Gw menghargai niat dan usaha dari sis Aitristina, tapi ada beberapa hal yang gw rasa perlu dipertimbangkan oleh sis dan kawan-kawan:
1. Sis Trisna mengatakan bahwa ada percetakan yang berminat. Perlu ditanya ulang, percetakan atau penerbit? Hal ini seringkali tertukar-tukar oleh orang awam. Percetakan dan penerbit jelas berbeda, penerbit adalah pihak yang mencari naskah-mengedit naskah-dan mentataletak naskah, sedangkan percetakan adalah pihak yang mencetak naskah tersebut. Seringkali percetakan tidak bertanggungjawab atas isi buku, karena tugas mereka hanya mencetak.
2. Jika yang tertarik adalah penerbit, maka perlu dipertimbangkan, apakah naskahnya layak terbit? Bukannya meremehkan loh, hanya nanya saja
. Karena penerbit pastinya ingin buku-buku yang mereka terbitkan laris di pasaran (kecuali jika ada misi tertentu), kalau naskahnya kurang greget pastinya ditolak. Tapi enaknya, kalau sudah diterima naskahnya, maka sdri. Trisna sudah bisa lega, karena biasanya penerbit yang akan mengedit, menglayout, dan mencari pihak percetakan. Sis juga gak perlu pusingin dana, karena penerbitlah yang akan menyediakan dana, nanti sis dan narasumber akan mendapat royalti.
3. Jika yang tertarik adalah percetakan, maka perlu sedikit pusing nih. Pertama, siapa yang akan melakukan riset untuk mengetahui naskah buku ini layak terbit gak? Kedua, siapa yang akan mengedit dan melayout? Ketiga, siapa yang siapin dana percetakan dan penerbitan? Keempat, siapa yang mau mengurus pemasaran?
Untuk menerbitkan sebuah buku, perlu dana berjuta-juta rupiah. Ambil saja contoh proyek perdana DC Press yang Hidup Dalam Dhamma. Harga cetak satu buku Rp. 3000,00. Dengan tiras cetak 1000 eksemplar, maka dana percetakan yang diperlukan adalah Rp. 3.000,00 x 1000 = Rp. 3.000.000,00. Belum ongkos pemasaran (kalau DC Press karena gratis ya namanya ongkos kirim ke pembaca). Itupun biaya 2 tahun yang lalu loh, dan tebal bukunya gak sampai 100 halaman. Asumsikan satu buku biaya cetaknya Rp. 8.000,00; minimal cetak buku 1000-3000 eksemplar lah. Silakan hitung berapa dana yang dibutuhkan.
Lalu juga pemasarannya, siapa yang mau menawarkan ke pihak-pihak toko buku seperti Gramedia, Toga Mas, Gunung Agung, dkk?
Lalu feedback modal
biasanya pihak toko buku tidak perbulan dalam melaporkan penjualan ke pihak penerbit, setahu saya 3 bulan sekali.
Belum biaya royalti narasumber, fee untuk editor dan layouter plus marketing.
Nah hitung2 dah gimana triknya biar balik modal
Gitu saja pertimbangan dari saya, gak bermaksud membuat sis patah arang loh, justru saya ingin memberikan sedikit gambaran yang saya ketahui mengenai dunia penerbitan buku komersil kepada sis Trisna, semoga membantu sis
Semoga sukses dengan proyeknya