Apakah target ksucian yg ingn sekali dicapai sdr/i umat buddha dalam hdup ini?
Apakah sotapanna, sakadagami, anagami atau arahat?? Mungkinkah?
ataukah kesucian itu hanya dapat dicapai oleh mereka yg melepas ikatan dn menjadi bhikkhu?
ataukah kesucian itu gak dpat dicapai oleh mereka yg hdup brkeluarga??
Thnk.
Tidak ada target yg harus dicapai umat Buddha dalam pencapaiam tingkat2 kesucian
yang penting berlatih diri menjalani PancaSila Buddhis ......
gw gak pernah dengar maopun baca dari para bhikkhu/ni/umat Buddhis yang mengatakan dalam kehidupan ini harus jadi sotapanna ...... misalnya
Bhikkhu/ni dan umat awan bisa sama2 mencapai kesucian
jika paraminya cukup ....... ;D
makanya terlahir sebagai manusia, punya peluang yg sangat besar utk mencapai kesucian
karena di alam manusia ini kita bisa melihat/merasakan proses ketidak kekalan / bahagia /sedih ...
Banyak peluang utk berbuat kebajikan .......
jika terlahir di alam neraka/setan ...... sangat sulit berbuat kebajikan ..... wong gimana bisa berbuat baik, orang sama2 susah/menderita
jika terlahir di alam dewa ........ semua rata2 dewa bahagia, jadi gimana bisa berbuat baik .... wong semua hidupnya bahagia .......
kesempatan terbesar yaaah di alam manusia, krn dialam manusia kita bisa mendengar Dhamma _/\_
Mahàsatipaññhàna Sutta
Khotbah Panjang Tentang Landasan-Landasan Perhatian
'Siapa pun, para bhikkhu, yang mempraktikkan Empat Landasan Perhatian ini selama tujuh tahun dapat mengharapkan satu dari dua hasil ini: mencapai kesucian Arahat dalam kehidupan ini atau, jika masih ada beberapa kekotoran tersisa, mencapai kondisi Yang-Tidak-Kembali. Jangankan tujuh tahun – siapa pun yang mempraktikkannya selama enam tahun ..., lima tahun ..., empat tahun ..., tiga tahun ..., dua tahun ..., satu tahun dapat mengharapkan satu dari dua hasil ...; jangankan satu tahun - siapa pun yang mempraktikkannya selama tujuh bulan ..., enam bulan ..., lima bulan ..., empat bulan ..., tiga bulan ..., dua bulan ..., satu bulan ..., setengah bulan dapat mengharapkan satu dari dua hasil ...; jangankan setengah bulan - siapa pun yang mempraktikkan Empat Landasan Perhatian ini selama tujuh hari dapat mengharapkan satu dari dua hasil ini: mencapai kesucian Arahat dalam kehidupan ini atau, jika masih ada beberapa kekotoran tersisa, mencapai kondisi Yang-Tidak-Kembali.'
'Dikatakan: "Ada, para bhikkhu, satu jalan ini untuk memurnikan makhluk-makhluk, untuk mengatasi dukacita dan kesusahan, untuk melenyapkan kesakitan dan kesedihan, untuk memperoleh jalan yang benar untuk mencapai Nibbàna: - yaitu, empat landasan perhatian" dan untuk alasan inilah, hal tersebut dikatakan.'
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Quote from: Johsun on 22 May 2009, 01:43:34 PM
Apakah target ksucian yg ingn sekali dicapai sdr/i umat buddha dalam hdup ini?
saya sendiri tidak menargetkan tingkat kesucian
tujuan dari latihan adalah melepas, bukan mencapai :)
Quote
Apakah sotapanna, sakadagami, anagami atau arahat?? Mungkinkah?
ataukah kesucian itu hanya dapat dicapai oleh mereka yg melepas ikatan dn menjadi bhikkhu?
ataukah kesucian itu gak dpat dicapai oleh mereka yg hdup brkeluarga??
Thnk.
dalam konteks tingkat kesucian menandakan "seberapa jauh kita melepas (bukan mencapai)", menurut saya mungkin saja perumahtangga dapat menjadi arahat.
melepas terjadi dalam pikiran. biarpun benda2 menarik duniawi lainnya ada didekatnya, orang yg telah melepas tetap bebas dan tidak terikat. dan sebaliknya.
Brarti mesti melepaskan ya, _/\_
melepaskan = pasrah pd segala yg trjadi??
Quote from: Johsun on 23 May 2009, 12:46:40 PM
Brarti mesti melepaskan ya, _/\_
melepaskan = pasrah pd segala yg trjadi??
bukan pasrah, tapi melepaskan dari ketrerikatan LDM
Contoh perbuatan LDM? Dan contoh perbuatan bukan LDM? Khususnya perbuatan moha dan trlepas dr moha bgaimana? ???
Quote from: Johsun on 22 May 2009, 01:43:34 PM
Apakah target ksucian yg ingn sekali dicapai sdr/i umat buddha dalam hdup ini?
Apakah sotapanna, sakadagami, anagami atau arahat?? Mungkinkah?
ataukah kesucian itu hanya dapat dicapai oleh mereka yg melepas ikatan dn menjadi bhikkhu?
ataukah kesucian itu gak dpat dicapai oleh mereka yg hdup brkeluarga??
Thnk.
_/\_
Saya tidak memiliki target dalam pencapaian tingkat kesucian. Dalam kehidupan ini I hanya berusaha menjalankan Pancasila Buddhist.
:) :) :lotus: :lotus:
Dan menurut I tingkat kesucian tch bisa dicapai oleh semua orang. Dan seberapa besar usaha seseorang dalam melatih dirinya. :) :) :)
_/\_
Quote from: Johsun on 23 May 2009, 12:46:40 PM
Brarti mesti melepaskan ya, _/\_
melepaskan = pasrah pd segala yg trjadi??
melepas & pasrah beda :)
pasrah itu
ada sebuah keadaan yg tidak bisa kita terima namun kita tidak berbuat apa-apa lagi karena tidak ada jalan lagi. disini sebenarnya kita
masih menginginkan keadaan tsb.
melepas itu
menyadari kita
menginginkan suatu keadaan. mengerti bagaimana keinginan itu menenggelamkan diri kita, shg otomatis tidak lagi menginginkan sesuatu...
Mengutip Bhante Uttamo:
Salah satu hal yang penting disebutkan disini adalah KESAMAAN konsep ketuhanan Agama Buddha dengan ketuhanan yang lain adalah sebagai TUJUAN HIDUP.
Bahwa setiap orang yang meninggal dengan agama apapun juga, keinginan mereka adalah untuk bertemu, bersatu, berada di sisi Tuhannya masing-masing.
Demikian pula Agama Buddha menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup.
Penyebutan Tuhan dalam Agama Buddha adalah Nibbana atau Nirwana.
Nibbana selain menjadi tujuan hidup, Nibbana tidaklah mengatur suka dan duka yang dialami oleh manusia.
Nibbana juga tidak menciptakan serta mengatur semesta ini.
Nibbana sebagai tujuan hidup dapat dicapai dengan pelaksanaan secara tekun Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Nibbana juga dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia ini.
Kalau Nirvana bukan tujuan hidup seorang Buddhis, lantas untuk apa seseorang beragama Buddha?
Kalau cuma sekedar Pancasila, bukankah agama lain juga mempraktekkan Pancasila Buddhis? Mis: Hindu, Jain
Nirvana dapat dicapai oleh perumah tangga pun seorang bhikkhu.
Memang tidak usah memaksakan diri kita untuk mencapai pencerahan di kehidupan saat ini juga. Tapi yang penting kita berjuang dengan penuh keteguhan dan semangat untuk mencapainya.
Kalau hanya Pancasila, itu tak akan membantu banyak. Usaha harus diiringi dengan meditasi.
Demikian menurut saya.
_/\_
The Siddha Wanderer
gak pake target , do the best aja yg kita mampu dlm menjalankan ajaran Buddha :)
Quote from: GandalfTheElder on 23 May 2009, 05:51:06 PM
Mengutip Bhante Uttamo:
Salah satu hal yang penting disebutkan disini adalah KESAMAAN konsep ketuhanan Agama Buddha dengan ketuhanan yang lain adalah sebagai TUJUAN HIDUP.
Bahwa setiap orang yang meninggal dengan agama apapun juga, keinginan mereka adalah untuk bertemu, bersatu, berada di sisi Tuhannya masing-masing.
Demikian pula Agama Buddha menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup.
Penyebutan Tuhan dalam Agama Buddha adalah Nibbana atau Nirwana.
Nibbana selain menjadi tujuan hidup, Nibbana tidaklah mengatur suka dan duka yang dialami oleh manusia.
Nibbana juga tidak menciptakan serta mengatur semesta ini.
Nibbana sebagai tujuan hidup dapat dicapai dengan pelaksanaan secara tekun Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Nibbana juga dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia ini.
Kalau Nirvana bukan tujuan hidup seorang Buddhis, lantas untuk apa seseorang beragama Buddha?
Kalau cuma sekedar Pancasila, bukankah agama lain juga mempraktekkan Pancasila Buddhis? Mis: Hindu, Jain
Nirvana dapat dicapai oleh perumah tangga pun seorang bhikkhu.
Memang tidak usah memaksakan diri kita untuk mencapai pencerahan di kehidupan saat ini juga. Tapi yang penting kita berjuang dengan penuh keteguhan dan semangat untuk mencapainya.
Kalau hanya Pancasila, itu tak akan membantu banyak. Usaha harus diiringi dengan meditasi.
Demikian menurut saya.
_/\_
The Siddha Wanderer
Iya, tapi kan dasar untuk melatih diri duluan kan melatih Pancasila Buddhist :D :D
pertama kita beruntung sekali mengetahui 4 kebenaran yaitu :
1. Kemutlakan Dukkha
2. Sebab2 Dukkha
3. Dukkha berakhir
4. Cara Mengakhiri Dukkha
dengan begitu saya menyadari untuk melaksanakan sila, samadhi, dan panna.
Bila saja ada kehidupan berikutnya, walau parami yg dikumpulkan belum cukup, semoga dapat berjodoh lagi mengetahui 4 Kebenaran tersebut....
Sekedar oot:
Quote from: GandalfTheElder on 23 May 2009, 05:51:06 PM
Mengutip Bhante Uttamo:
Salah satu hal yang penting disebutkan disini adalah KESAMAAN konsep ketuhanan Agama Buddha dengan ketuhanan yang lain adalah sebagai TUJUAN HIDUP.
Bahwa setiap orang yang meninggal dengan agama apapun juga, keinginan mereka adalah untuk bertemu, bersatu, berada di sisi Tuhannya masing-masing.
Demikian pula Agama Buddha menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup.
Penyebutan Tuhan dalam Agama Buddha adalah Nibbana atau Nirwana.
Nibbana selain menjadi tujuan hidup, Nibbana tidaklah mengatur suka dan duka yang dialami oleh manusia.
Nibbana juga tidak menciptakan serta mengatur semesta ini.
Nibbana sebagai tujuan hidup dapat dicapai dengan pelaksanaan secara tekun Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Nibbana juga dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia ini.
Kalau Nirvana bukan tujuan hidup seorang Buddhis, lantas untuk apa seseorang beragama Buddha?
Kalau cuma sekedar Pancasila, bukankah agama lain juga mempraktekkan Pancasila Buddhis? Mis: Hindu, Jain --> Dan Nirvana pun dikenal pula dalam Jainisme dan menjadi tujuan hidup seorang Jain. Sekedar Pancasila? Dan sekedar Nirvana?
Nirvana dapat dicapai oleh perumah tangga pun seorang bhikkhu.
Memang tidak usah memaksakan diri kita untuk mencapai pencerahan di kehidupan saat ini juga. Tapi yang penting kita berjuang dengan penuh keteguhan dan semangat untuk mencapainya.
Kalau hanya Pancasila, itu tak akan membantu banyak. Usaha harus diiringi dengan meditasi.
Demikian menurut saya.
_/\_
The Siddha Wanderer
oot selesai
IMO, dlm hal ini kita perlu mengenali 3 hal: diri sendiri, proses dan tujuan. Pertama mengenali diri sendiri, potensi, kelebihan-kekurangannya. Selanjutnya mengetahui ttg tujuan. Kemudian, melepaskan diri dari keterpakuan thdp tujuan dan fokus dlm menjalani prosesnya.
Toh, kalo dijalani dg proses yg sebaik2nya, nanti sampai jg kan ke tujuan? Memaksakan utk mengejar dan melihat ke tujuan yg tak terlihat, bisa-bisa malah membuat kita berdelusi-ria atau berhalusinasi telah sampai ke tujuan. Dpt dilihat dari kian maraknya ajaran2 yg menyimpang dan klaim2 pencapaian diri.
Cara fokus dlm menjalani proses? Sudah diajarkan dalam banyak cara dan pendekatan oleh Guru Buddha.
Silakan berehipassiko-ria.
_/\_
Quote from: GandalfTheElder on 23 May 2009, 05:51:06 PM
Mengutip Bhante Uttamo:
Salah satu hal yang penting disebutkan disini adalah KESAMAAN konsep ketuhanan Agama Buddha dengan ketuhanan yang lain adalah sebagai TUJUAN HIDUP.
Bahwa setiap orang yang meninggal dengan agama apapun juga, keinginan mereka adalah untuk bertemu, bersatu, berada di sisi Tuhannya masing-masing.
Demikian pula Agama Buddha menjadikan Tuhan sebagai tujuan hidup.
Penyebutan Tuhan dalam Agama Buddha adalah Nibbana atau Nirwana.
Nibbana selain menjadi tujuan hidup, Nibbana tidaklah mengatur suka dan duka yang dialami oleh manusia.
Nibbana juga tidak menciptakan serta mengatur semesta ini.
Nibbana sebagai tujuan hidup dapat dicapai dengan pelaksanaan secara tekun Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Nibbana juga dapat dicapai ketika manusia masih hidup di dunia ini.
Kalau Nirvana bukan tujuan hidup seorang Buddhis, lantas untuk apa seseorang beragama Buddha?
Kalau cuma sekedar Pancasila, bukankah agama lain juga mempraktekkan Pancasila Buddhis? Mis: Hindu, Jain
Nirvana dapat dicapai oleh perumah tangga pun seorang bhikkhu.
Memang tidak usah memaksakan diri kita untuk mencapai pencerahan di kehidupan saat ini juga. Tapi yang penting kita berjuang dengan penuh keteguhan dan semangat untuk mencapainya.
Kalau hanya Pancasila, itu tak akan membantu banyak. Usaha harus diiringi dengan meditasi.
Demikian menurut saya.
_/\_
The Siddha Wanderer
At. Bro Grandalf
SETUJU dengan OPINI Bro
Semoga bermamfaat
_/\_
kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...
Quote from: Hendra Susanto on 24 May 2009, 07:47:43 AM
kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...
kecil kemungkinan tp bukan berarti tdk mungkin :)
Quote from: lophenk on 24 May 2009, 10:06:18 AM
Quote from: Hendra Susanto on 24 May 2009, 07:47:43 AM
kecil kemungkinan perumah-tangga mencapai tingkat kesucian arahat...
kecil kemungkinan tp bukan berarti tdk mungkin :)
selama berusaha tidak ada yang tidak mungkin :)
Ya. Pencapaian arahat dapat dicapai meskipun masih perumah tangga, seperti Raja Suddhodana dan Yasa. Di Milinda Panha juga disebutkan banyak perumah tangga yang mencapai tataran kesucian Arahat.
Di Mahayana dan Vajrayana, perumah tangga pun bisa mencapai Anuttara Samyaksambodhi. Mis: Perumah tangga Vimalakirti di India yang punya istri dan anak, Perumah tangga Pang Yun di Tiongkok yang punya istri dan anak, perumah tangga Sul di Korea juga punya suami dan anak, Marpa juga punya istri dan anak, dan para Mahasiddha lainnya.
Kelahiran sebagai manusia sangat langka dan berharga bagaikan penyu buta di dasar samudera yang muncul ke permukaan samudera seratus tahun sekali, dan pada saat muncul tersebut kepala penyu itu tepat masuk di tengah cincin kayu yang terombang-ambing oleh gelombang samudera. Apakah kita masih mau menyia-nyiakannya untuk tidak mencapai Tujuan Tertinggi?
Di kelahiran berikutnya, apakah kita yakin akan menjadi manusia lagi? Kalau masuk neraka? Lalu hewan? Akan sangat sulit keluar dari sana. Lalu kapan kita akan mencapai pencerahan?
Mengetahui bahwa batin pada saat kematian menentukan kelahiran kita. Akankah kita yakin pada saat kematian menjemput, batin kita dalam keadaan gembira atau seimbang?
Mencapai pencerahan bukan hanya sekedar soal membebaskan diri sendiri dari penderitaan. Namun mencapai pencerahan juga soal cinta kasih pada semua makhluk.
Coba bayangkan betapa besar berkah yang anda dapat berikan pada dunia apabila anda tercerahkan.
Anda dapat membahagiakan ortu anda, kawan anda, saudara anda yang semuanya adalah orang-orang yang paling anda kasihi sekarang. Dan ini bukan kebahagiaan duniawi yang sementara namun kebahagiaan kekal (Nirvana).
Demi mereka, apakah anda tidak ingin melihat mereka terbebas dari penderitaan dan samsara? Apakah anda tidak peduli mereka akan terlahir jadi apa di kehidupan mendatang?
Dulu saya pernah dapat majalah DSP, saya lihat di sana ada beberapa komentar muda mudi ketika ditanya apakah mereka mau menjadi Buddha pada kehidupan sekarang. Yang membuat saya terkejut adalah ada jawaban kira2 seperti ini: "Nggak deh. Soalnya mau kawin." Yang membuat saya heran adalah jawaban ini keluar dari seorang penulis buku Dharma. Sungguh sedih saya membacanya.
Apa berarti kalau kita kawin maka kita nggak bisa jadi Buddha? Apa kalau kita punya suami/istri kita nggak mau jadi Buddha? Ini pandangan yang kurang tepat menurut saya. Buktinya banyak perumah tangga yang mampu mencapai pencerahan.
Bahkan orang bodoh pun bisa menjadi Arahat, apalagi kita?
Nirvana dalam Jain berbeda dengan Buddhis. Nirvana mereka sebenarnya hanyalah alam Arupadhatu, mengingat Uddaka Ramaputta adalah petapa Jain. Yang sama hanya istilahnya, namun sebenarnya merujuk pada dua hal yang berbeda. Demikian juga pencapaian Nirvana dalam agama Hindu adalah penyatuan dengan Dewa-dewa yang masih belum terbebas dari alam samsara.
Meskipun dalam agama Jain, tidak secara eksplisit menggunakan istilah Pancasila, namun mereka juga mengindarkan diri membunuh makhluk hidup, mencuri, berbohong, berzinah maupun mabuk-mabukkan. Demikian juga Hindu yang sekarang.
Ya. Pancasila Buddhis adalah dasar. Tapi apakah kita berhenti sampai di sana saja? Hanya sebegitukah motivasi kita menjadi umat Buddhis?
Poin yang paling penting adalah kita berusaha, tidak usah memaksakan diri. Dan setiap saat kita harus mengecek: Apakah saya sudah berusaha dengan penuh semangat? Apakah usaha saya masih belum maksimal? Apakah saya masih sering bersantai?
Punya target pencerahan dalam hidup ini adalah sangat baik. Dan untuk mencapainya pun tidak perlu menggunakan pemaksaan diri ataupun kemelekatan terhadap tujuan. Yang penting adalah usaha dan usaha. Praktek, praktek.
_/\_
The Siddha Wanderer
Setuju dngan postingan sdr. Gandalfender. Namaste.
setuju untuk tidak "bertarget"...
karena jika ada target artinya ada citta untuk "menjadi" inilah awal kelahiran lagi.... (semua mulai dari niat pikiran)
Sang Buddha mencapai yang "tanpa keinginan untuk menjadi" = padamnya segala keinginan....
kayaknya seperti ini teorinya...
pada kenyataan jika "tidak bisa" sampai tahap tanpa keinginan (tiada jejak pikiran masa lalu, tiada angan masa yg akan datang dan keinginan masa kini)...
saya hanya menyempurnakan paramita... ho ho ho...
dan berusaha lebih sadar
Saya sangat setuju dengan GandalfTheElder. Dalam hal ini, bukan lah target yang harus di capai oleh seseorang umat Buddha. Tapi usaha yang tidak kenal menyerah dan putus asa (ketekunan) dalam mencapai tingkat kesucian itu lah yang paling penting. Memiliki Target itu bagus dan baik, karena dengan memiliki Target, kita memiliki suatu titik yang ingin kita capai. Namun perlu diingat, jangan lah menjadikan Target itu sebagai suatu yang harus benar-benar dicapai. Mengapa? Karena jika menjadikan Target itu sebagai suatu yang harus benar-benar dicapai, akan menimbulkan kemelekatan dan nafsu keinginan dalam diri kita. Jika kita tidak mencapai Target itu, maka dukkha lah yang akan muncul dalam diri kita. Sedangkan, sang Buddha bersabda salah satu cara untuk mengurangi dukkha adalah dengan memadamkan nafsu keinginan. Jadi, usaha yang tidak mengenal kata menyerah dan putus asa dalam mencapai tingkat kesucian adalah sesuatu yang penting dan sesuatu yang harus kita lakukan. Apabila kita tidak mencapai tingkat kesucian dalam kehidupan ini, setidaknya kita telah berusaha dengan keras, tekun dan pantang menyerah
Mantap yah bro gandalf...+1 yah. Kalo ga bisa wait 720 hours..