Forum Dhammacitta

Topik Buddhisme => Meditasi => Topic started by: Lily W on 02 June 2009, 05:35:26 AM

Title: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Lily W on 02 June 2009, 05:35:26 AM
LUANGPOR  JUMNEAN CHONSAKHORN

Biodata ini diterjemahkan dari kutipan buku
Living Dharma:
Teachings of 12 Buddhist Masters
karya Jack Kornfield
terbitan Shambala, tahun 1996
ACHAAN JUMNIEN, Bab 15, hl. 272 - 285


Lahir di pedesaan, saat berusia muda beliau sempat berguru kepada seorang umat tunanetra yang berprofesi sebagai tabib tradisional dan juru ramal. ACHAAN JUMNIEN telah mulai berlatih meditasi semenjak ia berusia 6 tahun. Arahan meditasi pertama yang diberikan kepadanya adalah teknik meditasi samatha (samatha-bhavana) dan meditasi cinta kasih (metta-bhavana). Ia juga berlatih sebagai tabib tradisional dan selalu diingatkan untuk tetap berlatih meditasi dan hidup selibat / tidak berumah tangga. Beranjak dewasa, banyak penduduk desa sekitar yang meminta pertolongannya dan pada usia 20 tahun beliau ditahbiskan menjadi seorang Bhikkhu Theravada. Beliau melanjutkan latihan bermacam-macam teknik meditasi samatha dengan guru-guru terkemuka di Thailand, mengembara sebagai bhikkhu dhutanga, dan kemudian mempelajari secara intensif meditasi vipasana dengan arahan dari Achaan (Lee) Dhammadaro di Wat Tow Kote.

Ketika beliau diminta untuk mengajar, beliau baru berusia 30-an tahun dan dikenal oleh masyarakat setempat karena kebijaksanaannya dalam menjelaskan Dhamma dan kekuatan cinta kasih (metta)-nya. Penduduk di Wat Sukontawas secara khusus meminta beliau untuk datang dan mengajar. Daerah ini pada saat itu sedang mengalami masalah yang serius dimana daerah yang berupa hutan lebat dan perkebunan karet di sebelah selatan Thailand adalah pusat pertikaian sengit yang kerap terjadi antara pihak pemerintah Thailand dengan para kaum pemberontak komunis. Saat beliau tiba dan mulai mengajar, beliau diancam harus segera meninggalkan daerah itu atau akan ditembak, tetapi beliau tetap saja tinggal dan mengajar. Dengan kekuatan Dhamma-nya, beliau akhirnya bisa mengajar prajurit-prajurit pemerintah di kota dan kemudian beliau juga diundang oleh pemberontak komunis yang bermarkas di hutan untuk mengajar. Kedua pihak bahkan menawarkan untuk melindungi vihara beliau. Beliau menjawab: "Hidup harmonis sejalan dengan Dhamma sejati adalah satu-satunya perlindungan yang beliau butuhkan."

ACHAAN JUMNIEN adalah guru yang sangat terbuka untuk menggunakan berbagai macam teknik latihan meditasi. Beliau telah banyak belajar dan tidak hanya fokus kepada satu teknik meditasi saja tetapi beliau akan mengajarkan teknik yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan, kepribadian dan karakter kemelekatan murid-murid beliau. Meskipun teknik-teknik awalnya berbeda, beliau pada akhirnya selalu mengarahkan kembali ke latihan meditasi vipasana, melihat sifat alamiah proses batin dan jasmani sebagai sesuatu yang selalu berubah, tidak memuaskan dan tanpa aku. Adalah bagian dari pengajaran Beliau di mana tidak hanya satu jalan saja yang benar. Beliau mengajarkan pengembangan pada Dhamma sebagai eksperimen dan penyelidikan pada nafsu keinginan dan ketidak-puasan kita, mengamati kemajuan meditasi kita sebagai salah satu aspek dari pengembangan pandangan terang. Beliau membimbing murid-muridnya secara seksama, terlebih ketika mereka sedang berada dalam tingkat konsentrasi yang tinggi atau sedang mengatasi rasa sakit di saat praktek meditasi yang intensif (dua di antara cara khususnya dalam berlatih). Beliau selalu mengingatkan jalan kita di dalam Dhamma adalah pengamatan dan penyelidikan tiada henti. Seperti yang beliau katakan: Sangat penting untuk diketahui bahwa kita harus bertanggung jawab atas perkembangan Dhamma di dalam diri kita masing-masing. Berlatih hanya untuk diri sendiri dan ini merupakan suatu proses selama sepanjang hidup kita, meskipun kita boleh menggunakan satu teknik meditasi tertentu untuk suatu waktu, penghentian selamanya dari semua keinginan, kedamaian akhir, adalah merupakan kesimpulan akhir yang hakiki dari latihan spiritual kita.

Wat Sukontawas adalah daerah lereng pegunungan dimana kuti-kuti para yogi dibangun di antara barisan pepohonan karet. Selama musim hujan, sebanyak seratus hingga dua ratus orang bikkhu dan anagarini belajar dibawah bimbingan ACHAAN JAMNIEN. Sebanyak setengah lusin Bikkhu dari negara barat juga pernah belajar di sana; meskipun beliau tidak bisa berbahasa inggris, biasanya penterjemah selalu saja ada. ACHAAN JUMNIEN adalah sosok pribadi yang menyegarkan, penuh canda dan bersahaja.

Pada saat penerbitan buku ini, penulis mendapat kabar bahwa beliau telah memindahkan biaranya ke sejumlah gua di kawasan pegunungan Krabi, Thailand Selatan.

KUMPULAN WAWANCARA DENGAN ACHAAN JUMNIEN
di Wat Sukontawas, Surrathanis, Thailand.


Pertanyaan    : Jenis meditasi apakah yang anda ajarkan di sini?
Jawaban    : Disini anda bisa melihat para yogi berlatih berbagai macam teknik meditasi. Buddha sendiri menerangkan lebih dari 40 teknik meditasi kepada para pengikut-Nya. Tidak semua orang mempunyai latar belakang yang sama, kemampuan yang sama. Saya tidak hanya mengajarkan satu teknik saja melainkan berbagai macam teknik meditasi, memilih mana yang terbaik untuk masing-masing siswa. Beberapa di antaranya ada yang berlatih pernapasan, sementara ada juga yang berlatih untuk mengamati sensasi di tubuh. Sebagian lagi berlatih cinta kasih/metta. Untuk beberapa yang datang saya memberi petunjuk untuk berlatih meditasi pandangan terang awal, dan untuk yang lain saya mengajarkan metode samatha yang bertujuan membimbing mereka pada latihan pandangan terang lebih tinggi dan kebijaksanaan.

Pertanyaan   : Anda mengatakan ada banyak cara bagus untuk berlatih. Bagaimana dengan klaim guru-guru yang lain bahwa cara merekalah yang sesuai dengan ajaran Buddha dan teknik lain tidak akan menuju ke pencerahan?
Jawaban   : Inti semua latihan yang diajarkan oleh Buddha dapat diringkas dalam satu kalimat: Jangan melekat terhadap apapun. Sering bahkan orang yang bijaksana pun masih melekat kepada satu cara/metode yang cocok untuk mereka. Mereka masih tidak dapat melepaskan secara penuh kemelekatan pada metodenya, guru mereka. Mereka tidak sejalan dengan secara umumnya dari semua latihan kita. Ini tidak berarti bahwa mereka adalah guru yang kurang baik. Anda harus berhati-hati dalam menilai mereka, atau melekat kepada ide anda bagaimana seharusnya seorang guru itu. Kebijaksanaan bukanlah sesuatu yang bisa kita jadikan kemelekatan. Membiarkan terbebas dari kemelekatan akan membuat kebijaksanaan mengalir. Saya sangat beruntung bisa menguasai beragai latihan dari para guru sebelum saya mulai mengajar. Sangat banyak cara yang baik, yang paling penting adalah anda bertekad untuk berlatih secara sungguh-sungguh dengan keyakinan dan semangat. Dan anda akan tahu hasilnya sendiri.

Pertanyaan   : Apakah Anda menginstruksikan pengikut untuk mulai dengan meditasi vipasana atau dengan samatha?
Jawaban   : Lebih sering mereka memulai dengan latihan pandangan terang, kadang saya juga memulai dengan latihan meditasi samatha (jhana), apalagi jika mereka sudah mempunyai pengalaman meditasi atau mereka mudah untuk berkonsentrasi. Tetapi pada akhirnya, semua harus kembali ke latihan meditasi pandangan terang.
Ada kotbah dalam kitab suci Tipitaka dimana saat Sang Buddha menerima kunjungan beberapa umat awam dan berbicara mengenai poin ini. Buddha menjabarkan macam-macam sifat para Bhikkhu yang duduk berkelompok di pekarangan di hadapan sang  Buddha :

Lihatlah bagaimana para bhikkhu yang memiliki kecenderungan dengan sifat kebijaksanaan yang tinggi, berkumpul bersama Sariputra, siswa-Ku yang paling bijaksana. Juga lihatlah, bagaimana mereka yang memiliki kecenderungan terhadap kekuatan supranatural berkumpul dengan siswa-Ku yang utama Maha Moggalana. Dan yang memiliki kecenderungan terhadap peraturan kebhikkhuan, bersama dengan Upali, ahli Vinaya, sementara mereka yang berkecenderungan dalam Jhana lebih menonjol..........

Jadi bisa kita lihat sejak jaman sang Buddha, guru-guru selalu memberikan kelonggaran memilih jenis meditasi yang cocok untuk sang yogi.

Pertanyaan    : Faktor-faktor apa saja yang menjadi penentu tektik meditasi yang cocok bagi seseorang?
Jawaban   : Dalam membimbing siswa, saya melihat pengalaman latihan dia di masa lalu dan kecenderungan. Saya juga mempertimbangkan berapa banyak waktu dan tenaga yang murid ini bisa luangkan untuk berlatih meditasi: Apakah dia ini belum berpengalaman, apakah dia berlatih satu jam sehari ataukah dia ini seorang Bikkhu yang berkeinginan untuk berlatih sepanjang hari? Juga mengenai temperamen, apakah temperamen murid ini mempengaruhi latihan meditasinya? Meditasi cinta kasih/metta adalah awal yang baik untuk yang suka marah-marah. Meditasi pengendalian diri adalah baik untuk murid yang lebih memperhatikan orang-orang di sekitar ketimbang latihannya sendiri. Banyak faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih meditasi yang cocok. Meditasi adalah jalan hidup. Yang kita bicarakan di sini adalah meditasi sebagai teknik untuk mengembangkan diri lebih jauh, tetapi kita harus ingat setiap hal dalam kehidupan merupakan meditasi. Berbicara soal teknik, jika anda memilih salah satu dari teknik dasar Buddhist yang mengarah pada pandangan terang, dan berlatih dengan sungguh-sungguh, anda tak akan salah.

Pertanyaan   : Apakah Anda bisa memberi tips mengenai seperti apakah caranya untuk mengarahkan latihan kita?
Jawaban   : Latihan harus diarahkan berlawanan dengan kemelekatan atau rintangan batin yang menonjol dari anda. Jika anda jujur terhadap diri anda, anda bisa mengenali hal ini dengan mudah. Sebagai contoh, jika temperamen kita adalah temperamen yang membawa anda pada ketidak-pedulian, anda harus lebih berupaya keras untuk melatih kasih sayang. Jika nafsu adalah masalahnya, gunakan  perenungan terhadap bagian tubuh yang menjijikan, sampai anda dapat melihat sifat alamiah secara lebih jelas, bebas dari nafsu kita dengan sendirinya. Kalau anda merasa penuh keraguan dan penuh khayalan, kembangkanlah pengamatan dan rasa kepekaan terhadap latihan anda, belajar dan amati secara jelas bagaimana cara mengatasi kekurangan tersebut. Tetapi anda harus berlatih dengan penuh pengabdian dan kejujuran, anda harus memiliki pengabdian pada jalan yang anda pilih sendiri dengan keinginan yang tidak pernah padam untuk mengetahui kebenaran. Kalau tidak, maka latihan anda tidak berkembang dan malah nantinya hanya akan menjadi seperti ritual/kebiasaan belaka! Pengakhiran lobha, dosa dan moha di dalam hati kita adalah tujuannya. Perlahan-lahan, dari waktu ke waktu, anda tetap di jalan anda dengan kokoh. Berlatihlah tanpa rasa takut sampai ke arah kemelekatan anda, lakukan terus sampai anda terbebaskan. Hanya itu.

Pertanyaan   : Lebih baik latihan sendiri atau di dalam kelompok meditasi?
Jawaban   : Berbeda-beda, Dalam hal yogi yang baru, jika mereka serius dan bersemangat tinggi, akan lebih baik jika mereka berlatih sendiri dan diawasi secara seksama pada saat awal-awal meditasi. Bagi yang kurang serius, atau kurang disiplin, atau yang kurang stabil dan perlu dekat dengan guru, mereka ini harus berlatih di dalam group yang lebih terstruktur dan lebih mendukung. Dengan cara ini mereka bisa dibantu dan diinspirasi dan dapat menggunakan semangat/tenaga dari kelompok untuk menguatkan latihan mereka. Sedangkan bagi murid yang berpengalaman, jika mereka disiplin dan tulus, menyendiri dalam kesunyian adalah yang terbaik. Siswa-siswi seperti ini akan dapat menolong diri mereka sendiri dan jalan mereka akan lebih dalam tanpa harus didorong oleh guru atau group-nya. Bagi yang kurang disiplin, walaupun berpengalaman, lebih baik bagi mereka untuk berlatih di dalam kelompok. Disiplin dan latihan yang sungguh-sungguh akan membantu mereka menembus penolakan dari dalam diri sendiri hingga mereka bisa melihat kebenaran Dhamma. Setelah itu latihan mereka akan berkembang, baik sendiri atau di dalam kelompok, sama saja.

Pertanyaan   : Apakah Anda juga menganjurkan latihan yang keras dan di tempat yang terisolir?
Jawaban   : Tentu saja. Bagi yang siap, latihan intensif yang ketat sangatlah berguna. Jika terisolasi akan lebih cepat meraih konsentrasi yang kuat dan pandangan terang yang jernih. Bahkan saat ini pun, saya sendiri selama sebulan dalam setahun, pergi hanya berbekalkan jubah dan mangkuk, tinggal sendiri di dalam hutan dan berlatih dengan intensif. Murid-murid disini dianjurkan untuk melakukan hal yang sama. Dengan pengalaman yang bertambah, mereka dapat menemukan keseimbangan sendiri antara pergi untuk retret intensif secara berkala dan di luar waktu itu hidup dalam kehidupan meditasi sehari-hari.
Sedangkan latihan dalam retret intensif, dalam retret yang lebih lama siswa saya biasanya berlatih vipassana sederhana, mengamati perubahan pada batin dan jasmani. Untuk jangka waktu yang lebih pendek seringkali efektif pada latihan konsentrasi tertentu atau mencoba mencoba menerobos sikap tubuh tertentu. Pada akhirnya, latihan harus kembali ke pandangan terang dan melepas. Ini tujuan dari semua ajaran Sang Buddha.

Pertanyaan   : Dapatkah anda menerangkan proses menerobos melalui sikap tubuh
Jawaban   : Ketakutan kita pada rasa sakit dan kemelekatan kita kepada tubuh kita akan mengintervensi kejernihan dan kebijaksanaan batin kita. Bagi para siswa yang memiliki semangat dan kecenderungan, saya menganjurkan latihan pandangan terang, memusatkan perhatian pada gerakan atau perasaan / sensasi (vedana) yang muncul pada tubuh kita. Ini dilakukan pada waktu bertahan hanya pada satu sikap tubuh – entah berdiri berjalan atau duduk untuk waktu yang lama. Ketika sang yogi bertahan pada satu sikap tubuh, rasa sakit bertambah kuat dan ia harus berkonsentrasi langsung pada perasaan-perasaan ini. Perasaan sakit pada tubuh ini adalah objek yang tepat untuk konsentrasi. Pada akhirnya batin akan melihat rasa sakit bukan sebagai rasa sakit tetapi merupakan sensasi jernih yang baik yang disukai maupun yang tidak disukai muncul dan tenggelam dalam tubuh. Seringkali para yogi duduk atau berdiri selama dua puluh empat jam dalam satu posisi. Ketika kita telah berhenti bergerak, penderitaan (rasa sakit) yang memang ada dalam tubuh kita mulai memperlihatkan diri. Kadang-kadang baru setelah delapan jam atau lebih baru sang yogi dapat memecahkan kemelekatannya terhadap rasa sakit pada tubuhnya. Setelah itu tak perlu bergerak. Batin menjadi sangat jernih, terkonsentrasi, dan lentur. Kebahagiaan dan kegairahan batin mengikuti pecahnya rasa sakit ini. Meditator dapat melihat dengan jernih dengan batin yang seimbang, timbul dan tenggelamnya fenomena batin dan jasmani. Bersamaan dengan terhentinya keinginan dan berkembangnya konsentrasi maka kebijaksanaan juga berkembang.
Mengeliminasi sensasi posisi tubuh adalah satu dari banyak latihan-latihan yang kita gunakan di sini. Ini hanya digunakan bagi yogi yang serius dan dibawah pengawasan seksama.

bersambung....

::lotus:
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Lily W on 02 June 2009, 05:36:22 AM
Pertanyaan   : Banyak guru Vipassana yang menekankan pada satu aspek kewaspadaan seperti sensasi, perasaan atau kesadaran. Bukankah perhatian yang berkembang pada salah satu hal ini akan menuju pada tempat yang sama, yaitu perhatian menyeluruh dan dalam?
Jawaban   : Tentu saja. Pada setiap keadaan dan pada setiap pengalaman tercermin Dhamma secara keseluruhan. Ini berarti bahwa aspek tubuh atau jasmani manapun yang kita amati dapat membawa kita pada konsentrasi yang mendalam dan pengertian terhadap hakekat diri kita sendiri. Dalam melihat totalitas siapa diri kita, niscaya kita juga akan menyadari bagaimana seluruh dunia pun ternyata memiliki karakteristik yang sama! Kita akan melihat ketidak kekalan, perubahan semua pengalaman, kita akan melihat ketidak amanan dalam keadaan apapun, dan yang terpenting kita akan mengetahui sifat ketiadaan hakekat pada semua keadaan. Seseorang dapat bermeditasi pada bagian manapun dari pengalaman langsung kita, penglihatan, suara, bau, rasa, sensasi-sensasi, perasaan, atau unsur-unsur batin. Untuk memusatkan perhatian pada salah satu area ini adalah cara yang baik untuk memperdalam konsentrasi dan  pendangan terang secara bersamaan.
Namun pada titik tertentu batin menjadi sangat jernih dan seimbang sehingga fenomena apapun yang timbul akan nampak dan dibiarkan tak tersentuh oleh batin tanpa ikut campur. Ia akan berhenti melihat hanya pada satu hal saja, dan segala sesuatu hanya nampak sebagai batin dan jasmani saja, proses kosong yang timbul dan tenggelam kembali sebagaimana apa adanya, atau hanya nampak sebagai getaran atau enerji, pengalaman kekosongan. Yang muncul dari keseimbangan batin yang sempurna tanpa bereaksi sehingga kita mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya, melewati penderitaan, melewati diri, hanya alam semesta yang berhenti dan kosong.


Pertanyaan   : Adakah penggunaan lain perhatian pada pikiran, menggunakan pikiran pada meditasi?
Jawaban   : Jika kita pertama mulai berlatih kita mulai melihat sifat alamiah dari proses berpikir kita. Arus gagasan yang tak ada akhirnya, fantasi, penyesalan, rencana, pertimbangan, ketakutan, keinginan, komentar, kecemasan, dan seterusnya. Ini dapat sangat membantu, terutama pada tahap awal meditasi, bekerja dengan pikiran, untuk mengarahkan pikiran pada latihan. Hal ini berarti melatih pikiran yang berhubungan dengan Dhamma, umpamanya perhatian kepada empat unsur. Mengamati bagaimana kita semua mengetahui bahwa bentuk selalu berubah, bahwa dunia kita secara sederhana adalah permainan perubahan unsur. Kita juga dapat mengarahkan pikiran kita untuk mengamati ketiga ciri khas pada semua situasi dalam hidup kita. Kita dapat berpikir mengenai kehidupan dan kematian yang menunggu sebagai cara untuk mengerti pengalaman kita yang berhubungan dengan Dhamma. Semua ini melatih pengertian benar. Dari buku-buku dan ajaran kita bergerak mengarahkan pikiran dan pengertian kita, dan akhirnya bermeditasi untuk mendapatkan pengertian diam di dalam batin kita

Pertanyaan   : Apakah diskusi Dhamma berguna untuk latihan?
Jawaban   : Jika pikiran terkonsentrasi dan diam maka kebijaksanaan dapat bertumbuh jika kita mendengar Dhamma dari mereka yang berbicara dengan bijak. Tentu saja, jika anda harus berbicara, pembicaraan mengenai Dhamma adalah pembicaraan yang paling sesuai. Tapi berbicara seringkali menambah kabur batin kita, hanya jika batin kita diam maka kita dapat mendengar Dhamma dengan cara yang segar dan sangat hidup, dalam diri kita dan dalam cara segar yang sangat hidup, dalam diri kita dan juga dalam kata-kata orang lain yang memiliki pengertian. Bagi banyak orang pikiran sudah terlalu penuh oleh kata-kata dan bentuk-bentuk pikiran, sementara latihan yang terbaik adalah melatih konsentrasi dan diam.

Pertanyaan   : Sehubungan dengan beberapa cara latihan disini, bagaimana Anda merekomendasi para yogi dalam hal makan?
Jawaban   : Isi dari makanan tidaklah terlalu penting. Yang penting harus cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Yang penting adalah bagaimana memakan makanan tersebut. Pada keadaaan normal  kita memiliki banyak keinginan yang berhubung dengan makanan. Meditasi kita adalah cara untuk mengatasi keinginan kita. Makanan harus diterima, dipersiapkan, dan dimakan dengan perhatian penuh pada proses yang terjadi. Beberapa macam meditasi makan termasuk melihat semua makanan dan substansi yang berada di sekelilingmu dalam bentuk empat unsur (tanah, air, api dan udara). Dengan demikian anda dapat menyelami aliran unsur yang berada di dalam dan di luar tubuh anda. Sensasi sentuhan dari makanan di tangan dan mulut anda, sentuhan bau pada hidung, sentuhan tangan pada mangkuk (patta). Terpusat jernih pada kontak, sentuhan rasa di lidah pada keseluruhan proses  pada waktu makan, dan anda akan dapat mengatasi nafsu-nafsu keinginanmua. Jika keinginan anda cukup kuat maka anda dapat bermeditasi pada sifat memuakkan dari makanan selama persiapan, mencerna dan kehancuran, atau bermeditasi pada perubahan konstan pada makanan dari ladang petani hingga masuk ke dalam perut.  Yang paling sederhana adalah sungguh-sungguh waspada dari proses mendapatkan dan memakan makanan. Perhatikan batin ketika  kesadaran berubah, keinginan datang dan pergi, keinginan untuk makan, mengunyah, merasakan... apapun yang disadari perhatikanlah prosesnya. Meditasi apapun terhadap makanan akan membantu kita memecah nafsu keinginan yang membawa kita pada kejernihan dan kebebasan yang melampaui nafsu keinginan


Pertanyaan   : Bagaimana halnya dengan hatha yoga atau latihan tubuh lainnya?
Jawaban   : Ini mungkin bisa membuat tubuh kita sehat, tapi beberapa latihan tertentu tidak penting dalam usaha kita. Sejalan dengan kemajuan dalam meditasi, tubuh kita secara otomatis akan menjadi lebih seimbang. Kemajuan dalam konsentrasi dan kesadaran akan memperbaiki postur tubuh kita dan aliran tenaga akan lebih bebas di tubuh, badan anda pun akan terasa ringan, lebih seimbang dan lebih berenergi / bersemangat. Anda tidak perlu memikirkan hal ini atau menambahkannya ke dalam daftar keinginan, hal ini akan datang sendiri.
Saya sendiri tidak pernah berlatih hatha yoga atau yang lainnya, saya menemukan bahwa tidur kurang dari tiga jam sudah cukup. Saya selalu merasa ringan dan penuh energi dan biasa berjalan di pegunungan tanpa makan selama berhari-hari, tanpa berhenti dan tidak merasa ada efek buruk, semua dengan menjaga pikiran kita secara disiplin menggunakan meditasi. Seharusnya kita menjaga kondisi tubuh, tapi janganlah menganggap pencapaian jasmaniah/ tubuh sebagai basis dari latihan kita.

Pertanyaan   : Seberapa penting latihan kebijakan dan moral dalam latihan kita?
Jawaban   : Sangatlah mutlak. Ada tiga level penting dari kebijakan. Pertama menghindari dari perbuatan yang tidak berguna, menjaga sila-sila yang utama. Kedua adalah kebijakan menjaga nafsu, menjaga enam indera, termasuk pikiran pada latihan dan menjauhi hawa nafsu. Ketiga adalah kebijakan murni melampaui segala aturan atau sila yang muncul dari pikiran yang tenang dan jernih. Dalam hal ini kebijaksanaan muncul selaras dengan ke-6 indera kita dan setiap saat kita hidup di dunia ini kita selalu penuh kesadaran dan jangan hanya mementingkan diri sendiri. Kita semua harus mulai berlatih dua kebijakan pertama, sejalan dengan jernihnya dan tenangnya pikiran kita, kebajikan dari dalam akan muncul. Hal ini akan tumbuh seiring dengan keselarasan antara badan dan pikiran, dengan melepaskan nafsu-nafsu, dan dengan disertai pengertian yang dalam akan kehampaan dunia.

Pertanyaan   : Berapa lama waktu yang Anda anjurkan bagi seseorang yang telah berumah tangga atau yang masih belum berpengalaman untuk berlatih?
Jawaban   : Seseorang yang masih penuh keraguan dan masih lemah dalam berlatih, mereka boleh berlatih selama satu jam per sesi, sepanjang mereka suka, tanpa paksaan, tapi terus menerus secara perlahan sampai mereka bisa merasakan faedahnya. Bagi yang sudah melihat hasil dari latihannya, mereka harus meditasi sesering mungkin, setiap hari, mungkin duduk tenang bermeditasi satu jam pada pagi hari dan sore hari. Bagi yang mengerti kebenaran sejati dari latihan, melakukan aktifitas duniawi bukan sesuatu hambatan. Kesadaran dan kejernihan dapat dikembangkan dalam setiap saat. Mereka mengerti bagaimana semua situasi adalah pengalaman dan meditasi yang benar bukanlah terpisah dari kehidupan tetapi pengembangan ketenangan dan kebijaksanaan diri dalam segala situasi. Lalu latihan seseorang dalam Dhamma melampaui batasan waktu dan situasi.

Pertanyaan   : Saya sering mendengar berbagai macam penuturan yang bersilangan mengenai absorpsi (Jhana). Ada yang berpendapat hampir tidak ada yang bisa mencapainya pada jaman sekarang ini. Ada yang berpendapat absorpsi (jhana) itu sangat penting untuk mencapai Nibanna. Ada juga yang berpendapat hal tersebut malah menghambat kebijaksanaan kita, mana yang benar?
Jawaban   : Masih ada yang bisa mencapai Jhana pada jaman saat ini, dan meski bukan merupakan sesuatu yang harus dicapai untuk menuju nibbana, pencapaian jhana adalah jalan terbaik untuk beberapa orang. Seseorang juga bisa mencapai Nibana dengan vipasana tanpa Jhana. Murid-murid saya berlatih kedua cara ini. Yang berlatih samatha menggunakan meditasi pernafasan atau visualisasi/kasina sampai pencapaian absorpsi/jhana, lalu mereka menggunakan Vipasana setelah keluar dari absorpsi/jhana. Sering kali saya juga berlatih dengan mereka, bersama dalam satu tingkatan, untuk memonitor latihan mereka. Jika seseorang dapat mencapai Jhana dan juga Vipasana, ada keuntungan-keuntungan tambahan tersendiri. Di dalam Kitab Suci (Tipitaka, red.) ada banyak rujukan mengenai tidak sedikit dari murid-murid Sang Buddha yang menjadi tercerahkan (pemasuk-arus) setelah masuk dalam absorpsi (Jhana). Mereka secara jelas mendapatkan manfaat dari latihan ini, bahkan juga setelah mereka mencapai pencerahan sepenuhnya. Jadi, demikian juga untuk kita, kekuatan batin yang didapat dari absorpsi (Jhana) itu sangat berguna bagi pertambahan keseimbangan batin, kesehatan tubuh dan pencerahan/penembusan Dhamma.

Pertanyaan   : Setelah sungguh-sungguh menembus Dhamma apakah seseorang hanya mengalami kedamaian Nibbana hanya sekali pada setiap tingkatan sebelum mencapai tingkat kesucian tertinggi, pada tingkat sotapanna, Sakadagami, Anagami dan Kebebasan akhir (Arahatta)?
(catatan: Keempat tingkatan ini adalah tingkat kesucian yang secara tradisional diterangkan dalam kitab suci Buddhist. Lebih lanjut tingkatan kesucian ini dijabarkan sebagai tingkat kemampuan dalam memotong belenggu sesuai daftar di bawah ini)
Jawaban   : Kita dapat mengulangi pengalaman menembus Dhamma (Nibbana) tanpa perlu memotong belenggu lebih lanjut. Kesepuluh belenggu yang membelenggu kita pada roda kelahiran kembali adalah:

1. Pandangan salah mengenai adanya hakekat diri
2. Keragu-raguan dan ketidak-pastian
3. Kemelekatan pada upacara dan ritus.
4. Nafsu-nafsu inderawi
5. Kemarahan dan itikad jelek
6. Keinginan terlahir di alam berwujud
7. Keinginan terlahir di alam tak berwujud
8. Kesombongan dan keangkuhan
9. Kegelisahan dan keingin-tahuan
10. Kegelapan batin

Para pemenang arus (Sotapanna) telah melenyapkan ketiga belenggu pertama pada waktu penembusan Dhamma. Mereka yang kembali sekali lagi (Sakadagami) telah melemahkan sisanya, sedangkan mereka yang tak kembali lagi (Anagami) telah melenyapkan lima yang pertama. Dan Arahat, yang terbebas dari seluruh kekotoran batin, terbebas dari kelahiran kembali, telah melenyapkan semua belenggu.


Pertanyaan   : Propinsi di sekitar Vihara Anda selalu terlibat dalam konflik antara pemerintah dan pemberontak komunis, menurut Anda apakah peran bagi para bikkhu atau guru seperti anda dalam konflik ini?
Jawaban   : Salah satu mengapa ajaran Buddha masih ada setelah lebih dari 2500 tahun karena Bhikkhu tidak pernah berpihak dalam politik. Dhamma ada di luar politik. Vihara kita adalah tempat pelarian/perlindungan dari kancah perperangan, sama seperti Dhamma adalah tempat perlindungan dari kancah perperangan melawan hawa nafsu. Saya berbagi ajaran saya secara merata ke semua yang datang dan saat saya pergi untuk mengajar kepada mereka yang meminta. Di pegunungan saya telah membabarkan Dhamma kepada kaum komunis dan di kota kepada pasukan pemerintah, tetapi hanya setelah mereka meletakkan senjata mereka. Kedamaian, kebahagaian sejati tidak akan datang dari perubahan sosial, kedua sisi yang berperang boleh mempunyai cara pandang yang sah, tetapi kedamaian sejati berasal dari dalam diri yang bisa muncul melalui Dhamma. Bagi Bikkhu dan orang biasa, keamanan datang dari Dhamma, dari kebijaksanaan melihat ketidak kekalan di dunia.


Pertanyaan   : Apakah kita butuh seorang guru atau kita bisa berlatih sendiri?
Jawaban   : Apabila seseorang telah membaca dan mendengar banyak dan benar tentang Dhamma, maka sangat mungkin dia bisa terus berlatih tanpa bimbingan. Tetapi, bahkan dengan pengetahuan yang bagus pun, seseorang dapat terjebak atau tertipu pada pikiran yang masih labil.  Saya selalu menganjurkan secara serius bahwa latihan harus dilakukan di bawah bimbingan guru yang mempunyai pengertian jernih pada jalur dan bahaya-nya.  Juga sangat menunjang untuk menjadi bagian dari sebuah kelompok Dhamma, di mana teman yang lebih berpengetahuan dapat membantu sesama. Nafsu dan ketidakjernihan telah sangat lama menghambat dan mengendalikan hidup kita, kita membutuhkan sebanyak mungkin dukungan dan bimbingan untuk menemukan jatidiri kita sendiri dan menjadi terbebas.

Pertanyaan   : Apakah penting untuk mempunyai tujuan yang murni saat datang ke vihara untuk bermeditasi?
Jawaban   : Banyak sebab membawa orang datang ke Dhamma, kadang bisa dilihat kadang tidak. Kadang mungkin ada nafsu yang buruk yang yang membawa kita untuk mendengar Dhamma atau meditasi dan kemudian mendapat hasil yang baik. Tidak sedikit dari para anagarini di sini yang memberitahu saya sebagian alasan awal mereka datang tadinya adalah karena mereka melihat saya atau salah satu asisten saya  ganteng atau menarik. Tetapi setelah berada di sini, mereka melepaskan alasan mereka datang dan sekarang menjadi yogi yang baik dan murid Dhamma yang tekun. Bagi anda yang mau berlatih, maka hal yang penting adalah saat ini, anda tidak perlu memikirkan apa yang membawa anda ke Dhamma, melainkan pikiran, keinginan dan tujuan anda saat ini. Latihan Samatha dan Vipasana mempunyai kekuatan untuk memotong karma lampau. Saat anda terkonsentrasi dan sadar secara jernih, anda telah melepas nafsu dan telah berhenti membuat karma baru. Karma lampau kita akan berbuah, tetapi perhatian murni memungkinkan bagi kita untuk memotong rantai yang mengikuti karma masa lampau atau corak masa lampau.

Pertanyaan   : Anda selalu menghubungkan 3 buah istilah : Dhamma, Keadaan Alami dan Keadaan Biasa, bisakah coba Anda jelaskan?
Jawaban   : Semua ini memiliki basis yang sama. Alam akan menguak tabirnya sendiri secara alami dan spontan. Umum atau biasa adalah bahwa yang terjadi itu tidak disertai oleh adanya intervensi. Dan Dhamma adalah kebenaran mengenai segala sesuatu apa adanya, sedangkan Dhamma sebagai ajaran adalah cermin Kebenaran dalam kata-kata. Dhamma mengarahkan pikiran kembali pada apa yang alami, ke sifat alami kita. Kemudian kita melihat bahwa segala sesuatu adalah memang demikian secara alami – tak ada yang istimewa, biasa dan umum dalam pengertian yang paling dalam. Jadi Dhamma membawa kita kembali kepada alam dan kebenaran umum. Dan melihat sifat dan keberadaan alami kita lebih jelas, kita dibawa pada pengertian lebih dalam tehadap Dhamma. Lingkaran ini berlanjut hingga hati dan pikiran kita menyatu dengan alam, hingga semua aspek alami dan keberadaaan kita menjadi jelas yang secara sederhana disebabkan terkuaknya tabir Dhamma.


Pertanyaan   : Hal apa saja yang masih menjadi kendala saat Anda sendiri bermeditasi?
Jawaban   : Saat pertama kali mengajar, saya terlalu mengkhawatirkan kemajuan murid-murid saya, saya ingin agar mereka ini mengerti Dhamma dan mendapat faedah dari meditasi secepat mungkin. Saya juga khawatir dengan ketertiban di Vihara saya, sangat penting bagi saya Vihara harus kelihatan rapi oleh para dermawan, dan semua bermeditasi secara serius. Saya merasa harus mengawasi secara seksama semua kegiatan-kegiatan di Vihara. Sekarang saya hampir melepaskan semua hal-hal tadi, Vihara bisa berjalan dengan sendirinya secara baik, murid-murid saya belajar dan berkembang pada tahap yang alami dan yang terbaik untuk mereka masing-masing. Saya menyediakan ajaran dan lingkungan yang nyaman, selebihnya tergantung diri mereka sendiri. Saya tetap masih ada beban dari masalah ini, sejak kecil saya selalu bermeditasi metta, ini masih merupakan kekuatan dalam hidup saya, dengan ini ada kemelekatan pada keinginan membantu orang lain. Saya ingin mereka merasakan faedah dari Dhamma, dari meditasi mereka secepat mungkin, saya ingin mereka melihat akhir dari penderitaan. Sekarang dalam latihan saya, saya berusaha untuk mengubah metta dan kemelekatan ini menjadi kasih sayang dan keseimbangan batin yang lebih sempurna. Sangat penting untuk di ketahui, seseorang harus mempunyai tanggung jawab pada pengembangan dirinya sendiri di dalam Dhamma. Ini adalah proses yang alami, ajaran Sang Buddha adalah semacam katalis bagi pertumbuhan kebijaksanaan yang alami.

Sekarang kembali pada anda.

Semoga semua makhluk hidup bahagia, Semoga semua mahkluk dapat melihat akhir dari penderitaan!

_/\_ :lotus:
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Adhitthana on 03 June 2009, 12:36:56 AM
Anumodana .......  _/\_

bacanya panjang benar, dipending dulu  ;D
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: andry on 03 June 2009, 01:51:32 PM
katanya mau ke jakarta yak ci?
mampir ke bdg gak?
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Lily W on 03 June 2009, 04:06:48 PM
^Yah...ke jakarta... jadwalnya ada di thread informasi...

_/\_ :lotus:
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: fabian c on 05 June 2009, 06:07:26 PM
Saudari Uppala yang baik, sama dengan yang ini nih: 
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,10942.0.html#top  :)

Sukhi hotu
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Lily W on 12 June 2009, 11:41:44 AM
From: Tung Wai Hau
Subject: Aj Jumnien
Date: Friday, June 5, 2009, 2:13 PM


Story told by Aj Nyanadhammo (when he was in Penang in April) about Aj Jumnien...

Think it was about Aj Jumnien's childhood...

Aj Jumnien's parents were gilfted meditators. When Aj was born, they knew the babe would grow to become a great teacher.

The family meditated together at home. The father could read mind. When Aj Jumnien was bout 3...father and son would meditate together...and being young at 3 years old, the kid would find meditation boring and start thinking bout other stuff...like toys and games.

The father could read mind. Every time the kid thinking about games while meditating, the father would call out, "Stop thinking about bicycles"...or "Stop thinking about ur toy gun."

One day, the father went off to some other place, and instructed the mother to monitor and make sure the boy meditated. The mother also could read mind...so when the child started thinking about games, the mother would chide, "Stop thinking about games."

The kid got fed up...and starting thinking about wanting to die...I want to die...I want to die...and the kid then plonk into deep meditation for many, many hours.

When the father got home, mother reported about it to father, and father went to see the son, still meditating, and called out, "Who taught him how to meditate on marana sati?"

The kid, though in deep meditation, could hear the father, and gleefully congratulated himself...he knew the father could no longer read his mind (being young, the kid did not know that meditation on death was actually marana sati.)

Father then taught the boy to switch to metta, and slowly got him out of meditation.

From then on, father forbade him from doing marana sati, but thought him metta meditation instead. He taught the boy to recite Mettam Buddho, mettam Dhammo, mettam Sangho.

One day, after the boy turned 7 and knew how to swim, father bought son to a croc infested river. Father gave spesific instruction that the boy should curl himself like a ball with hands and feet intact (if dangling later crocs would eat)...and remember to chant mettam buddho, dhammo and sangho.

With that, the father threw the son out of the boat...and he rowed away...and the crocs came. Son had no choice but to curl like a ball and chanted the mantra.

After a while, the crocs lost interest and swam away. Father came retrieve son, and son shouted out, "I tot u love me! Why would u do that to me?"

Father said, "If I don't do that, u would forever have doubt with the practice of metta.".....

Ajahn Nyanadhammo said not to use that method to teach ur kids heh.

The father died not too long after.

When Aj Jumnien was 14, there were news saying that bandits would come plunder on certain dates (in rural Thailand...funny rules...bandits would make announcement on dates of attack). Aj Jumnien that time conjured a plan. He went to the kitchen...and got pepper mixed with sand (something like dat...tis part i cant remember well...).

There was only one road leading to the village...and the bandits would surely used that route. So the young teen climbed up the tree on the way...and waited.

When bandits came...the teen called out, "Hey"...the bandits looked up, and he threw all those powders onto the bandits...the bandits all mata pedih, and villagers attacked them and tied them and handed them to the police.

In police custody, the bandits became curious and asked who on earth managed to attack them like that. The boy went to see them...and lectured them...and made them promise not to steal and plunder again. With that...the bandits were released by the police.

Who would have done such a feat at 14? and the bandits turned over to new leaves...

That's all I can remember...story about a great personality...

Regards,
WH
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: johan3000 on 12 June 2009, 12:18:38 PM
QuotePada akhirnya batin akan melihat rasa sakit bukan sebagai rasa sakit tetapi merupakan sensasi jernih yang baik yang disukai maupun yang tidak disukai muncul dan tenggelam dalam tubuh.

thanks atas infonya...  ;D
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: bond on 12 June 2009, 12:29:58 PM
Infonya Keren2, sumber inspirasi nih.   :jempol: :lotus:
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Shining Moon on 12 June 2009, 03:20:09 PM
Saya belum pernah ikut meditasi lung por Jumnean sih, tapi sempat ikut seminarnya. Lung po-nya sangat ramah dan gaul..kabarnya biasa membantu orang yang terkena magic/santet.
Sewaktu di plaza sentral, lung po sempat menjelaskan objek2 meditasi yang dipakai beliau dan sejarahnya.. Alasan beliau memakai objek kasina merah, benar2 heboh  dan sangat jarang ada bhikkhu yang berani blak-blakkan. Beliau pandai menjawab pertanyaan2 dengan lugas dan langsung mengena. Misalnya, waktu ada yang tanya, 'apakah perlu kita melakukan regresi hipnoterapi untuk tahu masa lampau?' jawaban beliau adalah, 'beberapa murid saya (sepertinya 13) mampu melihat masa lampau karena bermeditasi. Tapi, setiap kali melihat masa lampau, hanyalah ada penderitaan. Jadi, daripada melihat penderitaan lebih baik memutus sumber penderitaan.'
Kalau ada kesempatan, semoga teman2 DC yang lain juga bisa bertemu dengan lung po Jumnean ya..(lung po berada di indo sampai juli 2009)
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: bond on 12 June 2009, 03:29:22 PM
Quote from: Yuri-chan on 12 June 2009, 03:20:09 PM
Saya belum pernah ikut meditasi lung por Jumnean sih, tapi sempat ikut seminarnya. Lung po-nya sangat ramah dan gaul..kabarnya biasa membantu orang yang terkena magic/santet.
Sewaktu di plaza sentral, lung po sempat menjelaskan objek2 meditasi yang dipakai beliau dan sejarahnya.. Alasan beliau memakai objek kasina merah, benar2 heboh  dan sangat jarang ada bhikkhu yang berani blak-blakkan. Beliau pandai menjawab pertanyaan2 dengan lugas dan langsung mengena. Misalnya, waktu ada yang tanya, 'apakah perlu kita melakukan regresi hipnoterapi untuk tahu masa lampau?' jawaban beliau adalah, 'beberapa murid saya (sepertinya 13) mampu melihat masa lampau karena bermeditasi. Tapi, setiap kali melihat masa lampau, hanyalah ada penderitaan. Jadi, daripada melihat penderitaan lebih baik memutus sumber penderitaan.'
Kalau ada kesempatan, semoga teman2 DC yang lain juga bisa bertemu dengan lung po Jumnean ya..(lung po berada di indo sampai juli 2009)

sampai juli, keliling kemana aja? ada info?
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Shining Moon on 12 June 2009, 03:40:21 PM
Nanti malam saya posting lagi yah. Soalnya jadwal acara ada di mobil suami. Kalau tak salah ingat, minggu ini di vipassana graha (lembang), 20-an june di dhamma manggala, 04 juli inap di vihara pluit.
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Shining Moon on 14 June 2009, 12:25:02 PM
 [at] james bond,
ternyata jadwalnya lung po udah ada di thread sebelah...Ga usah posting lagi ya..thanks
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Riky_dave on 14 June 2009, 12:44:16 PM
_/\_
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: gajeboh angek on 15 June 2009, 10:04:57 AM
kayaknya ada 2 ajahn jumnien.
yang datang kayaknya ini bhikkhu dukun / tukang jual amulet deh.
keep open minded aja deh.
Title: Re: Living Dharma~LUANGPOR JUMNEAN CHONSAKHORN
Post by: Lily W on 15 June 2009, 10:37:20 AM
Coba baca artikel ini....

(https://forum.dhammacitta.org/proxy.php?request=http%3A%2F%2F4.bp.blogspot.com%2F_z7v7aIoRCuc%2FSQVnr1_lOFI%2FAAAAAAAAAPQ%2Fj3t5QNP-rEM%2Fs320%2Fajahn-jumnien-wat-tum-sua.jpg&hash=eec94811db99ca4c2895cfad9bd72230fe4f7c3b)

METTA "LOVING KINDNESS"

"METTA PUTTO PUTTO AH HO SIT "

LUANG POR JUMNEAN SEELASETHO is the abbot and founder of the incredible temple named Wat Tum Sua in Krabi, Thailand just outside of Krabi town toward the mountains.
Luang por Jumnean was born in a rural village in Nakhon Si Thammarat province in Southern Thailand. His father apprenticed him to a village folk doctor that was a blind priest and an astrologer. At six years old he began meditation practice. He was trained in Buddhism, and also as a folk healer. At age 20 he ordained as a Buddhist monk in the Theravada tradition. For a time, he wandered as an ascetic monk and then trained in intensive insight meditation with Ajahn Dhammadharo at Wat Tow Kote.
After being a monk for 17 years he moved to a small village in the Surat Thani province called "Ban Na San". Ban Na San is a very pretty little town located on a river. Their rambutans (exotic red Thai fruit like large oval shaped golf balls with green or pink 'hairs' coming covering them are excellent in season and they have yearly rambutan festivals that you should attend if you get the chance sometime while you're here.
Luang por Jumnean studied meditation in Ban Na San for a short while then moved to Krabi, Thailand to found "Wat Tum Sua", Tiger Cave Temple of the South. Luangpor Jumnean founded Wat Tum Sua in 1975. So, he was a monk for 33 years at Wat Tum Sua and 17 years at Nakhon Si Thammarat. I think 2 years in Ban Na San. That's 52 years as a Thai Theravada monk!
A monk told me recently that Luangpor Jumnien's good friend is Jack Kornfield, who has written many books about the subject of meditation. The monk told me that Luangpor Jumnean and Jack Kornfield stayed at the same temple in Banasan, Surat Thani province, Thailand for some time. Yearly now Luangpor Jumnean goes to California to teach a meditation course with Jack Kornfield.
Luangpor Jumnean is a world traveler, frequently making visits to: California, Chicago, Malaysia, India, Burma, Singapore, Germany, and the UK mostly for the purposes of teaching mediation. He is a most accomplished meditation teacher and world renowned. Wat Tum Sua presently has 30-40 Buddhist monks living on temple grounds including 8 that live in the caves of the foothills area at the north side of the temple. It is possible to climb 100+ steps and explore the area which resembles Jurassic Park with HUGE palm trees and other plants that aren't usually seen. There are 1000 years old trees in this area and some nice caves to explore.
During the rains retreat nearly 100 monks stay for a few months at Wat Tum Sua. There are almost 200 'magee' or Buddhist nuns in white and with shaved heads that have taken vowels at the temple. Luangpor Jumnean intents Wat Tum Sua to be a refuge for women in bad relationships and welcomes anyone that needs a safe haven.
Luangpor Jumnean Seelaseeto is the abbot and founder of this amazing temple in the south of Thailand named, Tiger Cave Temple (Wat Thumsua).
LUANG POR JUMNEAN has saved many lives, one of them was me....
Recalling back in the year 2006, I was working in Singapore at that time. Who was it I do not know did a BLACK MAGIC spelled on me. This person first did it physically, but because I was wearing buddhist amulet so the spell did not manage to get me. But One of my amulet cracked and the Tangkai which was on me just slip out from my waist...Imagine the Tangkai was tied to my waist very strongly just fell on the ground while I was showering. At that instance I felt something was wrong with me.I just ignored it.
Then as time goes by, my skin began to have spots and it's itchy. Each time when I scratch it, it began to bleed and was itchy. Friends saw and told me to see the doctor but I refused cause I knew that it's not a skin disease. I applied cream and it seems to get worst. Later on my bones was very painful and I had to limb while I was walking.
Every evening at bout 7pm, I will start to have fever. And believe me as days passed I began to loose concentration in my work. Each day it's eating up my bones and it really hurts.
Then one day I received a call from my brother sayin that Luang por Jumnean wants to see me and asked me to come back to KL cause he's arriving. I kept telling my brother that I could not make it. He did not give up and kept trying to change my mind. I kept on telling him no I can't. In my life I have never said that I will not see Luang Por Jumnean whenever he's here in Malaysia. Then, I was asked to chant this "METTA PUTTO PUTTO AH HO SIT" it's a Metta of Loving Kindness given by Luang Por Jumnean. Trust me this is a very strong Metta. I chant this Metta very often. When I started to chant this my mind started to change.
Then in the morning, I went to the bus terminal and catch the bus to KL. If I was late for 15minutes, I would have not be able to come back. During my journey to KL, I could feel the pain that was in my head. It's much worst that migrain.
When I arrived that evening, I went straight to see Luang Por where he stayed. When I arrived Luang Por was resting and I met his disciple. My brother was there too and they were shocked to see me and immediately my tears starts to flow like a running tap.
At 9pm, Luang Por Jumnean came down to the hall and about to start his evening chanting. Before he starts, I went to see him and he looked at my hands and legs and told me, "You have been Black Magic". Then from that moment on he slowly heal me. For a month I was with him and that was the time he took it all out from me. Whereever he goes I was by his side.
After 28days, I was as clean as a newborn child. Luang Por Jumnean then accepted me as his God son and opened up a new road for me to pursue a new journey.
To All My Friends out there, " IF IT IS NOT BECAUSE OF LUANG POR JUMNEAN, I WILL NOT BE ABLE TO BE HERE AND POST OUT THIS MEANINGFUL BLOG AND SHARE WITH YOU".
That is why I always tell people " BELIEVE IN GOD AND LOVE EVERYONE"....
Cause god will always be with his children and will never see them suffer....

http://quayalbertmetta.blogspot.com/2008/10/luangpor-jumnean-seelasetho.html

_/\_ :lotus: