Saya ada kenalan. Dia waktu jaman penembakan misterius, dia sering kerjasama dgn tentara yaitu dia menunjukkan lokasi preman dan akibatnya preman itu tewas dgn mengenaskan. Cukup byk preman yg tewas krn informasi dr dia. Dulu dia termasuk org kaya besar tapi skrg dia sedang merosot dan dia sepertinya menyesal dgn perbuatannya dahulu.
Mohon masukan dr teman2 apa yg harus dilakukan oleh teman saya agar karma buruknya tdk terlalu berat krn Membunuh manusia kan karma buruknya berat. Anumodana.
yg bener neh....
kok gak lapor polisi..... si petrus nya sapa ya :-?
Bukan teman saya tapi dia yg memberikan informasinya.
Quote from: hengki on 20 May 2009, 07:46:35 PM
Saya ada kenalan. Dia waktu jaman penembakan misterius, dia sering kerjasama dgn tentara yaitu dia menunjukkan lokasi preman dan akibatnya preman itu tewas dgn mengenaskan. Cukup byk preman yg tewas krn informasi dr dia. Dulu dia termasuk org kaya besar tapi skrg dia sedang merosot dan dia sepertinya menyesal dgn perbuatannya dahulu.
Mohon masukan dr teman2 apa yg harus dilakukan oleh teman saya agar karma buruknya tdk terlalu berat krn Membunuh manusia kan karma buruknya berat. Anumodana.
Banyak berdana, fang sheng, banyak menolong orang dll
^
iya betoel........ jadi inget cerita apa ya...
yg katanya menjadi pejagal atau apa gitu pokon yg bunuh2an...
itu mesti menyelamatkan sekian puluh ribu nyawa....
tapi itu kan cuma cerita... intinya nangkep lah...... kalo i sih nyaranin jadi bhikkhu aja...
Kek angulimala ;D
Katanya sutra sih untuk menghilangkan karma buruk yaitu Baca Keng, Membabarkan dhamma ke orang Tua dll
Jadi relawan Tzu chi ..... seumur hidup ;D
bekerja tanpa pamrih, tanpa kenal lelah .....
Fangsen, cetak buku2 Dhamma (Gratis), Meditasi
_/\_
Om hengki, rasa bersalah atau menyesal merupakan penghambat dalam kemajuan batin. Semua manusia yang masih belum suci pasti pernah berbuat salah. Tetapi rasa bersalah adalah pikiran yang dilandasi kebencian / penolakan.
Pertama-tama harus menyadari bahwa beginilah manusia yang belum suci, pasti pernah berbuat salah. Yang kedua menyadari bahwa rasa bersalah / penyesalan adalah pikiran yang buruk. Lebih baik disadari sebagai pelajaran, jadikan sebagai peringatan bahwa kegiatan tersebut tidak baik, dan menjadi dasar tidak dilakukannya kegiatan yang merugikan makhluk lain. Kemudian sadari pula bahwa setiap makhluk mempunyai karma masing-masing, bila hal tersebut dilakukan atas dasar hukum negara, untuk kepentingan orang banyak, hal itu masih lebih baik dilakukan daripada atas dasar kebencian. Dan terakhir, meyadari dan melakukan perbuatan baik adalah berguna bagi makhluk lain.
IMHO, dia belum tentu dikategorikan menanam karma buruk
dalam percakapan YA Nagasena dan Raja Milinda, (kalau tidak salah ingat) Raja Milinda ada mempertanyakan mengenai hukuman mati (atau pancung). Menurut YA Nagasena, hukuman yg diterima penjahat adalah akibat perbuatannya sendiri :)
dalam satu perbuatan (secara Theravada), niat yg mendasari lah yg menentukan apakah itu karma buruk atau tidak buruk... kalau niatnya adalah kebencian thd penjahat2 tsb maka memang dik jategorikan karma buruk. Namun jika niatnya adalah menciptakan kehidupan sosial yg lebih aman & tentram, menurut saya belum tentu...
kemudian apakah nasib yg kurang baik sekarang adalah hasil karma buruk yg lalu, menurut saya juga belum tentu...
karena legendanya adalah hanya seorang "Sammasam BUddha" yg dapat melihat jalannya karma (kita mungkin cuma bisa tau garis besar & kurang lebihnya)...
jadi saat ini memusingkan apakah masa lalunya dia menanam karma buruk menurut saya agak sia2, lebih baik jika setiap ada kesempatan di saat ini, lakukanlah perbuatan baik, tidak perduli menurutnya sekarang ini dia sedang sial atau sedang untung.
Quote from: ryu on 20 May 2009, 08:15:15 PM
Kek angulimala ;D
Katanya sutra sih untuk menghilangkan karma buruk yaitu Baca Keng, Membabarkan dhamma ke orang Tua dll
intinya baca keng dan membabarkan dhamma adalah agar pikiran kita selalu dalam keadaan kusala (baik) dan ini termasuk perbuatan baik. Pikiran kita berproses dengan cepat sekali....setelah membaca satu keng, sudah ada milyaran pikiran baik yg muncul dan akibatnya (buah kammanya) juga kusala (baik).
Quote from: hengki on 20 May 2009, 07:46:35 PM
Saya ada kenalan. Dia waktu jaman penembakan misterius, dia sering kerjasama dgn tentara yaitu dia menunjukkan lokasi preman dan akibatnya preman itu tewas dgn mengenaskan. Cukup byk preman yg tewas krn informasi dr dia. Dulu dia termasuk org kaya besar tapi skrg dia sedang merosot dan dia sepertinya menyesal dgn perbuatannya dahulu.
Mohon masukan dr teman2 apa yg harus dilakukan oleh teman saya agar karma buruknya tdk terlalu berat krn Membunuh manusia kan karma buruknya berat. Anumodana.
Bro Hengki....kita bisa ambil contoh Kisah Angulimala ....dan cobalah suruh teman Bro Hengki itu banyak-banyak berbuat kebaikan...semoga dengan perbuatan baiknya itu bisa menekan perbuatan buruknya agar tidak berbuah (jadi expire date)....
_/\_ :lotus:
Quote from: hengki on 20 May 2009, 07:46:35 PM
Saya ada kenalan. Dia waktu jaman penembakan misterius, dia sering kerjasama dgn tentara yaitu dia menunjukkan lokasi preman dan akibatnya preman itu tewas dgn mengenaskan. Cukup byk preman yg tewas krn informasi dr dia. Dulu dia termasuk org kaya besar tapi skrg dia sedang merosot dan dia sepertinya menyesal dgn perbuatannya dahulu.
Mohon masukan dr teman2 apa yg harus dilakukan oleh teman saya agar karma buruknya tdk terlalu berat krn Membunuh manusia kan karma buruknya berat. Anumodana.
napa premannya dibunuh?
klo menurut wnya, menyesalpun tidak ada gunanya...
karena hal itu sudah berlalu, sebaiknya saat ini memupuk kamma baik(spt yg dikatakan yg lain juga) dan juga melimpahkan jasa pada mereka(preman2nya)... ;D ;D ;D
Metta Cittena,
Citta _/\_
_/\_
menurut saya mungkin bisa dilakukan dengan
pelimpahan jasa kepada mereka, mencetak buku, berdana, byk baca paritta dsb
tapi menurut w jangan fang sen.
Soalnya tar malah nambah karma buruk karna banyak yang mati sebelum dilepaskan
tapi kalo bisa menjamin ga da yg mati bole2 z dilakuin..
_/\_
Quote from: tesla on 21 May 2009, 12:13:25 PM
IMHO, dia belum tentu dikategorikan menanam karma buruk
dalam percakapan YA Nagasena dan Raja Milinda, (kalau tidak salah ingat) Raja Milinda ada mempertanyakan mengenai hukuman mati (atau pancung). Menurut YA Nagasena, hukuman yg diterima penjahat adalah akibat perbuatannya sendiri :)
dalam satu perbuatan (secara Theravada), niat yg mendasari lah yg menentukan apakah itu karma buruk atau tidak buruk... kalau niatnya adalah kebencian thd penjahat2 tsb maka memang dik jategorikan karma buruk. Namun jika niatnya adalah menciptakan kehidupan sosial yg lebih aman & tentram, menurut saya belum tentu...
kemudian apakah nasib yg kurang baik sekarang adalah hasil karma buruk yg lalu, menurut saya juga belum tentu...
karena legendanya adalah hanya seorang "Sammasam BUddha" yg dapat melihat jalannya karma (kita mungkin cuma bisa tau garis besar & kurang lebihnya)...
jadi saat ini memusingkan apakah masa lalunya dia menanam karma buruk menurut saya agak sia2, lebih baik jika setiap ada kesempatan di saat ini, lakukanlah perbuatan baik, tidak perduli menurutnya sekarang ini dia sedang sial atau sedang untung.
yup..
intinya jangan terlalu cepat memvonis ini karma buruk akibat perbuatan ini ini itu itu..
karena sistem kerja hukum karma begitu kompleks.. dan yang belum sempurna tidak bisa tahu, bagaimana kita bisa menduga bahwa ini karma buruk akibat ini ini itu itu ?
dari niatnya om. kalau niatnya memang benci sama orang jahat, yah tetep ajah.
kalau dari niatnya memang untuk menjalankan tugas negara, demi orang banyak...
Quote from: gachapin on 21 May 2009, 09:08:29 PM
dari niatnya om. kalau niatnya memang benci sama orang jahat, yah tetep ajah.
kalau dari niatnya memang untuk menjalankan tugas negara, demi orang banyak...
Nanti kek kata Chandra Mukti lho ;D
masalahnya yang melakukan bukan orang tercerahkan, beda dengan yang tercatat.
yang tercerahkan tidak melakukan pembunuhan lagi.
dari tesla :
dalam percakapan YA Nagasena dan Raja Milinda, (kalau tidak salah ingat) Raja Milinda ada mempertanyakan mengenai hukuman mati (atau pancung). Menurut YA Nagasena, hukuman yg diterima penjahat adalah akibat perbuatannya sendiri
ada pula cerita mengenai YA. Sariputta memberi nasehat kepada algojo yang susah konsentrasi karena rasa bersalahnya, bahwa algojo tersebut melakukan bukan atas dasar kebencian, dan algojo tersebut mencapai tingkat bahwa di kehidupan selanjutnya bisa mencapai sotapanna.
Quote from: ryu on 21 May 2009, 09:13:19 PM
Quote from: gachapin on 21 May 2009, 09:08:29 PM
dari niatnya om. kalau niatnya memang benci sama orang jahat, yah tetep ajah.
kalau dari niatnya memang untuk menjalankan tugas negara, demi orang banyak...
Nanti kek kata Chandra Mukti lho ;D
memang kata Buddha adalah: "
niat (cetana) inilah yg kusebut karma" kok
tapi kalau dari sekilas saya baca tulisan bro Chandra (karena saya tidak berminat baca), yg dia sebut itu pembunuhan mulia itu
berdasarkan pada niat membela pandangan yg menurutnya benar... (padahal yg menurutnya benar itu tidak tahu apakah benar3?)
Quote from: tesla on 21 May 2009, 10:03:09 PM
Quote from: ryu on 21 May 2009, 09:13:19 PM
Quote from: gachapin on 21 May 2009, 09:08:29 PM
dari niatnya om. kalau niatnya memang benci sama orang jahat, yah tetep ajah.
kalau dari niatnya memang untuk menjalankan tugas negara, demi orang banyak...
Nanti kek kata Chandra Mukti lho ;D
memang kata Buddha adalah: "niat (cetana) inilah yg kusebut karma" kok
tapi kalau dari sekilas saya baca tulisan bro Chandra (karena saya tidak berminat baca), yg dia sebut itu pembunuhan mulia itu berdasarkan pada niat membela pandangan yg menurutnya benar... (padahal yg menurutnya benar itu tidak tahu apakah benar3?)
Nah itulah, makanya harus dilihat, beda ajaran beda pandangan.
mo nanya juga neh,
apakah karma menbunuh seorang manusia lebih besar di bandingkan membunuh binatang?
dan apakah ukuran mahkluk yang di bunuh menentukan besar kecil karma? contoh: membunuh semut dan gajah
terima kasih _/\_
lazimnya sih begitu, buah kamma ditentukan juga oleh obyek.
misalnya berdana untuk orang suci memberikan buah yang lebih baik dari berdana untuk orang biasa.
biasanya disebutkan, berdana untuk binatang memberikan buah lebih sedikit dari berdana untuk manusia.
demikian pula, membunuh binatang memberikan buah yang kurang bila dibandingkan membunuh manusia.
di alam binatang biasanya diukur dengan besarnya, sedangkan alam manusia diukur dengan kualitas batinnya.
berarti klo membunuh semut karma buruknya lebih sedikit?
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 10:21:57 AM
mo nanya juga neh,
apakah karma menbunuh seorang manusia lebih besar di bandingkan membunuh binatang?
dan apakah ukuran mahkluk yang di bunuh menentukan besar kecil karma? contoh: membunuh semut dan gajah
terima kasih _/\_
[at] Bro Chomed = Sangat Sulit Memprediksi atau Mengukur Buah Karma yg akan Berbuah (Kamma Vipaka Acinteya).
Coba anda renungkan lebih mulia mana Manusia dan Hewan?............ :-?
[at] Bro Hengky = Katakan Ke Teman anda , Masa Lalu adalah Kenangan , Masa Depan Adalah Angan-angan , yang Penting Saat ini Detik ini kita isi dengan Kebajikan.... :)
_/\_
Gunawan
Quote from: Gunawan on 03 June 2009, 10:50:36 AM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 10:21:57 AM
mo nanya juga neh,
apakah karma menbunuh seorang manusia lebih besar di bandingkan membunuh binatang?
dan apakah ukuran mahkluk yang di bunuh menentukan besar kecil karma? contoh: membunuh semut dan gajah
terima kasih _/\_
[at] Bro Chomed = Sangat Sulit Memprediksi atau Mengukur Buah Karma yg akan Berbuah (Kamma Vipaka Acinteya).
Coba anda renungkan lebih mulia mana Manusia dan Hewan?............ :-?
[at] Bro Hengky = Katakan Ke Teman anda , Masa Lalu adalah Kenangan , Masa Depan Adalah Angan-angan , yang Penting Saat ini Detik ini kita isi dengan Kebajikan.... :)
_/\_
Gunawan
berarti semakin mulia suatu mahluk maka jika kita membunuhnya, maka kita akan mendapat karma yang lebih besar? tapi bukankah ada kemungkinan hewan juga bisa mencapai tingkat kesucian?
kenapa terdengar ga adil ya? tingkat "mulia" suatu mahluk tuh di ukur dari mana ya?
bingung neh jadinya
Seingat saya menurut Theravada sih hewan gak bisa mencapai jhana apalagi tingkat kesucian.
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:09:35 AM
Seingat saya menurut Theravada sih hewan gak bisa mencapai jhana apalagi tingkat kesucian.
oh gitu, trus klo gajah kerajaan ( lupa namanya ) jaman sang buddha dulu?
tambah bingung..???????
gajah nalagiri, tidak pernah diceritakan gajah ini mencapai jhanam dan Sang Buddha bilang "seandainya loe bukan gajah, pasti udah sotapanna"
oh gitu ya!
mulai ga bingung
eh... trus klo karma yang di perbuat hewan itu lebih kecil atau sama dengan manusia?
??
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:39:04 AM
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
nah loh....
bingung lagi neh ??????
;D
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 11:44:14 AM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:39:04 AM
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
nah loh....
bingung lagi neh ??????
kenapa harus bingung, bro?
bahkan buddha saja pernah kok jadi hewan, jadi peri pohon, dsbnya.......
semuanya dikarenakan kamma buruk beliau yg mengkondisikan masuk ke alam2 rendah.......
tapi karena beliau adl bodhisatta maka menjadi mahluk apapun, beliau akan menjadi mahluk yg bijaksana, yg selalu berusaha utk menyempurnakan parami.....
Quote from: markosprawira on 03 June 2009, 12:09:45 PM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 11:44:14 AM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:39:04 AM
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
nah loh....
bingung lagi neh ??????
kenapa harus bingung, bro?
bahkan buddha saja pernah kok jadi hewan, jadi peri pohon, dsbnya.......
semuanya dikarenakan kamma buruk beliau yg mengkondisikan masuk ke alam2 rendah.......
tapi karena beliau adl bodhisatta maka menjadi mahluk apapun, beliau akan menjadi mahluk yg bijaksana, yg selalu berusaha utk menyempurnakan parami.....
nah klo gitu, misalkan kita membunuh hewan yang kebetulan adalah calon buddha gimana?
???
ahhh.. kok kebanyakan bingungnya neh gw...
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 12:12:00 PM
Quote from: markosprawira on 03 June 2009, 12:09:45 PM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 11:44:14 AM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:39:04 AM
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
nah loh....
bingung lagi neh ??????
kenapa harus bingung, bro?
bahkan buddha saja pernah kok jadi hewan, jadi peri pohon, dsbnya.......
semuanya dikarenakan kamma buruk beliau yg mengkondisikan masuk ke alam2 rendah.......
tapi karena beliau adl bodhisatta maka menjadi mahluk apapun, beliau akan menjadi mahluk yg bijaksana, yg selalu berusaha utk menyempurnakan parami.....
nah klo gitu, misalkan kita membunuh hewan yang kebetulan adalah calon buddha gimana?
???
ahhh.. kok kebanyakan bingungnya neh gw...
makanya lebih aman jangan membunuh
tapi seandainya sudah terjadi, ya calon buddha kan bukan buddha, jadi agak mendingan deh
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 10:21:57 AM
mo nanya juga neh,
apakah karma menbunuh seorang manusia lebih besar di bandingkan membunuh binatang?
dan apakah ukuran mahkluk yang di bunuh menentukan besar kecil karma? contoh: membunuh semut dan gajah
terima kasih _/\_
IMO
sama aja deh.. bunuh semut / gajah..
sama2 besar dosa nya.. krn mereka sama2 makhluk hidup yg punya satu nyawa dan hidup sebagai binatang...
hanya fisiknya yg berbeda..
Kalo bunuh manusia / binatang... hmmmm...
agak bingung sih.. walaupun sama2 dosa tp apa ada yg lbh besar dosanya ya..
beda donk....... tergantung juga.....
misal kita bunuh semut kan cuma semut ... itu kan banyak gak ngaruh kali bunuh satu semut doank.....
bandingkan coba kalau bunuh gajah.. apalagi gajah sirkus..... bisa bisa dipenjara e...
dalam satu jenis makhluk aja beda2 kwalitasnya.......
misal bunuh anjing sendiri sama bunuh anjing tetangga.... kan karma buruknya aja dah beda.. padahal sama2 anjing.
Quote from: Elin on 03 June 2009, 12:25:59 PM
IMO
sama aja deh.. bunuh semut / gajah..
sama2 besar dosa nya.. krn mereka sama2 makhluk hidup yg punya satu nyawa dan hidup sebagai binatang...
hanya fisiknya yg berbeda..
Kalo bunuh manusia / binatang... hmmmm...
agak bingung sih.. walaupun sama2 dosa tp apa ada yg lbh besar dosanya ya..
Secara komentar pendapat Elin tidak didukung. Karena membunuh binatang yang lebih besar membutuhkan usaha (coba bayangin bunuh gajah sama bunuh semut, mana yang lebih diniatkan?). Bila usahanya sama, maka obyeknya (vatthu) yang lebih besar.
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 11:02:40 AM
Quote from: Gunawan on 03 June 2009, 10:50:36 AM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 10:21:57 AM
mo nanya juga neh,
apakah karma menbunuh seorang manusia lebih besar di bandingkan membunuh binatang?
dan apakah ukuran mahkluk yang di bunuh menentukan besar kecil karma? contoh: membunuh semut dan gajah
terima kasih _/\_
[at] Bro Chomed = Sangat Sulit Memprediksi atau Mengukur Buah Karma yg akan Berbuah (Kamma Vipaka Acinteya).
Coba anda renungkan lebih mulia mana Manusia dan Hewan?............ :-?
[at] Bro Hengky = Katakan Ke Teman anda , Masa Lalu adalah Kenangan , Masa Depan Adalah Angan-angan , yang Penting Saat ini Detik ini kita isi dengan Kebajikan.... :)
_/\_
Gunawan
berarti semakin mulia suatu mahluk maka jika kita membunuhnya, maka kita akan mendapat karma yang lebih besar? tapi bukankah ada kemungkinan hewan juga bisa mencapai tingkat kesucian?
kenapa terdengar ga adil ya? tingkat "mulia" suatu mahluk tuh di ukur dari mana ya?
bingung neh jadinya
diukur dari sila-nya bro.......
semakin tinggi/baik pelaksanaan sila mahluk yang dibunuh, efeknya akan makin berat bagi si pelaku......
itu kenapa membunuh arahat, akan masuk ke neraka Avici (neraka paling dasar)
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 12:12:00 PM
Quote from: markosprawira on 03 June 2009, 12:09:45 PM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 11:44:14 AM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 11:39:04 AM
Lagian sebagian dari gajah-gajah itu adalah para bodhisattva koq menurut Theravada
nah loh....
bingung lagi neh ??????
kenapa harus bingung, bro?
bahkan buddha saja pernah kok jadi hewan, jadi peri pohon, dsbnya.......
semuanya dikarenakan kamma buruk beliau yg mengkondisikan masuk ke alam2 rendah.......
tapi karena beliau adl bodhisatta maka menjadi mahluk apapun, beliau akan menjadi mahluk yg bijaksana, yg selalu berusaha utk menyempurnakan parami.....
nah klo gitu, misalkan kita membunuh hewan yang kebetulan adalah calon buddha gimana?
???
ahhh.. kok kebanyakan bingungnya neh gw...
Kebanyakan mikir jadi bingung sendiri khan bro? ;D
itu yg bro Gunawan sebut dengan accinteya yaitu tidak terjangkau oleh pikiran biasa..... bahwa kombinasi dari suatu kamma amatlah beragam
Mulai dari niat : sengaja/tidak sengaja membunuh
lalu dari obyeknya
juga dari bagaimana batin saat membunuh, seberapa bencinya dia saat melakukan pembunuhan itu
belum kombinasi dengan berbagai niyama2 lain
Jadi 1 kondisi terdiri dari berbagai hal yang bercampur baur........
Itu kenapa sebagai umat awam buddhist, kita sebaiknya menjalankan pancasila buddhis dengan ketat krn akan membantu kita untuk meminimalisir kemungkinan2 melakukan hal2 yg tidak baik
semoga bermanfaat
metta _/\_
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 12:33:53 PM
Karena membunuh binatang yang lebih besar membutuhkan usaha (coba bayangin bunuh gajah sama bunuh semut, mana yang lebih diniatkan?). Bila usahanya sama, maka obyeknya (vatthu) yang lebih besar.
tapi misalkan, di rumah banyak semut dan mulai menganggu aktivitas, dan kita niat untuk membunuh semut itu, karmanya sama ga kalau kita membunuh 1 ekor gajah? terus bila di banding kan secara kuantitas kan lebih banyak kawanan semut dari pada 1 ekor gajah, lebih besar mana karmanya?
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 01:42:17 PM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 12:33:53 PM
Karena membunuh binatang yang lebih besar membutuhkan usaha (coba bayangin bunuh gajah sama bunuh semut, mana yang lebih diniatkan?). Bila usahanya sama, maka obyeknya (vatthu) yang lebih besar.
tapi misalkan, di rumah banyak semut dan mulai menganggu aktivitas, dan kita niat untuk membunuh semut itu, karmanya sama ga kalau kita membunuh 1 ekor gajah? terus bila di banding kan secara kuantitas kan lebih banyak kawanan semut dari pada 1 ekor gajah, lebih besar mana karmanya?
gak bisa pake persamaan matematis bro,
Quote from: Indra on 03 June 2009, 01:47:20 PM
Quote from: chomed23 on 03 June 2009, 01:42:17 PM
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 12:33:53 PM
Karena membunuh binatang yang lebih besar membutuhkan usaha (coba bayangin bunuh gajah sama bunuh semut, mana yang lebih diniatkan?). Bila usahanya sama, maka obyeknya (vatthu) yang lebih besar.
tapi misalkan, di rumah banyak semut dan mulai menganggu aktivitas, dan kita niat untuk membunuh semut itu, karmanya sama ga kalau kita membunuh 1 ekor gajah? terus bila di banding kan secara kuantitas kan lebih banyak kawanan semut dari pada 1 ekor gajah, lebih besar mana karmanya?
gak bisa pake persamaan matematis bro,
:)) iya tuh kaya pake grafik banding lurus ajah..
lah tadi katanya bisa, trgantung ukuran katanya, terus tergantung silanya!
membingungkan...
Bro chomed23, seperti yang sudah oom markos bilang, ini bukan persamaan matematis, melainkan persamaan Sammasambuddha.
Jadi yang mengerti dengan sempurna kamma dan buahnya pada suatu makhluk cuma Sammasambuddha.
Pemberitahuan di atas merupakan apa yang tertulis dalam Tipitaka atau Kitab-Kitab komentar, dan hanya merupakan panduan umum, contohnya =" kalau kita jalan, maka kita akan maju". Tetapi mengukur seberapa cepat, seberapa besar, banyakan mana langkahmu atau langkahku, sudah di luar pemikiran biasa. Sudah seharusnya tidak dipikirkan lagi.
Semoga mengerti yah.
Quote from: gachapin on 03 June 2009, 02:05:54 PM
Bro chomed23, seperti yang sudah oom markos bilang, ini bukan persamaan matematis, melainkan persamaan Sammasambuddha.
Jadi yang mengerti dengan sempurna kamma dan buahnya pada suatu makhluk cuma Sammasambuddha.
Pemberitahuan di atas merupakan apa yang tertulis dalam Tipitaka atau Kitab-Kitab komentar, dan hanya merupakan panduan umum, contohnya =" kalau kita jalan, maka kita akan maju". Tetapi mengukur seberapa cepat, seberapa besar, banyakan mana langkahmu atau langkahku, sudah di luar pemikiran biasa. Sudah seharusnya tidak dipikirkan lagi.
Semoga mengerti yah.
sebenernya seh gw ga terlalu mukirin yang begituan, cuma kadang2 klo sedang berpikir kok rasanya masih ada yang aneh!
jadi intinya kita jangan membunuh eh salah meghindari pembunuhan karena kita ga tau seberapa besar akibatnya ke kita, mungkin cuma kecil atau malah besar.
betul ga?
suatu waktu dalam jataka, ada sekumpulan suku primitif, ia makan dari memburu...
suatu waktu ia melihat gajah putih, muncul lah NIAT untuk memburunya
akhirnya ia terlibat dalam pengejaran2, bak FBI mengejar teroris...(lirik pus2..wakakaka)
, akhirnya (kalau gak salah ia kepeleset kejurang atau mati lemas getuu) ketika ia mati, di pikirannya "ingin memburu gajah putih"
nyemplung dahhh.. jd gajahh...
so , jika di pikiran anda "bunuh semut" dan hal itu anda lakukan seumur hidup anda, maka akan menjadi KAMMA DOMINAN, dan hal tersebut berbahaya....
seharusnya anda bayangkan, semua mahluk mau hidup.
bagaimana jika anda jadi semut, lalu saya tindas anda...
... keep sati...
ow.... atit..
gitu ya!
waduh.... bahaya.... klo berpikiran "bunuh kecoa" nanti jadi kecoa?
ogah...
Quote from: tesla on 21 May 2009, 12:13:25 PM
IMHO, dia belum tentu dikategorikan menanam karma buruk
dalam percakapan YA Nagasena dan Raja Milinda, (kalau tidak salah ingat) Raja Milinda ada mempertanyakan mengenai hukuman mati (atau pancung). Menurut YA Nagasena, hukuman yg diterima penjahat adalah akibat perbuatannya sendiri :)
dalam satu perbuatan (secara Theravada), niat yg mendasari lah yg menentukan apakah itu karma buruk atau tidak buruk... kalau niatnya adalah kebencian thd penjahat2 tsb maka memang dik jategorikan karma buruk. Namun jika niatnya adalah menciptakan kehidupan sosial yg lebih aman & tentram, menurut saya belum tentu...
kemudian apakah nasib yg kurang baik sekarang adalah hasil karma buruk yg lalu, menurut saya juga belum tentu...
karena legendanya adalah hanya seorang "Sammasam BUddha" yg dapat melihat jalannya karma (kita mungkin cuma bisa tau garis besar & kurang lebihnya)...
jadi saat ini memusingkan apakah masa lalunya dia menanam karma buruk menurut saya agak sia2, lebih baik jika setiap ada kesempatan di saat ini, lakukanlah perbuatan baik, tidak perduli menurutnya sekarang ini dia sedang sial atau sedang untung.
betul sekali semua didasari motivasi waktu melaporkan
klo karena dendam so pasti buruk tp klo demi keamanan warga,maka ya tentaralah yg menanggung akibat buruk,lucunya koq ga lapor polisi ya,agak kurang wajar emang
spt na aada yg perlu diluruskan dr coment2 disini ,,
klo kamma buruk itu gx bisa dihilangkan ,, ttp ada akibat na,,
trz kedua,,
ini lbh ke kamma yg dilakukan lewat pikiran dan ucapan,,
disatu sisi dia gx terlibat langsung dlm pembunuhan , tp cm memberitahukan hal yg dpt mencelakai org lain
disisi ini dia blm tentu terlibat pembunuhan kcuali klo hukum pidana,,
disisi lain bisa az dia cm menyampaikan apa yg dia tahu,,, ato berkata jujur,,
wlaupun kdg jjur blom tentu baik
nah kesimpulan na,, apakah ini kategori pelanggaran sila pertama ??? ato bagaimana ya ??
temen saya itu dulu org kaya raya dan byk kenal dgn militer. Tapi dia skrg sudah jatuh miskin
Quote from: hengki on 10 December 2013, 08:56:53 PM
temen saya itu dulu org kaya raya dan byk kenal dgn militer. Tapi dia skrg sudah jatuh miskin
Ya, miskin itu kan bukan krn byk kenalan dgn militer,