Moralitas tidak disinggung karena topiknya adalah Satipatthana.
Pada saat membicarakan tentang moralitas, topiknya moralitas, sila misalnya, apakah satipatthana disinggung?
Kita berbeda pandangan, menurut saya, Satipatthana SAJA tanpa didukung dengan moralitas dan pemusatan pikiran tidak akan membawa pada pembebasan.
Buddha dikenal memiliki kemampuan luar biasa yang mengajar orang sesuai dengan tingkat batin orang yang diajar. Kepada orang yang telah memiliki tingkat moralitas dan konsentrasi yang tinggi, moralitas dan konsentrasi tidak perlu dibahas lagi.
Sila, samadhi dan panna adalah merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Hanya menekankan salah satu aspek ..... jalannya akan timpang.
Trima kasih atas tanggapannya.
Betul topiknya Satipatthana, tetapi dikatakan hasilnya adalah orang mencapai pembebasan akhir. Dalam topik yang menyinggung moralitas dan HANYA moralitas, tidak ada disebut menghasilkan pembebasan akhir.
Misalnya Sigalovada yang hanya menyinggung moralitas, hasil yang diharapkan adalah (hanya sebatas) jalan ke surga.
Atau pun Tevijja Sutta yang menyinggung moralitas dan Samadhi, hal yang diharapkan adalah (sebatas) kelahiran kembali di alam Brahma.
Jadi dalam topik yang berkenaan dengan Satipatthana, walaupun tidak menyinggung moralitas atau jhana, tetap hasilnya bisa mencapai pembebasan akhir.
Dalam topik yang tidak menyinggung Satipatthana, tidak disebutkan pembebasan akhir.
Dengan kata lain:
LDM dan A-LDM adalah dualitas
Masing2 menyebabkan keberadaan lawannya
Karena ada ini maka ada itu
Tidak ada ini maka tidak ada itu
Betul, menurut pendapat saya begitu. Sama halnya perbuatan baik berdana vs perbuatan buruk mencuri. Karena adanya pikiran kepemilikan, maka ada yang namanya "seseorang mendanakan miliknya untuk orang lain," ada yang namanya "seseorang mengambil milik orang lain untuk dirinya."
Ketika sudah tidak ada lagi keserakahan, tidak muncul kepemilikan, apakah dalam pikirannya akan muncul "saya akan mengambil ini menjadi milik saya"? Ataukah muncul "saya akan danakan milik saya ini kepada orang lain"? Ia bisa mengambil dan bisa menerima, tetapi tidak lagi berdasarkan pikiran kepemilikan.
Setelah ilusi kepemilikan hilang, maka tidak ada mencuri, tidak ada berdana. Demikian juga setelah LDM hilang, tidak ada lagi baik/buruk, LDM/A-LDM, kusala/akusala.