Hallo teman2, mau tanya nih....disutta mana yah dikisah kan perintah Sang Buddha untuk menyebarkan ajarannya???
MAHAPADANA SUTTA
Sumber: Materi Pokok Kitab Suci Sutta Pitaka I, Modul 1-6. Oleh: Cornelis Wowor, M.A.,
Penerbit: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Dan Buddha
Dan Universitas Terbuka 1992
Khotbah ini dibabarkan Sang Buddha ketika beliau berada di Kareri-Kuti, Jetavana, Savathi. Khotbah ini dibabarkan Sang Buddha berkenaan dengan pembicaraan para bhikkhu, tentang sebab dan akibat dari perbuatan pada kehidupan-kehidupan yang lampau.
Para bhikkhu, telah sembilan puluh satu kappa berselang ketika Sang Buddha Vipassi, Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia. Telah tiga puluh satu kappa berselang ketika Sang Buddha Sikkhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia. Pada tiga puluh satu kappa yang lampau pula Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini, Sang Buddha Kakusanda Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini pula Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia. Pada kappa yang istimewa ini pula saya, Arahat Samma Sambuddha muncul di dunia.
Para bhikkhu, Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Vassabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga ksatria. Sang Buddha Kakusanda Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga brahmana. Sang Buddha Konagama Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga brahmana. Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga brahmana. Saya sendiri Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga ksatria.
Para bhikkhu, Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kondanna. Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kondanna. Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kondanna. Sang Buddha Kakusanda Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kassapa. Sang Buddha Konagama Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kassapa. Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Kassapa. Saya sendiri Arahat Samma Sambuddha berasal dari keluarga Gotama.
Para bhikkhu, panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah delapan puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah tujuh puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah empat puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Kakusanda Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah empat puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah tiga puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah dua puluh ribu tahun. Panjang usia kehidupan pada masa saya adalah singkat sekali, pendek sekali, dan cepat sekali, hanya seratus tahun.
Para bhikkhu, Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Pataliya. Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Pundarika. Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Sala. Sang Buddha Kakusandha Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Sirisa. Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Udumbara. Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Nigrodha. Saya Arahat Samma Sambuddha mencapai penerangan sempurna di bawah pohon Assattha.
Para bhikkhu, kedua murid utama Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah Khanda dan Tissa. Kedua murid utama Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah Abhibhu dan Sambava. Kedua murid utama Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah Vidhura dan Sanjiva. Kedua murid utama Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah Bhiyyosa dan Uttara. Kedua murid utama Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha adalah Tisa dan Bharadvaja. Kedua murid utamaku adalah Sariputta dan Moggallana.
Para bhikkhu, pada masa Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi tiga pertemuan para siswa (savaka sannipata), yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh enam juta delapan ratus ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh seratus ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi tiga pertemuan para siswa, yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh seratus ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh tujuh puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi tiga pertemuan para siswa yaitu pertemuan pertama dihadiri oleh delapan puluh ribu bhikkhu arahat, pertemuan kedua dihadiri oleh tujuh puluh ribu bhikkhu arahat, sedangkan pertemuan ketiga dihadiri oleh enam puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Kakusandha Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh empat puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh tiga puluh ribu bhikkhu semuanya arahat. Pada masa Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh dua puluh ribu bhikkhu arahat. Pada masa saya sendiri terjadi pertemuan para siswa yang dihadiri oleh seribu dua ratus lima puluh bhikkhu arahat.
Para bhikkhu, bhikkhu pembantu Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Asoka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Khemankura. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Upasannaka. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Kakusandha Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Buddhija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Sotthija. Bhikkhu pembantu Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Sabbamita. Bhikkhu pembantuku bernama Ananda.
Para bhikkhu, ayah Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Raja Bandhuma, ibunya bernama Bandhumati Devi; kerajaan dari raja Bandhuma bernama Bandhumati. Ayah Sang Buddha Sikhi Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Raja Aruna, ibunya bernama Pabbavati Devi; kerajaan dari raja Aruna bernama Arunawati. Ayah Sang Buddha Vessabhu Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Raja Supatita, ibunya bernama Yasavati Dewi; kerajaan dari raja Supatita bernama Anopama. Ayah Sang Buddha Kakusanda Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Brahmana Agidatta, ibunya bernama Visakha, pada waktu itu raja Khema yang memerintah di Kerajaan Khemavati. Ayah Sang Buddha Konagamana Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Brahmana Yannadatta, ibunya bernama Uttara, pada waktu itu raja Sobha yang memerintah di kerajaan Sobhavati. Ayah Sang Buddha Kassapa Bhagava Arahat Samma Sambuddha bernama Brahmana Brahmadatta, ibunya bernama Dhanavati, pada waktu itu raja Kiki yang memerintah di kerajaan Baranasi. Ayahku bernama raja Suddhodana, ibuku bernama Dewi Maya, raja Suddhodana memerintah di kerajaan Kapilavattu".
"Para bhikkhu, saya telah menceritakan kepada kamu kalian tentang munculnya Buddha Vipassi, dimana beliau menjadi Buddha, nama kedua murid yang utamanya, jumlah siswa-siswanya yang berkumpul dalam pertemuan, nama bhikkhu pembantunya, kerajaan dimana mereka tinggal serta nama ayah dan ibunya.
Para bhikkhu, ketika Buddha Vipassi masih sebagai Bodhisatta, beliau lenyap dari alam Tusita, dan dengan penuh perhatian Beliau masuk ke rahim ibunya. Demikianlah hal itu terjadi sesuai dengan Dhammata. Para bhikkhu sesuai dengan Dhammata, ketika Bodhisatta lenyap dari alam (surga) Tusita dan masuk ke rahim ibunya, di alam semesta ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui kemegahan: para dewa maupun alam-alam yang lebih tinggi lagi, para mara, para brahmana, alam-alam yang lebih rendah termasuk para pertapa, para brahmana, para pangeran dan manusia lainnya. Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan kelam gelap, yang terdapat di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan yang bercahaya terang dan megah tidak dapat menyinarinya; tetapi cahaya gemilang yang muncul itu menyinarinya. Dengan adanya cahaya tersebut, maka makhluk-makhluk yang ada dan hidup di situ dapat saling melihat, maka mereka berkata: "Ternyata ada makhluk-makhluk lain yang berada di sini". Begitu pula sepuluh ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan terjadi gempa. Cahaya gemilang yang tanpa batas itu muncul di dunia melampaui kemegahan para dewa. Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan dhammata.
Para bhikkhu, sesuai dengan dhammata bahwa bila Bodhisatta masuk ke rahim ibunya, maka empat putra dewa pergi ke empat penjuru untuk melindunginya, dan berkata: "Semoga tidak ada manusia, bukan manusia atau makhluk apapun yang mengganggu Bodhisatta atau ibu Bodhisatta!"
Para bhikkhu, sesuai dengan dhammata bahwa bila bodhisatta masuk ke rahim ibu, ibu bodhisatta tersebut adalah seorang wanita yang bermoral tinggi, ia menghindari pembunuhan, pencurian, perzinahan, dusta serta minum minuman yang memabukkan.
Para bhikkhu, sesuai dengan Dhammata bahwa pada hari ke tujuh setelah Bodhisatta lahir lahir, ibunya meninggal dunia dan terlahir kembali di alam surga Tusita.
Umumnya bagi wanita melahirkan anak setelah hamil selama sembilan bulan atau sepuluh bulan, tetapi ibu Bodhisatta tidak akan melahirkan bila belum genap sepuluh bulan masa kehamilannya. Demikianlah ini terjadi sesuai dengan Dhammata.
Bila wanita lain melahirkan anaknya dengan posisi duduk atau berbaring, tetapi ibu Bodhisatta melahirkan anak dengan posisi berdiri. Ketika Bodhisatta dilahirkan, para dewa yang terlebih dahulu menerimanya sesudah itu barulah manusia. Ketika Bodhisatta dilahirkan, dan sebelum Ia menyentuh tanah, empat putra dewa menerimanya, dan memberikannya kepada ibunya dengan berkata: "Berbaringlah, ibu, karena keagungan putra yang terlahir darimu!"
Ketika Bodhisatta dilahirkan, ia terlahir tanpa noda, tanpa dikotori oleh cairan, jaringan, darah atau oleh apapun, tetapi ia bersih dan suci. Demikianlah ini terjadi sesuai dengan Dhammata.
Ketika Bodhisatta dilahirkan oleh ibunya, terjadi dua macam gerimis yang dicurahkan dari angkasa, yaitu gerimis panas dan dingin, dengan itu mereka memandikan Bodhisatta dan ibunya. Bila Bodhisatta lahir, ia berdiri kokoh dengan kedua kaki-nya, dengan memandang ke utara ia melangkah tujuh langkah, dan masih dilindungi kain putih yang ditudungkan di atas kepalanya, ia menengok ke berbagai arah dan bagaikan suara banteng ia berkata: "Tertinggilah aku dalam dunia! Tertualah aku dalam dunia! Terbaiklah aku dalam dunia! Inilah kelahiranku yang terakhir! Tidak ada kelahiran berikut lagi bagiku." Demikianlah hal ini terjadi sesuai dengan Dhammata.
Para bhikkhu, sesuai dengan Dhammata, ketika Bodhisatta lahir, di alam semesta ini muncul cahaya gemilang yang tiada batasnya, yang melampaui kemegahan para dewa... Begitu pula di angkasa raya yang tidak bermateri dan gelap kelam yang ada di antara planet-planet, yang walaupun matahari dan bulan bersinar terang dan megah tidak dapat menyinarinya, namun cahaya gemilang yang muncul itu dapat menyinarinya. Dengan adanya cahaya itu, maka makhluk-makhluk yang ada dan hidup di situ dapat saling melihat dan berkata: "Ternyata ada makhluk-makhluk lain di sini." Begitu pula, sepuluh ribu tata surya (cakkavala) bergetar, bergoyang dan terjadi gempa.
Ketika pangeran Vipassi lahir, mereka mengabarkannya kepada raja Bandhumata dengan berkata: "Sri baginda, seorang putra telah terlahir bagimu! Silahkan Baginda melihatnya! Setelah raja Bandhumata melihat bayi itu, ia memanggil para Brahmana peramal dan berkata: "Brahmana sekalian lihatlah putra ini".
Para bhikkhu, setelah para brahmana peramal melihat bayi itu, mereka berkata kepada raja Bandhumata: "Berbahagialah baginda, karena orang yang maha besar telah terlahir sebagai putramu! Beruntunglah baginda! Kemujuran adalah milikmu karena di dalam keluargamu telah terlahir seorang anak seperti dia! Baginda, karena bayi ini memiliki tiga puluh dua tanda orang agung (mahapurisa lakkhana), maka bagi dia hanya ada dua macam cara hidup saja dan tidak ada yang lain."
Bilamana ia hidup sebagai orang biasa (berumah tangga) ia akan menjadi raja dunia, raja yang penuh kebenaran, penguasa empat penjuru dunia, penakluk, pelindung orang-orang yang baik, pemilik tujuh macam harta dunia. Ketujuh macam harta dunia tersebut adalah: Kekuasaan gajah, kuda, permata, wanita, kepala keluarga dan penasehat. Ia akan mempunyai lebih dari seribu putra, perkasa, kesatria dan penghancur musuh-musuh yang kejam. Bila ia telah menguasai dunia ini sampai di ujung dunia, ia memerintah tidak dengan cara menganiaya atau menggunakan senjata, tetapi dengan kebenaran (dhamma). Tetapi bilamana putra itu meninggalkan kehidupan berumah tangga dengan menjadi pertapa, ia akan menjadi Arahat Samma Sambuddha untuk melenyapkan kabut kegelapan dunia.
Baginda, apakah tiga puluh dua tanda orang agung yang dimiliki anak itu? Bayi itu memiliki:
1. Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
2. Pada telapak terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
3. Tumit yang bagus (ayatapanhi)
4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudu taluna)
6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala hattha pado)
7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha pado)
8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavatthaguyho)
11. Kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
12. Kulit sangat licin, sehingga tidak debu yang dapat melengket pada kulit.
13. Pada setiap pori di kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
15. Potongan tubuh yang agung (brahmuju-gatta)
16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo)
18. Pada kedua bahunya tidak ada lekukan.
19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho)
21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)
22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu)
23. Empat puluh buah gigi (cattalisa-danto)
24. Gigi geligi rata (sama-danto)
25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto)
26. Gigi putih bersih (susukka-danto)
27. Lidah panjang (pahuta-jivha)
28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika (brahmassaro karavika-bhani).
29. Mata biru (abhinila-netto)
30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo)
31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas lembut (unna bhamukantare jata odata mudu-tula-sannibha)
32. Kepala bagaikan berserban (unhisa-siso)
Setelah berusia beberapa ribu tahun pangeran Vipassi naik kereta untuk berjalan-jalan, dalam perjalanan ia melihat orang tua yang lemah, orang sakit, mayat yang akan dikremasi dan seorang pertapa.
Kemudian pangeran Vipassi mencukur rambutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi petapa.
Petapa Vipassi bersemedi dan merenung: "Sekarang, yang nyata adalah usia tua dan kematian. Apakah yang menyebabkan usia tua dan kematian?" Melalui perenungan yang sungguh-sungguh maka muncul pengertian: 'Sebab ada kelahiran (jati) maka ada usia tua dan kematian (jara-marana). Sebab ada proses menjadi (bhava). Sebab ada kehausan atau keinginan (tanha) maka ada kemelekatan. Sebab ada perasaan (vedana) maka ada kehausan atau keinginan, sebab ada kontak (phassa) maka ada perasaan. Sebab ada enam landasan-indera (salayatana) maka ada kontak. Sebab ada jasmani dan batin (nama-rupa) maka ada kesadaran. Sebab ada kesadaran (vinnana) maka ada jasmani dan batin. Kesadaran kembali lagi pada jasmani dan batin, dan tidak ada proses yang lain lagi. Seseorang lahir, berusia tua dan mati dari satu kondisi, terlahir kembali pada kondisi yang lain.
Para bhikkhu, kemudian dalam diri Bodhisatta Vipassi muncul pikiran sebagai berikut: "Apa yang sekarang tidak ada sehingga usia tua dan kematian juga tidak ada, apakah yang lenyap maka usia tua dan kematian lenyap?" Dengan merenungkan sungguh-sungguh maka timbul pengertiannya: "Sebab tidak ada kelahiran maka usia tua dan kematian tidak ada, bila kelahiran lenyap maka usia tua dan kematian lenyap... sebab proses-menjadi tidak ada maka kelahiran tidak ada, bila proses-menjadi lenyap maka kelahiran lenyap... sebab kemelekatan tidak ada maka proses-menjadi tidak ada, bila kemelekatan tidak ada maka proses-menjadi tidak ada, bila kemelekatan lenyap maka proses menjadi lenyap... kehausan tidak ada maka kemelekatan tidak ada, bila kehausan lenyap maka kemelekatan lenyap... sebab perasaan tidak ada maka kehausan tidak ada, bila perasaan tidak ada maka kehausan tidak ada, bila perasaan lenyap maka kehausan lenyap... sebab kontak tidak ada maka perasaan tidak ada, bila kontak lenyap maka perasaan lenyap... sebab keenam-landasan-indera tidak ada maka kontak tidak ada, bila keenam-landasan-indera tidak ada, bila jasmani dan batin lenyap maka keenam-landasan-indera lenyap... sebab kesadaran tidak ada maka jasmani dan batin tidak ada, bila kesadaran lenyap maka jasmani dan batin lenyap... sebab jasmani dan batin tidak ada maka kesadaran tidak ada, bila jasmani dan batin lenyap maka kesadaran lenyap."
Para bhikkhu, kemudian dalam diri Bodhisatta Vipassi muncul pikiran sebagai berikut: "Saya telah menemukan Jalan Pembesan dengan vipassana yaitu dengan lenyapnya jasmani dan batin maka kesadaran lenyap, begitu sebaliknya; sebab jasmani dan batin lenyap maka keenam-landasan-indera lenyap, sebab keenam-landasan-indera lenyap maka kontak lenyap, sebab kontak lenyap maka perasaan lenyap, sebab perasaan lenyap maka kehausan lenyap, sebab kehausan lenyap maka kemelekatan lenyap, sebab kemelekatan lenyap maka proses-menjadi lenyap, sebab proses menjadi lenyap maka kelahiran lenyap, sebab kelahiran lenyap maka usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, ketidaksenangan dan putus asa lenyap. Demikianlah proses pelenyapan dari semua kelompok penderitaan."
Para bhikkhu, selanjutnya Bodhisatta Vipassi tetap memperhatikan sungguh-sungguh tentang muncul dan lenyapnya dari kelima kelompok kemelekatan: "Inilah jasmani (rupa), inilah proses munculnya jasmani, inilah jasmani, inilah proses munculnya jasmani, inilah proses lenyapnya jasmani; inilah perasaan (vedana), inilah proses munculnya perasaan, inilah proses lenyapnya perasaan; inilah pencerapan (sanna), inilah proses munculnya pencerapan, inilah proses lenyapnya pencerapan; inilah bentuk-bentuk mental (sankhara), inilah proses munculnya bentuk-bentuk mental, inilah proses lenyapnya bentuk-bentuk mental; inilah kesadaran (vinnana), inilah proses munculnya kesadaran (vinnana), inilah proses lenyapnya kesadaran. Tidak lama kemudian, karena melakukan perenungan sungguh-sungguh mengenai muncul dan lenyapnya mengenai kelima kelompok kemelekatan. Dia terbebas dari kemelekatan dan batinnya terbebas dari semua kotoran-batin (asava).
Para bhikkhu, kemudian dalam diri Sang Buddha Vipassi Bhagava Arahat Samma Sambuddha muncul pikiran sebagai berikut: "Apakah sekarang saatnya saya mengajarkan dhamma?" Kemudian pikiran ini muncul: "Saya telah menemukan dhamma kebenaran ini, yang sangat dalam, yang sulit sekali untuk dipahami, sulit sekali dimengerti, damai, agung, bukan didasarkan pada logika, halus sekali dan hanya dapat dipahami oleh orang bijaksana. Sedangkan pada umumnya, orang-orang menyenangi hal-hal yang mengingat mereka, menuju hal-hal itu dan puas dengan hal-hal itu, adalah sulit bagi mereka untuk memahami, mengerti bahwa 'ini disebabkan oleh itu', dan segala sesuatu terjadi berdasarkan kondisi yang saling bergantungan. Hal-hal inipun sulit untuk dipahami, yakni untuk menenangkan semua kegiatan kehidupan, menghancurkan semua kehausan, menghentikan arus kehidupan yang berulang-ulang kali, tanpa nafsu indera, ketenangan batin dan nibbana.
Apabila sekarang ini saya mengajarkan dhamma, dan orang-orang tidak dapat memahami apa yang saya ajarkan, maka keadaan itu akan melelahkan dan sia-sia belaka."
Ketika itu dewa Maha Brahma menyadari apa yang dipikirkan oleh Sang Buddha Vipassi, muncul pikiran: "Dunia akan lenyap dan binasa, karena Sang Buddha Vipassi mengurungkan niatnya untuk mengajarkan dhamma."
Para bhikkhu, selanjutnya bagaikan seorang yang gagah perkasa yang merentangkan atau merapatkan kedua tangannya yang telah direntangkan, Maha Brahma lenyap dari alam Brahma, dan muncul di depan Sang Buddha Vipassi.
Para bhikkhu, setelah Maha Brahma membuka jubah pada bagian bahu kanannya, dan dengan kaki kanan yang ditekukkan serta tangan ber-anjali ke arah Sang Buddha Vipassi, ia berkata: "Bhante, semoga Sang Bhagava mengajarkan dhamma! Karena ada makhluk-makhluk yang mata mereka hanya dikotori debu sedikit saja, mereka akan dapat mengerti Dhamma, tetapi bila mereka tidak mendengar Dhamma, maka mereka akan meninggal tanpa memperoleh manfaat yang besar."
Para bhikkhu, Sang Buddha Vipassi menyadari permohonan Maha Brahma, dan karena kasih sayangnya kepada semua makhluk, maka ia melihat dunia dengan mata-kebuddhaan. Dengan mata-kebuddhaan beliau dapat melihat makhluk-makhluk yang mata mereka dikotori sedikit debu saja, dan makhluk-makhluk yang mata mereka dikotori banyak debu; ada makhluk yang inderanya peka, ada yang tidak peka; ada makhluk yang bersifat baik dan ada yang buruk; ada yang pintar dan ada yang bodoh; di antara mereka ada yang menyadari adanya bahaya-bahaya dalam kehidupan di alam-alam dan bahaya dari perbuatan salah.
Para bhikkhu, kemudian berpikir sebagai berikut muncul dalam diri Sang Buddha Vipassi: "Kepada siapakah pertama-tama saya akan ajarkan Dhamma? Siapakah yang dapat mengerti dengan cepat Dhamma ini?" Selanjutnya beliau berpikir: "Di Bandhumati ada seorang pangeran bernama Khanda dan seorang putra pendeta bernama Tissa, mereka terdidik, pintar dan bijaksana, sejak lama ada debu sedikit saja yang mengotori mata mereka. Bilamana sekarang ini saya mengajarkan Dhamma kepada mereka, maka mereka akan cepat memahaminya."
Sang Buddha Vipassi pergi ke Bandumati dan bertemu dengan mereka. Kepada mereka Sang Buddha Vipassi membabarkan kata-kata prakhotbah, yaitu, uraian tentang manfaat berdana, tentang moral (sila), tentang surga, tentang bahaya dan kesia-siaan serta gangguan-gangguan dari nafsu indera, manfaat karena meninggalkan pemuasan nafsu indera. Ketika Sang Buddha Vipassi mengetahui bahwa pikiran mereka telah siap, lembut, tanpa prasangka, baik sekali dan penuh keyakinan, maka berulah beliau menguraikan Dhamma yang telah ditemukan beliau, yaitu: Kebenaran tentang dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan melenyapkan dukkha. Selanjutnya, bagaikan kain bersih yang noda-nodanya telah dicuci semua dan telah siap intuk diwarnai; demikian pula Khanda dan Tissa walaupun masih duduk di situ, mencapai 'mata-dhamma' yang tanpa noda, dan mereka mengetahui: "Segala sesuatu yang muncul karena adanya sebab, pasti semuanya akan lenyap."
Lalu mereka berkata kepada Sang Buddha Vipassi: "Bhante, sangat mengagumkan! Bagaikan orang-orang yang mengembalikan pada posisi yang benar apa yang telah terbalik, menemukan apa yang disembunyikan, menunjukkan jalan yang benar bagi yang salah, atau menerangi kegelapan sehingga bagi mereka yang mempunyai mata dapat melihat, begitulah Dhamma yang dinyatakan dengan berbagai cara oleh Sang Bhagava. Dengan ini kami berlindung kepada Sang Bhagava dan Dhamma. Kami memohon di-pabbajja oleh Sang Bhagava."
Para bhikkhu, demikianlah, maka 84.000 orang dipabbajja dan diupasampadakan oleh Sang Buddha Vipassi. Sang Buddha Vipassi mengajarkan, membangkitkan semangat, mengarahkan dan menggembirakan mereka dengan uraian Dhamma yang menunjukkan bahaya, kesia-siaan dan keburukan dari segala sesuatu yang muncul karena adanya sebab dan manfaat dari pencapaian Nibbana. Setelah mereka dibimbing, semangat mereka dibangkitkan, diarahkan dan digembirakan dengan uraian-uraian Dhamma, tidak lama kemudian mereka terbebas dari kekotoran batin dan mencapai kesucian sempurna (bodhi).
Karena telah banyak orang yang diupasampadakan menjadi bhikkhu dan mereka semua adalah arahat, maka Sang Buddha Vipassi berkata: "Para bhikkhu, saya ijinkan kamu pergi. Pergilah para bhikkhu demi kesejahteraan dan kebahagiaan orang banyak, demi kasih sayang kepada dunia, bekerjalah untuk kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi dengan berdua, tetapi pergilah sendiri-sendiri dengan arah masing-masing. Khotbahkanlah Dhamma yang indah pada awal, indah pada pertengahan, dan indah pada akhir, dalam ungkapan dan hakekatnya. Umumkanlah penghidupan suci yang sungguh-sungguh mulia dan sempurna kepada semua makhluk. Bagi makhluk-makhluk yang matanya dikotori debu sedikit, bila mereka mendengar Dhamma, mereka akan mengerti Dhamma; tetapi bila tidak mendengar Dhamma maka mereka akan meninggal tanpa memperoleh manfaat yang besar. Setelah enam tahun berselang, datanglah ke taman milik raja Bandhumati untuk mendengarkan Patimokkha."
Pada hari itu semua bhikkhu berangkat untuk melaksanakan kewajiban mereka kepada semua orang.
Para bhikkhu, pada waktu itu ada 84.000 pusat keagamaan di seluruh Jambudipa. Pada hari akhir dari tahun pertama para dewa mengumumkan: "Kawan-kawan, satu telah berakhir, sekarang sisa lima tahun. Setelah lima tahun berselang nanti, kita pergi ke Bandhumati untuk mendengarkan Patimokkha."
Demikianlah (begitu pula yang mereka umumkan di setiap akhir tahun) pada akhir tahun ke enam para dewa mengumumkan: "Kawan-kawan, enam tahun telah berakhir. Sekarang saatnya bagi kita ke Bandhumati untuk mendengarkan Patimokkha." Di antara para bhikkhu tersebut ada yang pergi dengan menggunakan kekuatan batin mereka sendiri dan yang lain dibantu oleh kekuatan para dewa, sehingga pada hari yang sama mereka tiba di Bandhumati untuk mendengar Patimokkha.
Para bhikkhu, kemudian Sang Buddha Vipasi mengucapkan Patimokkha:
"Kesabaran adalah tapa yang paling tinggi
Para Buddha bersabda: "Nibbana yang
tertinggi dari segala sesuatu"
Beliau bukanlah pertapa yang merugikan
orang lain atau pertapa yang tidak menyebabkan
orang lain menjadi susah.
Tidak melakukan kejahatan,
Mengembangkan kebajikan,
Mensucikan batin.
Itulah ajaran para Buddha
Tidak memfitnah, tidak menganiaya
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan
Makan dan tidur secukupnya, dan hidup menyepi
Senantiasa berpikir luhur
Itulah ajaran para Buddha."
Para bhikkhu, berdasarkan pengertiannya yang sempurna tentang Dhamma-dhatu, maka Tathagata dapat mengingat kembali para Buddha yang lampau. Karena ia telah mencapai kesempurnaan, telah melenyapkan semua kekotoran batin, telah menghancurkan semua rintangan, telah memutuskan lingkaran kehidupan dan terbebas dari penderitan. Demikianlah, sehingga ia dapat mengingat kelahiran para Buddha, nama mereka, keturunan mereka, keluarga mereka, panjang usia kehidupan mereka, pasangan murid utama mereka, bhikkhu pembantu mereka, kelompok bhikkhu yang datang berkumpul; maka ia dapat berkata: "Demikian itulah kelahiran dari para Bhagava, nama mereka, keturunan mereka, keluarga mereka, sila (moral) mereka, Dhamma mereka, kebijaksanaan mereka, bagaimana mereka hidup dan bagaimana mereka mencapai kesucian."
Demikianlah Sabda Sang Bhagava, dan para bhikkhu merasa gembira dan bersuka cita mendengar sabda Sang Buddha.
Quote from: ryu on 06 June 2009, 11:03:24 AM
MAHAPADANA SUTTA
Sumber: Materi Pokok Kitab Suci Sutta Pitaka I, Modul 1-6. Oleh: Cornelis Wowor, M.A.,
Penerbit: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Dan Buddha
Dan Universitas Terbuka 1992
Gak cinta produk sendiri
Sebelum diprotes sama Glomod indra ini versi DC ;D :
3.22. 'Dan pada saat itu, di ibu kota kerajaan Bandhumatã,
kelompok besar berjumlah enam juta delapan ratus ribu294 bhikkhu. Dan ketika Buddha Vipassã masuk ke dalam pengasingan,
berpikir: "Sekarang ada kelompok besar para bhikkhu
kota. Bagaimana jika Aku memberikan izin kepada mereka: 'Mengembaralah, para bhikkhu, demi kebaikan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, karena belas kasihan terhadap dunia, demi kesejahteraan dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Jangan pergi berdua, para bhikkhu, [46] ajarkan Dhamma
indah di awal, indah di pertengahan, dan indah di akhir, dalam
dan maknanya, dan tunjukkanlah kehidupan suci secara lengkap dan sempurna. Ada makhluk-makhluk dengan sedikit debu
mata mereka yang akan binasa karena tidak mendengar Dhamma; mereka akan memahami Dhamma. Tetapi di akhir dari tepat
tahun, kalian harus datang bersama-sama ke ibu kota Bandhumatã, untuk membacakan peraturan-peraturan disiplin."'
Ternyata udah di protes :))
soalnya panjang banget dan di copas semua hurufnya rubah bozz ;D
Bukan yang itu ryu....yang tentang Sang Buddha menguji seorang Bhikkhu (lupa namanya) kata2nya kira2 begini "Orang2 selatan terkenal sangat bengis dan kurang beradab..bila mereka memotong tangan mu apa yang kau lakukan"....sampai akhirnya Sang Buddha bertanya "jika dia mengambil nyawa mu?" lalu si bikkhu menjawab "aku akan berterima kasih padanya karena telah membebaskanku"....dan baru lah Sang Buddha memerintahkan pergi menyebarkan Dhamma...
Ada yang tahu, ada yang tahu???
Di sutta mana ya..dikisahkan percakapan Sang Buddha dengan Anggulimala??? (Sewaktu Angulimala mengejar2 Sang Buddha)
Quote from: Xan To on 06 June 2009, 11:25:47 AM
Bukan yang itu ryu....yang tentang Sang Buddha menguji seorang Bhikkhu (lupa namanya) kata2nya kira2 begini "Orang2 selatan terkenal sangat bengis dan kurang beradab..bila mereka memotong tangan mu apa yang kau lakukan"....sampai akhirnya Sang Buddha bertanya "jika dia mengambil nyawa mu?" lalu si bikkhu menjawab "aku akan berterima kasih padanya karena telah membebaskanku"....dan baru lah Sang Buddha memerintahkan pergi menyebarkan Dhamma...
Ada yang tahu, ada yang tahu???
MN 145: Punnovada Sutta( Advice to Venerable Punna)
I heard thus.
At one time the Blessed One was living in Anathapindika's monastery, in Jeta's grove in Savatthi. Then venerable Punna getting up from his seclusion in the evening, approached the Blessed One, worshipped sat on a side and said. 'Venerable sir, it is good, if I'm advised in short, so that I could abide alone and secluded, zealous to dispel diligently.' 'Then Punna, listen, I will advice you.' Venerable Punna agreed and the Blessed said.
'Punna, there are pleasing, agreeable, forms cognizable by eye-consciousness, arousing fondness, attachment and sensual desires. The bhikkhu, delights, welcomes and clings to them, and interest arises. Punna, I say, the arising of interest is the arising of unpleasantness. There are pleasing agreeable sounds cognizable by ear-consciousness, scents cognizable by nose-consciousness, tastes cognizable by tongue consciousness, touches cognizable by body consciousness and ideas cognizable by mind consciousness, arousing fondness, attachment and sensual desires. The bhikkhu, delights, welcomes and clings to them, and interest arises. Punna, I say, the arising of interest is the arising of unpleasantness.
Punna, there are pleasing, agreeable, forms, cognizable by eye-consciousness, arousing fondness, attachment and sensual desires. The bhikkhu, does not delight welcome and cling to them, and the interest ceases. Punna, I say, the cessation of interest is the cessation of unpleasantness. There are pleasing, agreeable, sounds cognizable by ear-consciousness, scents cognizable by nose-consciousness, tastes cognizable by tongue consciousness, touches cognizable by body consciousness and ideas cognizable by mind consciousness, arousing fondness, attachment and sensual desires. The bhikkhu, does not delight, welcome and cling to them, and so the interest ceases. Punna, I say, the cessation of interest is the cessation of unpleasantness.
Punna, I have advised you in short. Now in which state will you abide?'
'Venerable sir, now that I'm advised in short, I will abide in the Sunaparanta state.'
'Punna, the people of Sunaparanta are rough, if they scold and abuse you, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta scold and abuse me. It will occur to me, indeed the people of Sunaparanta are good, they do not hurt me with their hands.'
'Punna, if the people of Sunaparanta hurt you with their hands, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta hurt me with their hands, it will occur to me, indeed the people of Sunaparanta are good, they do not hurt me with clods.'
'Punna, if the people of Sunaparanta hurt you with clods, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta hurt me with clods, it will occur to me, indeed the people of Sunaparanta are good, they do not hurt me with a stick.'
'Punna, if the people of Sunaparanta hurt you with a stick, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta hurt me with a stick, it will occur to me, indeed the people of Sunaparanta are good, they do not hurt me with a weapon'
'Punna, if the people of Sunaparanta hurt you with a weapon, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta hurt me with a weapon, it will occur to me, indeed the people of Sunaparanta are good, they do not end my life with a sharp weapon'
'Punna, if the people of Sunaparanta put an end to your life with a sharp weapon, what will you do?'
'Venerable sir, if the people of Sunaparanta would put an end to my life, it will occur to me thus. There are disciples of the Blessed One, who loathing the body and life search for an assassin. Here I have got an assassin even without a search."
'Good! Punna, it is possible for you to abide in Sunaparanta endowed with that appeasement in the Teaching. You may do the fit now.'
Venerable Punna, delighting in the words of the Blessed One, got up from his seat, worshipped the Blessed One, and moving with his right side towards the Blessed One showed reverence. Putting his dwelling in order and taking bowl and robes, he left on a tour to Sunaparanta and arrived there in due order. Then he abode in that state. Venerable Punna, during that same rains, brought forth about five hundred male disciples and about five hundred female disciples and realized the three knowledges and venerable Punna attained final extinction.
Then many bhikkhus, approached the Blessed One, worshipped, sat on a side and said. 'Venerable sir, the clansman who was advised by the Blessed One in short has passed away. What are his movements after death.?'
'Bhikkhus, the clansman Punna is wise. He stood on his own in the Teaching. (*1) He did not worry me about questions in the Teaching. He has attained final extinction.'
The Blessed One said thus and those bhikkhus delighted in the words of the Blessed One.
Indonesianya mungkin seperti ini :
"Ke dusun mana engkau akan pergi menetap, Punna, setelah belajar Dhamma secara singkat dari Saya?" "Ada dusun yang bernama Sunaparanta. Saya akan tinggal disana."
"Tapi Punna, orang di Sunaparanta sangat keras dan kasar. Apa yang akan engkau perbuat bila mereka menghina dan mengabaikan engkau?"
"Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang di Sunaparanta ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tinjunya.'"
"Lalu bila mereka memukul engkau dengan tinjunya?"
"Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak melempari saya dengan bongkahan tanah.'"
"Lalu bila mereka melemparimu dengan bongkahan tanah?"
"Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak memukul saya dengan tongkat.'"
"Lalu bila mereka memukul engkau dengan tongkat?"
"Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak menusuk saya dengan belati.'"
"Lalu bila mereka menusuk engkau dengan belati?"
"Saya akan berkata: 'Alangkah baik, sangatlah baik orang-orang ini sebab mereka tidak membunuh saya dengan belati.'"
"Lalu bila mereka membunuh engkau dengan belati?"
"Bila orang-orang di Sunaparanta membunuh saya dengan belati, saya akan berkata: 'Beberapa murid Tuanku, karena jijik dan malu pada tubuh dan hidupnya, mengambil belati bagi dirinya sendiri. Dan saya disini, didatangi belati tanpa harus mencarinya.'"
"Bagus, Punna, bagus. Engkau akan dapat hidup di dusun itu diantara orang-orang Sunaparanta, berkat hatimu yang lembut dan tenang."
Quote from: Xan To on 06 June 2009, 12:39:18 PM
Di sutta mana ya..dikisahkan percakapan Sang Buddha dengan Anggulimala??? (Sewaktu Angulimala mengejar2 Sang Buddha)
Kisah Angulimala Thera
DHAMMAPADA XIII, 7
Angulimala adalah putra seorang kepala pendeta di istana Raja Pasenadi dari Kosala. Nama aslinya adalah Ahimsaka. Ketika dia sudah cukup umur, ia dikirim ke Taxila, sebuah universitas besar yang terkenal. Ahimsaka sangat pandai dan juga patuh kepada gurunya. Oleh karena itu ia di senangi oleh guru maupun isteri gurunya. Murid-murid yang lain menjadi iri hati kepadanya. Mereka pergi kepada gurunya dan dengan berbohong melaporkan bahwa Ahimsaka terlibat hubungan gelap dengan isteri gurunya. Mulanya, sang guru tidak mempercayai mereka, tetapi setelah di sampaikan beberapa kali dia mempercayai mereka. Dia bersumpah untuk mengenyahkan Ahimsaka. Untuk melenyapkan anak tersebut harus dengan cara yang sangat kejam, sehingga dia memikirkan sebuah rencana yang lebih buruk daripada pembunuhan. Dia mengajarkan Ahimsaka untuk membunuh seribu orang lelaki maupun wanita dan setelah kembali dia berjanji untuk memberikan kepada Ahimsaka pengetahuan yang tak ternilai. Anak itu ingin memiliki pengetahuan ini, tetapi sangat segan untuk membunuh. Terpaksa dia menyetujui untuk melaksanakan apa yang telah diajarkan kepadanya.
Ahimsaka melakukan pembunuhan manusia, dan tidak pernah lalai menghitung. Dia merangkai setiap jari dari setiap orang yang dibunuhnya. Oleh karena itu dia terkenal dengan nama Angulimala, dan menjadi pengacau daerah itu. Raja mendengar perihal perbuatan Angulimala, dan ia membuat persiapan untuk menangkapnya. Mantani, ibu dari Angulimala, mendengar maksud raja. Karena cinta pada anaknya, ia memasuki hutan, dan berusaha untuk menyelamatkan anaknya. Pada waktu itu, kalung jari di leher Angulimala telah mencapai sembilan ratus sembilan puluh sembilan jari, dan tinggal satu jari akan menjadi seribu.
Pagi-pagi sekali pada hari itu, Sang Buddha mellihat Angulimala dalam penglihatan-Nya, dan berpikir bahwa jika Beliau tidak menghalangi Angulimala, yang sedang menunggu orang terakhir untuk memperoleh seribu jari, akan melihat ibunya dan bisa membunuhnya. Karena itu, Angulimala akan menderita di alam neraka (niraya) yang tiada akhirnya. Dengan perasaan cinta kasih, Sang Buddha menuju hutan dimana Angulimala berada.
Angulimala, setelah lama tidak tidur siang dan malam, sangat letih dan lelah. Pada saat yang sama, dia sangat cemas untuk membunuh orang terakhir agar jumlah seribu jari terpenuhi, dan menyempurnakan tugasnya. Dia memutuskan untuk membunuh orang pertama yang dijumpainya. Ketika sedang menunggu, tiba-tiba dia melihat Sang Buddha dan mengejar-Nya dengan pedang terhunus. Tetapi Sang Buddha tidak dapat dikejar sehingga dirinya sangat lelah.
Sambil memperhatikan Sang Buddha, dia menangis, "O bhikkhu, berhenti, berhenti!"
Dan Sang Buddha menjawab, "Aku telah berhenti, kamulah yang belum berhenti".
Angulimala tidak mengerti arti kata-kata Sang Buddha, sehingga dia bertanya, "O bhikkhu! Mengapa engkau berkata bahwa engkau telah berhenti dan saya belum berhenti?"
Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "Aku berkata bahwa Aku telah berhenti, karena Aku telah berhenti membunuh semua makhluk, Aku telah berhenti menyiksa semua makhluk, dan karena Aku telah mengembangkan diri-Ku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa cela. Tetapi, kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu, kamulah orang yang belum berhenti".
Begitu mendengar kata-kata ini dari mulut Sang Buddha, Angulimala berpikir, "Ini adalah kata-kata orang yang bijaksana. Bhikkhu ini amat sangat bijaksana dan amat sangat berani, dia pasti adalah pemimpin para bhikkhu. Tentu, dia pasti adalah Sang Buddha sendiri! Dia pasti datang kemari khusus untuk membuat saya menjadi sadar".
Dengan berpikir demikian, dia melemparkan senjatanya dan memohon kepada Sang Buddha untuk diterima menjadi bhikkhu. Kemudian di tempat itu juga, Sang Buddha menerimanya menjadi seorang bhikkhu.
Ibu Angulimala mencari anaknya di dalam hutan dengan menyebut-nyebut namanya, tetapi gagal menemukannya. Ia kembali ke rumah. Ketika raja dan para prajuritnya datang untuk menangkap Angulimala, mereka menemukannya di vihara Sang Buddha. Mengetahui bahwa Angulimala telah menghentikan perbuatan jahatnya dan menjadi seorang bhikkhu, raja dan para prajuritnya kembali pulang. Selama tinggal di vihara, Angulimala dengan rajin dan tekun melatih meditasi, dalam waktu yang singkat dia mencapai tingkat kesucian arahat.
Pada suatu hari ketika Angulimala sedang berjalan untuk menerima dana makanan, dia melewati suatu tempat di mana terjadi pertengkaran antara sekumpulan orang. Ketika mereka saling melemparkan batu-batu, beberapa batu mengenai kepala Angulimala dan melukainya.
Dia berjalan pulang menemui Sang Buddha, dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Angulimala anakku! Kamu telah melepaskan perbuatan jahat. Bersabarlah. Saat ini kamu sedang menerima akibat perbuatan-perbuatan jahat yang telah kamu lakukan.
Perbuatan-perbuatan jahat itu bisa menyebabkan penderitaan yang tak terkira lamanya dalam alam neraka (niraya)".
Segera setelah itu, Angulimala meninggal dunia dengan tenang, dia telah merealisasi "Kebebasan Akhir" (parinibbana).
Para bhikkhu yang lain bertanya kepada Sang Buddha dimanakah Angulimala akan bertumimbal lahir, Sang Buddha menjawab, "Anak-Ku telah merealisasi kebebasan akhir (parinibbana)".
Mereka hampir tidak mempercayainya. Sehingga mereka bertanya lagi kepada Sang Buddha apakah mungkin seseorang yang sudah begitu banyak membunuh manusia dapat mencapai parinibbana.
Terhadap pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, Angulimala telah banyak melakukan perbuatan jahat karena dia tidak memiliki teman-teman yang baik. Tetapi kemudian, dia menemukan teman-teman yang baik dan dengan bantuan mereka serta nasehat yang baik dia telah dengan mantap dan penuh perhatian melaksanakan Dhamma. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan jahatnya telah disingkirkan oleh kebaikan (arahatta magga)".
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 173 berikut:
Barangsiapa meninggalkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan dengan jalan berbuat kebajikan, maka ia akan menerangi dunia ini bagai bulan yang bebas dari awan.
***
^^
Kisah di atas itu adalah Angulimala Sutta, MN.86
top abis dah ryu....thank a lot atas bantuannya...nanti kalo ada pertanyaan lagi tentang sutta jangan marah saya susahin lagi ya :P
ga apa2, GRPnya sih yang penting ;D
Udah caca...silahkan di cek saldonya di ATM terdekat :P
sip dah, sesuai dengan benih yang ditanam demikian juga hasil yang akan kau tuai ;D
Tanya juga .... ;)
dari dulu gak ketemu2 sutta dan cerita yg lengkap ....
di sutta mana, Sang Buddha suatu ketika menperlihatkan alam dewa dan alam neraka .....
(jgn bhs inggris ... sama aja boonk) :-[ ;D