Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
sepanjang mencintai sebagai sahabat dan tidak melekat rasa ingin memilki dan dicintai ...tidak usah memakai alasan bro :)
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
Setuju, cinta tanpa alasan = cinta tanpa syarat = metta
Quote from: Indra on 02 August 2009, 07:41:41 PM
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
Setuju, cinta tanpa alasan = cinta tanpa syarat = metta
mantap ..sekali rekan indra
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
setuju.... :D
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
Apakah mencintain perlu SYARAT ?
(sedangkan kata alasan adalah sesuatu yg dicari-cari. dan bukan kebenaran....
Tonny tidak sekolah alasannya hujan deras.
Linda gak jadi mampir alasannya terlalu malam)
^mantap
kalau cinta emang gak pake alasan, kalau bercinta ? he...
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
alasan pertama yaitu..karena dia lawan jenis :P
alasan berikutnya akan menyusul yaitu fisik, materi, kepribadian dll
Kalau mencintai lawan jenis, saat munculnya perasaan itu saja sudah merupakan alasan kenapa pilih dia.
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
Quote from: hariyono on 02 August 2009, 07:39:38 PM
sepanjang mencintai sebagai sahabat dan tidak melekat rasa ingin memilki dan dicintai ...tidak usah memakai alasan bro :)
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
Setiap yang ada muncul karena alasan. Alasan itu pun masih ditunjang oleh jutaan alasan yang lain. Kalau tanpa alasan, itu akan termasuk ke dalam ahetukavāda. Apakah itu menyintai lawan jenis atau menyintai dalam konteks metta, alasan tetap dibutuhkan. Cinta Sang Buddha adalah metta. Beliau menebarkan metta karena ada alasan. Alasannya adalah Beliau ingin melihat kita semua hidup dalam kebahagiaan; Beliau ingin kita semua bebas dari penderitaan. Sebab itu, menyintai apapun jenisnya, baik di tingkat theori maupun di level praktik, tetap membutuhkan alasan. Kalau sesuatu muncul tanpa alasan, tidak dibutuhkan konsep paticcasamuppada.
Quote
Setiap yang ada muncul karena alasan. Alasan itu pun masih ditunjang oleh jutaan alasan yang lain. Kalau tanpa alasan, itu akan termasuk ke dalam ahetukavāda. Apakah itu menyintai lawan jenis atau menyintai dalam konteks metta, alasan tetap dibutuhkan. Cinta Sang Buddha adalah metta. Beliau menebarkan metta karena ada alasan. Alasannya adalah Beliau ingin melihat kita semua hidup dalam kebahagiaan; Beliau ingin kita semua bebas dari penderitaan. Sebab itu, menyintai apapun jenisnya, baik di tingkat theori maupun di level praktik, tetap membutuhkan alasan. Kalau sesuatu muncul tanpa alasan, tidak dibutuhkan konsep paticcasamuppada.
_/\_
IMO, based on pertanyaan thread ini, maksudnya adalah apakah mencintai lawan jenis itu membutuhkan alasan lebih mengarah ke bagian pamrih tidaknya? Makanya saya berpendapat, jika ada cinta tanpa alasan pamrih : metta.
Intinya, dalam menjawab suatu pertanyaan, juga diperlukan untuk melihat konteks pertanyaan itu apa denotatif / konotatif. Karena jika kita menjawab hanya melihat konteks denotasi saja, maka semua tindakan pasti memerlukan alasan. Menolong orang dibarengi dengan kasihan, maka kasihan menjadi alasannya. Dan perlu dipertanyakan apakah jawaban denotatif yg diinginkan TS ?
Quote from: dhammasiri on 07 November 2009, 01:40:13 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
Quote from: hariyono on 02 August 2009, 07:39:38 PM
sepanjang mencintai sebagai sahabat dan tidak melekat rasa ingin memilki dan dicintai ...tidak usah memakai alasan bro :)
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
Setiap yang ada muncul karena alasan. Alasan itu pun masih ditunjang oleh jutaan alasan yang lain. Kalau tanpa alasan, itu akan termasuk ke dalam ahetukavāda. Apakah itu menyintai lawan jenis atau menyintai dalam konteks metta, alasan tetap dibutuhkan. Cinta Sang Buddha adalah metta. Beliau menebarkan metta karena ada alasan. Alasannya adalah Beliau ingin melihat kita semua hidup dalam kebahagiaan; Beliau ingin kita semua bebas dari penderitaan. Sebab itu, menyintai apapun jenisnya, baik di tingkat theori maupun di level praktik, tetap membutuhkan alasan. Kalau sesuatu muncul tanpa alasan, tidak dibutuhkan konsep paticcasamuppada.
Betulkah metta harus beralasan? Kalo menurut anda, mengapa Buddha tidak menunda parinibbana sampai akhir ayu-kappa? Bukankah dengan bertambahnya 1 hari saja keberadaannya di sini bisa memberikan manfaat bagi banyak orang?
Saya lihat yang ditanyakan di sini mengacu pada cinta kemelekatan, bukan metta. Juga pertanyaannya kurang tepat karena pertanyaan ini jelas tidak bisa dijawab oleh kaum homoseksual.
Quote from: Kainyn_Kutho on 07 November 2009, 02:30:38 PM
Quote from: dhammasiri on 07 November 2009, 01:40:13 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
Quote from: hariyono on 02 August 2009, 07:39:38 PM
sepanjang mencintai sebagai sahabat dan tidak melekat rasa ingin memilki dan dicintai ...tidak usah memakai alasan bro :)
Quote from: Forte on 02 August 2009, 07:33:00 PM
teoritikal tidak..
tapi pada prakteknya iya.. karena manusia itu masih ada ego..
jika tidak ada alasan IMO.. itu lebih cocok disebut metta
Setiap yang ada muncul karena alasan. Alasan itu pun masih ditunjang oleh jutaan alasan yang lain. Kalau tanpa alasan, itu akan termasuk ke dalam ahetukavāda. Apakah itu menyintai lawan jenis atau menyintai dalam konteks metta, alasan tetap dibutuhkan. Cinta Sang Buddha adalah metta. Beliau menebarkan metta karena ada alasan. Alasannya adalah Beliau ingin melihat kita semua hidup dalam kebahagiaan; Beliau ingin kita semua bebas dari penderitaan. Sebab itu, menyintai apapun jenisnya, baik di tingkat theori maupun di level praktik, tetap membutuhkan alasan. Kalau sesuatu muncul tanpa alasan, tidak dibutuhkan konsep paticcasamuppada.
Betulkah metta harus beralasan? Kalo menurut anda, mengapa Buddha tidak menunda parinibbana sampai akhir ayu-kappa? Bukankah dengan bertambahnya 1 hari saja keberadaannya di sini bisa memberikan manfaat bagi banyak orang?
Kalau metta tanpa harus beralasan, mengapa para bodisatta perlu mengembangkan metta untuk menyempurnakan parami demi tercapainya ke-Buddha-an?
Benar, kalau Sang Buddha menunda parinibbāna, mungkin akan banyak orang yang akan lebih mendapatkan manfaat. Mungkin akan banyak orang yang mencapai kebebasan. Mungkin kita tidak perlu saling bertanya di forum DC, mengapa Sang Buddha tidak menunda parinibbāna. Mungkin, semua member akan mencapai pencerahan. Namun, kalau Sang Buddha menunda untuk parinibbāna, tidakkah akan ada kesan bahwa Sang Buddha hidupnya kekal? (Sekedar saran, mohon baca kembali Bramajāsutta di sesi pandangan salah)
Quote
Saya lihat yang ditanyakan di sini mengacu pada cinta kemelekatan, bukan metta.
Yap, saya melihat pertanyaannya memang begitu. Pertanyaan itu memang mengacu pada sense pleasure. Dia menanyakan apakah cinta semacam itu membutuhkan alasan. Saya pun menjawab bahwa cinta semacam itu membutuhkan alasan bahkan metta sekalipun membutuhkan alasan.
Quote
Juga pertanyaannya kurang tepat karena pertanyaan ini jelas tidak bisa dijawab oleh kaum homoseksual.
Semoga saja di forum ini tidak ada kaum home sehingga pertanyaannya bisa dimengerti oleh semua orang.
Quote from: dhammasiri on 07 November 2009, 02:56:23 PM
Kalau metta tanpa harus beralasan, mengapa para bodisatta perlu mengembangkan metta untuk menyempurnakan parami demi tercapainya ke-Buddha-an?
Saya punya sudut pandang yang berbeda dengan pendapat pada umumnya. Metta bukanlah sesuatu yang "aktif" dan "memancar-mancar" atau selalu memiliki manifestasi. Bagi saya, metta adalah ketidak-adaan dari perasaan benci.
QuoteBenar, kalau Sang Buddha menunda parinibbāna, mungkin akan banyak orang yang akan lebih mendapatkan manfaat. Mungkin akan banyak orang yang mencapai kebebasan. Mungkin kita tidak perlu saling bertanya di forum DC, mengapa Sang Buddha tidak menunda parinibbāna. Mungkin, semua member akan mencapai pencerahan. Namun, kalau Sang Buddha menunda untuk parinibbāna, tidakkah akan ada kesan bahwa Sang Buddha hidupnya kekal? (Sekedar saran, mohon baca kembali Bramajāsutta di sesi pandangan salah)
Mengapa kekal? Bukankah ayu-kappa pada saat itu hanya 100 tahun. Bahkan sampai sekarang pun masih banyak orang-orang berusia lebih dari 100 tahun, tetapi tidak mengindikasikan bahwa itu adalah "kekekalan". Ada apa dalam Brahmajala Sutta?
QuoteYap, saya melihat pertanyaannya memang begitu. Pertanyaan itu memang mengacu pada sense pleasure. Dia menanyakan apakah cinta semacam itu membutuhkan alasan. Saya pun menjawab bahwa cinta semacam itu membutuhkan alasan bahkan metta sekalipun membutuhkan alasan.
Ya, saya setuju betapa pun mulianya seseorang mencintai orang lain, ada alasannya. Demikian pula dengan mencintai diri sendiri.
Namun kita berbeda pendapat tentang metta, di mana saya katakan itu bukanlah membutuhkan alasan. Justru ketika kita berhenti memiliki alasan untuk mencintai atau pun membenci, maka di situlah metta ada.
QuoteSemoga saja di forum ini tidak ada kaum home sehingga pertanyaannya bisa dimengerti oleh semua orang.
Saya rasa kaum homoseksual juga akan mengerti maksudnya bahwa itu adalah cinta yang berkenaan dengan nafsu. Dalam hal ini, bahasa tidak terlalu bermasalah karena maksud yang disampaikan tidak sulit.
[at] Bro Jina yg baik,
masih lanjut nih rupanya?
bagi saya CINTA itu sesuatu yg Sakral, sesuatu yg Agung, sesuatu yang Indah, sehingga tidak mungkin kita menggunakan logika lagi jika cinta yg udah bicara (lo yg ditanya alasan ya... ;D ;D)
justru itu...
jika cinta dg alasan, berarti udah dilogika, berarti udah dirancang, berarti udah diplanning, emang bisa?
bagaimana mungkin suatu pernikahan berdasarkan cinta yg diplanning? (jika ini pertanyaan mencintai lawan jenis berarti menuju pernikahan khan?)
bagi saya CINTA yang murni, sejati, tulus adalah cinta yang tanpa syarat berarti tanpa alasan...
sedangkan cinta universal (metta) semua mahlukpun memiliki dan mengembangkan metta.jadi pertanyaan anda pasti bukan utk yang universal ini...krn jelas2 tercantum mencintai lawan jenis berarti mencari pasangan hidup.
may u always keeping well n happy
mettacittena,
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
mencintai tidak memerlukan alasan.
alasan dibutuhkan untuk memenuhi yg memerlukan alasan tsb, baik alasan untuk kebutuhan diri sendiri maupun orang lain.
mencintai yg murni(tulus tanpa syarat), termasuk mencintai tanpa rasa ingin memiliki.
cinta pada pasangan kita juga tidak memerlukan alasan, tetapi menjadi butuh alasan ketika ingin "memiliki".
ya begitulah cinta..... tiada kata yg tepat untuk menggambarkannya selain merasakan/menyadari cinta itu sendiri >:)<
[at] samaneri :
Thread ini sudah cukup lama dan sy jg hampir melupakannya. Dan pertanyaan itu pernah diberikan oleh seseorg.
Terlepas dari permainan kata2..hingga saat ini sy ttp blm bs menjawab seandainya diberikan pertanyaan itu lagi.
Dan pertanyaan itu mmg adlh ttg cinta yg melekat (nafsu). Bukan ttg metta.
Alur pertanyaannya sy ubah lbh 'ngjunk' aja deh...
KHUSUS PRIA :
"Jika pasangan anda memberikan pertanyaan itu, apa jawaban anda" ;D
jawabannya..
jujur gw juga agak sukar menjawabnya.. karena pas ketika mulai menyukai seseorang, memang ada alasan : wah dia pinter, dia pengertian, dll. namun ketika berjalan lama.. alasan-alasan seperti itu menjadi "hilang", dan kita akan mengetahui sisi jelek pasangan.. jadi pas ditanya pertanyaan begituan, saya cenderung menjawab, "tidak tahu", namun saya nyaman bersamamu lengkap dengan sisi baik dan sisi buruk dari pasangan.
jadi alasan gw cuma 1 : nyaman :))
Quote from: JW. Jinaraga on 07 November 2009, 05:38:16 PM
"Jika pasangan anda memberikan pertanyaan itu, apa jawaban anda" ;D
mengapa kamu masih menanyakan hal tsb? apakah kamu tidak menyadari apa yg telah ku lakukan untuk mu selama ini?
semua ini hanya untuk mu dan tiada lain selain untuk mu
*sambil pegang tangan dia* :x
:))
[at] bro forte :
Sy kembali menemukan ada kesamaan kita dlm hal ini. Wkt itu sy jg hny 'mampu' menjawab : 'karena nyaman bersama mu'.
Tapii...kenyataan harus beda dgn mimpi ;D .. Ehm..dan itu telah menjadi masa lalu ;D
[at] wen:
Emangnya lagi maen sinetron??
Sy tidak terlatih buat ngmg yg seindah itu ;D
Quote from: JW. Jinaraga on 07 November 2009, 05:53:08 PM
Emangnya lagi maen sinetron??
Sy tidak terlatih buat ngmg yg seindah itu ;D
:))
gak kok,.. ini pengalaman pribadi. kesel aja..., dulu dah pacaran 1,5 thn trs tanya gituan. sekalian tanya balik aja :))
dari pada kasi 1001 alasan tp dibilang gombal, mending tanya balik :))
sering2 nonton drama korea donk..... biar lebih memahami sisi wanita ;D
Daripada berpikir apakah seseorang memerlukan sebuah alasan atau tidak ketika mencintai lawan jenisnya, mending renungkan syair di bawah ini:
"Pemato jāyatī soko; pemato jāyatī bhayaṃ;
Pemato vipamuttassa, natthi soko kuto bhayaṃ".
"Dari cinta muncul kesedihan;dari cinta muncul ketakutan;
Seseorang yang bebas dari cinta, tidak ada kesedihan,
dan dari mana ketakutan muncul?".
:) :) :)
May you all be happy --- Metta
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
ketika melihat seseorang,melihat apa yang dilakukan,terasa indah,apakah itu perlu alasan?
ketika mengetahui dia bukanlah orang yang kaya,dia penuh dengan kekurang(2bata batu seperti cerita Ajahn Brahm),apakah itu berati berhenti menyukainya?
menyukai muncul secara tiba2 dan langsung,bukan karena melihat apa yang ada...
ketika bertemu seseorang,rasa itu tidak muncul..
ketika untuk kedua dan ketiga kalinya rasa itu muncul...
apakah dia memerlukan alasan?
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia MAHIR melakukan sesuatu itu bukan CINTA tapi rasa KAGUM...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia CANTIK/GANTENG itu bukan CINTA tapi NAFSU...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia TAJIR/KAYA itu bukan CINTA tapi MATRE...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia BAIK sama kamu itu bukan CINTA tapi rasa TERIMA KASIH...
Kalau kamu menyukai seseorang dan kamu tidak tahu alasannya kenapa,mungkin itulah yang dinamakan CINTA...
hahaha :P
Quote from: Riky_dave on 07 November 2009, 07:50:26 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 02 August 2009, 07:30:45 PM
Apakah menyukai / mencintai lawan jenis itu memerlukan sebuah alasan ??
ketika melihat seseorang,melihat apa yang dilakukan,terasa indah,apakah itu perlu alasan?
ketika mengetahui dia bukanlah orang yang kaya,dia penuh dengan kekurang(2bata batu seperti cerita Ajahn Brahm),apakah itu berati berhenti menyukainya?
menyukai muncul secara tiba2 dan langsung,bukan karena melihat apa yang ada...
ketika bertemu seseorang,rasa itu tidak muncul..
ketika untuk kedua dan ketiga kalinya rasa itu muncul...
apakah dia memerlukan alasan?
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia MAHIR melakukan sesuatu itu bukan CINTA tapi rasa KAGUM...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia CANTIK/GANTENG itu bukan CINTA tapi NAFSU...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia TAJIR/KAYA itu bukan CINTA tapi MATRE...
Kalau kamu menyukai seseorang hanya karena dia BAIK sama kamu itu bukan CINTA tapi rasa TERIMA KASIH...
Kalau kamu menyukai seseorang dan kamu tidak tahu alasannya kenapa,mungkin itulah yang dinamakan CINTA... :
hahaha :P
wakakak.. cool :jempol:
Great post!! Riky Dave wise sekali....
meski gw dah pernah baca , teteup aja jadi reminder.. :)
Apakah cinta membutuhkan sebuah alasan ?
Akan berubah menjadi " apakah alasan untuk mencintai membutuhkan alasan untuk menjawabnya ?
Karena cinta sama dengan alasan, dan alasan tidak bisa disamakan dengan cinta,
Karena saat cinta membutuhkan alasan, maka pada proses berikutnya akan muncul alasan untuk tidak mencintai, dan terus mengelinding seperti bola salju. Alasan demi alasan yang semakin besar untuk menutupi alasan-alasan sebelumnya.
Saya sajikan artikel "tanpa alasan" untuk cinta yang beralasan untuk menjawab apakah cinta membutuhkan alasan.
ALASAN atau TANPA ALASAN :-?
Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?
Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong,tanpa membawa apapun.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"
Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)" Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"
Gurunya kemudian menjawab " Jadi ya itulah cinta"
Di hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan?
Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur didepan saja. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"
Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.
Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"
Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong.
Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya"
Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan"
ALASAN-ALASAN :
Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika alasan, pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali.
Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terimalah cinta apa adanya.
Karena semakin banyak ALASAN untuk mencintai, semakin banyak ALASAN untuk tidak mencintai
______________________________________________________________
Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan, ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
Dan suatu hari, anda akan ditanya, apakah cinta TIDAK membutuhkan sebuah alasan ?
Dan jawabannya adalah....? :-?
Dr thread ini yg walau msh 'tipis', stdknya sy dpt mengetahui 'nilai' dari tindakan yg sy buat.
Walau harus kehilangan cinta, tp sy tidak kehilangan jati diri untuk berperan menjadi org lain..
ciieee elaah... ^-^
Walau harus kehilangan cinta, tp sy tidak kehilangan jati diri untuk berperan menjadi org lain..
uhuui...... Berarti jati diri utk peran mjd org lain msh ada donk??
Keep on trying..
Tp org lain nya sapa tuh? Jangan2 berperan jati diri nya Jet Li... :))
be urself aja lah, gak usah terlalu banyak berpura2..
Cewe itu pasti akan tau kok sikap yg terlalu dibuat2.. :)
[at] sis elin
Mgkn karna sy kelamaan tinggal di kampung, jd tidak menguasai penggunaan bhs indonesia yg baik dan benar.
"Tidak kehilangan jati diri u/ berperan jadi org lain" mksdnya adalah : sy lbh rela kehilangan cinta drpd kehilangan jati diri dan menjadi org lain u/ mghadapi cewe tsb.
Thx..
Btw..mengenai kl cewe mampu mengetahui sikap pura2 cowo...hmm.. Kl itu mmg demikian, tidak ada lagi cewe yg mengeluh gagal dlm percintaan (berpacaran) sekian tahun hingga menjelang tunangan dan putus dgn alasan tidak dpt menerima sikap cowo, dan tidak ada lg namanya perceraian.
Hahaha..
Gak usah merendah gt donk..
Elin kan jg tinggal di Bekasi, pinggir nya Jakarta.. ;D
Bekasi termasuk kampung jg niy.. :D
Ya udahlah..
Gak perlu diperpanjang lagi..
Jaga sati..
yg jelas sih cinta itu butuh pengorbanan (terutama materi buat ngajak si doi nonton dan makan) ;D ;D
cinta? gw belum pernah merasakan jatuh cinta.. cuma kalo cinta negara ama keluarga aja