Quote from: upasaka on 24 April 2009, 03:36:50 PM
[at] lophenk dan lian
Saya ingin menambahkan sedikit penjelasan mengenai Nibbana (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,6525.msg135577.html#msg135577)...
Di dunia ini ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak muncul dari sebab yang lalu, tidak terbentuk; yang mutlak. Dan itu adalah Nibbana.
Menyatakan bahwa Nibbana adalah keberadaan selamanya adalah kesalahan. Karena tidak ada 'sesuatu' yang eksis di dalam kondisi Nibbana itu.
Menyatakan bahwa Nibbana adalah kelenyapan selamanya adalah kesalahan. Karena tidak ada 'sesuatu' yang lenyap di dalam kondisi Nibbana itu.
Eksis maupun lenyap adalah pandangan yang berasal dari keakuan. Pandangan ini lahir dari persepsi bahwa kita (manusia) memiliki substansi inti yang disebut "aku" (jiwa atau roh). Nibbana adalah perealisasian mutlak dengan menyelami hakikat karekteristik duniawi, yaitu anicca, dukkha dan anatta. Oleh karena itu, Nibbana bukanlah menjadi ada maupun lenyap.
Yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak muncul dari sebab yang lalu, tidak terbentuk; yang mutlak.
-> Sesuatu yang tidak dilahirkan, ... itu bukan ada (eksis).
-> Sesuatu yang tidak dilahirkan, ... itu bukan tidak ada (lenyap).
Nibbana adalah keadaan yang di luar ada maupun tiada.
Di dunia ini ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak muncul dari sebab yang lalu, tidak terbentuk; yang mutlak. Dan itu adalah Nibbana. Teman-teman perhatikan ada yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta, tidak muncul, tidak terbentuk, yang mutlak, (kemunculan/ciri-ciri) itu semua dimunculkan oleh siapa? dan itu bersifat apa atau ada dimana? (lihat jawaban sudah dijelaskan sempurna pada yang saya birui), seperti juga komentar teman-teman mengenai pengertian/pandangan tentang Nibanna. Tetapi sesungguhnya setiap makhluk hidup (manusia) memiliki (kehidupan) yang sejati (True Self), kedemikianan sewajarnya mutlak dan yang sempurna, tetapi seperti juga pandangan-pandangan keterbatasan awam tentang pengertian/pemahaman Nibanna, setiap makhluk yang belum tercerahkan hidup berjalan didalam kesesatan pandangan kepada kewujudan dan karena kelekatan, kecekatannya kepada diri aku atta yang palsu/ilusi bersifat anicca anatta.
Bagaimana seseorang dapat tercerahkan atau dibilang telah tercerahkan? yaitu saat dia mengetahui/mengenal sifat atau keberadaan (kehidupan) kesejatiannya.
Apakah karena kepandaian atau logika seperti yang sering dalam diskusi atau perdebatan bahwa kekuatan hal itu (kepandaian/logika) yang dikedepankan sehingga Nibanna dapat muncul oleh yang mengaku bijaksana? oh tidak..., klo itu dimunculkan berarti itu dimunculkan oleh siapa dan bersifat apa. Tetapi sifat sejati itu ada, sewajarnya ada, setiap makhluk hidup (manusia) memiliki (kehidupan) yang sejati (True Self), kedemikianan sewajarnya mutlak dan yang sempurna. Tetapi semua ciri-ciri (duniawi) muncul oleh apa/siapa sehingga sebenarnya bersifat apa?.
Sebagai contoh untuk menyelami kita lihat perbandingan sebelum dan sesudah pencapaian pencerahan YM Ananda yang penuh pengetahuan, bukan karena pengetahuan yang dia miliki (bersifat intelektual) saat dia menyerah berpikir kelelahan mencoba mencari makna, berusaha mencapai pencerahan Nibanna, dia melepaskan semua usaha intelektualnya menanggalkan semua usahanya dia mengenali hidup/kehidupan kesejatiannya. Setelah itu dia baru tahu apa arti pengajaran guru Buddha bahwa (pengajaran/kata-kata) Dharma itu hanya sebagai rakit saja, yaitu setelah dia tercerahkan dia tahu makna apa sesungguhnya yang dimaksud ditunjuk/tujuan pencapaian dalam pengajaran guru Buddha (kenyataannya) dan apa itu pengajaran-pengajaran sebagai rakit yang membawa menuju ke pemahaman/pengalaman sebenarnya dan sejak tercerahkan dia dapat membedakan (segala pandangan, kesadaran keberadaan) kekhayalan aku masa lalunya dan masa kini dia (sudah/hanya) berjalan didalam kekuatan kewajaran kesejatian dirinya (True selfnya).
semoga dapat melihat perbedaannya dan tercerahkan.
good hope and love
coedabgf
dan satu hal lagi bahwa Nibanna atau segala sifat keMutlakan gak bisa dibandingkan dengan yang duniawi/kewujudan/kebendaan, wong.. yang namanya kehidupan saja (bukan benda mati), manusia, awam bahkan gak bisa sedikit saja menyelami yang Mutlak/keMutlakan/pengalaman Nibanna.
Quote from: coedabgf on 24 April 2009, 05:25:40 PM
dan satu hal lagi bahwa Nibanna atau segala sifat keMutlakan gak bisa dibandingkan dengan yang duniawi/kewujudan/kebendaan, wong.. yang namanya kehidupan saja (bukan benda mati), manusia, awam bahkan gak bisa sedikit saja menyelami yang Mutlak/keMutlakan/pengalaman Nibanna.
tetapi bisa diraih... ;D
bro hat red sayang coba renungkan pelan-pelan reply 121. makanya mengapa jika ada pengajaran hal ini diungkapkan baik pada sutra/sutta sutta atau ada seseorang yang mengungkapkan mengapa tidak terungkapkan oleh para pendengar? saya beri ilustrasi apa yah istilahnya klo anda berbicara apa kepada seseorang yang dituju dan orang yang dimaksudnya berbeda bahkan bersebrangan pengertiannya atau seperti diistilahkan yang satu diseberang sini, yang satu diseberang sana, ngotot-ngotot lagi :))
mm..... :no: mmm....... :no:
bukan begitu om......... kalo untuk nibbana..... memang yg paling penting itu prosesnya om.... bukan pengertiannya.........
makanya dalam beberapa kata..... nibbana itu diraih.... bukan di mengerti......
kalo mo dianalogikan.......... seharusnya kita seperti orang yg mendapat peta harta karun...........
klo diraih itu seperti benda atau ada kewujudan, wong itu adalah (sudah ada) sifat kesejatian hidup/kehidupan semua makhluk. Mengetahui atau mengenali, diistilahkan mencapai itu adalah pencapaian pengetahuan atau menyadari keberadaan akan hal itu. Dan realisasinya adalah bukan lagi berjalan didalam kesalahan pandangan seperti yang diajarkan guru Buddha tentang keberadaan diri yang diakui awam yang masih bersifat anicca anatta tetapi oleh karena dia sudah mengetahui sifat hidup kewajarannya/kesejatiannya (aku sejati/True self). Tidak ada lagi keraguan kebingungan dan kekacauan hakekat sifat-sifat semua keberadaan/kewujudan khususnya keberadaan diri.
nah tuh bingung gak..., atau timbul lagi kekacauan/kehebohan lagi gak? atau ada yang menangkap/mengerti? semoga _/\_
mgerti gak... maksudnya kalimat yang saya tebalkan. Apanya yang diraih (atau mungkin ada yang seolah-olah diistilahkan dimunculkan (pikiran)) klo itu memang (sudah ada) adalah sifat kesejatian hidup/kehidupan semua makhluk.
klo dimunculkan, dimunculkan itu oleh siapa? dan sifatnya apa (semua yang dimunculkan di dunia ini)? lihat Udanna VIII.3. atau penjelasan reply 121
om coed.....
kalo om mendapat peta harta karun..... om coed emang udah tau isi peti harta karun kek apa?
seperti kasus-kasus diskusi atau perdebatan, bagaimana bisa nyambung, boro-boro ngomong Tuhan, klo bicara hal ini saja aku di seberang disini engkau di seberang disana. (klo seberang sana sekarangpun aku hidup diseberang sana (dunia dan nama-rupa). makanya sering heboh bro.... sampai gak sati lagi gak merasa banyak keluar bahasa gilaaaa. :))
bro hat red sayang...
bro kan mo tahu isi peti harta karun, klo saya tanya lagi ada gak.. atau sudah tersirat dijelaskan pada sutra/sutta sutta atau catatan pengajaran guru-guru/master-master, mereka yang sudah tercerahkan? bro bisa mengerti/merasakan gak? atau karena kemelekatan kepada ciri-ciri kewujudan dibayangkan seperti rasa makanan rasa asem, manis, pahit, gurih, bulet, lonjong dsbnya. :))
bro hat red klo mo tanya, tanya saja yah jangan tersinggung klo ada tulisan saya yang mungkin jail atau ketus. yah cuma kadang-kadang iseng-iseng saja mo jail/becanda. _/\_
ya... ngegosipin.. isinya kan boleh2 aza.. :whistle: (sebagai manusia kurang bijak.. masih wajar lah.. ;) )
Sebenarnya rahasianya banyak ditulis. sama seperti baca sutra/sutta-sutta dan ujaran-ujaran guru/master-master yang tercerahkan.
coba dah saya tes..., klo waktu anda baca ajaran (sutra/sutta/guru yang tercerahkan) mencari kesejatian, (anda sudah mengarahkan/membentuk) apa yang anda cari, dan anda mencari dimana? apa sifatnya kekuatan yang anda gunakan untuk mencari itu? sama seperti orang yang ribut-ribut berlatih tekhnik-tekhnik meditasi, yang sebenarnya meditasi pernafasan itulah yang efektif dan efisien.
tuh petunjuknya saya warnai, cari yang benar.
itukan kata mereka.................
dan juga melalui kata2......
ibarat kata....
dari orang pertama bilang... "Peti itu tidak ada permata, dan tidak ada emas, cuma selembar kain"
orang kedua bilang..... "Peti itu terbuat dari emas... isinya permata dan selembar kain"
orang ketiga bilang..... "Peti itu terbuat dari emas dan dilapisi kain yg berisi permata"
orang keempat bilang...... "Peti itu terbuat dari permata.... namun cuma kain isinya gak ada emas"
orang kelima bilang....... "Peti itu isinya emas dan permata yg dibungkus kain."
nah loh............................
tapi kan walau apapun pengertian mereka tentang isi peti (nibbana)..... tetap saja yg namanya peti harta karun isinya ya harta karun toh.. ;)
klo berbeda-beda berarti bukan nyata-nyata melihat dong.
klo sudah terbuka melihat, yah pasti sama yang diperkatakannya/disaksikannya oleh mereka yang ada (terbuka) di ruang peti itu, masa beda-beda sih klo kenyataannya ada/terbuka seperti apa adanya.
jikalau... hal yg didalam peti........ tidak bisa diungkapkan dengan kata2.... (kek pujangga aja)
maka.............penggunaan kata juga bakal terbatas kan....
dan juga bukti orang itu mengatakan apakah dia mengatakan yg sebenarnya juga kita gak tau kan....
ya ibarat kata ya emang begitu doank.......
om tau pelem nya leonardo di caprio gak ya di pantai Thailand....
nah ceritanya yah... mirip2 gitu.....
kita ibarat orang yg menerima peta... dan orang yg memberikan juga menjelaskannya juga sekedarnya dia saja.......
dan modal kita ya udah sebatas itu saja.........
memang begitu. Tapi koreksi, klo Guru yang memberitahukan bukan seadanya koq.
makanya guru Buddha bilang pengajaran Dhamma itu sebagai rakit. Seperti ilustrasi yang sudah saya jelaskan tentang YA Ananda, pada saat sudah mencapai tujuan yang tercerahkan dapat melihat kebodohan kesesatan/kesalah-pandangan dan jalan (usaha) masa lalunya.
Tetapi yang jadi masalah saat dia (yang tercerahkan) mengajarkan/memberitahukan mereka yang sedang berusaha dalam kesesatan pandangannya, mereka tetap berjalan bukan mengikuti sesungguhnya peta petunjuknya tetapi melainkan (kecenderungan) imaginasi diri sendirinya dan penikmatan kesenangannya menterjemahkan peta petunjuknya (menurut batasan-batasan kebanggaan keakuan kebijaksanaan pengalaman hidupnya, dan tujuan kelekatannya) dan juga oleh karena (masih) kegelapan gambaran sebenarnya (kenyataan kebenarannya/keberadaan yang dicari tersebut).
Seperti dalam cerita Zen, dimana guru Zen ketok kepala muridnya yang bandel dalam pengertian keras-kepala atas pandangan-pandangan salahnya sendiri atau tuang teh pada cangkir terisi penuh dll. (sebab sang guru tahu perbedaan atau batasan yang benar atau masih dalam batas (masih) bersifat ilusi/khayal)
iya.....
Guru sudah berbusa ngomong.. tapi kalau gak "nyampe" ke muridnya ya sama saja....
bukankah guru Zen sendiri meng"haram"kan kata2....
di ketok dah mendadak pletok-pletok sampai benjol, dimana murid sudah bangga-bangga mengekspresikan kebanggaan kebijaksanaan pencapaian pengetahuan dirinya eh mendadak kepalanya pletok-pletok dikejutkan sampai berhenti bengong. ;D (nah luh klo begitu bisa sadar diri gak?)
gak mengharamkan lah, tetap ada petunjuk. tapi klo di paragraf atas sang murid kenapa tuh sampai diketok?
hehe... kalo i mah.. bengongnya...karena bertanya2....
kok kepala i diketok melulu ya..?
yang sudah pasti begitu, biar mencari-cari/bertanya-tanya ke diri sendiri kenapa atau ada apa.
sang guru mah tetap cuek bebek bae... he3x.... :))
dan klo bertanya (mo belajar) gak sembarangan/serampangan tetapi serius (matang-matang) sudah direnungi terlebih dahulu dalam-dalam sehingga cepat mendapat kemajuan berarti dalam kebijaksanaan pengertian/jalan.
coba klo gak... diketok mulu klo gurunya tukang ketok. sambil ketok-ketok apa tuh klo baca sutra :))
wah... mesti serius neh... :))
kalo gak diketok ma ci Lily neh... :-SS
dah dulu dah masa ceritanya ketok-ketok mulu.
be te we...., ada dapat pengertian gak?
banyak tanya tapi cuma cerita-cerita dan omong saja, ta ketok kamu pletok.. pletok! :hammer: :hammer:
hehe.... :)) mesti di cerna dulu donk........ baru.. dapet gizinya.. :D
Brapakah jumlah mkhluk hidup yang blum mencapai nibbana?
Asumsi, semua mkhluk hdup yang blum mencapai nibbana ->"pemilik karma" dan "pemilik bhavanga"nya sendiri2. . .Apakah semua makhluk sebanyak 'X' itu muncul dngan sendiri saja?
Mgapa jumlahnya bisa sebanyak 'X'?
Apabila ada makhluk yang mencapai nibbana, maka (X-1). . .
Apakah sudah jutamiliar triliun ziliun makluk yg mencpai nibbana, maka (X-jutamiliar triliun ziliun),
lalu anggaplah sudah sampai 99 persen makhluk yg nantinya mencapai nibbana, apakah alam sepuluh ribu tata surya masih tetap berproses?
Bgaimana bila sampai tinggal satu bumi ini saja yg ada makhluk? Krna sudah 99,8%persen makhluk yg mencapai nibbana.
Lalu apabila ia berbuat jahat dan seharusnya terlahir di alam binatang tapi gak ada binatang? Apakah bhavanganya menggelantung? Karna sinyal karmanya gak cocok, dan para makhluk tinggal sedikit? Jd bgaimana bila gak ada kondisi yg cocok untk karmanya?
tak terlahirkan, tak tercipta itu penjelasan nibanna secara negasi om.
dari mana dikatakan sesuatu muncul sendiri selalu ada tanpa penyebab?
hai johsun, bukankah dikatakan ada sebab maka ada akibat?
jangan menyesatkan orang dengan interpretasi sendiri deh.
Muncul sendiri > ada dngan sendiri > tak terlahirkan = tak terciptakan.
muncul = tidak terlahirkan? logika dari mana itu?
sekali lagi, tolong jangan menyesatkan orang lain dengan interpretasi samawi anda. di sini bukan ajang promosi kepercayaan lain.