Tulisan ini saya co-pas dari salah satu member milis samaggi-phala. Cukup bagus untuk dibaca dan direnungkan maknanya.
*Terperangkap Konsep *
* *
Seorang saudagar yang tiba di rumahnya, mendapatkan rumahnya telah dirampok
dan dibakar oleh para perampok. Di pekarangan rumahnya, ia menemukan sesosok
tubuh kecil yang terbakar hangus dan berpikir bahwa tubuh tsb adalah anak
laki-lakinya. Ia tidak mengetahui bahwa anak laki-lakinya masih hidup. Ia
juga tidak mengetahui bahwa setelah para perampok membakar habis rumahnya,
mereka membawa anak tsb. Dalam kebingungannya, saudagar itu yakin bahwa
tubuh yang dilihatnya adalah tubuh anaknya, sehingga ia menangis
tersedu-sedu sambil memukul-mukul dada dan menarik rambutnya. Setelah itu ia
melakukan upacara pembakaran mayat anaknya.
Orang ini sangat menyayangi anak laki-lakinya. Anak tsb merupakan motivator
bagi dirinya. Ia sangat merindukan anaknya sehingga ia tidak bisa
meninggalkan abu pembakaran mayat anaknya sekejabpun. Lalu dibuatlah sebuah
tas beludru untuk meletakkan abunya. Tas tsb dibawa siang dan malam, bahkan
bila sedang bekerja ataupun istirahat, tas tsb tidak pernah berpisah dengan
dirinya. Suatu malam anak laki-lakinya berhasil melarikan diri dari para
perampok. Anak tsb mendatangi rumah baru yang dibangun ayahnya. Pintu rumah
tsb digedor anak itu dengan penuh semangat pada jam dua pagi. Ayahnya
berteriak dalam kesedihan, sambil memegang tas berisi abu tsb.
"Siapa diluar?"
"Ini saya, anakmu!" anak tsb menjawab di balik pintu.
"Dasar anak nakal, kamu bukanlah anak saya. Anak saya telah meninggal tiga
bulan yang lalu. Saya memiliki abunya bersama saya saat ini." Anak tsb terus
menggedor pintu dan menangis. Ia meminta berulang-ulang agar diizinkan untuk
masuk, tapi ayahnya tetap menolak. Saudagar ini berpegang teguh pada
pendapat bahwa anaknya telah tiada dan anak nakal ini adalah orang yang
tidak berperasaan yang datang ubtuk menyiksanya. Akhirnya, anak tsb pergi
dan ayahnya kehilangan anaknya untuk selama-lamanya.
Sang Buddha bersabda bahwa bila kita terperangkap akan suatu konsep dan
menganggapnya sebagai "yang benar", maka kita akan kehilangan kesempatan
untuk mengetahui yang sebenarnya. Bahkan jika yang sebenarnya itu muncul dan
mengetuk pintu hati Anda, Anda pasti akan menolak untuk membuka diri Anda.
Jadi bila Anda telah berpegang teguh pada suatu konsep tentang yang benar
atau konsep tentang kondisi yang dibutuhkan untuk kebahagiaan Anda,
berhati-hatilah. Latihan kewaspadaan yang pertama adalah kebebasan dari
segala pandangan ;
*Waspada akan penderitaan yang diakibatkan oleh fanatisme dan pikiran
picik, kita ditakdirkan untuk tidak mengidolakan sesuatu ataupun terikat
akan suatu doktrin, teori ataupun ideologi, bahkan yang berkenaan dengan
Buddhisme. Ajaran Buddha adalah alat petunjuk untuk membantu kita belajar
mengamati secara mendalam dan mengembangkan pengertian dan belas kasih kita.
Mereka bukan doktrin yang harus diperdebatkan, saling membunuh ataupun mati
untuknya.*
Ini adalah latihan untuk membantu kita bebas dari kecenderungan menjadi
seorang yang fanatik. Dunia kita sangat menderita karena sikap fanatisme.
Latihan kewaspadaan pertama ini penting untuk membantu kita menjadi orang
yang bebas, bebas dari segala macam konsep dan pendapat. Jika kita
terperangkap dengan konsep dan pendapat kita, kita akan membuat diri kita
dan orang yang kita cintai menderita.
(dari 'Tiada Kematian Tiada Ketakutan' karya Maha Bhikkhu Thich Nhat Hanh
hal.14-16)
			
			
			
				(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2Fpoindexter.smugmug.com%2Fphotos%2F410257230_SB5AA-L.jpg&hash=bd911eada5bc9157b3755b5e95a1b2b30a0a37d2)
jutaan pinguin bercampur disini, dan tiada masalah bagi
ortunya utk mengenal dan menemukan anaknya (dari suara)
konsepnya adalah selalu memberi kesempatan
pada org lain berbicara dan berpendapat.
memberi orang lain utk membuktikan.
dan menerima masukan2 dari orang lain yg lebih bijaksana.
mungkin begitu!
			
			
			
				makanya jangan salah di awal...
kalo mo memegang konsep, pelajari dulu di ehipasikokan dulu....
			
			
			
				Betul sekali bro johan. Intinya : fanatik berlebihan terhadap sesuatu itu akan membutakan diri orang itu. Orang tersebut tidak bisa menerima apapun yang diutarakan oleh orang lain.
Begitulah kira-kira maksud dari cerita di atas
			
			
			
				Bro hatred, itulah kelebihan ajaran Sang Buddha, datang, lihat, dan buktikan. Kalaupun salah di awal itu tidak apa-apa, sejauh orang tersebut masih bisa mendengar pendapat orang lain, mempertimbangkan, membuktikan dan menerima konsep yang orang lain berikan, tanpa secara terus-menerus terperangkap pada konsep awal yang salah.
			
			
			
				lagi nyari nih buku-nya... ada yg tau bisa didapat dimana?
anumodana
::
			
			
			
				nice post..
sbg renungan juga bagi Elin..
seringnya Elin bersikap spt ayah tsb...
GRP sent 4 indera_9 :)
			
			
			
				Semoga dapat membuka mata dan pikiran...untuk memberikan kesempatan kepada yg lewat
GRP sent..
			
			
			
				Quote from: Elin on 21 July 2009, 10:43:46 AM
nice post..
sbg renungan juga bagi Elin..
seringnya Elin bersikap spt ayah tsb...
GRP sent 4 indera_9 :)
Terima kasih sis Elin  _/\_