bukankah sudah saya sampaikan, kalau memang itu memungkinkan harus ekstra hati-hati dalam artian harus dgn kebijaksanaan
mungkin saya yg lupa, tapi kalo gak salah anda mengusulkan bahwa dana terbaik adalah uang tunai, bukan? untuk melakukan hal ini bukankah vinaya harus diamandemen terlebih dulu?
spt yg kita ketahui perpecahaan Sangha pertama kali terjadi akibat adanya perbedaan interpretasi Vinaya
bisakah anda kutipkan di sini sumber anda yg mengatakan bahwa perpecahan Sangha pertama kali terjadi akibat perbedaan interpretasi Vinaya? apakah anda merujuk pada perselisihan di Kosambi atau Konsili 2.
kan di awal sudah saya katakan saya bukan Bhikkhu, tentu saja tidak punya kapasitas apa2
dan saya pun tidak berminat untuk mengamandemen Vinaya, bukankah aturan2 tsb untuk seorang Bhikkhu?
lalu apa tujuan anda dengan mengatakan "dana dalam bentuk uang jauh lebih baik"
tapi anda mengatakan sbb:
IMHO kalau aturan2 dijalankan/dipegang tanpa mengutamakan hal yg substansial cuma jadi tradisi kolot yg berbenturan dgn zaman
dan dlm hal ini perayaan Kathina bisa jadi termasuk salah satu bentuk tradisi
sebenarnya sedari awal apa yg ingin saya sampaikan adalah:
akibat perjalanan waktu, banyak hal yg mengalami perubahaan (sabbe sankhara anicca), spt: cara hidup, cara berpikir, tatanan sosial, dsb
oleh karena itu, mungkin ada beberapa aturan2 yg harus disesuaikan dgn zaman, dan tentunya harus dilakukan secara ekstra hati2 agar tidak bertentangan dgn substansi aturan tsb
intinya spt Hukum atau Undang-Undang Dasar saja bisa di-amandemen, kenapa yg lain tidak? karena telah dikultuskan?
jangan lupa di zaman ORBA UUD'45 tidak bisa di-amandemen, baru di era ini saja bisa
saya kira, itu sudah terlalu jauh dan pastinya terbentur pada kapasitas kita
loh bukankah anda sendiri yg mengangkat pernyataan 6.3. “Jika diinginkan, Sangha boleh membatalkan peraturan-peraturan minor setelah Aku meninggal dunia.’", kenapa ketika dipertanyakan, anda malah menggeliat?