sangat bijaksana, saya sangat salut sama beliau!
Saya setuju dengan bro. wliiamhalim... apapun upaya kausalya yang dilakukan seseorang, ia harus berani menanggung akibat dari pelanggaran silanya itu.
_/\_
The Siddha Wanderer
Quote from: GandalfTheElder on 16 August 2009, 07:41:34 AM
Nah kita selalu mengatakan cara ini belum seepnuhnya bijaksana, cara itu kurang bijaksana.
Tapi dalam kondisi REALITA NYATA DUNIA yang keras ini, emang kita benar-benar bisa bertindak lebih bijaksana lagi?
Jadi konsepnya ya jangan ngambang gak jelas, harus dicocokkan dengan realita kehidupan sosial yang sebenarnya. Kalau terllau muluk2 ya jadinya nggak bisa diaplikasikan dalam hidup deh!
Bahkan menurut saya Ratu Mallika itu sudah sangat bijaksana, saya sangat salut sama beliau!
Saya setuju dengan bro. wliiamhalim... apapun upaya kausalya yang dilakukan seseorang, ia harus berani menanggung akibat dari pelanggaran silanya itu.
_/\_
The Siddha Wanderer
katanya tidak melekat pada LDM....
kemudian mengatakan Kamma dari niat....terus slogan "sangat positif?" berarti anda mau mengatakan Bodhisatva berbuat buruk? tadi katanya dari niat perbuatan itu..
berarti kebajikan sangat positif kan...
ya memang Ratu tersebut lebih baik ketimbang pangeran mahastva yang mengambil jalan pintas yakni membunuh dengan menolong..> malah dibilang Kebijaksanaan bodhisatva itu tinggi?.....
dan yang konsep nya mengambang tidak jelas itu siapa?
membunuh dengan welas asih? mencuri dengan welas asih?
pencuri ngaku nya di polisi mencuri dengan terpaksa om Gandalf...tidak ada yg mau jadi pencuri,tapi karena terpaksa faktor anak dan istri...jadi pencuri mencuri dengan motivasi welas asih...
harusnya bebas dari jeratan hukum bisa beralasan pada polisi "Upayakausalya"
QuoteContoh: Robin Hood
Meskipun Robin Hood merampok orang kaya dengan tujuan baik, yakni hendak menolong rakyat miskin, ia tidak serta merta bebas dari akibat perbuatan negatifnya. Rakyat miskin tertolong, namun perbuatan merampoknya tetap mendapatkan ganjaran.. ia dikejar2, hidup dalam ketidaktenangan dan was2...
perlu di klarifikasi.....itu bukan tujuan baik..
karena perbuatannya di sertai
kebodohan bukan kebijaksanaan...orang miskin harusnya berusaha bekerja...buka nunggu emas jatuh..
QuoteIni cuman salah satu contoh, bisa kita renungkan banyak dalam kehidupan kita suatu motiv baik tapi dilakukan dengan cara yg kurang baik akan menghasilkan akibat tertentu...
Idealnya kita memegang prinsip B3 dalam setiap tindakan, yakni:
~ SEBELUM melakukan: diniati dengan BAIK
~ SAAT melakukan: dilakukan dengan cara yg BENAR
~ SETELAH: apapun hasilnya, disikapi dengan BIJAKSANA
saya setuju sekali ini......
jadi selain niat baik, melakukan pun harus BENAR....bukan niat baik[welas asih] tapi tangan tusuk kiri tusuk kanan, hingga perut lubang...
malah hasil nya pun dikatakan kebijaksanaan tertinggi Bodhisatva....
saya rasa om Gandalf keliru dalam hal ini....
cerita Ratu Mallaika seperti cerita2 dibawah ini
dalam sebuah acara anniversay sahabat baik, sahabat baik mengajak tos/cheers segelas wine/anggur sebagai sebuah ucapan puncak terimakasih/kebersamaan dalam acara tersebut.
minumkah atau tidak minum?
menghormati sahabat baik kamu atau sila?
anda adalah seorang vegetarian dan ibu kamu sudah mengetahuinya. ibu kamu masak 4 jenis masakan, 2 masakanan sayur(vegetarian) dan 2 masakan berdaging.
makankah atau tidak makankah masakan orang tua yg berdaging itu?
menghormati jeri payah orang tua atau sila?
pengalaman pribadi,
ayah saya(almarhum) dulu pernah mengatakan, "saya tidak ingin tua nanti jika sakit kritis dan akhirnya sembuh namun harus hidup diranjang(makan tidur diranjang). jika seperti itu, lebih baik biarkan saya pergi. saya tidak ingin hidup menderita seperti itu dan tidak ingin menyusahkan kalian".
jika anda mengalami seperti itu, apakah akan anda biarkan pergi atau tetap mempertahankannya?
menghormati amanat orang tua & kebebasannya atau sila?
semua memiliki nilai "benar"nya dan nilai "salah"nya.
semua kembali ke masing2...
_/\_
Kalo dgn legenda seorang jendral perang tiongkok gmn?
Rela membunuh demi negara,kesetiaan,pengabdiaan,dll.
Parahnya!!,jendral itu sekarang oleh aliran kontrovesial di beri gelar 'dewa pelindung dhamma' ???
jadi yg terbaik adalah setelah mendiskusikannya...
menerapkannya, baru ngomong lage d sini...
ngomong terus percuma coy...
Quote from: andry on 16 August 2009, 04:16:42 PM
jadi yg terbaik adalah setelah mendiskusikannya...
menerapkannya, baru ngomong lage d sini...
ngomong terus percuma coy...
siapa yang ngomong? Mana? =))
Quote from: Mr.Jhonz on 16 August 2009, 02:48:36 PM
Kalo dgn legenda seorang jendral perang tiongkok gmn?
Rela membunuh demi negara,kesetiaan,pengabdiaan,dll.
Parahnya!!,jendral itu sekarang oleh aliran kontrovesial di beri gelar 'dewa pelindung dhamma' ???
klo gw memandang pembunuhan tetap lah pembunuhan, mau itu demi negara, demi keluarga, demi melindungi diri atau demi apa pun tetap lah jatuh korban yaitu ada nya yg meninggal. ada yg mengatakan berdasarkan niat, walau ada niat atau tidak sekali pun tetap jg merupakan pembunuhan, mungkin bs dikatakan kadar perbuatan buruk nya jauh lebih kecil daripada yg berniat benar2 ingin membunuh.
mengenai ia dianggap dewa/pahlawan itu karena pandangan manusia secara umum beranggapan apa yg menyentuh perasaan dan pikirannya, maka ia anggap sebagai orang yg "wah" kemudian melihat latar belakang nya dan muncul lah julukan nya...
Quote from: ryu on 16 August 2009, 05:02:38 PM
Quote from: andry on 16 August 2009, 04:16:42 PM
jadi yg terbaik adalah setelah mendiskusikannya...
menerapkannya, baru ngomong lage d sini...
ngomong terus percuma coy...
siapa yang ngomong? Mana? =))
ada deh.. ntuh tuh...
QuoteQuote from: Mr.Jhonz on Today at 02:48:36 PM
Kalo dgn legenda seorang jendral perang tiongkok gmn?
Rela membunuh demi negara,kesetiaan,pengabdiaan,dll.
Parahnya!!,jendral itu sekarang oleh aliran kontrovesial di beri gelar 'dewa pelindung dhamma' Huh?
klo gw memandang pembunuhan tetap lah pembunuhan, mau itu demi negara, demi keluarga, demi melindungi diri atau demi apa pun tetap lah jatuh korban yaitu ada nya yg meninggal. ada yg mengatakan berdasarkan niat, walau ada niat atau tidak sekali pun tetap jg merupakan pembunuhan, mungkin bs dikatakan kadar perbuatan buruk nya jauh lebih kecil daripada yg berniat benar2 ingin membunuh.
mengenai ia dianggap dewa/pahlawan itu karena pandangan manusia secara umum beranggapan apa yg menyentuh perasaan dan pikirannya, maka ia anggap sebagai orang yg "wah" kemudian melihat latar belakang nya dan muncul lah julukan nya...
Apa anda tahu bahwa sebelum menjadi Pelindung Dharma, beliau terlahir di alam preta disebabkan oleh karma negatifnya (dari membunuh banyak orang?)
Namun setelah disadarkan oleh seorang Bhiksu, beliau mulai menapaki jalan Dharma dan menyandang gelar Pelindung Dharma.
Lagipula, sang jenderal juga sebelumnya memang sudah punya berbagai sifat yang bajik.
_/\_
The Siddha Wanderer
Quotekatanya tidak melekat pada LDM....
kemudian mengatakan Kamma dari niat....terus slogan "sangat positif?" berarti anda mau mengatakan Bodhisatva berbuat buruk? tadi katanya dari niat perbuatan itu..
berarti kebajikan sangat positif kan...
ya memang Ratu tersebut lebih baik ketimbang pangeran mahastva yang mengambil jalan pintas yakni membunuh dengan menolong..> malah dibilang Kebijaksanaan bodhisatva itu tinggi?.....
dan yang konsep nya mengambang tidak jelas itu siapa?
membunuh dengan welas asih? mencuri dengan welas asih?
pencuri ngaku nya di polisi mencuri dengan terpaksa om Gandalf...tidak ada yg mau jadi pencuri,tapi karena terpaksa faktor anak dan istri...jadi pencuri mencuri dengan motivasi welas asih...
harusnya bebas dari jeratan hukum bisa beralasan pada polisi "Upayakausalya"
Pencuri ya ceroboh, Bodhisattva ya bijaksana... piye toh?
Niat welas asih 100% tentu bajik dan dapat menghasilkan karma baik yang besarnya berkalpa-kalpa lamanya
Tindakan membunuh ya tetap saja negatif, walaupun tidak disertai NIAT, maka dari itu Bodhisattva bersedia untuk menanggung segala akibatnya.
Ini berbeda dengan pandangan Shravakayana di mana Karma muncul karena niat ada. Jadi kalau nggak ada niat ya perbuatan tersebut tidak membawa akibat apa2.
Tapi dalam Mahayana meskipun perbuatan tersebut tidak disertai niat, tetap ada akibat negatifnya, meskipun sangat jauh berbeda dan jauh lebih kecil daripada sebuah tindakan yang disertai niat. Niat adalah faktor penentu besar kecilnya karma, ini juga diakui Mahayana (yang mana niat adalah faktor utama dan penentu terbentuknya karma), tapi bukan berarti bahwa tindakan negatif yang tidak disertai niat itu tidak berakibat apa-apa.
Bodhisattva berbuat buruk, namun TIDAK ADA NIAT berbuat buruk, yang ada hanya niat berbuat bajik. Maka dari itu dasar karma buruknya tidak ada (karena tidak ada niat), yang ada adalah halangan2 negatif yang disebabkan dari tindakan membunuh itu, yang selalu siap diterima Bodhisattva.
Quoteperlu di klarifikasi.....itu bukan tujuan baik..
karena perbuatannya di sertai kebodohan bukan kebijaksanaan...
orang miskin harusnya berusaha bekerja...buka nunggu emas jatuh..
Anda bisa bertindak lebih bijaksana lagi?
Quote
saya setuju sekali ini......
jadi selain niat baik, melakukan pun harus BENAR....bukan niat baik[welas asih] tapi tangan tusuk kiri tusuk kanan, hingga perut lubang...
malah hasil nya pun dikatakan kebijaksanaan tertinggi Bodhisatva....
Masalahnya cara tangan tsusuk kiri tusuk kanan itu cara yang sangat jarang digunakan dan cara paling terkahir kalau cara2 'lembut' lainnya tidak berhasil. Jadi ya TIDAK SEMBARANG tusuk kanan kiri seperti anggapan anda yang ngotot itu.
_/\_
The Siddha Wanderer
Quote from: Mr.Jhonz on 16 August 2009, 02:48:36 PM
Kalo dgn legenda seorang jendral perang tiongkok gmn?
Rela membunuh demi negara,kesetiaan,pengabdiaan,dll.
Parahnya!!,jendral itu sekarang oleh aliran kontrovesial di beri gelar 'dewa pelindung dhamma' ???
Gelar yang ini kan cuma ekses dari taktik politik utk memenangkan 'persaingan' antar keyakinan pada era dinasti aja
Quote from: marcedes on 16 August 2009, 09:34:49 AM
katanya tidak melekat pada LDM....
kemudian mengatakan Kamma dari niat....terus slogan "sangat positif?" berarti anda mau mengatakan Bodhisatva berbuat buruk? tadi katanya dari niat perbuatan itu..
berarti kebajikan sangat positif kan...
ya memang Ratu tersebut lebih baik ketimbang pangeran mahastva yang mengambil jalan pintas yakni membunuh dengan menolong..> malah dibilang Kebijaksanaan bodhisatva itu tinggi?.....
dan yang konsep nya mengambang tidak jelas itu siapa?
membunuh dengan welas asih? mencuri dengan welas asih?
pencuri ngaku nya di polisi mencuri dengan terpaksa om Gandalf...tidak ada yg mau jadi pencuri,tapi karena terpaksa faktor anak dan istri...jadi pencuri mencuri dengan motivasi welas asih...
harusnya bebas dari jeratan hukum bisa beralasan pada polisi "Upayakausalya"
perlu di klarifikasi.....itu bukan tujuan baik..
karena perbuatannya di sertai kebodohan bukan kebijaksanaan...
orang miskin harusnya berusaha bekerja...buka nunggu emas jatuh..
saya setuju sekali ini......
jadi selain niat baik, melakukan pun harus BENAR....bukan niat baik[welas asih] tapi tangan tusuk kiri tusuk kanan, hingga perut lubang...
malah hasil nya pun dikatakan kebijaksanaan tertinggi Bodhisatva....
saya rasa om Gandalf keliru dalam hal ini....
Sudah baca cerita robin hood atau setidaknya nonton film nya rakyat miskin yang dimaksud siapa?, rakyat yang kena jerat pajak yang sangat tinggi sekali hingga hasil tanam dan ternak nya disita semua oleh penguasa/ raja yang berkuasa saat itu?
Quote
The Legend of Robin Hood
Nottinghamshire, England
When the rich and powerful use their positions to oppress and starve the ordinary people, is there anyone who can stand against them?
Play this story or choose another from the list of Myths and Legends
http://myths.e2bn.org/mythsandlegends/story13478-the-legend-of-robin-hood.html