Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Buddhisme Awal, Sekte dan Tradisi => Theravada => Topic started by: Indra on 21 October 2012, 07:44:11 AM

Title: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 21 October 2012, 07:44:11 AM
Persembahan jubah Kathina
Sayadaw U Silananda (Nov. 11, 2001)
Kathina Robes Offering (http://www.tbsa.org/articles/TalkonKathina.htm)

Anda akan mempersembahkan jubah Kathina saat ini. Seperti yang mungkin telah anda ketahui, ini adalah upacara tahunan, di mana individu atau kelompok mempersembahkan jubah Katihna kepada Sangha. Saya kalian mengingat apa yang istimewa dari jubah-jubah Kathina.

Pertama-tama, jubah Kathina dapat dipersembahkan kepada Sangha hanya satu kali dalam setahun. Ini berarti anda tidak dapat mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha dua kali dalam tahun yang sama.

Ke dua, Jubah Kathina dapat dipersembahkan hanya selama periode tertentu, yang dimulai dari akhir Vassa hingga purnama di bulan berikutnya. Dengan kata lain, jubah Kathina dapat dipersembahkan antara hari setelah Purnama di bulan Oktober hingga hari Purnama bulan November. Bahkan selama satu bulan ini, anda hanya dapat mempersembahkan jubah ke vihara satu kali. Jadi, mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha sungguh adalah kesempatan yang jarang yang hanya terjadi satu kali dalam setahun.

Ke tiga, jubah Katihna di persembahkan kepada Sangha, dan bukan kepada individu. Jadi, anda harus memahami arti kata ‘Sangha.’ Anda harus mengetahui bahwa Sangha berarti komunitas para bhikkhu. Tetapi, anda juga harus meyadari bahwa Sangha menurut Vinaya berbeda dengan Sangha menurut Sutta dan Abhidhamma.

Vinaya berarti pengajaran Buddhis bagi para bhikkhu atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh Sang Buddha untuk diikuti oleh para bhikkhu. Dalam Vinaya, Sangha berarti sekelompok yang terdiri dari empat bhikkhu. Dalam Vinaya, jika hanya ada satu bhikkhu, maka itu dirujuk sebagai bhikkhu secara individu. Jika ada dua atau tiga bhikkhu, maka disebut ‘Kelompok’, tetapi bukan ‘Sangha’. Jika terdapat empat atau lebih bhikkhu, mungkin ratusan atau ribuan, maka mereka disebut ‘Sangha.’ Jadi, ketika anda mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha, maka anda mempersembahkan bukan kepada individu atau kelompok, melainkan kepada kumpulan banyak para bhikkhu di seluruh dunia. Itulah sebabnya mengapa mempersembahkan jubah Kathina menjadi istimewa.

Ada dua jenis Sangha. Ketika kita mengucapkan “Sangha Saranam gacchami – Aku berlindung pada Sangha,” yang kita maksudkan adalah semua siswa Sang Buddha yang telah mencapai pencerahan. Tetapi ketika kita mengucapkan “Aku mempersembahkan jubah ini kepada Sangha.” yang kita maksudkan adalah semua Sangha di dunia ini termasuk mereka yang telah mencapai pencerahan dan juga mereka yang belum mencapai pencerahan. Hari ini, ketika anda mempersembahkan jubah Kathina, maka anda akan mempersembahkannya kepada Sangha; yang berarti semua bhikkhu, semua siswa mulia Sang Buddha – tidak hanya yang tercerahkan tetapi juga yang masih belum tercerahkan.

Dalam Buddhisme Theravada, kata ‘Sangha’ hanya berarti komunitas para bhikkhu. Tidak pernah digunakan untuk umat awam. Saya ingin anda memahami hal ini. Pada masa sekarang ini kata ‘Sangha’ juga digunakan untuk para umat awam. Saya tidak mengetahui penggunaan kata ‘Sangha’ ini hingga saya datang ke negara ini. Di sini, mereka menyebut diri mereka ‘Sangha, Sangha’ dan seterusnya. Sekelompok umat awam, yang berlatih meditasi, juga disebut ‘Sangha’. Tetapi saya pikir hal ini akan menyebabkan kebingungan di masa depan. Apakah makna ‘Sangha’? umat awam atau para bhikkhu? Dalam Buddhisme Theravada, Sangha adalah istilah teknis yang hanya bermakna komunitas para bhikkhu.

Hari ini anda akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha. Sangha harus memiliki beberapa kualitas atau beberapa persyaratan agar boleh menerima jubah Kathina. Sangha harus telah melewatkan Vassa atau tiga bulan musim hujan di satu vihara. Selama periode tiga bulan itu, para bhikkhu itu harus menetap di vihara itu dan tidak boleh bermalam di luar kecuali jika diundang. Bahkan jika mereka diundang, mereka tidak boleh menetap di luar vihara selama tujuh hari atau enam pagi.Mereka harus kembali ke vihara dalam beberapa hari. Di akhir periode tiga bulan musim hujan, Sangha melakukan upacara yang disebut ‘Upacara Undangan.’ Undangan berarti mengundang anggota Sangha untuk menunjukkan pelanggaran atau perbuatan salah jika ada, dan berjanji untuk memperbaiki perbuatan salah itu dengan patuh dan segera. Hanya mereka yang menetap di vihara selama tiga bulan penuh tanpa terputus dan yang melakukan upacara undangan yang berhak menerima Kathina. Apakah yang dimaksud dengan “tanpa terputus”? jika selama tiga bulan itu, seorang bhikkhu pergi keluar dari vihara dan menetap di luar selama lebih dari tujuh hari, maka Vassa-nya dikatakan cacat, dan ia tidak berhak menerima Kathina.

Sangha yang menerima jubah Kathina harus melewatkan tiga bulan penuh dalam vihara. Meereka juga harus melakukan upcara undangan. Ingat bahwa hari ini anda akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu. Pada kesempatan lain, anda boleh mempersembahkan jubah kepada individu bhikkhu jika anda menginginkannya atau anda boleh mempersembahkan jubah kepada dua atau tiga bhikkhu sebagai kelompok atau anda boleh mempersembahkan kepada Sangha. Tetapi saat ini, anda harus mempersembahkannya kepada Sangha.

Mengapa anda harus mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha? Kathina adalah tindakan resmi Sangha, yang juga melibatkan tindakan individu. Ada dua aktivitas yang terlibat dalam Kathina. Pertama adalah tindakan Sangha – itu berarti tindakan resmi yang dilakukan oleh Sangha – bukan oleh satu bhikkhu atau dua bhikkhu atau tiga bhikkhu. Tetapi, ada aktivitas lainnya yang harus dilakukan oleh individu bhikkhu. Maka ada dua aktivitas yang terlibat dalam tindakan Kathina. Itulah sebabnya mengapa anda harus mempersembahkan jubah kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu.

Setelah menerima jubah Kathina yang anda persembahkan hari ini, Sangha akan memilih seorang individu bhikkhu untuk melakukan aktivitas Kathina. Memilih seorang bhikkhu dan memberikannya jubah untuk melakukan Kathina harus dilakukan pada suatu upacara resmi. Ini adalah tindakan resmi Sangha. Awalnya jubah Kathina adalah milik Sangha. Kemudian, melalui tindakan resmi Sangha, seorang individu bhikkhu dipilih dan jubah diberikan kepadanya untuk melakukan Kathina. Sebenarnya, Kathina dilakukan oleh seorang individu. Tetapi agar individu bhikkhu tersebut dapat melakukan Kathina, maka ia harus memiliki jubah Kathina. Dan jubah Kathina harus diberikan kepadanya oleh Sangha. Itulah sebabnya mengapa anda harus mempersembahkan jubah kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu.

Pada masa sekarang ini, umat-umat mempersembahkan jubah siap-pakai kepada Sangha. Jadi Sangha tidak perlu membuat jubah. Tetapi pada masa Sang Buddha, dan mungkin beberapa abad setelah itu, orang-orang tidak mempersembahkan jubah siap-pakai, melainkan hanya bahan untuk membuat jubah; itu berarti potongan-potongan kain. Ketika mereka mempersembahkan potongan-potongan kain sebagai jubah Kathina dan setelah menerimanya, maka Sangha harus membuat jubah. Sangha harus membuat jubah dan menyelesaikannya dalam satu hari. Tidak boleh melewati fajar keesokan harinya. Setelah menerima bahan jubah, semua bhikkhu di vihara harus membantu membuat jubah. Anda harus memotong kain, dan menjahitnya dan kemudian anda harus mencelupnya. Mencelup jubah juga bukan pekerjaan mudah. Anda harus membuat cairan pencelup itu sendiiri dan tidak ada toko di mana anda bisa membeli pencelup siap-pakai. Pencelup itu kebanyakan dibuat dari kulit pohon atau inti batang pohon. Dan ketika jubah telah dicelup, jubah itu belum berwarna seperti seharusnya pada celupan pertama. Maka harus dilakukan pencelupan ke dua untuk mendapatkan warna yang diharapkan. Jika ada matahari, maka hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi jika langit berawan, maka akan menjadi masalah untuk mengeringkan jubah agar dapat dicelup lagi dan kemudian digunakan untuk melakukan upcara Kathina.

Pada masa sekarang ini kami lebih beruntung karena umat-umat awam mempersembahkan jubah siap-pakai. Jika bukan jubah siap-pakai, maka kami harus melakukan sesuatu untuk menjadikannya jubah. Semua bhikkhu harus membantu untuk membuat jubah, beberapa bhikkhu menjahit, beberapa mempersiapkan celupan, dan sebagainya. Ada banyak pekerjaan. Itulah sebabnya mengapa, pada masa Sang Buddha, umat-umat mempersembahkan jubah Kathina tidak pada waktu seperti ini. Mereka datang pagi-pagi agar para bhikkhu memiliki cukup waktu untuk membuat jubah. Ketika mereka membawa bahan jubah, mereka juga harus membawa makanan untuk para bhikkhu karena pada hari itu para bhikkhu tidak bisa keluar untuk menerima dana makanan. Mereka harus melakukan pekerjaan di vihara, dan oleh karena itu mereka membawa makanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh para bhikkhu. Ada banyak aktivitas di vihara pada hari Kathina. Tetapi pada masa sekarang ini umat-umat hanya datang dan mempersembahkan jubah, dan Sangha hanya menerima jubah ketika mereka melakukan upcara Kathina. Sungguh sangat memudahkan pada masa sekarang.

Karena jubah Katiha hanya dapat dipersembahkan kepada Sangha satu kali dalam setahun, maka ini adalah kesempatan yang jarang. Dan karena jarangnya kesempatan untuk mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha, maka persembahan jubah Kathina dikatakan menghasilkan jasa besar. Dan juga istimewa karena hanya persembahan Kathina yang memberikan lima manfaat lain kepada bhikkhu penerima. Jika anda mempersembahkan sesuatu – anda mempersembahkan makanan kepada para bhikkhu atau anda mempersembahkan jubah kepada individu bhikkhu tertentu dan seterusnya – maka anda memperoleh jasa. Ketika anda mempersembahkan jubah, mereka memperoleh jubah, tapi tidak memperoleh hal lainnya. Tetapi persembahan jubah Kathina ini dapat memberikan lima manfaat kepada para bhikkhu. Para bhikkhu dapat memperoleh kelima manfaat ini hanya melalui pelaksanaan Kathina. Jika para bhikkhu tidak melaksanakan Kathina, maka mereka tidak akan memperoleh kelima manfaat ini. Dan mereka hanya dapat melaksanakan Kathina jika mereka memperoleh jubah Kathina yang dipersembahkan oleh umat-umat awam.

Jadi, mempersembahkan jubah Kathina adalah kesempatan yang jarang bagi umat-umat awam dan juga bermanfaat bagi para bhikkhu dalam lebih dari satu cara. Jadi mereka juga memperoleh lima manfaat ini; kita boleh menyebutnya “Manfaat Sampingan.” Kelima manfaat ini diperoleh dan dinikmati oleh Sangha dan semua bhikkhu hingga hari purnama bulan Maret.

Anda mungkin ingin tahu apa kelima manfaat ini. Maka saya harus merujuk anda pada Buku Vinaya. Anda dapat membaca buku itu atau bertanya kepada seorang bhikkhu nanti. Saya akan memberikan petunjuk. Para bhikkhu harus menjalankan – anda tahu berapa peraturan? 227 peraturan. Anda tahu – bahkan menjalankan lima sila dan tidak melanggarnya adalah tidak mudah. Jadi jika anda harus menjalankan seratus peraturan, dua ratus peraturan atau 227 peraturan, itu adalah sangat sulit. Kadang-kadang kami berharap bahwa kami dapat dibebaskan dari beberapa aturan. Persembahan Kathina ini, pelaksanaan Kathina ini memenuhi keinginan ini. Kathina ini memberikan kebebasan kepada kami atas empat aturan Vinaya secara sementara atau hingga hari purnama bulan Maret. Hingga waktu itu, kami dibebaskan dari empat aturan Vinaya.

Kemudian ada lagi manfaat lain yaitu memiliki kekuasaan atas jubah-jubah yang dipersembahkan kepada Sangha pada saat itu. Ini berarti ketika jubah-jubah dipersembahkan kepada Sangha, maka Sangha akan menyimpan jubah-jubah itu. Ketika mereka memperoleh cukup jubah untuk dibagikan, maka Sangha harus membagikan kepada individu-individu bhikkhu. Ketika mereka membagikan, maka mereka harus membagikan kepada semua bhikkhu yang hadir pada saat pembagian itu. Bukan hanya kepada para bhikkhu yang melakukan upacara Kathina, tetapi mungkin ada para bhikkhu tamu dari vihara lain atau negeri lain dan jika mereka ada di sini pada saat pembagian, maka mereka juga berhak menerima bagian. Jika kami sedang membagikan di sini, maka kami harus memberikan satu bagian kepada mereka. Jika kami melakukan Kathina, dan kami memiliki kelima manfaat ini, maka kami boleh menyimpan jubah itu hanya untuk kami sendiri dan kami boleh tidak membagikannya kepada bhikkhu tamu. Ini adalah satu kekuasaan atas pembagian jubah-jubah Sanghika. Jadi secara keseluruhan kami memperoleh lima manfaat ini: kebebasan dari empat aturan Vinaya dan kekuasaan atas pembagian jubah yang dipersembahkan kepada Sangha.

Jadi, bukankah baik sekali memberikan persembahan kepada Sangha? Ya. Ketika anda mempersembahkan jubah Kathina, anda sebenarnya mempersembahkan kelima manfaat ini. Tidak ada tindakan Dana lainnya yang memberikan lima hak istimewa ini kepada Sangha yang menerima. Itulah sebabnya mengapa disebut tindakan Dana yang istimewa. Suatu Dana yang juga memberikan kelima manfaat atau hak istimewa kepada penerima. Jadi, anda mengetahui bahwa jubah Kathina harus dipersembahkan kepada Sangha agar Sangha dapat melakukan upacara Kathina.

Ada lagi alasan lain. Mengapa anda mempersembahkan jubah kepada Sangha? Walaupun tidak berhubungan dengan Kathina, hal ini tetap patut diperhatikan. Yaitu suatu ajaran bahwa persembahan kepada Sangha memberikan hasil yang lebih besar daripada persembahan kepada seorang individu. Agar Dana anda memberikan hasil yang lebih besar, maka anda memberikan Dana kepada Sangha.

Anda mungkin pernah mendengar tentang bibi Sang Buddha yang juga menjadi ibu tiri atau ibu pengasuhNya yang bernama Maha Pajapatigotami. Ia ingin mempersembahkan jubah kepada Sang Buddha, dikatakan dalam buku bahwa ia memintal benangnya sendiri, ia menenun kain itu sendiri, dan ia membuat jubah itu sendiri. Setelah ia selesai membuatnya, ia mempersembahkan sepasang jubah, mungkin dua jubah, kepada Sang Buddha. Ketika ia mempersembahkan kepada Sang Buddha, dengan mengatakan “Ini adalah, seperti pada masa kini dikatakan, sebagai buatan-rumah atau buatan-tangan.” Ia berkata, “Aku memintal benang sendiri, aku menenun kain sendiri. Aku membuat jubah ini sendiri. Sudilah menerima jubah-jubah ini.” Tetapi Sang Buddha menolak. Sang Buddha berkata, “Persembahkanlah kepada Sangha. Jika engkau mempersembahkan kepada Sangha, maka Aku juga sebenarnya turut menerimanya.” Untuk ke dua kalinya, Gotami memohon agar Sang Buddha menerimanya dan untuk kedua kalinya Sang Buddha menolak. Dan untuk ketiga kalinya Sang Buddha menolak.

Adalah Yang Mulia Ananda yang tidak bisa tetap berdiam diri. Maka ia melibatkan diri dan berkata, “Bhante, sudilah menerima jubah-jubah yang dipersembahkan oleh Gotami karena Gotami telah sangat membantu Engkau. Ketika ibuMu meninggal dunia, Engkau hanyalah seorang anak berusia tujuh hari. Ia mengadopsi Engkau dan menyusuiMu sendiri sementara ia menyerahkan anak kandungnya sendiri kepada pengasuh lainnya. Ia telah berbuat banyak untukMu. Jadi, sudilah menerima jubah-jubah itu. Dan juga Engkau telah sangat membantu bagi Gotami karena melalui khotbah Dhamma yang Engkau babarkan, Gotami telah menjadi seorang Sotapanna.” Demikianlah ia memohon kepada Sang Buddha. Dan kemudian Sang Buddha membabarkan hal lain. Apa yang tidak memuaskan pada kisah ini adalah bahwa kisah ini berakhir di sana. Kita tidak mengetahui apakah Gotami mempersembahkan jubah-jubah itu kepada Sangha atau kepada Sang Buddha. Kita dapat menyimpulkan bahwa Gotami mempersembahkan jubah-jubah itu kepada Sangha.

Mengapakah Sang Buddha memberitahu Gotami agar mempersembahkan jubah-jubah itu bukan kepada diriNya melainkan kepada Sangha? Satu jawaban adalah bahwa Sang Buddha ingin agar Gotami memperoleh jasa yang lebih besar. Jika ia mempersembahkan kepada Sang Buddha, maka ia memperoleh satu jasa. Jika ia mempersembahkan kepada Sangha termasuk Sang Buddha, maka ia memperoleh jasa lebih besar. Agar Gotami memperoleh jasa lebih besar, Sang Buddha berkata, “Persembahkanlah kepada Sangha.”
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 21 October 2012, 07:45:16 AM
Ketika Sang Buddha berkata, ““Persembahkanlah kepada Sangha. Jika engkau mempersembahkan kepada Sangha, maka Aku juga telah dihormati.”

Pernyataan ini memberikan satu masalah. Apakah Sang Buddha termasuk dalam Sangha? Atau apakah Beliau berbeda atau terpisah? Dapatkah kita memasukkan Buddha dalam Sangha? Atau apakah Buddha terpisah? Ketika anda mengambil sila. Apakah yang anda ucapkan? Buddham saranam gacchami. Dhammam saranam gacchami. AndSangham saranam gacchami. Jika Buddha termasuk dalam Sangha, maka bukankah hanya ada dua perlindungan bagi anda? Akan hanya ada dua permata dalam Buddhisme. Jadi Buddha berbeda atau terpisah dari Sangha. Tidak ada masalah dengan itu.

Sekarang muncul pertanyaan lain. Mengapa Buddha memberitahu Gotami agar mempersembahkan kepada Sangha? Ketika mengajarkan kepada Ananda tentang beberapa jenis Dana, Sang Buddha berkata, “Tidak pernah saya mengatakan bahwa persembahan kepada individu dapat memberikan hasil yang lebih besar daripada persembahan kepada Sangha.” Jika kita memperhatikan pernyataan itu, itu dapat bermakna bahwa persembahan kepada Sangha adalah lebih baik daripada persembahan kepada Buddha. Karena jika kita mempersembahkan kepada Buddha, Buddha adalah individu yang kepadanya kita memberikan persembahan. Tetapi dalam kasus ini komentar berkata, “Buddha adalah yang terbaik di antara mereka yang menerima Dana. Jadi persembahan kepada Sang Buddha adalah lebih bermanfaat.” Tetapi mengikuti pernyataan Sang Buddha itu, saya pikir kita dapat mengatakan bahwa persembahan kepada Sangha juga bermanfaat besar.

Di banyak tempat, dalam banyak kasus Sang Buddha berkata bahwa persembahan kepada Sangha memberikan hasil yang besar. Kapan pun kita bisa, kita harus memberikan persembahan kepada Sangha. Karena ketika kita memberikan persembahan kepada individu, kita harus mengurus beberapa hal lainnya. Jika kita menanam pohon, anda harus menanamnya di tanah yang subur – tanah yang subur agar pohon itu bisa tumbuh dan besar dan seterusnya. Jadi tanah itu harus bebas dari cacat, tanah itu harus bebas dari sampah dan harus subur agar dapat menghasilkan buah berlimpah. Ketika anda menanam pohon buah, anda harus memilih tanah di mana pohon itu akan ditanam. Dengan cara yang sama, ketika anda melakukan Dana, maka anda harus menilih penerima Dana. Semakin bermoral si penerima, maka semakin berlimpah hasil yang anda terima sebagai hasil dari Dana itu. Seorang individu tidak akan pernah dapat dipastikan. Anda mungkin senang dengan seseorang, anda mungkin berkeyakinan besar pada individu tersebut. Seperti yang kami katakana, anda tidak dapat mengetahui Dhammanya, dan melihat siapa ia sebenarnya. Jadi ada kemungkinan bahwa ia tidak benar-benar murni. Tetapi sehubungan dengan Sangha, karena Sangha berarti keseluruhan komunitas maka kemungkinan ada Sangha yang tidak bermoral. Karena kita tidak dapat mengatakan bahwa keseluruhan Sangha adalah tidak bermoral. Ada banyak anggota Sangha: beberapa bermoral dan yang lainnya tidak bermoral. Tetapi secara keseluruhan, tidak ada yang disebut Sangha yang tidak bermoral. Itulah sebabnya mengapa persembahan kepada Sangha memberikan hasil yang lebih berlimpah daripada kepada individu.

Hari ini anda juga akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha. Jadi anda harus penuh perhatian pada hal itu ketika anda mempersembahkan jubah. Sekarang anda mempersembahkan jubah kepada Sangha, and karena Sangha adalah murni. Sangha berarti komunitas para bhikkhu yang dimulai dari Yang Mulia Sariputta dan Moggallana dan seterusnya hingga hari ini. Tidak ada Sangha yang tidak bermoral, tidak ada Sangha yang tidak murni. Dan oleh karena itu maka persembahan yang diberikan kepada Sangha yang murni akan memberikan hasil berlimpah. Itulah sebabnya juga mengapa anda mempersembahkan kepada Sangha. Tetapi yang utama adalah bahwa jubah Kathina dipersembahkan kepada Sangha, agar upacara Kathina dapat dilakukan oleh Sangha. Bersama dengan itu, anda harus memahami bahwa persembahan kepada Sangha memberikan hasil berlimpah daripada persembahan kepada individu. Jadi, anda harus mempersembahkan kepada Sangha dengan pemahaman ini dalam pikiran anda, agar Sangha dapat melakukan upacara Kathina, dan para bhikkhu memperoleh lima manfaat. Juga, bahwa persembahan atau Dana anda akan memberikan hasil berlimpah.

Saya percaya bahwa anda belum cukup diyakinkan bahwa persembahan kepada Sangha adalah lebih baik daripada persembahan kepada individu. Misalkan anda ingin memberi persembahan kepada Sangha. Dan, misalkan hanya ada seorang bhikkhu di vihara. Bagaimana anda melakukannya? Anda ingin memberi persembahan kepada Sangha, tetapi hanya ada seorang bhikkhu, jadi tampaknya tidak ada Sangha di vihara. Tetapi anda tetap dapat memberikan persembahan kepada Sangha melalui satu orang itu. Arahkan kepada keseluruhan Sangha dalam pikiran, bukan kepada individu tersebut. Anda boleh mempersembahkan kepada individu tersebut, anad boleh menyerahkan persembahan kepada individu tersebut, tetapi dalam pikiran, anda mempersembahkan kepada keseluruhan Sangha. Bayangkan bahwa anda sedang mempersembahkan kepada keseluruhan komunitas para bhikkhu dan orang ini hanyalah perwakilan dari keseluruhan komunitas. Dengan cara itu, bahkan jika anda memberikan persembahan kepada satu bhikkhu, anda juga memberikan persembahan kepada seluruh Sangha. Dana anda adalah kepada Sangha walaupun hanya satu individu yang kepadanya anda menyerahkan persembahan itu. Setelah itu, bhikkhu itu karena ia sendirian dan persembahan itu diberikan kepada Sangha, maka ia berhak menggunakan persembahan itu karena ia adalah anggota Sangha. Dan demikianlah ia berhak menggunakan persembahan itu. Itu adalah urusannya, bukan urusan anda. Urusan anda adalah bahwa anda telah menyerahkan persembahan anda kepada Sangha, dan anda memperoleh jasa dari persembahan kepada Sangha itu. Maka persembahan atau Dana anda akan memberikan hasil berlimpah. Walaupun hanya ada satu bhikkhu atau dua atau tiga bhikkhu, anda tetap dapat memberikan persembahan kepada Sangha. Adalah selalu baik memikirkan Sangha ketika anda mempersembahkan sesuatu kepada Sangha atau kepada para bhikkhu. Misalkan anda mempersembahkan makanan kepada para bhikkhu, maka anda boleh mengatakab, “Saya mempersembahkan makanan ini kepada Sangha”. Maka hari ini dengan pemahaman ini, anda akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha.

Semoga persembahan ini, semoga perbuatan baik ini menjadi pendukung kuat bagi anda untuk mencapai pencerahan.


                                    Sadhu! Sadhu! Sadhu!




Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Forte on 24 October 2012, 09:57:41 PM
baru dapat dari temen :

Pada masa sekarang, persembahan jubah yang diterima Sangha ternyata sangat berlimpah. Demikian pula persembahan lainnya seperti handuk, sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan sebagainya. Ven. Aggacitta Bhikkhu (Malaysia) dalam bukunya “Kathina Then and Now” mengatakan bahwa persembahan tersebut kini sudah menjadi tidak lagi relevan dengan kebutuhan para biksu. Bahkan dalam bukunya tersebut, Ven. Aggacitta menolak tegas penerapan daur ulang persembahan Kathina yang dijadikan solusi atas berlimpahnya paket jubah dan paket kebutuhan lainnya.
Beliau mengatakan, “Jika persembahan telah diberikan kepada Sangha dan seseorang mengambilnya dan memberikannya kepada orang lain untuk kembali diberikan kepada Sangha, maka si pemberi sama sekali tidak memberikan apa-apa.”

Kathina seharusnya dilihat secara lebih mendalam sebagai hari pemberian dukungan kepada Sangha daripada hanya sebagai hari persembahan jubah. Jika dilihat secara kontekstual, pada masa lalu persembahan jubah memang sesuai dengan kebutuhan saat itu, namun persembahan jubah yang berlimpah pada masa sekarang telah menjadi bentuk dukungan yang tidak berguna. “Hukum karma mengatakan bahwa anda mendapatkan apa yang anda berikan. Jika anda memberikan hal-hal yang tidak berguna, anda juga mendapatkan hal-hal yang tidak berguna nantinya,” demikian kata Ven. Aggacitta.
 
Untuk mendukung Sangha, salah satu pemberian yang tepat pada masa sekarang adalah dana untuk pemeliharaan dan pembangunan lebih lanjut tempat-tempat pelatihan Sangha, di mana pada waktu-waktu tertentu umat perumahtangga juga dapat ikut melatih diri. Jika hari Kathina dilihat bukan lagi sebagai hari persembahan jubah, tetapi lebih substansial sebagai hari untuk memperbarui komitmen umat perumahtangga dalam mendukung Sangha, maka hal tersebut menjadi dimungkinkan.

Mohon pendapatnya mengenai komentar di atas, apakah benar relevan / bagaimana ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 24 October 2012, 10:01:31 PM

sependapat.  _/\_

Spoiler: ShowHide
baru dapat dari temen :

Pada masa sekarang, persembahan jubah yang diterima Sangha ternyata sangat berlimpah. Demikian pula persembahan lainnya seperti handuk, sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan sebagainya. Ven. Aggacitta Bhikkhu (Malaysia) dalam bukunya “Kathina Then and Now” mengatakan bahwa persembahan tersebut kini sudah menjadi tidak lagi relevan dengan kebutuhan para biksu. Bahkan dalam bukunya tersebut, Ven. Aggacitta menolak tegas penerapan daur ulang persembahan Kathina yang dijadikan solusi atas berlimpahnya paket jubah dan paket kebutuhan lainnya.
Beliau mengatakan, “Jika persembahan telah diberikan kepada Sangha dan seseorang mengambilnya dan memberikannya kepada orang lain untuk kembali diberikan kepada Sangha, maka si pemberi sama sekali tidak memberikan apa-apa.”

Kathina seharusnya dilihat secara lebih mendalam sebagai hari pemberian dukungan kepada Sangha daripada hanya sebagai hari persembahan jubah. Jika dilihat secara kontekstual, pada masa lalu persembahan jubah memang sesuai dengan kebutuhan saat itu, namun persembahan jubah yang berlimpah pada masa sekarang telah menjadi bentuk dukungan yang tidak berguna. “Hukum karma mengatakan bahwa anda mendapatkan apa yang anda berikan. Jika anda memberikan hal-hal yang tidak berguna, anda juga mendapatkan hal-hal yang tidak berguna nantinya,” demikian kata Ven. Aggacitta.
 
Untuk mendukung Sangha, salah satu pemberian yang tepat pada masa sekarang adalah dana untuk pemeliharaan dan pembangunan lebih lanjut tempat-tempat pelatihan Sangha, di mana pada waktu-waktu tertentu umat perumahtangga juga dapat ikut melatih diri. Jika hari Kathina dilihat bukan lagi sebagai hari persembahan jubah, tetapi lebih substansial sebagai hari untuk memperbarui komitmen umat perumahtangga dalam mendukung Sangha, maka hal tersebut menjadi dimungkinkan.

Mohon pendapatnya mengenai komentar di atas, apakah benar relevan / bagaimana ?

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 24 October 2012, 10:05:50 PM

Untuk mendukung Sangha, salah satu pemberian yang tepat pada masa sekarang adalah dana untuk pemeliharaan dan pembangunan lebih lanjut tempat-tempat pelatihan Sangha, di mana pada waktu-waktu tertentu umat perumahtangga juga dapat ikut melatih diri. Jika hari Kathina dilihat bukan lagi sebagai hari persembahan jubah, tetapi lebih substansial sebagai hari untuk memperbarui komitmen umat perumahtangga dalam mendukung Sangha, maka hal tersebut menjadi dimungkinkan.

Mohon pendapatnya mengenai komentar di atas, apakah benar relevan / bagaimana ?


IMO, bentuk dana spt di atas masih bisa diterima dengan pertimbangan bahwa 4 kebutuhan Sangha salah satunya adalah tempat tinggal. Tapi jenis dana ini lebih mahal dan mungkin akan memberatkan umat. solusinya adalah umat secara kolektif mengumpulkan dana baru kemudian mempersembahkannya kepada Sangha dalam bentuk renovasi bangunan tempat tinggal atau mempersembahkan tempat tinggal baru. bukan dengan cara mempersembahkan uang dan menyerahkan tugas renovasi dan pembangunan kepada para bhikkhu, karena Sangha tetap tidak diperkenankan menerima uang terlepas dari apa pun pembenarannya.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: godfrey on 24 October 2012, 11:26:05 PM
31 oktober yah mulai hari kathina? bagaimana cara nya kalau mau berdana? jadi sebaiknya dana apa yg diberikan kepada sangha?
Title: Di usul kan agar Persembahan jubah Kathina secara patungan bersama/ berkelompok (5-10 orang)
Post by: kullatiro on 25 October 2012, 01:03:11 AM
baru dapat dari temen :

Pada masa sekarang, persembahan jubah yang diterima Sangha ternyata sangat berlimpah. Demikian pula persembahan lainnya seperti handuk, sabun, pasta gigi, sikat gigi, dan sebagainya. Ven. Aggacitta Bhikkhu (Malaysia) dalam bukunya “Kathina Then and Now” mengatakan bahwa persembahan tersebut kini sudah menjadi tidak lagi relevan dengan kebutuhan para biksu. Bahkan dalam bukunya tersebut, Ven. Aggacitta menolak tegas penerapan daur ulang persembahan Kathina yang dijadikan solusi atas berlimpahnya paket jubah dan paket kebutuhan lainnya.
Beliau mengatakan, “Jika persembahan telah diberikan kepada Sangha dan seseorang mengambilnya dan memberikannya kepada orang lain untuk kembali diberikan kepada Sangha, maka si pemberi sama sekali tidak memberikan apa-apa.”

Kathina seharusnya dilihat secara lebih mendalam sebagai hari pemberian dukungan kepada Sangha daripada hanya sebagai hari persembahan jubah. Jika dilihat secara kontekstual, pada masa lalu persembahan jubah memang sesuai dengan kebutuhan saat itu, namun persembahan jubah yang berlimpah pada masa sekarang telah menjadi bentuk dukungan yang tidak berguna. “Hukum karma mengatakan bahwa anda mendapatkan apa yang anda berikan. Jika anda memberikan hal-hal yang tidak berguna, anda juga mendapatkan hal-hal yang tidak berguna nantinya,” demikian kata Ven. Aggacitta.
 
Untuk mendukung Sangha, salah satu pemberian yang tepat pada masa sekarang adalah dana untuk pemeliharaan dan pembangunan lebih lanjut tempat-tempat pelatihan Sangha, di mana pada waktu-waktu tertentu umat perumahtangga juga dapat ikut melatih diri. Jika hari Kathina dilihat bukan lagi sebagai hari persembahan jubah, tetapi lebih substansial sebagai hari untuk memperbarui komitmen umat perumahtangga dalam mendukung Sangha, maka hal tersebut menjadi dimungkinkan.

Mohon pendapatnya mengenai komentar di atas, apakah benar relevan / bagaimana ?

well, masalah nya dalam beberapa sutta yang pernah ku baca ( sudah tidak ingat sutta sutta apa?). Berdasarkan pemahaman wa yaitu Beberapa kali di sebut pada sutta sutta tersebut pada kelahiran lampau pernah berdana jubah kepada sangha, intinya karena ada dana jubah ini (sangha dana, terutama jubah bhikku ) maka bisa bertemu sang Buddha pada saat itu dan mempelajari dhamma pada jaman sang Buddha tersebut.

Maka wa menekan kan pada keluarga wa, setidak nya sekali dalam kehidupan masa ini selagi mereka masih hidup untuk berdana sanghadana berupa jubah bhikku.

Saat ini 2 kakak laki laki ku sudah tiada, dan jauh jauh hari sewaktu mereka masih sehat  dan hidup wa ada menuntun mereka untuk melakukan sanghadana dalam bentuk jubah bhikku pada hari kathina.

Bahkan wa waktu pertama kali mempersembahkan jubah bhikku buat sanghadana pada hari kathina itu hasil patungan dengan kakak perempuan ku (karena waktu itu kalau beli jubah bhikku untuk sanghadana pada hari kathina sendiri tidak sanggup membelinya karena keterbatasan dana yang wa miliki).


usul ku adalah agar umat Buddha membentuk kelompok kelompok (grup setidak nya 5 -10 orang) dan berpatungan dalam membeli jubah bhikku yang kemudian untuk mempersembahkan jubbah bhikku tersebut untuk sanghadana pada hari kathina hingga mengurangi jubah yang berlebihan.
Title: Persembahan jubah Kathina di indonesia ini ada pada kata pengendalian
Post by: kullatiro on 25 October 2012, 02:14:00 AM
well, sekali lagi kunci pada sanghadana pemberian jubah ini pada hari kathina ini ada pada pengendalian yang terorganisasi

Vihara (dalam hal ini adalah para dhayaka) bisa menghitung berapa banyak jubah kathina yang di butuhkan selama setahun ke depan dan mengumumkan nya kepada umat vihara hingga umat vihara bisa membentuk kelompok kelompok untuk mempersiapkan jubah kathina tersebut secara patungan bersama, misalnya sebuah vihara mengumumkan kebutuhan jubah vihara tersebut adalah 30 buah jubah pertahun akan datang, maka umat vihara tersebut akan membentuk 30 kelompok hingga pada hari kathina hanya ada 30 jubah yang di persembahkan kepada sangha, wa menyebut ini sistim quota.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina di indonesia ini ada pada kata pengendalian
Post by: Rico Tsiau on 25 October 2012, 08:48:55 AM
well, sekali lagi kunci pada sanghadana pemberian jubah ini pada hari kathina ini ada pada pengendalian yang terorganisasi

Vihara (dalam hal ini adalah para dhayaka) bisa menghitung berapa banyak jubah kathina yang di butuhkan selama setahun ke depan dan mengumumkan nya kepada umat vihara hingga umat vihara bisa membentuk kelompok kelompok untuk mempersiapkan jubah kathina tersebut secara patungan bersama, misalnya sebuah vihara mengumumkan kebutuhan jubah vihara tersebut adalah 30 buah jubah pertahun akan datang, maka umat vihara tersebut akan membentuk 30 kelompok hingga pada hari kathina hanya ada 30 jubah yang di persembahkan kepada sangha, wa menyebut ini sistim quota.

setuju sama bro daimond eh kullatiro  ;D
memang sebaiknya para dhayaka lebih mengambil peran di sini.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 25 October 2012, 09:45:22 AM
well, sekali lagi kunci pada sanghadana pemberian jubah ini pada hari kathina ini ada pada pengendalian yang terorganisasi

Vihara (dalam hal ini adalah para dhayaka) bisa menghitung berapa banyak jubah kathina yang di butuhkan selama setahun ke depan dan mengumumkan nya kepada umat vihara hingga umat vihara bisa membentuk kelompok kelompok untuk mempersiapkan jubah kathina tersebut secara patungan bersama, misalnya sebuah vihara mengumumkan kebutuhan jubah vihara tersebut adalah 30 buah jubah pertahun akan datang, maka umat vihara tersebut akan membentuk 30 kelompok hingga pada hari kathina hanya ada 30 jubah yang di persembahkan kepada sangha, wa menyebut ini sistim quota.

cara ini tidak bisa dilaksanakan, karena bagaimana dengan umat2 yg tidak terdaftar yg datang dari tempat2 jauh, apakah dananya ditolak? dan bagaimana dengan umat yg ingin berdana sendiri tanpa kelompok, apakah juga tidak boleh?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Rico Tsiau on 25 October 2012, 09:53:33 AM
cara ini tidak bisa dilaksanakan, karena bagaimana dengan umat2 yg tidak terdaftar yg datang dari tempat2 jauh, apakah dananya ditolak? dan bagaimana dengan umat yg ingin berdana sendiri tanpa kelompok, apakah juga tidak boleh?

ini suatu pertimbangan bagus juga..

nah bagaimana kalau diumumkan bahwa tahun ini butuh 30 jubah, silahkan buat kelompok sendiri untuk mendanakan jubah. tapi bagi yang mau berdana sendiri dipersilahkan, namun ditekankan bahwa hanya butuh 30 jubah. intinya kalo lebih, ya gak apa2. dan tidak ada tindakan menolak dana.
paling tidak sebagai koordinator sudah menyampaikan bahwa hanya butuh 30 jubah. tinggal umatnya sendiri menyikapi hal ini.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 25 October 2012, 09:58:05 AM
cara ini tidak bisa dilaksanakan, karena bagaimana dengan umat2 yg tidak terdaftar yg datang dari tempat2 jauh, apakah dananya ditolak? dan bagaimana dengan umat yg ingin berdana sendiri tanpa kelompok, apakah juga tidak boleh?

hal seperti ini tentu tidak dapat di laksanakan seketika dan memerlukan waktu untuk sosialisasinya mungkin dalam waktu 10 thn ke datang hal ini bisa lebih teratur (+- setidak nya umat di dalam suatu vihara tidak memberikan sanghadana berupa jubah bhikku yang berlebihan)

Selain cara di atas wa juga ada usul lain yaitu cara berkelompok, semua nya tentu memerlukan waktu untuk di sosialisasikan ke umat.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 25 October 2012, 10:02:21 AM
Ven. Aggacitta menolak tegas penerapan daur ulang persembahan Kathina yang dijadikan solusi atas berlimpahnya paket jubah dan paket kebutuhan lainnya.
Beliau mengatakan, “Jika persembahan telah diberikan kepada Sangha dan seseorang mengambilnya dan memberikannya kepada orang lain untuk kembali diberikan kepada Sangha, maka si pemberi sama sekali tidak memberikan apa-apa.”

sudah beberapa tahun berdana saat kathina
di beberapa wihara/tempat yg berbeda
memang ada fenomena "daur ulang" persembahan kathina
jadi kurang sreg dalam hati....

jadi bingung tahun ini kathina mau dana apa yag?
pengennya sih, berdana untuk pendidikan atau retreat para bhikkhu
atau berdana agar para bhikkhu bisa menyepi, tidak banyak gangguan
gimana cara menyalurkannya yag ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 25 October 2012, 10:03:55 AM
saya pikir hal ini adalah urusan antara para bhikkhu dengan umatnya, kita sebaiknya tidak mengintervensi tindakan dana ini baik dari pihak pemberi maupun dari pihak penerima, silakan saja umat berdana apa yg ia ingin danakan kepada Sangha. dan Sangha juga dipersilakan memperlakukan dana yg mrk terima itu sesuai kehendak mrk.

di masa lalu Bhikkhu Ananda pernah menerima seribu jubah.

Quote

“Tidakkah para selir kami datang ke sini, Ānanda yang baik ?”

“Para selirmu ada datang ke sini, Baginda.”

“Tidakkah mereka memberikan sesuatu kepada Ānanda yang mulia ?”

“Mereka memberikan lima ratus jubah dalam kepadaku, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang mulia , dengan begitu banyak jubah?”

“Aku akan membagikannya, Baginda, dengan para bhikkhu itu yang jubahnya sudah usang.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan jubah lama yang sudah usang itu?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup atas,  Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup atas yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup alas tidur, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup alas tidur yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup lantai, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup lantai yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset kaki, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan keset kaki yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset pel, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan kein pel yang lama?”

“Setelah mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan, Baginda, setelah mengaduknya dengan lumpur, kami akan mengoleskannya sebagai penambal-lantai.”

Kemudian Raja Udena, dengan berpikir: “Para petapa ini, para putera Sakya, menggunakan segala sesuatunya dengan cara yang benar dan tidak membiarkannya menjadi sia-sia,”  menganugerahkan lima ratus kain tenunan lagi kepada Yang Mulia Ānanda. Oleh karena itu ini adalah pertama kalinya seribu jubah diterima oleh Yang Mulia Ānanda sebagai persembahan jubah. ||14||
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 25 October 2012, 10:09:15 AM
Kalau kasi biskuit boleh gak? Tapi menurutku Bhikkhu sepertinya ga ngemil biskuit kan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 25 October 2012, 10:18:56 AM
Kalau kasi biskuit boleh gak? Tapi menurutku Bhikkhu sepertinya ga ngemil biskuit kan?

sebaiknya biskuit di berikan pada saat pindapata.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 25 October 2012, 10:19:08 AM
Kalau kasi biskuit boleh gak? Tapi menurutku Bhikkhu sepertinya ga ngemil biskuit kan?

boleh tapi jangan banyak2 dan sebelum lewat waktu makan siang.
karena para bhikkhu tidak menimbun makanan, jadi kasihan bhikkhunya harus menghabiskan biskuit itu sebelum lewat tengah hari.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 25 October 2012, 10:21:39 AM
boleh tapi jangan banyak2 dan sebelum lewat waktu makan siang.
karena para bhikkhu tidak menimbun makanan, jadi kasihan bhikkhunya harus menghabiskan biskuit itu sebelum lewat tengah hari.
Bhikkhu tidak boleh menyimpan makanan? Kenapa?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 25 October 2012, 10:33:12 AM
Bhikkhu tidak boleh menyimpan makanan? Kenapa?

demikianlah aturannya, mungkin supaya bhikkhu gak ngemil malam2. soal kenapa Sang Buddha menetapkan aturan ini, mungkin ada teman2 yg bersedia menampilkan di sini yg bersumber dari Vinaya Pitaka.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 25 October 2012, 10:35:55 AM

sudah beberapa tahun berdana saat kathina
di beberapa wihara/tempat yg berbeda
memang ada fenomena "daur ulang" persembahan kathina
jadi kurang sreg dalam hati....

jadi bingung tahun ini kathina mau dana apa yag?
pengennya sih, berdana untuk pendidikan atau retreat para bhikkhu
atau berdana agar para bhikkhu bisa menyepi, tidak banyak gangguan
gimana cara menyalurkannya yag ?
==> yg kmrn blm di-eksekusi ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 25 October 2012, 10:48:50 AM
==> yg kmrn blm di-eksekusi ?
tahun ini belum dana kathina sama sekali
udah lewat yag tanggalnya ?

adanya dana lewat transfer aja
tapi tidak dana "paket" kathina
ngk aci/valid yag ?
oh well, lagian masih bingung ttg dana kathina
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 25 October 2012, 11:16:12 AM
tahun ini belum dana kathina sama sekali
udah lewat yag tanggalnya ?

adanya dana lewat transfer aja
tapi tidak dana "paket" kathina
ngk aci/valid yag ?
oh well, lagian masih bingung ttg dana kathina
Sepertinya belum kan?
Awal Masa Kathina 2556 / 2012    :    Rabu, 31 Oktober 2012
Akhir Masa Kathina 2556 / 2012    :    Rabu, 28 November 2012
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: godfrey on 25 October 2012, 11:42:25 AM
sangha disini ini kita kasih ke vihara atau kasih ke walubi? maklum tidak pernah berdana jadi agak bingung prosedur nya, setahu saya kan bhikku tidak boleh pegang duit dan dana yang diberikan juga sudah ditentukan yaitu jubah tapi kalau sudah banyak yang kasih jubah untuk apa kita kasih jubah lagi nanti jadi nya sia2 doang  ???
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 25 October 2012, 11:46:59 AM
sangha disini ini kita kasih ke vihara atau kasih ke walubi? maklum tidak pernah berdana jadi agak bingung prosedur nya, setahu saya kan bhikku tidak boleh pegang duit dan dana yang diberikan juga sudah ditentukan yaitu jubah tapi kalau sudah banyak yang kasih jubah untuk apa kita kasih jubah lagi nanti jadi nya sia2 doang  ???

biasa nya setelah pindapatta pada pagi hari ada acara kathina dan dana (sanghadana) biasa di berikan di atas kain kuning yang di apit 2 anggota sangha ( bhikku/bhikuni) sambil bersikap anjali.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 25 October 2012, 11:51:55 AM
sangha disini ini kita kasih ke vihara atau kasih ke walubi? maklum tidak pernah berdana jadi agak bingung prosedur nya, setahu saya kan bhikku tidak boleh pegang duit dan dana yang diberikan juga sudah ditentukan yaitu jubah tapi kalau sudah banyak yang kasih jubah untuk apa kita kasih jubah lagi nanti jadi nya sia2 doang  ???



Ada dua jenis Sangha. Ketika kita mengucapkan “Sangha Saranam gacchami – Aku berlindung pada Sangha,” yang kita maksudkan adalah semua siswa Sang Buddha yang telah mencapai pencerahan. Tetapi ketika kita mengucapkan “Aku mempersembahkan jubah ini kepada Sangha.” yang kita maksudkan adalah semua Sangha di dunia ini termasuk mereka yang telah mencapai pencerahan dan juga mereka yang belum mencapai pencerahan. Hari ini, ketika anda mempersembahkan jubah Kathina, maka anda akan mempersembahkannya kepada Sangha; yang berarti semua bhikkhu, semua siswa mulia Sang Buddha – tidak hanya yang tercerahkan tetapi juga yang masih belum tercerahkan.

Dalam Buddhisme Theravada, kata ‘Sangha’ hanya berarti komunitas para bhikkhu. Tidak pernah digunakan untuk umat awam. Saya ingin anda memahami hal ini. Pada masa sekarang ini kata ‘Sangha’ juga digunakan untuk para umat awam. Saya tidak mengetahui penggunaan kata ‘Sangha’ ini hingga saya datang ke negara ini. Di sini, mereka menyebut diri mereka ‘Sangha, Sangha’ dan seterusnya. Sekelompok umat awam, yang berlatih meditasi, juga disebut ‘Sangha’. Tetapi saya pikir hal ini akan menyebabkan kebingungan di masa depan. Apakah makna ‘Sangha’? umat awam atau para bhikkhu? Dalam Buddhisme Theravada, Sangha adalah istilah teknis yang hanya bermakna komunitas para bhikkhu.

Hari ini anda akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha. Sangha harus memiliki beberapa kualitas atau beberapa persyaratan agar boleh menerima jubah Kathina. Sangha harus telah melewatkan Vassa atau tiga bulan musim hujan di satu vihara. Selama periode tiga bulan itu, para bhikkhu itu harus menetap di vihara itu dan tidak boleh bermalam di luar kecuali jika diundang. Bahkan jika mereka diundang, mereka tidak boleh menetap di luar vihara selama tujuh hari atau enam pagi.Mereka harus kembali ke vihara dalam beberapa hari. Di akhir periode tiga bulan musim hujan, Sangha melakukan upacara yang disebut ‘Upacara Undangan.’ Undangan berarti mengundang anggota Sangha untuk menunjukkan pelanggaran atau perbuatan salah jika ada, dan berjanji untuk memperbaiki perbuatan salah itu dengan patuh dan segera. Hanya mereka yang menetap di vihara selama tiga bulan penuh tanpa terputus dan yang melakukan upacara undangan yang berhak menerima Kathina. Apakah yang dimaksud dengan “tanpa terputus”? jika selama tiga bulan itu, seorang bhikkhu pergi keluar dari vihara dan menetap di luar selama lebih dari tujuh hari, maka Vassa-nya dikatakan cacat, dan ia tidak berhak menerima Kathina.

Sangha yang menerima jubah Kathina harus melewatkan tiga bulan penuh dalam vihara. Meereka juga harus melakukan upcara undangan. Ingat bahwa hari ini anda akan mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu. Pada kesempatan lain, anda boleh mempersembahkan jubah kepada individu bhikkhu jika anda menginginkannya atau anda boleh mempersembahkan jubah kepada dua atau tiga bhikkhu sebagai kelompok atau anda boleh mempersembahkan kepada Sangha. Tetapi saat ini, anda harus mempersembahkannya kepada Sangha.

Mengapa anda harus mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha? Kathina adalah tindakan resmi Sangha, yang juga melibatkan tindakan individu. Ada dua aktivitas yang terlibat dalam Kathina. Pertama adalah tindakan Sangha – itu berarti tindakan resmi yang dilakukan oleh Sangha – bukan oleh satu bhikkhu atau dua bhikkhu atau tiga bhikkhu. Tetapi, ada aktivitas lainnya yang harus dilakukan oleh individu bhikkhu. Maka ada dua aktivitas yang terlibat dalam tindakan Kathina. Itulah sebabnya mengapa anda harus mempersembahkan jubah kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu.

Setelah menerima jubah Kathina yang anda persembahkan hari ini, Sangha akan memilih seorang individu bhikkhu untuk melakukan aktivitas Kathina. Memilih seorang bhikkhu dan memberikannya jubah untuk melakukan Kathina harus dilakukan pada suatu upacara resmi. Ini adalah tindakan resmi Sangha. Awalnya jubah Kathina adalah milik Sangha. Kemudian, melalui tindakan resmi Sangha, seorang individu bhikkhu dipilih dan jubah diberikan kepadanya untuk melakukan Kathina. Sebenarnya, Kathina dilakukan oleh seorang individu. Tetapi agar individu bhikkhu tersebut dapat melakukan Kathina, maka ia harus memiliki jubah Kathina. Dan jubah Kathina harus diberikan kepadanya oleh Sangha. Itulah sebabnya mengapa anda harus mempersembahkan jubah kepada Sangha, bukan kepada individu bhikkhu.

Pada masa sekarang ini, umat-umat mempersembahkan jubah siap-pakai kepada Sangha. Jadi Sangha tidak perlu membuat jubah. Tetapi pada masa Sang Buddha, dan mungkin beberapa abad setelah itu, orang-orang tidak mempersembahkan jubah siap-pakai, melainkan hanya bahan untuk membuat jubah; itu berarti potongan-potongan kain. Ketika mereka mempersembahkan potongan-potongan kain sebagai jubah Kathina dan setelah menerimanya, maka Sangha harus membuat jubah. Sangha harus membuat jubah dan menyelesaikannya dalam satu hari. Tidak boleh melewati fajar keesokan harinya. Setelah menerima bahan jubah, semua bhikkhu di vihara harus membantu membuat jubah. Anda harus memotong kain, dan menjahitnya dan kemudian anda harus mencelupnya. Mencelup jubah juga bukan pekerjaan mudah. Anda harus membuat cairan pencelup itu sendiiri dan tidak ada toko di mana anda bisa membeli pencelup siap-pakai. Pencelup itu kebanyakan dibuat dari kulit pohon atau inti batang pohon. Dan ketika jubah telah dicelup, jubah itu belum berwarna seperti seharusnya pada celupan pertama. Maka harus dilakukan pencelupan ke dua untuk mendapatkan warna yang diharapkan. Jika ada matahari, maka hal itu tidak menjadi masalah. Tetapi jika langit berawan, maka akan menjadi masalah untuk mengeringkan jubah agar dapat dicelup lagi dan kemudian digunakan untuk melakukan upcara Kathina.

Pada masa sekarang ini kami lebih beruntung karena umat-umat awam mempersembahkan jubah siap-pakai. Jika bukan jubah siap-pakai, maka kami harus melakukan sesuatu untuk menjadikannya jubah. Semua bhikkhu harus membantu untuk membuat jubah, beberapa bhikkhu menjahit, beberapa mempersiapkan celupan, dan sebagainya. Ada banyak pekerjaan. Itulah sebabnya mengapa, pada masa Sang Buddha, umat-umat mempersembahkan jubah Kathina tidak pada waktu seperti ini. Mereka datang pagi-pagi agar para bhikkhu memiliki cukup waktu untuk membuat jubah. Ketika mereka membawa bahan jubah, mereka juga harus membawa makanan untuk para bhikkhu karena pada hari itu para bhikkhu tidak bisa keluar untuk menerima dana makanan. Mereka harus melakukan pekerjaan di vihara, dan oleh karena itu mereka membawa makanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh para bhikkhu. Ada banyak aktivitas di vihara pada hari Kathina. Tetapi pada masa sekarang ini umat-umat hanya datang dan mempersembahkan jubah, dan Sangha hanya menerima jubah ketika mereka melakukan upcara Kathina. Sungguh sangat memudahkan pada masa sekarang.

Karena jubah Katiha hanya dapat dipersembahkan kepada Sangha satu kali dalam setahun, maka ini adalah kesempatan yang jarang. Dan karena jarangnya kesempatan untuk mempersembahkan jubah Kathina kepada Sangha, maka persembahan jubah Kathina dikatakan menghasilkan jasa besar. Dan juga istimewa karena hanya persembahan Kathina yang memberikan lima manfaat lain kepada bhikkhu penerima. Jika anda mempersembahkan sesuatu – anda mempersembahkan makanan kepada para bhikkhu atau anda mempersembahkan jubah kepada individu bhikkhu tertentu dan seterusnya – maka anda memperoleh jasa. Ketika anda mempersembahkan jubah, mereka memperoleh jubah, tapi tidak memperoleh hal lainnya. Tetapi persembahan jubah Kathina ini dapat memberikan lima manfaat kepada para bhikkhu. Para bhikkhu dapat memperoleh kelima manfaat ini hanya melalui pelaksanaan Kathina. Jika para bhikkhu tidak melaksanakan Kathina, maka mereka tidak akan memperoleh kelima manfaat ini. Dan mereka hanya dapat melaksanakan Kathina jika mereka memperoleh jubah Kathina yang dipersembahkan oleh umat-umat awam.

Jadi, mempersembahkan jubah Kathina adalah kesempatan yang jarang bagi umat-umat awam dan juga bermanfaat bagi para bhikkhu dalam lebih dari satu cara. Jadi mereka juga memperoleh lima manfaat ini; kita boleh menyebutnya “Manfaat Sampingan.” Kelima manfaat ini diperoleh dan dinikmati oleh Sangha dan semua bhikkhu hingga hari purnama bulan Maret.

Anda mungkin ingin tahu apa kelima manfaat ini. Maka saya harus merujuk anda pada Buku Vinaya. Anda dapat membaca buku itu atau bertanya kepada seorang bhikkhu nanti. Saya akan memberikan petunjuk. Para bhikkhu harus menjalankan – anda tahu berapa peraturan? 227 peraturan. Anda tahu – bahkan menjalankan lima sila dan tidak melanggarnya adalah tidak mudah. Jadi jika anda harus menjalankan seratus peraturan, dua ratus peraturan atau 227 peraturan, itu adalah sangat sulit. Kadang-kadang kami berharap bahwa kami dapat dibebaskan dari beberapa aturan. Persembahan Kathina ini, pelaksanaan Kathina ini memenuhi keinginan ini. Kathina ini memberikan kebebasan kepada kami atas empat aturan Vinaya secara sementara atau hingga hari purnama bulan Maret. Hingga waktu itu, kami dibebaskan dari empat aturan Vinaya.

Kemudian ada lagi manfaat lain yaitu memiliki kekuasaan atas jubah-jubah yang dipersembahkan kepada Sangha pada saat itu. Ini berarti ketika jubah-jubah dipersembahkan kepada Sangha, maka Sangha akan menyimpan jubah-jubah itu. Ketika mereka memperoleh cukup jubah untuk dibagikan, maka Sangha harus membagikan kepada individu-individu bhikkhu. Ketika mereka membagikan, maka mereka harus membagikan kepada semua bhikkhu yang hadir pada saat pembagian itu. Bukan hanya kepada para bhikkhu yang melakukan upacara Kathina, tetapi mungkin ada para bhikkhu tamu dari vihara lain atau negeri lain dan jika mereka ada di sini pada saat pembagian, maka mereka juga berhak menerima bagian. Jika kami sedang membagikan di sini, maka kami harus memberikan satu bagian kepada mereka. Jika kami melakukan Kathina, dan kami memiliki kelima manfaat ini, maka kami boleh menyimpan jubah itu hanya untuk kami sendiri dan kami boleh tidak membagikannya kepada bhikkhu tamu. Ini adalah satu kekuasaan atas pembagian jubah-jubah Sanghika. Jadi secara keseluruhan kami memperoleh lima manfaat ini: kebebasan dari empat aturan Vinaya dan kekuasaan atas pembagian jubah yang dipersembahkan kepada Sangha.

Jadi, bukankah baik sekali memberikan persembahan kepada Sangha? Ya. Ketika anda mempersembahkan jubah Kathina, anda sebenarnya mempersembahkan kelima manfaat ini. Tidak ada tindakan Dana lainnya yang memberikan lima hak istimewa ini kepada Sangha yang menerima. Itulah sebabnya mengapa disebut tindakan Dana yang istimewa. Suatu Dana yang juga memberikan kelima manfaat atau hak istimewa kepada penerima. Jadi, anda mengetahui bahwa jubah Kathina harus dipersembahkan kepada Sangha agar Sangha dapat melakukan upacara Kathina.

Ada lagi alasan lain. Mengapa anda mempersembahkan jubah kepada Sangha? Walaupun tidak berhubungan dengan Kathina, hal ini tetap patut diperhatikan. Yaitu suatu ajaran bahwa persembahan kepada Sangha memberikan hasil yang lebih besar daripada persembahan kepada seorang individu. Agar Dana anda memberikan hasil yang lebih besar, maka anda memberikan Dana kepada Sangha.

Anda mungkin pernah mendengar tentang bibi Sang Buddha yang juga menjadi ibu tiri atau ibu pengasuhNya yang bernama Maha Pajapatigotami. Ia ingin mempersembahkan jubah kepada Sang Buddha, dikatakan dalam buku bahwa ia memintal benangnya sendiri, ia menenun kain itu sendiri, dan ia membuat jubah itu sendiri. Setelah ia selesai membuatnya, ia mempersembahkan sepasang jubah, mungkin dua jubah, kepada Sang Buddha. Ketika ia mempersembahkan kepada Sang Buddha, dengan mengatakan “Ini adalah, seperti pada masa kini dikatakan, sebagai buatan-rumah atau buatan-tangan.” Ia berkata, “Aku memintal benang sendiri, aku menenun kain sendiri. Aku membuat jubah ini sendiri. Sudilah menerima jubah-jubah ini.” Tetapi Sang Buddha menolak. Sang Buddha berkata, “Persembahkanlah kepada Sangha. Jika engkau mempersembahkan kepada Sangha, maka Aku juga sebenarnya turut menerimanya.” Untuk ke dua kalinya, Gotami memohon agar Sang Buddha menerimanya dan untuk kedua kalinya Sang Buddha menolak. Dan untuk ketiga kalinya Sang Buddha menolak.

Adalah Yang Mulia Ananda yang tidak bisa tetap berdiam diri. Maka ia melibatkan diri dan berkata, “Bhante, sudilah menerima jubah-jubah yang dipersembahkan oleh Gotami karena Gotami telah sangat membantu Engkau. Ketika ibuMu meninggal dunia, Engkau hanyalah seorang anak berusia tujuh hari. Ia mengadopsi Engkau dan menyusuiMu sendiri sementara ia menyerahkan anak kandungnya sendiri kepada pengasuh lainnya. Ia telah berbuat banyak untukMu. Jadi, sudilah menerima jubah-jubah itu. Dan juga Engkau telah sangat membantu bagi Gotami karena melalui khotbah Dhamma yang Engkau babarkan, Gotami telah menjadi seorang Sotapanna.” Demikianlah ia memohon kepada Sang Buddha. Dan kemudian Sang Buddha membabarkan hal lain. Apa yang tidak memuaskan pada kisah ini adalah bahwa kisah ini berakhir di sana. Kita tidak mengetahui apakah Gotami mempersembahkan jubah-jubah itu kepada Sangha atau kepada Sang Buddha. Kita dapat menyimpulkan bahwa Gotami mempersembahkan jubah-jubah itu kepada Sangha.

Mengapakah Sang Buddha memberitahu Gotami agar mempersembahkan jubah-jubah itu bukan kepada diriNya melainkan kepada Sangha? Satu jawaban adalah bahwa Sang Buddha ingin agar Gotami memperoleh jasa yang lebih besar. Jika ia mempersembahkan kepada Sang Buddha, maka ia memperoleh satu jasa. Jika ia mempersembahkan kepada Sangha termasuk Sang Buddha, maka ia memperoleh jasa lebih besar. Agar Gotami memperoleh jasa lebih besar, Sang Buddha berkata, “Persembahkanlah kepada Sangha.”
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 25 October 2012, 12:54:34 PM
boleh tapi jangan banyak2 dan sebelum lewat waktu makan siang.
karena para bhikkhu tidak menimbun makanan, jadi kasihan bhikkhunya harus menghabiskan biskuit itu sebelum lewat tengah hari.
g harus dihabiskan juga kali om.
kan terserah bhantenya mau diapakan. ;D

___________

jubah yang digilir itu disini juga sering terjadi, saking banyaknya peminat jubah.
coba kalo yang minat pakai lebih banyak lagi yah. ;D
setahu saya, ketika banyak sekali umat mendanakan jubah sehingga jumlah jubah menjadi berlimpah ruah maka yang diberikan kepada sangha itu bukan  jubahnya, tapi uang dari hasil penjualan jubah itu (mentahnya).
jubah yang didanakan disimpan kembali di vihara untuk digunakan tahun depan. ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 25 October 2012, 12:57:30 PM
g harus dihabiskan juga kali om.
kan terserah bhantenya mau diapakan. ;D

dibuang juga termasuk dihabiskan
___________

Quote
jubah yang digilir itu disini juga sering terjadi, saking banyaknya peminat jubah.
coba kalo yang minat pakai lebih banyak lagi yah. ;D
setahu saya, ketika banyak sekali umat mendanakan jubah sehingga jumlah jubah menjadi berlimpah ruah maka yang diberikan kepada sangha itu bukan  jubahnya, tapi uang dari hasil penjualan jubah itu (mentahnya).

marilah kita mendukung para bhikkhu bukan dengan memberikan peluang untuk melakukan pelanggaran.

Quote
jubah yang didanakan disimpan kembali di vihara untuk digunakan tahun depan. ;D

ini secara bahasa gaul disebut dengan "penipuan".
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 25 October 2012, 11:11:04 PM

kondisi-nya memang sperti ini
dana jubah thn lalu disimpan digudang dan dikeluarkan lagi pada saat2 sperti ini, dan sering disebut dengan "paket" dana, walau tidak 100% terjadi seperti ini.

serba salah juga, vihara & anggota sangha memerlukan "dana" untuk banyak macam keperluan kalau tidak ada pemasukan dari mana saja biaya perawatan vihara, listrik, air, PBB, transport (bensin, pesawat dll)


sudah beberapa tahun berdana saat kathina
di beberapa wihara/tempat yg berbeda
memang ada fenomena "daur ulang" persembahan kathina
jadi kurang sreg dalam hati....

jadi bingung tahun ini kathina mau dana apa yag?
pengennya sih, berdana untuk pendidikan atau retreat para bhikkhu
atau berdana agar para bhikkhu bisa menyepi, tidak banyak gangguan
gimana cara menyalurkannya yag ?


Quote
ubah yang didanakan disimpan kembali di vihara untuk digunakan tahun depan.
ini secara bahasa gaul disebut dengan "penipuan".
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 26 October 2012, 08:19:58 AM
dibuang juga termasuk dihabiskan
___________

marilah kita mendukung para bhikkhu bukan dengan memberikan peluang untuk melakukan pelanggaran.

ini secara bahasa gaul disebut dengan "penipuan".
dengan cara bagaimana om?
saya g ikut2 menipu yah, ikut tertipu awalnya sih iya. ;D

kalo jubah yang segitu banyaknya di kasi ke sangha juga akan mubasir kan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Forte on 26 October 2012, 09:58:42 AM
Bingung juga ya.. jadi solusi nya gimana donk..

secara untuk ekonomi pas2an, berdana jubah saja udah cukup wow.. tapi jadi sayang kalau mubazir..
jadi dana apa yang baik untuk bulan kathina ? dana uang kah ke pengurus vihara atau gmn ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 26 October 2012, 09:59:07 AM
dengan cara bagaimana om?
dengan cara-cara yg tidak memberikan peluang untuk melakukan pelanggaran.
Quote
saya g ikut2 menipu yah, ikut tertipu awalnya sih iya. ;D

dalam suatu tindakan penipuan memang harus melibatkan 2 pihak yaitu yg melakukan perbuatan menipu dan yg tertipu, jika salah satu pihak tidak ada maka penipuan tidak terjadi. maka walaupun anda bukan pihak yg menipu tapi jelas anda adalah pihak tertipu. dengan demikian maka anda juga terlibat dalam tindakan penipuan tersebut.


Quote
kalo jubah yang segitu banyaknya di kasi ke sangha juga akan mubasir kan?

ketika Bhikkhu Ananda menerima seribu jubah dari Raja Udena dan para selirnya, apakah jubah itu mubasir?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Forte on 26 October 2012, 10:05:04 AM

ketika Bhikkhu Ananda menerima seribu jubah dari Raja Udena dan para selirnya, apakah jubah itu mubasir?
statement menarik.. jadi intinya gimana om ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 26 October 2012, 10:11:27 AM
statement menarik.. jadi intinya gimana om ?

Repost:

Quote
“Tidakkah para selir kami datang ke sini, Ānanda yang baik ?”

“Para selirmu ada datang ke sini, Baginda.”

“Tidakkah mereka memberikan sesuatu kepada Ānanda yang mulia ?”

“Mereka memberikan lima ratus jubah dalam kepadaku, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang mulia , dengan begitu banyak jubah?”

“Aku akan membagikannya, Baginda, dengan para bhikkhu itu yang jubahnya sudah usang.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan jubah lama yang sudah usang itu?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup atas,  Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup atas yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup alas tidur, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup alas tidur yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai penutup lantai, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan penutup lantai yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset kaki, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan keset kaki yang lama?”

“Kami akan menggunakannya sebagai keset pel, Baginda.”

“Tetapi apakah yang akan engkau lakukan, Ānanda yang baik, dengan kein pel yang lama?”

“Setelah mencabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan, Baginda, setelah mengaduknya dengan lumpur, kami akan mengoleskannya sebagai penambal-lantai.”

Kemudian Raja Udena, dengan berpikir: “Para petapa ini, para putera Sakya, menggunakan segala sesuatunya dengan cara yang benar dan tidak membiarkannya menjadi sia-sia,”  menganugerahkan lima ratus kain tenunan lagi kepada Yang Mulia Ānanda. Oleh karena itu ini adalah pertama kalinya seribu jubah diterima oleh Yang Mulia Ānanda sebagai persembahan jubah. ||14||
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 26 October 2012, 01:20:25 PM
hmm, Penutup lantai ini benda macam apa?

dari keterangan ini sangat menarik membentuk gambaran seperti apa vihara pada masa Sang Buddha masih ada misalnya vihara Jetavana.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: khiong on 26 October 2012, 01:23:30 PM
berarti dengan 1 pikiran mempersembahkan jubah kepada sangha.  _/\_
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 26 October 2012, 03:40:53 PM
dengan cara-cara yg tidak memberikan peluang untuk melakukan pelanggaran.
dalam suatu tindakan penipuan memang harus melibatkan 2 pihak yaitu yg melakukan perbuatan menipu dan yg tertipu, jika salah satu pihak tidak ada maka penipuan tidak terjadi. maka walaupun anda bukan pihak yg menipu tapi jelas anda adalah pihak tertipu. dengan demikian maka anda juga terlibat dalam tindakan penipuan tersebut.


ketika Bhikkhu Ananda menerima seribu jubah dari Raja Udena dan para selirnya, apakah jubah itu mubasir?
iya caranya bagaimana om?

kalo gitu intinya yah kasi aja, dana aja kalo memang mau dana. terserah nantinya mau diapakan yah itu urusan si penerima dana.  ;D
g mungkin juga kan kita tanya2 ke bhante sampe sejauh itu. :hammer:
jadi ribet nih, yang penting niatnya kan baik. ???
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 27 October 2012, 12:45:17 AM
Kayaknya soal 'daur ulang' jubah itu terjadi di mana2 pada setiap perayaan Kathina yang umatnya dalam sekali acara bisa dana jubah hingga puluhan bahkan ratusan jubah.  itu untuk satu vihara (besar) saja, bayangkan kalau ada 35 saja vihara besar di Indonesia, mungkin setiap Kathina ada ribuan jubah sementara bhikkhu yang memakai tidak sampai 100 orang.

Setahu gw praktik 'penipuan' ini (kata bro indra  ;D) dilakukan di mana pengurus vihara yang ditunjuk oleh bhikkhu yang menyimpan jubah, melayani pesanan umat yang ingin berdana jubah.  Jadi gamblangnya si pengurus yang ditunjuk lantas menjual jubah itu kepada umat yg mau beli jubah untuk didanakan.

Pertanyaan kita semua :

1.  Praktik ini salah atau benar secara Buddhis ?  (tinjauan vinaya, dll)
2.  Kalau jubah yg masuk tiap tahun tidak dijual, lantas mau dikemanakan ?
3.  Adakah dana yg lebih bermanfaat saat Kathina, selain jubah dan paket sabun,cs? 
     Sementara menurut sutta, dana jubah ini besar sekali pahalanya.
     Tentu saja umat tidak mau kalau pahala mereka kecil, maunya yg sebesar2nya.  ::)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: godfrey on 28 October 2012, 07:45:59 PM
saya sudah bertanya pada pihak vihara jadi intinya sebenarnya pemberian jubah hanya bersifat simbolis jubah nya dikembalikan kepada vihara dan uang yg kita pakai untuk membeli jubah dipakai untuk perkembangan vihara , nah gimana menurut teman2? menurut saya masuk akal juga karena bhikku yang nerima jubah di vihara tersebut tidak sampai 10 orang tetapi yang menyumbangkan bisa sampai ratusan orang dan 1 orang bisa membeli lebih dari satu jubah. Yg penting kan niat nya kita untuk berdana jubah kepada sangha tapi saya tidak tahu bisa dibantu dijelaskan
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 28 October 2012, 07:49:00 PM
saya sudah bertanya pada pihak vihara jadi intinya sebenarnya pemberian jubah hanya bersifat simbolis jubah nya dikembalikan kepada vihara dan uang yg kita pakai untuk membeli jubah dipakai untuk perkembangan vihara , nah gimana menurut teman2? menurut saya masuk akal juga karena bhikku yang nerima jubah di vihara tersebut tidak sampai 10 orang tetapi yang menyumbangkan bisa sampai ratusan orang dan 1 orang bisa membeli lebih dari satu jubah. Yg penting kan niat nya kita untuk berdana jubah kepada sangha tapi saya tidak tahu bisa dibantu dijelaskan

Kalau begitu apakah tidak lebih jika judulnya bukan "Kathina Dana" melainkan "Dana untuk perkembangan vihara"?

jawab: tentu saja itu akan mengurangi potensi income sampai 80%, jadi untuk menghindari ketidak-untungan, maka cincailah, gak masalah menipu dikit, toh si korban penipuan juga gak keberatan kok.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Wolvie on 28 October 2012, 08:13:40 PM
err, gw kepikir bagaimana ya, klo punya chanel ke luar negri, kan sekarang Vihara2 di bangladesh/myanmar yang pada diancurin teroris kayanya lebih membutuhkan sumbangan2 dari kita..

alangkah happynya klo bisa berdana ke sono ya (sejauh ini gw baru bisa berkhayal)  :(
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 28 October 2012, 08:37:31 PM
sedikit OOT, sepertinya perkembangan vihara menjadi fokus utama pada saat ini, bahkan ada program baru namanya arisan amal atau apalah dinamainya supaya orang bisa tergugah untuk ikut.
itu adalah cara berdana tanpa keluar duit, dana dengan bunga bank. ;D
:backtotopic:
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 28 October 2012, 08:48:01 PM

 :outoftopic:

tempo hari, ada yang posting mau kirim dana unt Ramu, Bangladesh
setelah di posting di beberapa grup buddhist yang member-nya mencapai "ribuan", yang dana ndak ada 10%-nya dari masing2 grup tsb.
Pikir punya pikir: memang berbuat baik itu sulit.


err, gw kepikir bagaimana ya, klo punya chanel ke luar negri, kan sekarang Vihara2 di bangladesh/myanmar yang pada diancurin teroris kayanya lebih membutuhkan sumbangan2 dari kita..

alangkah happynya klo bisa berdana ke sono ya (sejauh ini gw baru bisa berkhayal)  :(
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 28 October 2012, 10:05:48 PM
:outoftopic:

tempo hari, ada yang posting mau kirim dana unt Ramu, Bangladesh
setelah di posting di beberapa grup buddhist yang member-nya mencapai "ribuan", yang dana ndak ada 10%-nya dari masing2 grup tsb.
Pikir punya pikir: memang berbuat baik itu sulit.



mungkin ini bisa jadi pelajaran bagi panitia pengumpul, setidaknya dalam berdiplomasi, gunakan bahasa yg sopan dan bukan dengan cara2 preman
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Wolvie on 28 October 2012, 10:18:25 PM
:outoftopic:

tempo hari, ada yang posting mau kirim dana unt Ramu, Bangladesh
setelah di posting di beberapa grup buddhist yang member-nya mencapai "ribuan", yang dana ndak ada 10%-nya dari masing2 grup tsb.
Pikir punya pikir: memang berbuat baik itu sulit.



:(

ya mudah2an aja dari Vihara2 di sini yang berlebih bisa berdana ke sana...
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 29 October 2012, 12:36:09 AM
memang seharusnya berbuat baik pun perlu motivasi menyenangkan semua orang.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 11:19:43 AM
Pertanyaan kita semua :
1.  Praktik ini salah atau benar secara Buddhis ?  (tinjauan vinaya, dll)
2.  Kalau jubah yg masuk tiap tahun tidak dijual, lantas mau dikemanakan ?
3.  Adakah dana yg lebih bermanfaat saat Kathina, selain jubah dan paket sabun,cs? 
     Sementara menurut sutta, dana jubah ini besar sekali pahalanya.
     Tentu saja umat tidak mau kalau pahala mereka kecil, maunya yg sebesar2nya.  ::)

Kelihatannya sulit sekali menjawab 1-3 di atas.  ::)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 29 October 2012, 11:29:21 AM
Mungkin langsung kasi ke Bhikkhu bersangkutan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 11:44:50 AM
Kayaknya soal 'daur ulang' jubah itu terjadi di mana2 pada setiap perayaan Kathina yang umatnya dalam sekali acara bisa dana jubah hingga puluhan bahkan ratusan jubah.  itu untuk satu vihara (besar) saja, bayangkan kalau ada 35 saja vihara besar di Indonesia, mungkin setiap Kathina ada ribuan jubah sementara bhikkhu yang memakai tidak sampai 100 orang.

Setahu gw praktik 'penipuan' ini (kata bro indra  ;D) dilakukan di mana pengurus vihara yang ditunjuk oleh bhikkhu yang menyimpan jubah, melayani pesanan umat yang ingin berdana jubah.  Jadi gamblangnya si pengurus yang ditunjuk lantas menjual jubah itu kepada umat yg mau beli jubah untuk didanakan.

Pertanyaan kita semua :

1.  Praktik ini salah atau benar secara Buddhis ?  (tinjauan vinaya, dll)
2.  Kalau jubah yg masuk tiap tahun tidak dijual, lantas mau dikemanakan ?
3.  Adakah dana yg lebih bermanfaat saat Kathina, selain jubah dan paket sabun,cs? 
     Sementara menurut sutta, dana jubah ini besar sekali pahalanya.
     Tentu saja umat tidak mau kalau pahala mereka kecil, maunya yg sebesar2nya.  ::)

1. Jika jubah itu milik bhikkhu lalu di daur ulang, sehingga jubah jadi berpindah tangan ke umat, kemudian umat mendanakan kembali jubah itu yg memang milik si bhikkhu. Dari sini, mari kita jujur, apakah ada dana yg dipersembahkan? tidak ada. jika anda berdana, maka anda memberikan sesuatu kepada penerima dana, bukan memberikan sesuatu yg memang milik si penerima. Lalu ada argumen bahwa pada saat daur ulang itu umat mengeluarkan cash, dan cash ini yg kemudian diserahkan kepada bhikkhu. ini juga tidak benar, karena tidak peduli apa pun alasan pembenarannya, bhikkhu tetap tidak diperbolehkan menerima uang.

2. melihat teladan Ananda, jubah itu dibagi2kan kepada para bhikkhu lain, seorang rekan di sini mengatakan bahwa banyak para bhikkhu di Myanmar dan Bangladesh yg sedang dalam kondisi memprihatinkan dan membutuhkan dana. jubah2 ini bisa saja disalurkan ke sana, karena walaupun berbeda negara namun mereka juga anggota Sangha, bukan kan?

3. tidak dikatakan lebih bermanfaat, tapi jubah ini setara dengan makanan, obat2an dan tempat tinggal dalam pengelompokan 4 kebutuhan pokok bhikkhu
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: juli wu on 29 October 2012, 12:25:08 PM
saya juga bingung,tadi nya semangat mau ikut kathina,sudah lihat jadwalnya n jam tuk berdana makanan n persembahan kepada bhikkhu,setelah baca pengumuman nya,panitia berharap dana dapat berupa uang krn jika berupa makanan atau 4 kebutuhan bhikkhu takut kebanyakan yg inti mubazir,dari pikiran saya,Apakah bhikkhu di sini di bodohin panitianya ya
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 12:56:26 PM
1. Jika jubah itu milik bhikkhu sangha STI lalu di daur ulang, sehingga jubah jadi berpindah tangan ke umat, kemudian umat mendanakan kembali jubah itu yg memang milik si bhikkhu. Dari sini, mari kita jujur, apakah ada dana yg dipersembahkan? tidak ada. jika anda berdana, maka anda memberikan sesuatu kepada penerima dana, bukan memberikan sesuatu yg memang milik si penerima. Lalu ada argumen bahwa pada saat daur ulang itu umat mengeluarkan cash, dan cash ini yg kemudian diserahkan kepada bhikkhu. ini juga tidak benar, karena tidak peduli apa pun alasan pembenarannya, bhikkhu tetap tidak diperbolehkan menerima uang.

Ini yang menjadi permasalahan.  Apakah jubah itu 'dipinjamkan/dijual' dulu ke pengurus vihara lantas sangha STI kemudian menerima uangnya (hasil penjualan jubah).

Jika seperti di atas, pernahkah ada yg kasih kritikan ke STI mengenai hal ini?

Kalau gw punya pendapat, lebih baik sangha di sini terus terang minta cash saja karena pasti dana jubah yang bejibun akan mengarah ke penyimpangan di atas.
Pertanyaannya pasti: Apakah umat mau, karena takut pahalanya kurang banyak ketimbang dana jubah di perayaan kathina?

Quote
2. melihat teladan Ananda, jubah itu dibagi2kan kepada para bhikkhu lain, seorang rekan di sini mengatakan bahwa banyak para bhikkhu di Myanmar dan Bangladesh yg sedang dalam kondisi memprihatinkan dan membutuhkan dana. jubah2 ini bisa saja disalurkan ke sana, karena walaupun berbeda negara namun mereka juga anggota Sangha, bukan kan?

Gw sangat setuju dengan pendapat ini.  Lagipula kan itu dana untuk sangha, artinya untuk semua sangha (Theravada) yang ada di muka bumi ini sekarang dan y.a.d.

Kembali akan ada permasalahan, karena 'katanya' aliran dhammayuth yang dianut STI sangat eksklusif hanya untuk golongan anggota STI saja.  Meski sama2 dhammayuth, katanya kalau beda negara saja (bukan STI) menjadi sudah di luar sangha mereka. Benarkah seperti yg gw tulis ini?

Otomatis jubah yg notabene didanakan umat untuk sangha, tak bisa disalurkan ke luar organisasi bhikkhu ini. CMIIW.

Quote
3. tidak dikatakan lebih bermanfaat, tapi jubah ini setara dengan makanan, obat2an dan tempat tinggal dalam pengelompokan 4 kebutuhan pokok bhikkhu

Gw yakin koq kalau dicari suttanya untuk mendukung yang anda tulis pasti ada.  Tinggal masalahnya bhante2nya mau atau tidak.  Bagi umat pastilah kebanyakan berdana dengan prinsip untung-rugi, artinya menginginkan pahala yang sebesar2nya.  Takut kalau tak berdana jubah pas saat Kathina (bagi yg mampu) tapi berdana yang lain saja, maka pahalanya akan lebih sedikit. ::)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 01:26:15 PM
Ini yang menjadi permasalahan.  Apakah jubah itu 'dipinjamkan/dijual' dulu ke pengurus vihara lantas sangha STI kemudian menerima uangnya (hasil penjualan jubah).


menurut vinaya bhikkhu tidak diperbolehkan menerima uang.

Quote
Jika seperti di atas, pernahkah ada yg kasih kritikan ke STI mengenai hal ini?

STI pasti mengerti vinaya, jika tidak maka adalah lebih baik jadi umat awam saja.

Quote
Kalau gw punya pendapat, lebih baik sangha di sini terus terang minta cash saja karena pasti dana jubah yang bejibun akan mengarah ke penyimpangan di atas.
Pertanyaannya pasti: Apakah umat mau, karena takut pahalanya kurang banyak ketimbang dana jubah di perayaan kathina?

jadi event Kathina ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengeksploitasi keyakinan umat.

Quote
Gw sangat setuju dengan pendapat ini.  Lagipula kan itu dana untuk sangha, artinya untuk semua sangha (Theravada) yang ada di muka bumi ini sekarang dan y.a.d.

Kembali akan ada permasalahan, karena 'katanya' aliran dhammayuth yang dianut STI sangat eksklusif hanya untuk golongan anggota STI saja.  Meski sama2 dhammayuth, katanya kalau beda negara saja (bukan STI) menjadi sudah di luar sangha mereka. Benarkah seperti yg gw tulis ini?

Otomatis jubah yg notabene didanakan umat untuk sangha, tak bisa disalurkan ke luar organisasi bhikkhu ini. CMIIW.


kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa.

Quote
Gw yakin koq kalau dicari suttanya untuk mendukung yang anda tulis pasti ada.  Tinggal masalahnya bhante2nya mau atau tidak.  Bagi umat pastilah kebanyakan berdana dengan prinsip untung-rugi, artinya menginginkan pahala yang sebesar2nya.  Takut kalau tak berdana jubah pas saat Kathina (bagi yg mampu) tapi berdana yang lain saja, maka pahalanya akan lebih sedikit. ::)

kalau mau untung-rugi sebenarnya ada perbuatan lain yg jauh lebih menguntungkan daripada berdana, yaitu misalnya mengembangkan pikiran cinta kasih, dll. tapi di sini jangan diinterpretasikan bahwa saya mencegah umat2 utk berdana ya.

tapi berdana makanan juga bisa sangat menguntungkan, banyak kisah dalam Jataka atau Dhammapada Atthakatha yg menceritakan tentang keberuntungan orang2 yg diakibatkan dari berdana makanan.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 01:43:27 PM
menurut vinaya bhikkhu tidak diperbolehkan menerima uang.

Yang menerima uang kan dayaka dan pengurus vihara, bukan bhikkhu. :whistle:

Quote
STI pasti mengerti vinaya, jika tidak maka adalah lebih baik jadi umat awam saja.

Mengerti tapi belum tentu ikhlas kalo umat awam juga mengerti vinaya.  ;D

Quote
jadi event Kathina ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mengeksploitasi keyakinan umat.

Oh ya, apa saja yg dieksploitasi?  Bisa dijelaskan lagi bro?

Quote
kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa.

Cikal bakalnya dhammayuth di Thailand saja tak tersentuh koq.

Quote
kalau mau untung-rugi sebenarnya ada perbuatan lain yg jauh lebih menguntungkan daripada berdana, yaitu misalnya mengembangkan pikiran cinta kasih, dll. tapi di sini jangan diinterpretasikan bahwa saya mencegah umat2 utk berdana ya.

tapi berdana makanan juga bisa sangat menguntungkan, banyak kisah dalam Jataka atau Dhammapada Atthakatha yg menceritakan tentang keberuntungan orang2 yg diakibatkan dari berdana makanan.

Kalau semua dana dikonversi ke dana makanan pas Kathina pasti bejibun sekali tuh makanannya.  Ujung2nya kayak jubah juga, tak habis termakan dan tak bisa disimpan (basi).

Makanan yg berlebih dari dana makanan para umat, kalau mau disalurkan ke luar vihara, apakah nanti yg menerima tak mencurigai ada pembagian Indomie, buddhisisasi, belum lagi takut kalau makanannya tak halal atau bekas dipersembahkan kepada berhala.  ^-^
Title: Dana obat obatan
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 01:50:53 PM
Yang jarang di sentuh adalah dana Obat obatan.

wa karena dulu tak mampu beli jubah maka wa mendanakan obat obatan.

Obat buat suara hilang atau serak (ehm, dhamma desana kadang kepikiran bagi anggota sangha tidak lelah kah dan tenggorakan nya sakit akibat ber dhammadesana) karena hal itu wa mendanakan niu huang cing cing wan.

Obat angin, yah anggota sangha juga bisa masuk angin dan sakit perut.

Madu (sebagai obat).

dll.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: will_i_am on 29 October 2012, 01:51:16 PM
dana obat,,, tapi harus lihat tanggal expirednya dulu sebelum membeli...
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 01:57:45 PM
dana obat,,, tapi harus lihat tanggal expirednya dulu sebelum membeli...

Betul mesti dilihat tanggal expired nya, sebelum didanakan.

Lebih cerdas adalah bisa mengetahui sejarah kesehatan beberapa anggota sangha yang berdiam di vihara, juga keperluan keperluan lain seperti kacamata dll.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:00:32 PM
Yang menerima uang kan dayaka dan pengurus vihara, bukan bhikkhu. :whistle:

jangan menggeliat, sebelumnya anda menuliskan sbb:

Ini yang menjadi permasalahan.  Apakah jubah itu 'dipinjamkan/dijual' dulu ke pengurus vihara lantas sangha STI kemudian menerima uangnya (hasil penjualan jubah).

Quote
Mengerti tapi belum tentu ikhlas kalo umat awam juga mengerti vinaya.  ;D

yg saya maksudkan adalah bahwa STI sudah tentu tahu bahwa menerima uang atau menipu tidak diperbolehkan oleh vinaya.

Quote
Oh ya, apa saja yg dieksploitasi?  Bisa dijelaskan lagi bro?

ini terkait dengan statement anda "karena takut pahalanya kurang banyak ketimbang dana jubah di perayaan kathina?". Oleh karena itu maka marilah para bhikkhu mengkampanyekan dana jubah dan jubahnya itu berasal dari gudang sangha yg dijual kepada umat. menurut anda apakah ini bukan mengeksploitasi keyakinan dan moha dari umat?

Quote
Cikal bakalnya dhammayuth di Thailand saja tak tersentuh koq.


saya tidak tahu mengenai dhammayut atau apakah praktik2 ini memang diwariskan dari aliran Dhammayut Thailand.

Quote
Kalau semua dana dikonversi ke dana makanan pas Kathina pasti bejibun sekali tuh makanannya.  Ujung2nya kayak jubah juga, tak habis termakan dan tak bisa disimpan (basi).

saya tidak mengatakan harus dikonveris jadi makanan. sejak awal saya hanya mengajak agar umat berdana dengan bijaksana, tidak peduli apa objek dana yg diberikan. apakah juba, makanan, rumah atau apa pun. tapi membeli jubah dari bhikkhu untuk kemudian didanakan kembali kepada bhikkhu itu menurut saya cukup sangat menggelikan.

Bahlan Bhikkhu melakukan praktik jual beli juga sebenarnya tidak diperbolehkan oleh vinaya, atau mungkin untuk mensiasati hal ini maka diangkatlah para salesman (baca: dayaka) untuk memasarkan jubah agar bhikkhu tidak secara langsung terlibat dalam jual/beli?

Quote
Makanan yg berlebih dari dana makanan para umat, kalau mau disalurkan ke luar vihara, apakah nanti yg menerima tak mencurigai ada pembagian Indomie, buddhisisasi, belum lagi takut kalau makanannya tak halal atau bekas dipersembahkan kepada berhala.  ^-^

apa yg telah diterima oleh Sangha sudah sepenuhnya menjadi hak Sangha, apakah mau dimakan, diberikan kepada orang lain, dibuang, dibakar, dll. terserah kepada Sangha.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:01:57 PM
dana obat,,, tapi harus lihat tanggal expirednya dulu sebelum membeli...

untuk dana obat ini pun tidak terlepas dari kecurangan. saya baru mendengar ada kejadian dimana paket2 obat2an yg dijual dalam rangka kathina itu hanyalah pinjaman dari apotek/toko obat, setelah kathina, obat2an itu akan dikembalikan lagi ke apotek/toko obat. penipuan demi penipuan yg sudah akut dan kronis
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:04:20 PM
Numpang tanya, sekarang ini kalau ada dana jubah begitu banyak, digunakan untuk apa jubah itu? Apakah betul dijadikan jubah atas, sprei, dst, sampai tambal lantai?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:05:15 PM
Numpang tanya, sekarang ini kalau ada dana jubah begitu banyak, digunakan untuk apa jubah itu? Apakah betul dijadikan jubah atas, sprei, dst, sampai tambal lantai?

kemana aja sih, Om? bukankah ini sedang dibicarakan di sini. jubah2 itu disimpan untuk transaksi tahun depan lagi
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:10:38 PM
kemana aja sih, Om? bukankah ini sedang dibicarakan di sini. jubah2 itu disimpan untuk transaksi tahun depan lagi
Bisa gitu yah? Kalau vihara bisa ga? Dana pertama, tahun depannya didanakan lagi, terus didanakan sampai hancur bangunannya.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:12:08 PM
Bisa gitu yah? Kalau vihara bisa ga? Dana pertama, tahun depannya didanakan lagi, terus didanakan sampai hancur bangunannya.

tidak bisa, karena pada penyerahan pertama, sertifikat langsung udah balik nama, dan tidak mungkin dibalik-nama lagi ke umat, takut gak kembali lagi
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:18:19 PM
tidak bisa, karena pada penyerahan pertama, sertifikat langsung udah balik nama, dan tidak mungkin dibalik-nama lagi ke umat, takut gak kembali lagi
Bhikkhu bisa memiliki tempat tinggal? Meninggalkan hidup tanpa rumah menuju kehidupan punya vihara yah?

Makanya jangan kehilangan akal donk. Jangan kasih sertifikat, tapi kontrak per tahun aja, jadi tiap tahun bisa perpanjang kontrak, itu dana berulang-ulang.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:20:35 PM
Bhikkhu bisa memiliki tempat tinggal? Meninggalkan hidup tanpa rumah menuju kehidupan punya vihara yah?

Semoga dengan kepemimpinan Jokowi, Vinaya bisa lebih ditegakkan
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: juli wu on 29 October 2012, 02:27:12 PM
Semoga dengan kepemimpinan Jokowi, Vinaya bisa lebih ditegakkan
Napa musti Jokowi ya,napa sy makin mabok ya bacanya,sama bhikkhu sutta di sini
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 02:27:51 PM
jangan menggeliat, sebelumnya anda menuliskan sbb:

yg saya maksudkan adalah bahwa STI sudah tentu tahu bahwa menerima uang atau menipu tidak diperbolehkan oleh vinaya.

Emang ga boleh menggeliat  ::), kan pegel bro  :P ;D

Maksud gw begini, kan anda menulis seperti ini :
apa yg telah diterima oleh Sangha sudah sepenuhnya menjadi hak Sangha, apakah mau dimakan, diberikan kepada orang lain, dibuang, dibakar, dll. terserah kepada Sangha.

Nah, skenario 'ngakali' vinayanya kan kira2 begini (menurut analisa gw lho, CMIIW).  Jangan dituduh bahwa kalo gw mengemukakan ini artinya gw lantas setuju dengan cara ini.
Jangan emosi ya bro  :D

Jubah udah milik STI kan?  Nah, jubah ini 'diberikan' kepada dayaka/pengurus vihara/yayasan.  Si dayaka kemudian menjual jubah2 itu kepada umat yg mau berdana jubah. 

Uang hasil penjualan jubah kemudian didanakan balik:
1. Oleh pengurus vihara masuk ke kas vihara.
2. Oleh pengurus yayasan masuk ke kas yayasan (yg biasanya ketuanya adalah si Bhante ybs)
3. Oleh dayaka, untuk keperluan bhikkhunya (mungkin tiket, dll)

Quote
ini terkait dengan statement anda "karena takut pahalanya kurang banyak ketimbang dana jubah di perayaan kathina?". Oleh karena itu maka marilah para bhikkhu mengkampanyekan dana jubah dan jubahnya itu berasal dari gudang sangha yg dijual kepada umat. menurut anda apakah ini bukan mengeksploitasi keyakinan dan moha dari umat?

Gw setuju pendapat anda ini.

Quote
saya tidak tahu mengenai dhammayut atau apakah praktik2 ini memang diwariskan dari aliran Dhammayut Thailand.

Kan anda sendiri yg nulis begini :
kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa.

Alasan jubah nggak dibagikan ke luar sangha dhammayuth kan karena sudah di luar sangha mereka.

Nah kalau gini bagaimana anda mengatasi kelebihan jubah2 dana itu?

Quote
saya tidak mengatakan harus dikonveris jadi makanan. sejak awal saya hanya mengajak agar umat berdana dengan bijaksana, tidak peduli apa objek dana yg diberikan. apakah juba, makanan, rumah atau apa pun. tapi membeli jubah dari bhikkhu untuk kemudian didanakan kembali kepada bhikkhu itu menurut saya cukup sangat menggelikan.

Bahlan Bhikkhu melakukan praktik jual beli juga sebenarnya tidak diperbolehkan oleh vinaya, atau mungkin untuk mensiasati hal ini maka diangkatlah para salesman (baca: dayaka) untuk memasarkan jubah agar bhikkhu tidak secara langsung terlibat dalam jual/beli?

Setuju.

Quote
apa yg telah diterima oleh Sangha sudah sepenuhnya menjadi hak Sangha, apakah mau dimakan, diberikan kepada orang lain, dibuang, dibakar, dll. terserah kepada Sangha.

Kembali ke masalah dana makanan (yg berlebih karena dana jubah dikonversi ke makanan), kan supaya sesuai vinaya?   Nah makanan lebih ini mau dikemanain ? Apa solusi anda?

Apa solusi untuk umat2 yg berdana jubah ini?  Dibiarkan saja (status quo) atau ada ide yang lebih baik?

Gw bertanya sebagai salah satu orang yg beberapa tahun ini berdana jubah tiap perayaan Kathina.  Dan sempat galau juga melihat jubah yg bejibun pas acara dana, apalagi setelah melihat gunungan jubah di dalam kamar penyimpanannya.  Juga melihat peredaran voucher dana yg katanya akan diberikan dalam bentuk barang ke bhantenya.  Ada yg senilai seratus ribu sampai satu juta. :??  Yakin tuh, akan diberikan berupa barang2 nantinya (sabun, handuk, sikat gigi, odol, dll) ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 02:34:29 PM
untuk dana obat ini pun tidak terlepas dari kecurangan. saya baru mendengar ada kejadian dimana paket2 obat2an yg dijual dalam rangka kathina itu hanyalah pinjaman dari apotek/toko obat, setelah kathina, obat2an itu akan dikembalikan lagi ke apotek/toko obat. penipuan demi penipuan yg sudah akut dan kronis

wa tidak pernah beli paket obat obatan yang disediakan di vihara,  wa biasa beli sendiri.

Sebenarnya banyak cara bersanghadana dan masing masing pribadi bisa memilih dan memiliki keunikan sanghadana nya tergantung kemampuan anda menyediakan nya secara lebih bijaksana, apakah anda mau berdana secara pribadi atau berkelompok.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 02:39:06 PM
Numpang tanya, sekarang ini kalau ada dana jubah begitu banyak, digunakan untuk apa jubah itu? Apakah betul dijadikan jubah atas, sprei, dst, sampai tambal lantai?

Jubah biasanya disimpan.

Sprei bukan dari jubah melainkan sprei kasur beneran.
Tambal lantainya dari ubin keramik biasanya, bukan lagi dari campuran tahi sapi kayak jaman Sang Buddha.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:40:14 PM
Quote from: sanjiva
Jubah udah milik STI kan?  Nah, jubah ini 'diberikan' kepada dayaka/pengurus vihara/yayasan.  Si dayaka kemudian menjual jubah2 itu kepada umat yg mau berdana jubah.

Uang hasil penjualan jubah kemudian :
1. Oleh pengurus vihara masuk ke kas vihara.
2. Oleh pengurus yayasan masuk ke kas yayasan (yg biasanya ketuanya adalah si Bhante ybs)
3. Oleh dayaka, untuk keperluan bhikkhunya (mungkin tiket, dll)

Jubah seharusnya tidak diberikan ke umat, tapi ke sesama anggota sangha.

Juga kalau tahun ini sudah cukup, tahu dan sadar dana jubah itu kelebihan, bukankah seharusnya sangha tahu diri untuk event berikutnya agar tidak menerima jubah lagi supaya tidak mubazir?

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 02:42:47 PM
Juga kalau tahun ini sudah cukup, tahu dan sadar dana jubah itu kelebihan, bukankah seharusnya sangha tahu diri untuk event berikutnya agar tidak menerima jubah lagi supaya tidak mubazir?

Bolehkan bhikkhu menolak dana umat, apalagi pas perayaan Kathina dan berupa jubah ?


BTW, masak quotenya jadi nama Indra sih?  ::) ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:43:29 PM
Jubah biasanya disimpan.

Sprei bukan dari jubah melainkan sprei kasur beneran.
Tambal lantainya dari ubin keramik biasanya, bukan lagi dari campuran tahi sapi kayak jaman Sang Buddha.
Iya setahu saya juga begitu, sprei, lantai, keset, dan seterusnya, sudah tidak dari jubah lagi. Jadi sebetulnya kalau tidak ada jubah rusak, maka tidak ada kebutuhan tambahan, juga tidak ada 'daur ulang' jubah. Biasanya orang hanya membaca separuh-separuh "oh, Ananda aja dulu terima seribu, berarti sekarang bhikkhu terima berlebih juga ga apa," padahal konteks lengkapnya itu adalah efisiensi penggunaan jubah yang diperoleh.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:44:57 PM
Bolehkan bhikkhu menolak dana umat, apalagi pas perayaan Kathina dan berupa jubah ?
Kenapa tidak boleh? Bhikkhu boleh menolak menerima hal-hal yang tidak ia perlukan seperti kalau sudah kenyang tidak menerima dana makanan; atau menolak hal-hal yang tidak sesuai vinaya seperti kalau dikasih duit atau kertas saham.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: will_i_am on 29 October 2012, 02:46:31 PM
untuk dana obat ini pun tidak terlepas dari kecurangan. saya baru mendengar ada kejadian dimana paket2 obat2an yg dijual dalam rangka kathina itu hanyalah pinjaman dari apotek/toko obat, setelah kathina, obat2an itu akan dikembalikan lagi ke apotek/toko obat. penipuan demi penipuan yg sudah akut dan kronis
beli sendiri dari apotik langsung... ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:47:58 PM
Emang ga boleh menggeliat  ::), kan pegel bro  :P ;D

tentu saja boleh menggeliat, kadang2 menggeliat justru memperindah diskusi.

Quote
Maksud gw begini, kan anda menulis seperti ini :
Nah, skenario 'ngakali' vinayanya kan kira2 begini (menurut analisa gw lho, CMIIW).  Jangan dituduh bahwa kalo gw mengemukakan ini artinya gw lantas setuju dengan cara ini ya.
Jangan emosi ya bro  :D

Jubah udah milik STI kan?  Nah, jubah ini 'diberikan' kepada dayaka/pengurus vihara/yayasan.  Si dayaka kemudian menjual jubah2 itu kepada umat yg mau berdana jubah. 

Uang hasil penjualan jubah kemudian :
1. Oleh pengurus vihara masuk ke kas vihara.
2. Oleh pengurus yayasan masuk ke kas yayasan (yg biasanya ketuanya adalah si Bhante ybs)
3. Oleh dayaka, untuk keperluan bhikkhunya (mungkin tiket, dll)

tapi apakah memang begitu? karena kalau memang begitu, Sangha seharusnya mengklarifikasi hal ini dengan pernyataan bahwa "sangha tidak terlibat dalam transaksi "daur ulang" (baca: penipuan) jubah ini"

Quote
Gw setuju pendapat anda ini.

Kan anda sendiri yg nulis begini :
Alasan jubah nggak dibagikan ke luar sangha dhammayuth kan karena sudah di luar sangha mereka.
Nah kalau gini bagaimana anda mengatasi kelebihan jubah2 dana itu?

Setuju.

yg saya tulis adalah "kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa."

jadi tidak ada alasan utk tidak berdana jubah kepada para bhikkhu di negara lain yg memakai jubah serupa.

Quote
Kembali ke masalah dana makanan (yg berlebih karena dana jubah dikonversi ke makanan), kan supaya sesuai vinaya?   Nah makanan lebih ini mau dikemanain ? Apa solusi anda?

membuang makanan yg berlebih tidak melanggar vinaya kok.

Quote
Apa solusi untuk umat2 yg berdana jubah ini?  Dibiarkan saja (status quo) atau ada ide yang lebih baik?

saya tidak melihat ada masalah dalam berdana jubah. kalau tidak ada masalah kenapa harus ada solusi?
mungkin yg jadi masalah adalah jubah Sangha yg jadi terlalu banyak, untuk hal ini Sangha boleh kok mendanakan jubah itu kepada bhikkhu lain di negara lain, misalnya Myanmar/Bangladesh.

Quote
Gw bertanya sebagai salah satu orang yg beberapa tahun ini berdana jubah tiap perayaan Kathina.  Dan sempat galau juga melihat jubah yg bejibun pas acara dana, apalagi setelah melihat gunungan jubah di dalam kamar penyimpanannya.  Juga melihat peredaran voucher dana yg katanya akan diberikan dalam bentuk barang ke bhantenya.  Ada yg senilai seratus ribu sampai satu juta. :??

voucher dana yg anda maksudkan itu, saya malah tahu ada yg bernilai dua juta rupiah.

berdana jubah adalah baik, tapi sebaiknya bukan mengambil jubah sangha untuk didanakan kembali kepada sangha, ini namanya "tipu", belilah jubah dari produsen jubah kemudian danakan kepada bhikkhu. tapi jika anda lebih suka mendanakan barang2 yg tidak bejibun dimiliki bhikkhu, maka anda bisa mendanakan iPad, laptop, dll.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 02:52:29 PM
[...]
berdana jubah adalah baik, tapi sebaiknya bukan mengambil jubah sangha untuk didanakan kembali kepada sangha, ini namanya "tipu", belilah jubah dari produsen jubah kemudian danakan kepada bhikkhu. tapi jika anda lebih suka mendanakan barang2 yg tidak bejibun dimiliki bhikkhu, maka anda bisa mendanakan iPad, laptop, dll.

Kalau sudah tahu masih punya banyak, kenapa sangha ini terus menerima persembahan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 02:53:17 PM
Kenapa tidak boleh? Bhikkhu boleh menolak menerima hal-hal yang tidak ia perlukan seperti kalau sudah kenyang tidak menerima dana makanan;
Masalahnya jubah serahkan pas penyerahan dana Kathina di dalam vihara pas perayaan Kathina, di mana bhikkhunya sudah standby untuk serah-terima dana dari umat.  Dan biasanya diawali dengan gatha yang dibaca umat, "Imam Bhante, sapparivaram, civaradussam sanghassa onojayama, dst... 

Yang menerima dana adalah sangha, dan bhikkhu2 di situ hanya mewakili.  Bagaimana mau menolak?

Quote
... atau menolak hal-hal yang tidak sesuai vinaya seperti kalau dikasih duit atau kertas saham.

Jubah kan sesuai vinaya?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 02:54:18 PM
tentu saja boleh menggeliat, kadang2 menggeliat justru memperindah diskusi.

tapi apakah memang begitu? karena kalau memang begitu, Sangha seharusnya mengklarifikasi hal ini dengan pernyataan bahwa "sangha tidak terlibat dalam transaksi "daur ulang" (baca: penipuan) jubah ini"

yg saya tulis adalah "kalau begitu sudah saatnya Sangha lebih mementingkan vinaya daripada aturan2 tambahan non-vinaya. jika alasannya adalah bhikkhu negara lain tidak memakai jubah yg sama, ini masih masuk akal, tapi tetap saja ada banyak negara yg bhikkhunya memakai jubah serupa."

jadi tidak ada alasan utk tidak berdana jubah kepada para bhikkhu di negara lain yg memakai jubah serupa.

membuang makanan yg berlebih tidak melanggar vinaya kok.

saya tidak melihat ada masalah dalam berdana jubah. kalau tidak ada masalah kenapa harus ada solusi?
mungkin yg jadi masalah adalah jubah Sangha yg jadi terlalu banyak, untuk hal ini Sangha boleh kok mendanakan jubah itu kepada bhikkhu lain di negara lain, misalnya Myanmar/Bangladesh.

voucher dana yg anda maksudkan itu, saya malah tahu ada yg bernilai dua juta rupiah.

berdana jubah adalah baik, tapi sebaiknya bukan mengambil jubah sangha untuk didanakan kembali kepada sangha, ini namanya "tipu", belilah jubah dari produsen jubah kemudian danakan kepada bhikkhu. tapi jika anda lebih suka mendanakan barang2 yg tidak bejibun dimiliki bhikkhu, maka anda bisa mendanakan iPad, laptop, dll.


kok repot amat sampai ke produsen jubah segala mending bikin sendiri tidak pusing (makanya dulu beberapa tahun yang lalu wa ada tanya bagaimana sih cara membuat jubah untuk sangha theravada dan mahayana).

Tapi di tunjukin nya cara beli jubah ada di vihara mana saja.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 02:56:48 PM
Kalau sudah tahu masih punya banyak, kenapa sangha ini terus menerima persembahan?

Kenapa Sangha ini terus menerima persembahan?, ini hanya bisa dijawab oleh Sangha, mungkin Sangha sedang mengumpulkan jubah untuk disumbangkan ke Myanmar/Bangladesh, atau banyak bhikkhu yg jubahnya sudah rusak, dan banyak alasan lain yg diluar wewenang kita. tapi intinya soal terima itu biar kita serahkan kepada Sangha, urusan kita adalah berdana dengan bijaksana.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 02:57:54 PM

kok repot amat sampai ke produsen jubah segala mending bikin sendiri tidak pusing (makanya dulu beberapa tahun yang lalu wa ada tanya bagaimana sih cara membuat jubah untuk sangha theravada dan mahayana).

Tapi di tunjukin nya cara beli jubah ada di vihara mana saja.

Mau bikin sendiri?   Tak semudah itu, ada aturan2nya, ada ukuran2nya.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 03:00:30 PM
Kalau sudah tahu masih punya banyak, kenapa sangha ini terus menerima persembahan?

Kathina kan utamanya untuk menerima dana jubah?

Kalo makanan tiap pagi dan sebelum tengah hari bisa setiap hari.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 03:08:16 PM
Mau bikin sendiri?   Tak semudah itu, ada aturan2nya, ada ukuran2nya.


lah kalau buat sendiri yah harus siap, mudah atau tidak mudah kan buat sendiri jadi kita tambah pengetahuan kok yang di pikirkan malah tidak mudah nya.


coba ada kah "buku panduan membuat jubah anggota sangha" untuk umat yang mau membuat jubah sendiri?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 03:09:48 PM
Masalahnya jubah serahkan pas penyerahan dana Kathina di dalam vihara pas perayaan Kathina, di mana bhikkhunya sudah standby untuk serah-terima dana dari umat.  Dan biasanya diawali dengan gatha yang dibaca umat, "Imam Bhante, sapparivaram, civaradussam sanghassa onojayama, dst... 

Yang menerima dana adalah sangha, dan bhikkhu2 di situ hanya mewakili.  Bagaimana mau menolak?
Nah, justru itu yang saya juga masih kurang jelas. Apakah karena yang menerima 'sangha', walaupun menyadari penerimaan akan berlebihan, tak berguna, mubazir, tetap harus diterima? Misalnya sangha ada 100, masing-masing sudah punya 1 jubah ganti; jubah cadangan di 'gudang' masih ada 300, lalu sekarang mau terima 500 lagi. Apakah karena 'merk'-nya "Kathina" jadi harus menerima semuanya?


Quote
Jubah kan sesuai vinaya?
1 set jubah untuk diri, 1 set untuk ganti, dan 1 untuk cadangan termasuk milik bersama. Tapi tidak dikatakan dalam vinaya boleh punya cadangan puluhan jubah.

Sama juga makanan bukan hal 'haram' dalam vinaya, tapi bukan berarti boleh menyimpan dan menimbun.



Kathina kan utamanya untuk menerima dana jubah?

Kalo makanan tiap pagi dan sebelum tengah hari bisa setiap hari.
Iya, bukan masalah 'event'-nya, tapi masalah mental si penerima. Kalau 'kaipang' memang selalu terima tanpa batas tidak ada aturan2nya sebab mereka memang 'perumah-tangga', bukan petapa; kalau bhikkhu, setahu saya, hanya menerima secukupnya. Kalau yang biasa saya ingat di sutta, puas hanya dengan satu jubah yang menutupi tubuh, melindungi dari panas-dingin, puas dengan makanan secukupnya pada hari itu, dan tempat tinggal untuk berteduh. Jadi tidak ada semacam 'kepemilikan' dalam petapaan.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: will_i_am on 29 October 2012, 03:12:15 PM

lah kalau buat sendiri yah harus siap, mudah atau tidak mudah kan buat sendiri jadi kita tambah pengetahuan kok yang di pikirkan malah tidak mudah nya.


coba ada kah "buku panduan membuat jubah anggota sangha" untuk umat yang mau membuat jubah sendiri?
:jempol: buat om Kullatiro
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 03:16:16 PM
Kenapa Sangha ini terus menerima persembahan?, ini hanya bisa dijawab oleh Sangha, mungkin Sangha sedang mengumpulkan jubah untuk disumbangkan ke Myanmar/Bangladesh, atau banyak bhikkhu yg jubahnya sudah rusak, dan banyak alasan lain yg diluar wewenang kita. tapi intinya soal terima itu biar kita serahkan kepada Sangha, urusan kita adalah berdana dengan bijaksana.

Tanya pendapat saja, SEANDAINYA kalau kita mengetahui ada timbunan jubah di vihara, tidak ada bhikkhu yang kekurangan jubah, bahkan semuanya berlebih, apakah akan bijaksana jika seorang umat mendanakan jubah?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: juli wu on 29 October 2012, 03:20:27 PM
Tanya pendapat saja, SEANDAINYA kalau kita mengetahui ada timbunan jubah di vihara, tidak ada bhikkhu yang kekurangan jubah, bahkan semuanya berlebih, apakah akan bijaksana jika seorang umat mendanakan jubah?
Bikjaksana juga kah jika ngikut kemauan panitia berdana dalam bentuk uang  :-?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 03:25:19 PM
sebenar nya kalau wa bilang secara jujur selain usul wa biar efisient di masa datang (berdana jubah scara kelompok) memang tidak ada aturan nya tapi manusia bisa membuat panatti dhamma mengatur hal ini.

Dana jubah yang saat ini kelihatan nya menumpuk di gudang, jgn lah di lupakan di alam semesta ini ada mungkin sangha sangha yang baru terbentuk hingga membutuhkan dana jubah ini.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 03:31:14 PM
sebenar nya kalau wa bilang secara jujur selain usul wa biar efisient di masa datang (berdana jubah scara kelompok) memang tidak ada aturan nya tapi manusia bisa membuat panatti dhamma mengatur hal ini.

Dana jubah yang saat ini kelihatan nya menumpuk di gudang, jgn lah di lupakan di alam semesta ini ada mungkin sangha sangha yang baru terbentuk hingga membutuhkan dana jubah ini.


Kok jauh2 ke 'alam semesta'? Orang miskin yang ga pakai baju juga banyak. Daripada hal-hal abstrak begitu, bukankah lebih baik dana itu diwujudkan untuk satu hal yang nyata?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 29 October 2012, 03:31:45 PM
Bikjaksana juga kah jika ngikut kemauan panitia berdana dalam bentuk uang  :-?
Nah, ini juga menarik. Jadi sebenarnya dana ke panitia atau ke sangha?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 03:54:11 PM
hmm,
wa tahun ini putuskan:
selain uang ( dalam amplop merah),
Jubah Theravada satu set  (dana dari mama, wa, +sekeluarga, jadi tidak setiap anggota keluarga berdana satu jubah).
Madu (satu botol).
Yang masih bimbang
Niu huang cing cing wan satu kotak (isi10) atau Yunan ba yao .
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 29 October 2012, 04:15:15 PM
di kalimantan, khusus nya kaltim dan kalsel, ada kebiasaan ketika perayaan kathina. pemberian kepada bhikkhu sangha tidak menggunakan jubah/obat2an secara langsung tetapi panitia membuat kotak2 yg dibungkus rapi sebagai simbolis dari dana kathina.

panitia membuat paket2 simbolis diselebaran dan disebarkan ke umat, ada paket jubah, paket obat2an dan lain nya. jd umat yg berdana dengan nominal tertentu untuk membeli suatu paket akan di berikan kupon, nti nya kupon tersebut akan di tukarkan dengan kotak kosong yg telah dibungkus rapi yang selanjutnya diserahkan ke bhikkhu sangha pada saat penyerahan dana kathina.

agak aneh sih, tp ini merupakan solusi untuk mencegah menumpuk nya stok jubah/obat2an di vihara dan tidak pernah digunakan. untuk masalah dana yg dikumpulkan panitia dari umat yg membeli paket, saya tidak tau, apakah di serahkan ke dayaka/yayasan ataukah di serahkan ke sangha.

saya pernah liat di gudang salah satu vihara di kalimantan, jubah2 menumpuk tinggi, belum lg obat2an dan kebutuhan bhikkhu lain nya. namun saya masih punya niat memberikan dana jubah ke sangha ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Sumedho on 29 October 2012, 04:32:22 PM
cmiiw, sebenarnya dana yg masuk ketika kathina dana, itu jika barang diserahkan ke "organisasi" sangha, demikian pula yg dalam bentuk "cash", ada pembagian antara vihara dan "organisasi" dari sangha nya. Jadi tidak diambil vihara semua.

ini menjawab apakah sangha boleh terima uang? atau barang berlebih? kan diterima oleh si "organisasi". tapi ini raise question, jadi apakah ini sangha dana atau "organisasi" sangha dana? back to square one. ???
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 04:39:14 PM
cmiiw, sebenarnya dana yg masuk ketika kathina dana, itu jika barang diserahkan ke "organisasi" sangha, demikian pula yg dalam bentuk "cash", ada pembagian antara vihara dan "organisasi" dari sangha nya. Jadi tidak diambil vihara semua.

ini menjawab apakah sangha boleh terima uang? atau barang berlebih? kan diterima oleh si "organisasi". tapi ini raise question, jadi apakah ini sangha dana atau "organisasi" sangha dana? back to square one. ???

mau tanya aja, Sangha yg dimaksud apakah terdiri dari para bhikkhu? kalau bhikkhu apakah bhikkhu ini menjalankan vinaya atau tidal?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Sumedho on 29 October 2012, 04:51:02 PM
ini perlu dijawab jg? :hammer: so obvious
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 04:56:12 PM
ini perlu dijawab jg? :hammer: so obvious

belum tentu, terutama untuk pertanyaan terakhir, karena banyak bhikkhu yg memang tidak menjalankan vinaya, ayo akuilah fakta ini.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 29 October 2012, 04:58:35 PM

madu = gula, punya jangka waktu tertentu untuk disimpan oleh anggota sangha.
jangka waktu-nya  1 minggu

KELOMPOK KE TIGA : PATTAVAGGA – Mengenai Mangkok/bowl/Pata.

1. Sebuah mangkok yang disimpan oleh seorang Bhikkhu, di samping mangkok yang telah ditetapkannya, untuk dipergunakan selama hidup (di adhittana) disebut bowl atau mangkok extra, seorang Bhikkhu dapat menyimpannya selama 10 hari, dan bila ia menyimpannya lebih dari 10 hari, maka ia melakukan Nisaggiya Pacittiya.
2. Jika seorang Bhikkhu memiliki sebuah mangkok yang telah retak, dan tak perlu diperbaiki lagi dengan keseluruhan retak yang lebarnya kurang dari 10 jari, kemudian dia meminta sebuah mangkok yang baru dari seorang umat biasa yang tak mempunyai hubungan keluarga dengannya dan belum memberikan Pivarana, maka ia melakukan Nisaggiya Pacittiya.
3. Bila seorang Bhikkhu telah menerima secara langsung dengan tangannya, salah satu dari lima macam obat-obatan …. (ghee) mentega, minyak, madu dan sirup boleh menyimpannya untuk dipergunakan, paling lama 7 hari, jika dia menyimpannya lebih dari 7 hari, maka ia melakukan Nisaggiya Pacittiya.

ref: suttavibhanga (http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/vinaya-pitaka/suttavibhanga/)



obat2 mahal bakalan dilematis dalam hal penggunaan dan penyimpanan
penggunaan: siapa yang memerlukannya
penyimpanan: expired date
solusi: sementara, tanya kepada bhikkhu atau dayaka bhikkhu, siapa yang memerlukan obat tsb (perlu berapa & kapan)

hmm,
wa tahun ini putuskan:
selain uang ( dalam amplop merah),
Jubah Theravada satu set  (dana dari mama, wa, +sekeluarga, jadi tidak setiap anggota keluarga berdana satu jubah).
Madu (satu botol).
Yang masih bimbang
Niu huang cing cing wan satu kotak (isi10) atau Yunan ba yao .



terlepas dari semua pertimbangan diatas, selamat berdana kathina _/\_
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: s.l on 29 October 2012, 05:34:13 PM
 :) mau tanya juga, apakah pada jaman sang Budha, pada waktu raja atau orang kaya mempersembahkan seluruh harta atau jubah kepada budha, apakah budha pernah mengeluh kalau harta atau jubah yang di berikan berlebihan? Atau apakah ada pengaturan juga kalau harta yang yang didapat dari  umat berlebihan? Maksudnya sang budha pernah menunjuk siapa buat mengatur itu semua? Terimakash  _/\_
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 29 October 2012, 05:39:02 PM
:) mau tanya juga, apakah pada jaman sang Budha, pada waktu raja atau orang kaya mempersembahkan seluruh harta atau jubah kepada budha, apakah budha pernah mengeluh kalau harta atau jubah yang di berikan berlebihan? Atau apakah ada pengaturan juga kalau harta yang yang didapat dari  umat berlebihan? Maksudnya sang budha pernah menunjuk siapa buat mengatur itu semua? Terimakash  _/\_

aturan nya pada jaman sang Buddha ada adalah tidak menerima emas dan perak (jaman ini disebut uang)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 05:41:10 PM
:) mau tanya juga, apakah pada jaman sang Budha, pada waktu raja atau orang kaya mempersembahkan seluruh harta atau jubah kepada budha, apakah budha pernah mengeluh kalau harta atau jubah yang di berikan berlebihan? Atau apakah ada pengaturan juga kalau harta yang yang didapat dari  umat berlebihan? Maksudnya sang budha pernah menunjuk siapa buat mengatur itu semua? Terimakash  _/\_

di mana anda membaca atau mendengar Sang Buddha pernah menerima harta atau jubah berlebihan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 29 October 2012, 05:42:39 PM
:) mau tanya juga, apakah pada jaman sang Budha, pada waktu raja atau orang kaya mempersembahkan seluruh harta atau jubah kepada budha, apakah budha pernah mengeluh kalau harta atau jubah yang di berikan berlebihan? Atau apakah ada pengaturan juga kalau harta yang yang didapat dari  umat berlebihan? Maksudnya sang budha pernah menunjuk siapa buat mengatur itu semua? Terimakash  _/\_

Tidak ada yang mengeluh.  Mengapa?
Karena bhikkhunya sangat banyak, jadi berapapun pasti terserap.

Begitu juga sekarang ini di negara buddhis seperti Thailand.  Bhikkhunya puluhan ribu mungkin ratusan ribu.  Belum termasuk yang jadi bhikkhu sementara selama 2 minggu, 1-3bulan, dst.  Dan bhikkhu sementara ini terjadi terus-menerus sehingga pasti tetap perlu jubah2 baru.

Jubah yang menumpuk tiap Kathina baru menjadi masalah di Indonesia karena bhikkhunya itu2 saja sementara umat2nya tambah kaya tiap tahun.  :))  Otomatis dana jubah terus dan tambah menumpuk.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: s.l on 29 October 2012, 07:52:28 PM
di mana anda membaca atau mendengar Sang Buddha pernah menerima harta atau jubah berlebihan?
Belum ketemu dibuku, cuma setelah sang Budha habis membabarkan dhamma kepada umat orang kaya, mereka akan berdana banyak, apa pada waktu itu dihitung-hitung dulu berapa banyak jumlah biksu? Sehingga pas. Atau pada jaman dahulu berapapun dana yang dikasih selalu habis?  ;D ^-^
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 07:55:15 PM
Belum ketemu dibuku, cuma setelah sang Budha habis membabarkan dhamma kepada umat orang kaya, mereka akan berdana banyak, apa pada waktu itu dihitung-hitung dulu berapa banyak jumlah biksu? Sehingga pas. Atau pada jaman dahulu berapapun dana yang dikasih selalu habis?  ;D ^-^

kalau belum ketemu di buku, jadi dari mana anda mengetahui hal ini?

no ref = hoax
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 29 October 2012, 08:17:41 PM
Bisa gitu yah? Kalau vihara bisa ga? Dana pertama, tahun depannya didanakan lagi, terus didanakan sampai hancur bangunannya.
Bhikkhu bisa memiliki tempat tinggal? Meninggalkan hidup tanpa rumah menuju kehidupan punya vihara yah?

Makanya jangan kehilangan akal donk. Jangan kasih sertifikat, tapi kontrak per tahun aja, jadi tiap tahun bisa perpanjang kontrak, itu dana berulang-ulang.
nice idea. :D
boleh dicoba om kainyn. ;D


Kalau sudah tahu masih punya banyak, kenapa sangha ini terus menerima persembahan?
mungkin ini juga menjadi kunci penting, "seandainya" Sangha membatasi jumlah jubah yang diterima setiap tahunnya, maka dana jubah akan menjadi sangat berharga sekali, banyak orang akan berebut, semoga tidak sampai tawuran, dengan begitu dana kathina akan menjadi momen yang paling berharga, nilai jubah yang mungkin cuma sekitaran 300rb akan dibagi ke sekian orang agar semuanya bisa mendapat kesempatan berbuat baik dengan berdana jubah.
tapi walau nilai dananya kecil akan menjadi sangat berharga karna memang benar2 dibutuhkan. :)

jadi penasaran, ide tentang daur ulang jubah ini asalnya dari mana yah?
apakah murni dari dayaka atau ada campur tangan sangha? :-?


cmiiw, sebenarnya dana yg masuk ketika kathina dana, itu jika barang diserahkan ke "organisasi" sangha, demikian pula yg dalam bentuk "cash", ada pembagian antara vihara dan "organisasi" dari sangha nya. Jadi tidak diambil vihara semua.

ini menjawab apakah sangha boleh terima uang? atau barang berlebih? kan diterima oleh si "organisasi". tapi ini raise question, jadi apakah ini sangha dana atau "organisasi" sangha dana? back to square one. ???
setau saya, bhikkhu yang hadir pada saat itu juga kena cipratannya. artinya ada dana yang masuk ke rekening pribadi, sekian persen dari dana yang terkumpul.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 08:25:13 PM
mungkin ini juga menjadi kunci penting, "seandainya" Sangha membatasi jumlah jubah yang diterima setiap tahunnya, maka dana jubah akan menjadi sangat berharga sekali, banyak orang akan berebut, semoga tidak sampai tawuran, dengan begitu dana kathina akan menjadi momen yang paling berharga, nilai jubah yang mungkin cuma sekitaran 300rb akan dibagi ke sekian orang agar semuanya bisa mendapat kesempatan berbuat baik dengan berdana jubah.
tapi walau nilai dananya kecil akan menjadi sangat berharga karna memang benar2 dibutuhkan. :)


tidak, para pebisnis jubah "daur ulang" akan mendemo usulan ini.

Quote
jadi penasaran, ide tentang daur ulang jubah ini asalnya dari mana yah?
apakah murni dari dayaka atau ada campur tangan sangha? :-?

setau saya, bhikkhu yang hadir pada saat itu juga kena cipratannya. artinya ada dana yang masuk ke rekening pribadi, sekian persen dari dana yang terkumpul.

karena bhikkhu juga kena cipratannya, dapat disimpulkan bahwa bisnis ini adalah konsorsium dari panita yg bekerja sama dengan Sangha
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: hemayanti on 29 October 2012, 08:41:47 PM
tidak, para pebisnis jubah "daur ulang" akan mendemo usulan ini.

karena bhikkhu juga kena cipratannya, dapat disimpulkan bahwa bisnis ini adalah konsorsium dari panita yg bekerja sama dengan Sangha
dulu waktu pertama tau, saya sempat bertanya2 kenapa vihara mesti ambil bagian dalam dana kathina?
bukankah itu dana untuk Sangha?
ckckckck... organisasi buddhis yang makin mirip dunia politik.

yah kalo kerja sama atau gak belum bisa dibuktikan om.
tapi kalo kena cipratan itu saya udah buktikan sendiri waktu kathina di sekolah minggu, saya dengar sendiri dana yang terkumpul sekian dibagi begini begitu untuk ini dan untuk itu.
dan ada juga bagian untuk kas sekolah minggu. <-- mirip organisasi politik
sayang gurunya g kena cipratan. :))
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: will_i_am on 29 October 2012, 09:05:03 PM
minta jatah donk sama panitia,,,, ;D ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 29 October 2012, 09:32:51 PM
dulu waktu pertama tau, saya sempat bertanya2 kenapa vihara mesti ambil bagian dalam dana kathina?
bukankah itu dana untuk Sangha?
ckckckck... organisasi buddhis yang makin mirip dunia politik.

yah kalo kerja sama atau gak belum bisa dibuktikan om.
tapi kalo kena cipratan itu saya udah buktikan sendiri waktu kathina di sekolah minggu, saya dengar sendiri dana yang terkumpul sekian dibagi begini begitu untuk ini dan untuk itu.
dan ada juga bagian untuk kas sekolah minggu. <-- mirip organisasi politik
sayang gurunya g kena cipratan. :))

selama yg saya tau, dana kathina dibagi ke sangha dan ke dayaka/yayasan vihara, itu pun karena diserahan oleh sangha kepada dayaka/yayasan vihara (masuk ke kas vihara yang digunakan untuk keperluan vihara), untuk detail nya saya tidak mengetahui dan tdak mengurusnya.

untuk sekolah minggu, apakah mendapat bagian dari dana kathina, saya rasa itu tergantung dari kebijakan dayaka vihara, apakah dana yg diterima dari sangha tersebut, di berikan jg ke kas sekolah minggu dengan tujuan membeli keperluan kegiatan sekolah minggu. saya rasa jika demikian, tidak salah, karena sekolah minggu bs berjalan, jg membutuhkan biaya...

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: s.l on 29 October 2012, 10:32:06 PM
kalau belum ketemu di buku, jadi dari mana anda mengetahui hal ini?

no ref = hoax
Muncul dari pikiran kotor :) terus kalau umat sudah banyak tahu, dan banyak pertimbangan, pilih mana dong ko Indra? Sebetulnya aku juga belum pernah kasih jubah sih ke sangha? Cuma setiap kathina, yang dikasih dana dalam yang dimasukin amplok, nah muncul pertanyaan lagi, pada waktu perayaan katina, setelah habis dengar ceramah dan muncul niat berdana terus berdana juga, terus urusan yang lain, jika tidak sesuai kan mereka tanggung sendiri karmanya? Kira-kira boleh mansa bodoh begitu, kalau kita diposisi umat ya?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 10:36:16 PM
Muncul dari pikiran kotor :) terus kalau umat sudah banyak tahu, dan banyak pertimbangan, pilih mana dong ko Indra? Sebetulnya aku juga belum pernah kasih jubah sih ke sangha? Cuma setiap kathina, yang dikasih dana dalam yang dimasukin amplok, nah muncul pertanyaan lagi, pada waktu perayaan katina, setelah habis dengar ceramah dan muncul niat berdana terus berdana juga, terus urusan yang lain, jika tidak sesuai kan mereka tanggung sendiri karmanya? Kira-kira boleh mansa bodoh begitu, kalau kita diposisi umat ya?

silakan baca thread ini dari awal, dan simpulkan sendiri
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 29 October 2012, 10:59:49 PM
IMHO, kalau bicara amisa dana, dalam bentuk uang jauh lebih baik, tinggal sangha yg menentukan apa yg memang sangat dibutuhkannya
tentunya ini suatu terobosan baru, di mana kita ketahui Theravada sangat ketat dgn vinaya (bhikkhu tidak boleh pegang uang)
namun kita juga tidak boleh menutup mata dgn perubahan/perkembangan zaman, di mana sangha/bhikkhu pun tidak lepas darinya
contoh: asumsi saya di masa Buddha belum ada budaya mandi pakai sabun, tapi sekarang ini apakah ada bhikkhu yg mandi tidak pakai sabun?
padahal inipun bisa jadi masalah baru, ketika dipertanyakan apakah membunuh kuman di tubuh tidak termasuk pelanggaran sila panatipata
jadi jelas kan yg saya maksud, kalau semua tunduk pada perubahan zaman, alangkah baiknya kita menyikapinya dgn bijaksana
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 29 October 2012, 11:05:02 PM
IMHO, kalau bicara amisa dana, dalam bentuk uang jauh lebih baik, tinggal sangha yg menentukan apa yg memang sangat dibutuhkannya
tentunya ini suatu terobosan baru, di mana kita ketahui Theravada sangat ketat dgn vinaya (bhikkhu tidak boleh pegang uang)
namun kita juga tidak boleh menutup mata dgn perubahan/perkembangan zaman, di mana sangha/bhikkhu pun tidak lepas darinya
contoh: asumsi saya di masa Buddha belum ada budaya mandi pakai sabun, tapi sekarang ini apakah ada bhikkhu yg mandi tidak pakai sabun?
padahal inipun bisa jadi masalah baru, ketika dipertanyakan apakah membunuh kuman di tubuh tidak termasuk pelanggaran sila panatipata
jadi jelas kan yg saya maksud, kalau semua tunduk pada perubahan zaman, alangkah baiknya kita menyikapinya dgn bijaksana

dalam sutta dan vinaya tentang mandi banyak disebutkan tentang "bubuk mandi", menurut anda apakah bubuk mandi itu? jika perubahan zaman menuntut revisi Dhamma, jadi bagaimanakah dengan Dhamma yg konon telah sempurna dibabarkan dan tidak lapuk oleh waktu itu?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 29 October 2012, 11:46:17 PM
dalam sutta dan vinaya tentang mandi banyak disebutkan tentang "bubuk mandi", menurut anda apakah bubuk mandi itu?
mengenai bubuk mandi itu apa, terus terang saya tidak dapat pastikan, tapi asumsi saya barang itu tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman
kalau kita lihat asal usul sabun mandi, setahu saya dari kebudayaan arab di mana berupa ekstrak kelapa untuk memudahkan menggosok tubuh
kalau bubuk mandi tsb sama dgn sabun mandi arab kuno ini, maka jelas tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman

jika perubahan zaman menuntut revisi Dhamma, jadi bagaimanakah dengan Dhamma yg konon telah sempurna dibabarkan dan tidak lapuk oleh waktu itu?
IMHO, Dhamma tidak dpt direvisi, kalau Vinaya saya kira bisa itupun bukan berarti diubah total mungkin penambahan syarat
contoh: bila Bhikkhu mau keluar negeri misal untuk melakukan pertemuan internasional para ulama, mungkin Bhikkhu tsb boleh pegang uang untuk mengurus segala kebutuhannya di perjalanan. dengan demikian tidak perlu ditemani dayaka, jadi hemat biaya satu orang. nah, di luar kondisi ini, maka berlaku ketentuan spt biasa, yaitu Bhikkhu tidak boleh pegang uang.

mesti diingat ketika Buddha pertama kali memutar roda Dhamma belum ada Vinaya apa pun
Vinaya itu ada/tercipta berangsur-angsur akibat adanya kekeliruan2/penyimpangan2 dari satu atau beberapa orang Bhikkhu,
sehingga Buddha merasa perlu dibuat aturan/Vinaya agar para Bhikkhu dpt terhindar dari kekeliruan2/penyimpangan2 tsb

aturan jadi tak bedanya dgn tradisi kolot semata kalau dipegang tanpa mengutamakan pada hal yg substansial
contoh: masyarakat jepang sangat menjunjung tradisi, tapi apakah tiap hari wanita jepang pergi ke kantor pakai kimono?

ini cuma sekedar pemikiran/pengamatan saya saja, toh saya juga bukan seorang Bhikkhu
tentunya Beliau2 lah yg pantas memutuskan yg terbaik untuk Sangha, dan tentunya juga untuk umat
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 12:04:04 AM
mengenai bubuk mandi itu apa, terus terang saya tidak dapat pastikan, tapi asumsi saya barang itu tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman
kalau kita lihat asal usul sabun mandi, setahu saya dari kebudayaan arab di mana berupa ekstrak kelapa untuk memudahkan menggosok tubuh
kalau bubuk mandi tsb sama dgn sabun mandi arab kuno ini, maka jelas tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman

perihal membunuh kuman, ketika bernafas pun banyak kuman yg terbunuh, tidak diperlukan sabun untuk membunuh kuman

Quote
IMHO, Dhamma tidak dpt direvisi, kalau Vinaya saya kira bisa itupun bukan berarti diubah total mungkin penambahan syarat
contoh: bila Bhikkhu mau keluar negeri misal untuk melakukan pertemuan internasional para ulama, mungkin Bhikkhu tsb boleh pegang uang untuk mengurus segala kebutuhannya di perjalanan. dengan demikian tidak perlu ditemani dayaka, jadi hemat biaya satu orang. nah, di luar kondisi ini, maka berlaku ketentuan spt biasa, yaitu Bhikkhu tidak boleh pegang uang.

ref pls, di mana ada aturan vinaya spt ini? no ref=hoax

Quote
mesti diingat ketika Buddha pertama kali memutar roda Dhamma belum ada Vinaya apa pun
Vinaya itu ada/tercipta berangsur-angsur akibat adanya kekeliruan2/penyimpangan2 dari satu atau beberapa orang Bhikkhu,
sehingga Buddha merasa perlu dibuat aturan/Vinaya agar para Bhikkhu dpt terhindar dari kekeliruan2/penyimpangan2 tsb


apakah yg anda maksud dengan Dhamma itu hanya terbatas pada Dhammacakkappavatana Sutta?
jika kita membicarakan Dhamma, maka yg dimaksudkan adalah satu paket Sutta dan Vinaya, apakah Vinaya itu bukan Dhamma?

Quote
aturan jadi tak bedanya dgn tradisi kolot semata kalau dipegang tanpa mengutamakan pada hal yg substansial
contoh: masyarakat jepang sangat menjunjung tradisi, tapi apakah tiap hari wanita jepang pergi ke kantor pakai kimono?

Sang Buddha memang tidak pernah membahas tentang kimono dan orang jepang.

Quote
ini cuma sekedar pemikiran/pengamatan saya saja, toh saya juga bukan seorang Bhikkhu
tentunya Beliau2 lah yg pantas memutuskan yg terbaik untuk Sangha, dan tentunya juga untuk umat

saya juga bukan bhikkhu walaupun saya merasa cukup pantas untuk memutuskan apa yg terbaik yg akan saya lakukan. kita di sini semua tidak sedang memutuskan sesuatu untuk Sangha.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 12:31:25 AM
perihal membunuh kuman, ketika bernafas pun banyak kuman yg terbunuh, tidak diperlukan sabun untuk membunuh kuman
pasti selalu ada yg terbunuh, dan tentunya beda apabila ada faktor kesengajaan

ref pls, di mana ada aturan vinaya spt ini? no ref=hoax
itu jelas bukan vinaya yg berlaku, itu contoh dari saya untuk menjelaskan yg saya maksud dgn penambahan syarat

apakah yg anda maksud dengan Dhamma itu hanya terbatas pada Dhammacakkappavatana Sutta?
tentu tidak, itu untuk menunjukkan kalau Vinaya tercipta berangsur-angsur, bukan sudah diciptakan sebelum adanya penyimpangan

jika kita membicarakan Dhamma, maka yg dimaksudkan adalah satu paket Sutta dan Vinaya, apakah Vinaya itu bukan Dhamma?
saya kira kurang tepat kalau mengatakan Vinaya adalah Dhamma, lebih tepatnya "substansi Vinaya" (sila) adalah bagian dari Dhamma
singkatnya Dhamma meliputi sila, samadhi, & panna, sedang Vinaya hanya menekankan aturan/tata tertib agar tercapainya pelaksanaan sila yg baik

Sang Buddha memang tidak pernah membahas tentang kimono dan orang jepang.
betul, itu cuma contoh yg saya maksud apakah menjunjung tradisi berarti tidak dpt selaras dgn zaman
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 12:42:13 AM
pasti selalu ada yg terbunuh, dan tentunya beda apabila ada faktor kesengajaan

jika ada kuman mati karena seseorang mandi menggunakan sabun, apakah itu termasuk sengaja membunuh? apa bedanya dengan seseorang yg bernafas dan mengakibatkan kuman terbunuh?

Quote
itu jelas bukan vinaya yg berlaku, itu contoh dari saya untuk menjelaskan yg saya maksud dgn penambahan syarat

bhikkhu bisa saja melakukan perjalanan dengan mematuhi vinaya tanpa penambahan syarat. ketika berangkat tiket pesawat telah disiapkan oleh panitia yg mengundang, ketika pulang, tiket pesawat juga disiapkan, jadi bhikkhu tidak perlu membeli tiket sendiri.

Quote
tentu tidak, itu untuk menunjukkan kalau Vinaya tercipta berangsur-angsur, bukan sudah diciptakan sebelum adanya penyimpangan
saya kira kurang tepat kalau mengatakan Vinaya adalah Dhamma, lebih tepatnya "substansi Vinaya" (sila) adalah bagian dari Dhamma
singkatnya Dhamma meliputi sila, samadhi, & panna, sedang Vinaya hanya menekankan aturan/tata tertib agar tercapainya pelaksanaan sila yg baik

menurut yg saya pahami, Vinaya adalah sila yg lebih tinggi (adhisila), adakah rujukan yg menguatkan argumen anda bahwa "Vinaya hanya menekankan aturan/tata tertib agar tercapainya pelaksanaan sila yg baik"?

Quote
betul, itu cuma contoh yg saya maksud apakah menjunjung tradisi berarti tidak dpt selaras dgn zaman

kita tidak berbicara mengenai tradisi di sini, melainkan aturan2 yg ditetapkan oleh Sang Buddha dalam Vinaya, Sang Buddha juga banyak melanggar tradisi kok.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 06:37:39 AM
mengenai bubuk mandi itu apa, terus terang saya tidak dapat pastikan, tapi asumsi saya barang itu tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman
kalau kita lihat asal usul sabun mandi, setahu saya dari kebudayaan arab di mana berupa ekstrak kelapa untuk memudahkan menggosok tubuh
kalau bubuk mandi tsb sama dgn sabun mandi arab kuno ini, maka jelas tidak mengandung zat2 untuk membunuh kuman

Masa sih mandi pakai sabun dari arab?  Airnya aja kurang :hammer:

Pada jaman kekaisaran Romawi orang2 Italia sudah mengenal mandi dengan sabun dengan bahan dasar lemak hewan.  Makanya hingga sekarang Italia terkenal dengan peralatan mandi dan spa nya.

Itulah kuatnya propaganda arab (musl1m), apa2 dikatakan sumbernya dari arab padahal bukan.  Sama kayak angka nol yang dari India dikatakan ditemukan orang arab, juga matematika, kedokteran, dan ilmu pengetahuan lain yang sumbernya dari Yunani Kuno, Persia, dan India dikatakan sebagai penemuan arab.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 07:05:15 AM
dalam sutta dan vinaya tentang mandi banyak disebutkan tentang "bubuk mandi", menurut anda apakah bubuk mandi itu? jika perubahan zaman menuntut revisi Dhamma, jadi bagaimanakah dengan Dhamma yg konon telah sempurna dibabarkan dan tidak lapuk oleh waktu itu?

Bro Indra, bisa minta referensi suttanya tentang bubuk ini?  Menarik sekali buat menambah pengetahuan.  Yang gw pernah baca baru tentang sikat gigi Sang Buddha, yang sabun bubuk gw belum baca.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 07:25:30 AM
apakah yg anda maksud dengan Dhamma itu hanya terbatas pada Dhammacakkappavatana Sutta?
jika kita membicarakan Dhamma, maka yg dimaksudkan adalah satu paket Sutta dan Vinaya, apakah Vinaya itu bukan Dhamma?

Kalau yang dimaksud dhamma itu adalah segala sesuatu, mungkin bisa dikatakan demikian.

Namun setahuku dhamma dan vinaya itu dua hal yang berbeda, di mana dhamma mengacu ke ajaran yang dikhotbahkan (sutta dan abhidhamma), sedangkan vinaya mengacu ke aturan yang ditetapkan untuk anggota sangha berikut sanksinya jika dilanggar.

Meskipun dhamma berbeda dengan vinaya, namun keduanya adalah satu kesatuan dhamma-vinaya sebagai warisan Sang Buddha --> Mahaparinibbana Sutta. CMIIW.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 07:48:26 AM

Namun setahuku dhamma dan vinaya itu dua hal yang berbeda, di mana dhamma mengacu ke ajaran yang dikhotbahkan (sutta dan abhidhamma), sedangkan vinaya mengacu ke aturan yang ditetapkan untuk anggota sangha berikut sanksinya jika dilanggar.

definisi itu saja udah tumpang tindih,
Dhamma mengacu ke ajaran yg dikhotbahkan, apakah Vinaya tidak dikhotbahkan? pernahkah mendengar ajaran tentang perumpamaan Samudera yg dibabarkan pada malam Uposatha di mana Sang Buddha menolak mengajar karena kumpulan bhikkhu dianggap tidak murni dan Bhikkhu Moggallana terpaksa menyeret keluar seorang bhikkhu tidak murni tersebut. ini ada dalam Vinaya Pitaka.

Dan banyak ajaran2 lain dalam Sutta yg juga terdapat dalam Vinaya, ini adalah bukti lain bahwa Vinaya juga adalah Dhamma yg diajarkan oleh Sang Buddha
Jika menganggap bahwa Dhamma dan Vinaya berbeda sebaiknya membaca dulu Vinaya Pitaka.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 07:50:28 AM
Bro Indra, bisa minta referensi suttanya tentang bubuk ini?  Menarik sekali buat menambah pengetahuan.  Yang gw pernah baca baru tentang sikat gigi Sang Buddha, yang sabun bubuk gw belum baca.

Kata "bubuk mandi" yg biasanya terdapat dalam perumpamaan yg menjelaskan Jhana 1 terdapat di semua Nikaya.
Jika anda menggunakan fitur Search pada forum ini dan memasukkan kata kunci "bubuk mandi" anda akan dengan mudah menemukannya
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 30 October 2012, 08:35:58 AM
"bubuk mandi" didalam sutta

Sang Buddha melukiskan Jhana pertama, sebagai berikut:

Terlepas dari kesenangan-indriawi dan keadaan batin yang tak-terlatih, seorang memasuki dan menetap di Jhana Pertama, yang ditandai oleh batin yang berpikir dan berkhayal, diisi kegembiraan dan kebahagiaan yang terlahir dari keterlepasan. Dan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang lahir dari keterlepasan, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya yang tidak disentuh oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari keterlepasan. Bagaikan seorang penjaga permandian yang terlatih atau pembantunya, mengadoni bubuk mandi yang telah disirami air, membentuk darinya sebuah gelembung di dalam sebuah mangkuk logam, yang darinya tidak ada embun yang terbebas- dengan cara yang sama, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tak tersentuh.[D, I: 73]
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 09:11:06 AM
nice idea. :D
boleh dicoba om kainyn. ;D
Kalau cuma akal-akalan, saya juga sangat mahir. Mau berdana bagaimanapun bisa diatur. >:D
Dengan catatan kalau direnungkan secara dhamma, tidak ada artinya.

Quote
mungkin ini juga menjadi kunci penting, "seandainya" Sangha membatasi jumlah jubah yang diterima setiap tahunnya, maka dana jubah akan menjadi sangat berharga sekali, banyak orang akan berebut, semoga tidak sampai tawuran, dengan begitu dana kathina akan menjadi momen yang paling berharga, nilai jubah yang mungkin cuma sekitaran 300rb akan dibagi ke sekian orang agar semuanya bisa mendapat kesempatan berbuat baik dengan berdana jubah.
tapi walau nilai dananya kecil akan menjadi sangat berharga karna memang benar2 dibutuhkan. :)
Ini saya sangat setuju, sebetulnya bisa juga ditanyakan pada sangha kira-kira butuh jubah berapa, lalu umat bisa bersama-sama mengumpulkan dana untuk jumlah itu. Walaupun nanti masing-masing umat hanya menyumbang Rp.7,- perak per orang, tetap tidak akan mengurangi niat baik, objek yang tepat, tidak mubazir, dan penerima yang tepat. Saya pikir esensi dana adalah yang seperti itu, bukan mengembangkan sikap 'tamak dana'.

Quote
jadi penasaran, ide tentang daur ulang jubah ini asalnya dari mana yah?
apakah murni dari dayaka atau ada campur tangan sangha? :-?

setau saya, bhikkhu yang hadir pada saat itu juga kena cipratannya. artinya ada dana yang masuk ke rekening pribadi, sekian persen dari dana yang terkumpul.
Kalau ini entahlah karena kamma baik menghindari saya dari urusan begituan. Harus tanya yang mengenal komunitas Buddhis dari dalam.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 09:15:33 AM
Ini saya sangat setuju, sebetulnya bisa juga ditanyakan pada sangha kira-kira butuh jubah berapa, lalu umat bisa bersama-sama mengumpulkan dana untuk jumlah itu. Walaupun nanti masing-masing umat hanya menyumbang Rp.7,- perak per orang, tetap tidak akan mengurangi niat baik, objek yang tepat, tidak mubazir, dan penerima yang tepat. Saya pikir esensi dana adalah yang seperti itu, bukan mengembangkan sikap 'tamak dana'.

tapi bagaimana dengan umat yg tidak mengetahui mekanisme ini dan tiba2 datang dengan membawa seribu jubah, apakah dana ini harus ditolak?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 09:19:27 AM
IMHO, kalau bicara amisa dana, dalam bentuk uang jauh lebih baik, tinggal sangha yg menentukan apa yg memang sangat dibutuhkannya
tentunya ini suatu terobosan baru, di mana kita ketahui Theravada sangat ketat dgn vinaya (bhikkhu tidak boleh pegang uang)
namun kita juga tidak boleh menutup mata dgn perubahan/perkembangan zaman, di mana sangha/bhikkhu pun tidak lepas darinya
contoh: asumsi saya di masa Buddha belum ada budaya mandi pakai sabun, tapi sekarang ini apakah ada bhikkhu yg mandi tidak pakai sabun?
padahal inipun bisa jadi masalah baru, ketika dipertanyakan apakah membunuh kuman di tubuh tidak termasuk pelanggaran sila panatipata
jadi jelas kan yg saya maksud, kalau semua tunduk pada perubahan zaman, alangkah baiknya kita menyikapinya dgn bijaksana

Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 09:22:42 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:



the "so-called" buddhist
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 30 October 2012, 09:24:23 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:



ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 30 October 2012, 09:29:32 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:


trus klo jubah bhikkhu robek, bs bikin jas sendiri, beli kemeja dan celana panjang...

wah, makin ngaco dah... :))
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 30 October 2012, 09:31:10 AM
ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri

sapa yg brani kritik tindakan bhikkhu tersebut ? pasti akan mendapatkan kritikan pedas dan caci maki, itu lah mental umat bhikkhu yg berkedok umat buddhist.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 09:33:53 AM
tapi bagaimana dengan umat yg tidak mengetahui mekanisme ini dan tiba2 datang dengan membawa seribu jubah, apakah dana ini harus ditolak?
Kalau soal 'seribu jubah', kalau memang kompakan pada ide awal, maka seharusnya tidak ada stock untuk itu karena sudah dikomunikasikan ke produsen. Lain halnya kalau seribu jubah itu dibuat sendiri.

Jika memang sudah datang dengan 1000 jubah itu, maka pilihannya:
1. Bisa diterima oleh sangha untuk disimpan, dan ini kembali lagi pada persoalan awal: kalau sudah punya simpanan berlebih, apakah berikutnya masih buka 'penerimaan dana'?
2. Ditolak. Menurut saya, ini adalah solusi yang lebih baik sebab kalau satu orang boleh dana 1000 jubah dan diterima, maka ratusan ribu atau jutaan umat lain juga berhak dana masing-masing 1000 jubah dan harus diterima.

Yang manapun itu, sebaiknya untuk berikutnya lebih disosialisasikan lagi. Panitia gunanya 'kan untuk itu, agar dana menjadi manfaat optimal bagi sangha & umat, bukan malah jadi marketing untuk cari omzet segede-gedenya. Tapi itu menurut saya sih, kalau memang panitia tujuannya untuk itu, saya minta maaf.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 30 October 2012, 09:42:48 AM
kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar

mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 09:50:34 AM
the "so-called" buddhist
Sorry, vinaya dengan jelas melarang uang. Tapi sekarang ini ada yang namanya debit card, ini tidak melanggar vinaya (kalau bilang melanggar, silahkan tunjukkan referensinya ;D ). Jadi seharusnya bhikkhu bawa debit card saja.


ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri
Wah... Itu baru bhikkhu 'fenomenal'. Kira-kira bedanya sama umat awam, di mana yah?


trus klo jubah bhikkhu robek, bs bikin jas sendiri, beli kemeja dan celana panjang...

wah, makin ngaco dah... :))
Tetep ga boleh pakai jas, bang, tapi silahkan pilih sendiri kain yang paling halus dan mahal.


Jadi definisi bhikkhu adalah "yang meninggalkan rumah (dan mendapatkan vihara), menanggalkan jubah putih dan mengenakan jubah kuning (dari sutra), meninggalkan rekening [lama] (dan pakai rekening baru yang bisa terisi sendiri)." Sutta2 bilang kehidupan petapa cuma kondusif pada hal-hal nekkhama, ternyata sutta memang sudah ketinggalan jaman.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 30 October 2012, 09:53:04 AM

Ini saya sangat setuju, sebetulnya bisa juga ditanyakan pada sangha kira-kira butuh jubah berapa, lalu umat bisa bersama-sama mengumpulkan dana untuk jumlah itu. Walaupun nanti masing-masing umat hanya menyumbang Rp.7,- perak per orang, tetap tidak akan mengurangi niat baik, objek yang tepat, tidak mubazir, dan penerima yang tepat. Saya pikir esensi dana adalah yang seperti itu, bukan mengembangkan sikap 'tamak dana'.
Kalau ini entahlah karena kamma baik menghindari saya dari urusan begituan. Harus tanya yang mengenal komunitas Buddhis dari dalam.


Kalau untuk bhikkhu uda cukup, kita sumbang ke viharanya aja gimana? Biasa vihara butuh dana juga kan?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 30 October 2012, 09:53:38 AM
benar  :)

kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar


mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 09:58:40 AM
Kalau untuk bhikkhu uda cukup, kita sumbang ke viharanya aja gimana? Biasa vihara butuh dana juga kan?
Kathina dana harusnya ke bhikkhu, bukan ke vihara.

Sebetulnya dana ke vihara itu sangat baik, bahkan membangun vihara saja dikatakan lebih unggul dibandingkan memberi dana tetap pada petapa yang baik. Tapi umat di sini memang sudah 'terprogram' oleh 'lahan jasa yang tiada taranya', dan disertai dengan mental 'tamak dana', agak susah diajak untuk melakukan dana yang nilainya lebih "kecil". 
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 30 October 2012, 10:00:14 AM
kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar

mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?


tidak juga seperti itu, ada kala nya jubah2 kathina yg numpuk di gudang digunakan oleh para samanera, ketika di adakan pabbaja samanera di vihara tersebut.

kesimpulan itu muncul karena kita melihat nya secara langsung, yaitu ada nya keuntungan berupa uang yang diterima oleh produsen jubah. sedangkan ketika umat memberikan dana jubah ke bhikkhu, tidak nampak keuntungan secara langsung, bukan berarti tidak bermanfaat dana jubah.

sebenarnya dana jubah yang melimpah di indonesia, bisa pula di sumbangkan ke negara2 buddhist lain nya (sebagai salah satu solusi), karena disana banyak samanera dan bhikkhu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: M14ka on 30 October 2012, 10:09:45 AM
Kathina dana harusnya ke bhikkhu, bukan ke vihara.

Sebetulnya dana ke vihara itu sangat baik, bahkan membangun vihara saja dikatakan lebih unggul dibandingkan memberi dana tetap pada petapa yang baik. Tapi umat di sini memang sudah 'terprogram' oleh 'lahan jasa yang tiada taranya', dan disertai dengan mental 'tamak dana', agak susah diajak untuk melakukan dana yang nilainya lebih "kecil".

ooo ok, soalnya pernah baca bole juga berdana untuk perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha. Tapi menurutku kalau mereka berdana tidak disertai dengan mental itu boleh dong ya?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Mas Tidar on 30 October 2012, 10:14:09 AM
jubah yang digunakan oleh samanera dari tahun ke tahun akan selalu sama:
- 2 pasang jubah
- jumlah samanera akan selalu dibawah 50 untuk sekali pabbajja samanera
- setelah acara pabbajja samanera selesai, jubah akan dikembalikan lagi

sedangkan jumlah dana jubah tiap tahun akan selalu meningkat dibandingkan peningkatan samanera yang mengikuti program pabbajja
masing2 vihara melakukan acara khatina-nya masing2, peluang umat dana jubah lebih tinggi dibandingkan peluang samanera yang mengikuti program pabajja samanera dengan jumlah terbatas sampai akhirnya ditahbiskan menjadi bhikkhu.

sebagai pertimbangan dana akan dikirimkan ke negara buddhist adalah jubah yang ada di Indo adalah impor dari negara tersebut (thailand & burma)


tidak juga seperti itu, ada kala nya jubah2 kathina yg numpuk di gudang digunakan oleh para samanera, ketika di adakan pabbaja samanera di vihara tersebut.

kesimpulan itu muncul karena kita melihat nya secara langsung, yaitu ada nya keuntungan berupa uang yang diterima oleh produsen jubah. sedangkan ketika umat memberikan dana jubah ke bhikkhu, tidak nampak keuntungan secara langsung, bukan berarti tidak bermanfaat dana jubah.

sebenarnya dana jubah yang melimpah di indonesia, bisa pula di sumbangkan ke negara2 buddhist lain nya (sebagai salah satu solusi), karena disana banyak samanera dan bhikkhu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 30 October 2012, 10:26:51 AM
ok lar, kalau memikirkan solusi seluruh
fenomena jubah di seluruh negeri
kayanya jauh bener...

kalau solusi untuk diri sendiri yang ingin berdana ?

2-3 tahun terakhir sudah berdana jubah
dan melihat paket "daur ulang" berpindah tangan
sebelum dan selama berdana saya merasa bahagia
sesudah berdana, saya tidak lagi merasa bahagia
melihat perpindahan paket dari satu tangan dioper ke tangan lain
Spoiler: ShowHide
sebenarnya saya paham kalau niat panitia
ingin memanfaatkan dana sebaik2nya
karena mereka sedang dalam proses membangun
tempat pusat meditasi, tapi sudah bertahun2 belum terkumpul dana yang cukup



Kathina dana harusnya ke bhikkhu, bukan ke vihara.

Sebetulnya dana ke vihara itu sangat baik, bahkan membangun vihara saja dikatakan lebih unggul dibandingkan memberi dana tetap pada petapa yang baik. Tapi umat di sini memang sudah 'terprogram' oleh 'lahan jasa yang tiada taranya', dan disertai dengan mental 'tamak dana', agak susah diajak untuk melakukan dana yang nilainya lebih "kecil"


mungkin tahun ini saya akan mencoba dana yang "lebih kecil" saja
ada tau satu wihara yang sedang mengumpulkan dana untuk
membangun tempat tinggal bhikkhu dll
mungkin uang yang dipersiapkan untuk paket jubah tahun ini
langsung saya sumbangkan saja untuk dana pembangunan

aggg, tapi sebelum berdana saja sudah tidak begitu happy
jadi ingat moment menyerahkan benda dengan tangan sendiri
dan diterima oleh bhikkhu,
wag, baru menyadari saya 'tamak dana'
haizz...  :'(
sebaiknya saya memikirkan solusi untuk fenomena bathin saya dulu  ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 10:30:39 AM
Kalau soal 'seribu jubah', kalau memang kompakan pada ide awal, maka seharusnya tidak ada stock untuk itu karena sudah dikomunikasikan ke produsen. Lain halnya kalau seribu jubah itu dibuat sendiri.

Jika memang sudah datang dengan 1000 jubah itu, maka pilihannya:
1. Bisa diterima oleh sangha untuk disimpan, dan ini kembali lagi pada persoalan awal: kalau sudah punya simpanan berlebih, apakah berikutnya masih buka 'penerimaan dana'?
2. Ditolak. Menurut saya, ini adalah solusi yang lebih baik sebab kalau satu orang boleh dana 1000 jubah dan diterima, maka ratusan ribu atau jutaan umat lain juga berhak dana masing-masing 1000 jubah dan harus diterima.

Yang manapun itu, sebaiknya untuk berikutnya lebih disosialisasikan lagi. Panitia gunanya 'kan untuk itu, agar dana menjadi manfaat optimal bagi sangha & umat, bukan malah jadi marketing untuk cari omzet segede-gedenya. Tapi itu menurut saya sih, kalau memang panitia tujuannya untuk itu, saya minta maaf.


dengan begini maka tidak akan ada lagi stock jubah untuk digunakan sebagai alat penipuan tahun depan, bagaimana solusinya?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 10:34:16 AM

Jadi definisi bhikkhu adalah "yang meninggalkan rumah (dan mendapatkan vihara), menanggalkan jubah putih dan mengenakan jubah kuning (dari sutra), meninggalkan rekening [lama] (dan pakai rekening baru yang bisa terisi sendiri)." Sutta2 bilang kehidupan petapa cuma kondusif pada hal-hal nekkhama, ternyata sutta memang sudah ketinggalan jaman.



bukan begitu, tapi kita haru melakukan terobosan baru mengikuti perkembangan zaman, karena Dhamma memang tidak sempurna dibabarkan  dan telah lapuk oleh waktu
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 30 October 2012, 10:39:24 AM
wa anggap sanghadana itu sudah termasuk dalam tempat buat anggota sangha tinggal (karena ekayana sebenarnya ada dana untuk pembangunan dan pemeliharaan vihara wa akhirnya ganti jadi sanghadana ini),
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 30 October 2012, 10:42:32 AM
ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri

sapa yg brani kritik tindakan bhikkhu tersebut ? pasti akan mendapatkan kritikan pedas dan caci maki, itu lah mental umat bhikkhu yg berkedok umat buddhist.

nag ini ironis yang kedua.
biar diceritakan lebih detail biar bisa melihat ironi lapis dua

ehm...ada liat bhikkhu dengan cerita di atas
tapi saya ngk tau latar belakang bhikkhu itu
dan ngk tau cerita detailnya

jadi saya cerita ttg biksuni dengan cerita yg mirip
pas ke bodhgaya ketemu satu biksuni mahayana
ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal juga bayar sendiri

ternyata biksuni itu dulu tinggal di wihara
tapi sepanjang hari harus melafal sutra, ritual ini dan itu
dan tidak punya waktu untuk meditasi
dan akhirnya memilih meninggalkan wihara
dan nge kost di guesthouse
dan tiap hari meditasi di deket pohon bodhi
bangun jam 3 pagi, dan seharian meditasi di kamar kostnya
dan kadang2 retreat sendiri di pohon bodhi
dananya didapat dari umat nya menyumbang pada dia

waduh... begitulah ironi lapis kedua
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 11:40:40 AM
Masa sih mandi pakai sabun dari arab?  Airnya aja kurang :hammer:

Pada jaman kekaisaran Romawi orang2 Italia sudah mengenal mandi dengan sabun dengan bahan dasar lemak hewan.  Makanya hingga sekarang Italia terkenal dengan peralatan mandi dan spa nya.

Itulah kuatnya propaganda arab (musl1m), apa2 dikatakan sumbernya dari arab padahal bukan.  Sama kayak angka nol yang dari India dikatakan ditemukan orang arab, juga matematika, kedokteran, dan ilmu pengetahuan lain yang sumbernya dari Yunani Kuno, Persia, dan India dikatakan sebagai penemuan arab.

seingat saya dari apa yg pernah saya saksikan di tayangan BBC, sabun mandi berasalal dari Mesir (aka Arab)
tersebar ke Eropa setelah Mesir diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 11:48:40 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:

ini dana ke Sangha bro, bukan dana ke Bhikkhu

mengenai pindapata, memangnya dipraktekkan di Indonesia? koq, saya ngak pernah lihat ada Bhikkhu keliling2 pindapata?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 11:50:30 AM
Sorry, vinaya dengan jelas melarang uang. Tapi sekarang ini ada yang namanya debit card, ini tidak melanggar vinaya (kalau bilang melanggar, silahkan tunjukkan referensinya ;D ). Jadi seharusnya bhikkhu bawa debit card saja.

Tetap melanggar vinaya,  debit card kan dari tabungan (duit) si bhikkhu di bank. :whistle:

Quote
Tetep ga boleh pakai jas, bang, tapi silahkan pilih sendiri kain yang paling halus dan mahal.

Ga bisa, melanggar vinaya kalo pakai sutra.  Kecuali maunya pake brokat saja  ^-^

Quote
Jadi definisi bhikkhu adalah "yang meninggalkan rumah (dan mendapatkan vihara), menanggalkan jubah putih dan mengenakan jubah kuning (dari sutra), meninggalkan rekening [lama] (dan pakai rekening baru yang bisa terisi sendiri)." Sutta2 bilang kehidupan petapa cuma kondusif pada hal-hal nekkhama, ternyata sutta memang sudah ketinggalan jaman.

Gw yakin vinaya KK seperti ini banyak yang bersedia menjalankan dan mengikuti.  :))
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 11:51:54 AM
mengenai pindapata, memangnya dipraktekkan di Indonesia? koq, saya ngak pernah lihat ada Bhikkhu keliling2 pindapata?

Dipraktekkan koq bro.  Biasanya setahun minimal sekali, pas mau Waisak.  :whistle: ^-^
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 11:54:40 AM
seingat saya dari apa yg pernah saya saksikan di tayangan BBC, sabun mandi berasalal dari Mesir (aka Arab)
tersebar ke Eropa setelah Mesir diduduki oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis

Haduh, kasihan amad Eropa kalo baru 200 tahun kenal sabun.  :o

Satu tayangan bukan satu2nya kebenaran bro, nonton lagi tayangan BBC yang satunya soal kegiatan mandi jaman Romawi kuno.  >:D ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kamala on 30 October 2012, 11:56:29 AM
Dipraktekkan koq bro.  Biasanya setahun minimal sekali, pas mau Waisak.  :whistle: ^-^
ga kok
di Medan ada bhikkhu yang setiap pagi pindacara kok
walau hujan juga lanjut pindacara-nya
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 12:04:11 PM
Haduh, kasihan amad Eropa kalo baru 200 tahun kenal sabun.  :o

Satu tayangan bukan satu2nya kebenaran bro, nonton lagi tayangan BBC yang satunya soal kegiatan mandi jaman Romawi kuno.  >:D ;D

memang banyak material yg digunakan untuk kegiatan mandi2an, contoh: susu juga dipakai oleh Cleopatra (kalau tidak salah)
namun dari berbagai material tsb yg paling mendekati dgn sabun mandi yg dikenal dewasa ini, mungkin sabun Mesir (olahan kelapa) itu
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 12:11:54 PM
ga kok
di Medan ada bhikkhu yang setiap pagi pindacara kok
walau hujan juga lanjut pindacara-nya

Mantap bro, hal beginian yang perlu kita expose biar khalayak melihat bagaimana penerapan vinaya yang benar dan masih ada bhikkhu yang menjalankan vinaya secara khaffah :hammer: (halah, bahasa apa itu?) :))

Boleh tahu siapa bhikkhunya dan adakah fotonya (terutama yg pas lagi pindapatta) ?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: juli wu on 30 October 2012, 12:32:37 PM
bukan begitu, tapi kita haru melakukan terobosan baru mengikuti perkembangan zaman, karena Dhamma memang tidak sempurna dibabarkan  dan telah lapuk oleh waktu
yg lapuk bisa mencapai arahat,yg lbh tinngi dari arahat,apakah masi ada  :-?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 12:40:49 PM
yg lapuk bisa mencapai arahat,yg lbh tinngi dari arahat,apakah masi ada  :-?

kok Dhamma yg lapuk bisa mencapai Arahat? maksud saya dengan kata Dhamma adalah Ajaran Sang Buddha, bukan seseorang bernama "Dhamma"
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kamala on 30 October 2012, 12:42:37 PM
Mantap bro sis, hal beginian yang perlu kita expose biar khalayak melihat bagaimana penerapan vinaya yang benar dan masih ada bhikkhu yang menjalankan vinaya secara khaffah :hammer: (halah, bahasa apa itu?) :))

Boleh tahu siapa bhikkhunya dan adakah fotonya (terutama yg pas lagi pindapatta) ?

Bhante Pannananda

sekarang bertempat tinggal di :
YAYASAN VIPASSANA INDONESIA
BUDDHIST MEDITATION CENTRE
JL:ASIA RAYA (ASIA MEGA MAS) BLOK P NO :16 (12A,12B,15,16)
MEDAN (20216) SUMUT- INDONESIA.

JADWAL HARIAN :
06:00 - pindapatta.
11:00 - dana makan siang.
19:30 - meditasi.

VIPASSANA RETREAT :
17 AGT 2012 - 26 SEP 2012.
22 DES 2012 - 31 DES 2012.

Foto2 :
Spoiler: ShowHide
(https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/22761_100879653276724_496547_n.jpg)

(https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/22761_100907266607296_556652_n.jpg)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 12:44:59 PM
jika ada kuman mati karena seseorang mandi menggunakan sabun, apakah itu termasuk sengaja membunuh? apa bedanya dengan seseorang yg bernafas dan mengakibatkan kuman terbunuh?
banyak hal yg harus dibahas berkenaan hal ini, dan akan terlalu melebar ke-mana2

bhikkhu bisa saja melakukan perjalanan dengan mematuhi vinaya tanpa penambahan syarat. ketika berangkat tiket pesawat telah disiapkan oleh panitia yg mengundang, ketika pulang, tiket pesawat juga disiapkan, jadi bhikkhu tidak perlu membeli tiket sendiri.
memang benar, dlm hal ini bisa jadi contoh yg saya angkat kurang tepat

menurut yg saya pahami, Vinaya adalah sila yg lebih tinggi (adhisila), adakah rujukan yg menguatkan argumen anda bahwa "Vinaya hanya menekankan aturan/tata tertib agar tercapainya pelaksanaan sila yg baik"?
ini cuma intepretasi saya saja, dan kalau mau mendapatkan rujukkannya di Vinaya Pitaka
dan itupun terkendala lagi dgn intepretasi masing2 yg mungkin berbeda bahkan bertentangan

kita tidak berbicara mengenai tradisi di sini, melainkan aturan2 yg ditetapkan oleh Sang Buddha dalam Vinaya, Sang Buddha juga banyak melanggar tradisi kok.
IMHO kalau aturan2 dijalankan/dipegang tanpa mengutamakan hal yg substansial cuma jadi tradisi kolot yg berbenturan dgn zaman
dan dlm hal ini perayaan Kathina bisa jadi termasuk salah satu bentuk tradisi

sebenarnya sedari awal apa yg ingin saya sampaikan adalah:
akibat perjalanan waktu, banyak hal yg mengalami perubahaan (sabbe sankhara anicca), spt: cara hidup, cara berpikir, tatanan sosial, dsb
oleh karena itu, mungkin ada beberapa aturan2 yg harus disesuaikan dgn zaman, dan tentunya harus dilakukan secara ekstra hati2 agar tidak bertentangan dgn substansi aturan tsb
intinya spt Hukum atau Undang-Undang Dasar saja bisa di-amandemen, kenapa yg lain tidak? karena telah dikultuskan?
jangan lupa di zaman ORBA UUD'45 tidak bisa di-amandemen, baru di era ini saja bisa
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 12:47:00 PM
ga kok
di Medan ada bhikkhu yang setiap pagi pindacara kok
walau hujan juga lanjut pindacara-nya
maaf, pindacara apa ya?
(istilah ini teramat baru di telinga saya)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: juli wu on 30 October 2012, 12:51:56 PM
emang dhamma bisa lapuk  :-? :-? :-?,makin bingung sy
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 30 October 2012, 12:52:25 PM
maaf, pindacara apa ya?
(istilah ini teramat baru di telinga saya)

nama lain : pindapatta
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 30 October 2012, 12:58:45 PM
emang dhamma bisa lapuk  :-? :-? :-?,makin bingung sy

Dhammanussati
Perenungan terhadap Dhamma

Dhamma telah sempurna dibabarkan oleh Sang Bhagava
Terlihat amat jelas
Tak bersela waktu
Mengundang untuk dibuktikan
Patut diarahkan kedalam batin
Dapat dihayati oleh para Bijaksana dalam batin masing-masing


Dhammaniyama Sutta
....
O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul atau pun tidak muncul didunia, terdapat suatu hukum yang tetap keberadaannya, terdapat suatu hukum yang pasti keberadaannya bahwa, "Segala bentukan adalah Anicca"

Tathagata sepenuhnya mengetahui dan menyadari hal itu.
Setelah sepenuhnya mengetahui dan menyadari,
Tathagata mengumumkan, membabarkan, menegaskan, menadaskan, menjelaskan, menguraikan, membentangkan bahwa "Segala bentukan adalah Anicca"


O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul atau pun tidak muncul didunia, terdapat suatu hukum yang tetap keberadaannya, terdapat suatu hukum yang pasti keberadaannya bahwa, "Segala bentukan adalah Dukkha"

...

O para Bhikkhu, apakah para Tathagata muncul atau pun tidak muncul didunia, terdapat suatu hukum yang tetap keberadaannya, terdapat suatu hukum yang pasti keberadaannya bahwa, "Segala bentukan maupun bentukan adalah Anatta"

...

Dhamma tidak akan lapuk oleh waktu
jika ajaran Buddha dikatakan Dhamma, maka Dhamma bisa di lupakan

 
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 12:59:59 PM
banyak hal yg harus dibahas berkenaan hal ini, dan akan terlalu melebar ke-mana2

jadi bagaimana kalau kita buat thread baru untuk topik ini?

Quote
memang benar, dlm hal ini bisa jadi contoh yg saya angkat kurang tepat

silakan dicoba lagi dengan contoh yang lebih tepat

Quote
ini cuma intepretasi saya saja, dan kalau mau mendapatkan rujukkannya di Vinaya Pitaka
dan itupun terkendala lagi dgn intepretasi masing2 yg mungkin berbeda bahkan bertentangan

mari kita kesampingkan dulu soal interpretasi, dan tunjukkan rujukan itu apa adanya.

Quote
IMHO kalau aturan2 dijalankan/dipegang tanpa mengutamakan hal yg substansial cuma jadi tradisi kolot yg berbenturan dgn zaman
dan dlm hal ini perayaan Kathina bisa jadi termasuk salah satu bentuk tradisi

upacara kathina yg berkaitan dengan vassa, jelas tercantum dalam vinaya, dan hal ini pun baru ada sejak zaman Sang Buddha. jadi bukan sekedar tradisi. menurut anda hal apa yg substansial dalam perayaan Kathina?

Quote
sebenarnya sedari awal apa yg ingin saya sampaikan adalah:
akibat perjalanan waktu, banyak hal yg mengalami perubahaan (sabbe sankhara anicca), spt: cara hidup, cara berpikir, tatanan sosial, dsb
oleh karena itu, mungkin ada beberapa aturan2 yg harus disesuaikan dgn zaman, dan tentunya harus dilakukan secara ekstra hati2 agar tidak bertentangan dgn substansi aturan tsb
intinya spt Hukum atau Undang-Undang Dasar saja bisa di-amandemen, kenapa yg lain tidak? karena telah dikultuskan?
jangan lupa di zaman ORBA UUD'45 tidak bisa di-amandemen, baru di era ini saja bisa

jadi Vinaya perlu diamandemen juga ya?

pernahkah anda membaca Mahaparinibbana yg tertulis sbb:

"‘Selama para bhikkhu sering mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran. Selama mereka bertemu dalam damai, berpisah dalam damai, dan melakukan tugas-tugas mereka [77] dalam damai, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran. Selama mereka tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan sebelumnya, dan tidak meniadakan apa yang telah ditetapkan, melainkan meneruskan apa yang telah ditetapkan ...; selama mereka menghormati para senior yang lebih dulu ditahbiskan, ayah dan pemimpin dari Sangha ...; selama mereka tidak menjadi mangsa dari keinginan yang muncul dalam diri mereka dan mengarah menuju kelahiran kembali ...; selama mereka setia menjalani kehidupan dalam kesunyian hutan ...; selama mereka menjaga perhatian mereka masing-masing, sehingga di masa depan, orang-orang baik di antara teman-teman mereka akan mendatangi mereka, dan mereka yang telah datang akan merasa nyaman dengan mereka ...; selama para bhikkhu mempertahankan tujuh hal ini dan terlihat melakukan hal-hal ini, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran.’"

apakah kalimat bold di atas bermakna bahwa vinaya perlu diamandemen?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dhammadinna on 30 October 2012, 01:00:10 PM
Saya pernah baca di postingannya Bond: Kehidupan Bebas dari Uang (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,21452.0.html), katanya, jika ada jubah yang didanakan atas nama sangha, maka seorang bhikkhu harus meminta ijin sangha dulu kalo ingin menggunakannya. Selama ini sih saya lihat, pada umumnya umat memberikan jubah kepada sangha (karena tidak  dinyatakan untuk bhikkhu tertentu).

Jika:
1. Ada seorang bhikkhu yang sedang membutuhkan jubah (jubah lamanya sobek/usang)
2. Bhikkhu tersebut belum meminta ijin sangha untuk menggunakan sebuah jubah milik sangha
3. Ada seorang umat yang menyatakan keinginannya untuk mendanakan jubah
4. Bhikkhu tersebut menyatakan penerimaannya.
5. Dan umat tsb mendanakan sebuah jubah untuk beliau.

IMHO, kalo kasusnya seperti di atas, saya merasa lebih sreg (di tengah langkanya kesempatan berdana jubah (secara efisien) di jaman sekarang). Gimana menurut kalian?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 01:01:23 PM
maaf, pindacara apa ya?
(istilah ini teramat baru di telinga saya)

istilah ini memang hanya populer di kalangan Buddhis
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kamala on 30 October 2012, 01:11:07 PM
maaf, pindacara apa ya?
(istilah ini teramat baru di telinga saya)
pindacara artinya pergi untuk menerima dana makanan
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 30 October 2012, 01:19:14 PM
istilah ini memang hanya populer di kalangan Buddhis

emank, ada yang bukan Buddhis  ???
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 01:27:14 PM
emank, ada yang bukan Buddhis  ???

jika ada seseorang yg menginginkan kemunduran Buddhadhamma dengan cara " menetapkan apa yang belum ditetapkan sebelumnya, dan meniadakan apa yang telah ditetapkan, serta tidak meneruskan apa yang telah ditetapkan", maka saya curiga bahwa ia bukan seorang Buddhis
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 01:33:09 PM
pindacara artinya pergi untuk menerima dana makanan
berarti pindacara=pindapatta kan

terus foto2 yg anda post itu lokasinya jauh dari vihara domisili Bhante tsb
soalnya kan di Vinaya ada ketentuan seoarang Bhikkhu boleh terima pindapatta dari umat bila telah memenuhi jarak tertentu dari vihara (kalau ngak salah)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 01:36:23 PM
berarti pindacara=pindapatta kan

terus foto2 yg anda post itu lokasinya jauh dari vihara domisili Bhante tsb
soalnya kan di Vinaya ada ketentuan seoarang Bhikkhu boleh terima pindapatta dari umat bila telah memenuhi jarak tertentu dari vihara (kalau ngak salah)

agar tidak main tebak2an, mohon cantumkan rujukan vinaya yg dimaksud.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kamala on 30 October 2012, 01:46:51 PM
berarti pindacara=pindapatta kan

terus foto2 yg anda post itu lokasinya jauh dari vihara domisili Bhante tsb
soalnya kan di Vinaya ada ketentuan seoarang Bhikkhu boleh terima pindapatta dari umat bila telah memenuhi jarak tertentu dari vihara (kalau ngak salah)

pindapatta tidak sama dengan pindacara
mengenai hal ini pernah saya tanyakan ke seorang bhante tapi tidak saya tanya sampai mendetail.
pindapata is food.
pindacara is 'going for alms'.

lokasi bhante pindacara tidak jauh kok, sekitar 30 menit bhante-nya uda balik ke vihara ini berarti bhante-nya ga jalan jauh2 buat pindacara
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 01:52:54 PM
pernahkah anda membaca Mahaparinibbana yg tertulis sbb:

"‘Selama para bhikkhu sering mengadakan pertemuan-pertemuan rutin, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran. Selama mereka bertemu dalam damai, berpisah dalam damai, dan melakukan tugas-tugas mereka [77] dalam damai, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran. Selama mereka tidak menetapkan apa yang belum ditetapkan sebelumnya, dan tidak meniadakan apa yang telah ditetapkan, melainkan meneruskan apa yang telah ditetapkan ...; selama mereka menghormati para senior yang lebih dulu ditahbiskan, ayah dan pemimpin dari Sangha ...; selama mereka tidak menjadi mangsa dari keinginan yang muncul dalam diri mereka dan mengarah menuju kelahiran kembali ...; selama mereka setia menjalani kehidupan dalam kesunyian hutan ...; selama mereka menjaga perhatian mereka masing-masing, sehingga di masa depan, orang-orang baik di antara teman-teman mereka akan mendatangi mereka, dan mereka yang telah datang akan merasa nyaman dengan mereka ...; selama para bhikkhu mempertahankan tujuh hal ini dan terlihat melakukan hal-hal ini, maka mereka akan mendapatkan kemajuan dan bukan kemunduran.’"

pernahkah juga anda membaca sutta yg sama tentang hal ini:
6.3. “Jika diinginkan, Sangha boleh membatalkan peraturan-peraturan minor setelah Aku meninggal dunia.’
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 01:57:14 PM
pernahkah juga anda membaca sutta yg sama tentang hal ini:
6.3. “Jika diinginkan, Sangha boleh membatalkan peraturan-peraturan minor setelah Aku meninggal dunia.’

ya dan Arahat Maha Kassapa beserta 499 Arahat lainnya memutuskan untuk tidak membatalkan aturan apa pun karena tidak ingin Buddhadhamma mengalami kemunduran, sekarang apakah anda merasa lebih bijaksana daripada Arahat Mahakassapa + 499 Arahat itu?

Sang Buddha memang memberikan kelonggaran itu tapi sebaliknya Sang Buddha juga memberikan warning jika Sangha meniadakan peraturan yg sudah ditetapkan dan menetapkan peraturan yg belum pernah ditetapkan, maka akan ada resiko kemunduran. jadi anda pilih mana? makanya baca sutta jangan sepotong2, Bung.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 30 October 2012, 02:05:08 PM
pindapatta tidak sama dengan pindacara
mengenai hal ini pernah saya tanyakan ke seorang bhante tapi tidak saya tanya sampai mendetail.
pindapata is food.
pindacara is 'going for alms'.

lokasi bhante pindacara tidak jauh kok, sekitar 30 menit bhante-nya uda balik ke vihara ini berarti bhante-nya ga jalan jauh2 buat pindacara

klo tidak salah pindacara sama dengan pindapata, sebutan untuk alms (dana, sedekah, derma)

beda nya, pindapata adalah dana makanan (alms food)
pindacara adalah menerima dana (tidak cuma dana makan) dengan berjalan (walking for alms)

CMIIW ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 02:11:29 PM
ya dan Arahat Maha Kassapa beserta 499 Arahat lainnya memutuskan untuk tidak membatalkan aturan apa pun karena tidak ingin Buddhadhamma mengalami kemunduran, sekarang apakah anda merasa lebih bijaksana daripada Arahat Mahakassapa + 499 Arahat itu?
tidaklah, apa untuk berpikir/mengemukakan pendapat seseorang harus bijaksana/Arhat?

Sang Buddha memang memberikan kelonggaran itu tapi sebaliknya Sang Buddha juga memberikan warning jika Sangha meniadakan peraturan yg sudah ditetapkan dan menetapkan peraturan yg belum pernah ditetapkan, maka akan ada resiko kemunduran. jadi anda pilih mana? makanya baca sutta jangan sepotong2, Bung.
tergantung interpretasi lagi (setidaknya demikanlah yg terjadi dlm sejarah)

spt agama lain saja, apa Buddha menguji para Bhikkhu begitu?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kamala on 30 October 2012, 02:18:51 PM
klo tidak salah pindacara sama dengan pindapata, sebutan untuk alms (dana, sedekah, derma)

beda nya, pindapata adalah dana makanan (alms food)
pindacara adalah menerima dana (tidak cuma dana makan) dengan berjalan (walking for alms)

CMIIW ;D

hmmm
kalau ada kesempatan akan saya coba untuk tanyakan kembali ke bhante soal hal ini
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 02:20:22 PM
emang dhamma bisa lapuk  :-? :-? :-?,makin bingung sy

Berhati2lah dengan ajaran sesat dan penyebar ajaran sesat di DC.  :whistle: ^-^
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 02:22:43 PM
tidaklah, apa untuk berpikir/mengemukakan pendapat seseorang harus bijaksana/Arhat?

berpendapat tidak harus bijaksana tapi mengamandeman vinaya saya pikir perlu kebijaksanaan.

Quote
tergantung interpretasi lagi (setidaknya demikanlah yg terjadi dlm sejarah)

sejarah mana yg anda maksudkan? apakah pernah terjadi dalam sejarah ada yg mengamandemen vinaya?

Quote
spt agama lain saja, apa Buddha menguji para Bhikkhu begitu?

no comment soal agama lain, kita sedang membahas Buddhisme di sini. silakan bergabung di forum agama lain untuk membahas agama lain.

Apakah Buddha menguji para bhikkhu? saya tidak bisa membaca pikiran Buddha, jadi tidak bisa menjawab. apakah anda bisa?
tapi terlepas dari membaca pikiran Buddha, faktanya adalah di awal sutta Sang Buddha membabarkan ketujuh faktor ketidakmunduran itu dengan resikonya jika dilanggar, baru kemudian menjelang akhir sutta Sang Buddha memberikan kelonggaran itu. Dengan modal kedua nasihat ini, Konsili memutuskan untuk tidak mengamandemen vinaya, sekarang atas kapasitas apakah anda merasa bisa mengamandemen vinaya itu?

Sekarang anggaplah vinaya minor boleh dihapuskan, Bahkan Konsili itu yg terdiri dari 500 Arahat yg dipimpin oleh Bhikkhu Mahakassapa pun tidak mampu menentukan mana minor dan mana yg mayor, apakah anda bisa?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 02:37:23 PM
Bhante Pannananda

sekarang bertempat tinggal di :
YAYASAN VIPASSANA INDONESIA
BUDDHIST MEDITATION CENTRE
JL:ASIA RAYA (ASIA MEGA MAS) BLOK P NO :16 (12A,12B,15,16)
MEDAN (20216) SUMUT- INDONESIA.

JADWAL HARIAN :
06:00 - pindapatta.
11:00 - dana makan siang.
19:30 - meditasi.

VIPASSANA RETREAT :
17 AGT 2012 - 26 SEP 2012.
22 DES 2012 - 31 DES 2012.

Foto2 :
Spoiler: ShowHide
(https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/22761_100879653276724_496547_n.jpg)

(https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/22761_100907266607296_556652_n.jpg)


Mantap sekali kalau benar ini dilakukan setiap pagi.  Tapi koq kayaknya ada dayaka yang mengiringi beliau ya?  ::)   Dan bawa tas, kayaknya untuk menampung kelebihan dana makanan yang diterima.  Setahu gw untuk menerima dana makanan di patta ada batasan jumlah maksimalnya. CMIIW.

O, iya, bhantenya dari Mahanikaya ya?  Seperti bhante Giri (alm).  _/\_

BTW, sorry salah panggil, mau buru2 tadi sampai gak terlihat lagi cermin venusnya sis Kamala.  ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 02:55:39 PM
berpendapat tidak harus bijaksana tapi mengamandeman vinaya saya pikir perlu kebijaksanaan.
bukankah sudah saya sampaikan, kalau memang itu memungkinkan harus ekstra hati-hati dalam artian harus dgn kebijaksanaan

sejarah mana yg anda maksudkan? apakah pernah terjadi dalam sejarah ada yg mengamandemen vinaya?
spt yg kita ketahui perpecahaan Sangha pertama kali terjadi akibat adanya perbedaan interpretasi Vinaya

Apakah Buddha menguji para bhikkhu? saya tidak bisa membaca pikiran Buddha, jadi tidak bisa menjawab. apakah anda bisa?
tapi terlepas dari membaca pikiran Buddha, faktanya adalah di awal sutta Sang Buddha membabarkan ketujuh faktor ketidakmunduran itu dengan resikonya jika dilanggar, baru kemudian menjelang akhir sutta Sang Buddha memberikan kelonggaran itu. Dengan modal kedua nasihat ini, Konsili memutuskan untuk tidak mengamandemen vinaya, sekarang atas kapasitas apakah anda merasa bisa mengamandemen vinaya itu?
kan di awal sudah saya katakan saya bukan Bhikkhu, tentu saja tidak punya kapasitas apa2
dan saya pun tidak berminat untuk mengamandemen Vinaya, bukankah aturan2 tsb untuk seorang Bhikkhu?

Sekarang anggaplah vinaya minor boleh dihapuskan, Bahkan Konsili itu yg terdiri dari 500 Arahat yg dipimpin oleh Bhikkhu Mahakassapa pun tidak mampu menentukan mana minor dan mana yg mayor, apakah anda bisa?
saya kira, itu sudah terlalu jauh dan pastinya terbentur pada kapasitas kita
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 03:02:46 PM
Mantap sekali kalau benar ini dilakukan setiap pagi.
cuma timbul pertanyaan, kenapa gelap2 sebelum matahari terbit?

Tapi koq kayaknya ada dayaka yang mengiringi beliau ya?  ::)   Dan bawa tas, kayaknya untuk menampung kelebihan dana makanan yang diterima.  Setahu gw untuk menerima dana makanan di patta ada batasan jumlah maksimalnya. CMIIW.
setahu saya juga begitu mengenai batasan maksimal pindapatta

oleh karena itu, mungkin itulah alasan TS membedakan pindacara dgn pindapatta
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 03:08:27 PM
bukankah sudah saya sampaikan, kalau memang itu memungkinkan harus ekstra hati-hati dalam artian harus dgn kebijaksanaan

mungkin saya yg lupa, tapi kalo gak salah anda mengusulkan bahwa dana terbaik adalah uang tunai, bukan? untuk melakukan hal ini bukankah vinaya harus diamandemen terlebih dulu?

Quote
spt yg kita ketahui perpecahaan Sangha pertama kali terjadi akibat adanya perbedaan interpretasi Vinaya

bisakah anda kutipkan di sini sumber anda yg mengatakan bahwa perpecahan Sangha pertama kali terjadi akibat perbedaan interpretasi Vinaya? apakah anda merujuk pada perselisihan di Kosambi atau Konsili 2.

Quote
kan di awal sudah saya katakan saya bukan Bhikkhu, tentu saja tidak punya kapasitas apa2
dan saya pun tidak berminat untuk mengamandemen Vinaya, bukankah aturan2 tsb untuk seorang Bhikkhu?

lalu apa tujuan anda dengan mengatakan "dana dalam bentuk uang jauh lebih baik"

tapi anda mengatakan sbb:
IMHO kalau aturan2 dijalankan/dipegang tanpa mengutamakan hal yg substansial cuma jadi tradisi kolot yg berbenturan dgn zaman
dan dlm hal ini perayaan Kathina bisa jadi termasuk salah satu bentuk tradisi

sebenarnya sedari awal apa yg ingin saya sampaikan adalah:
akibat perjalanan waktu, banyak hal yg mengalami perubahaan (sabbe sankhara anicca), spt: cara hidup, cara berpikir, tatanan sosial, dsb
oleh karena itu, mungkin ada beberapa aturan2 yg harus disesuaikan dgn zaman, dan tentunya harus dilakukan secara ekstra hati2 agar tidak bertentangan dgn substansi aturan tsb
intinya spt Hukum atau Undang-Undang Dasar saja bisa di-amandemen, kenapa yg lain tidak? karena telah dikultuskan?
jangan lupa di zaman ORBA UUD'45 tidak bisa di-amandemen, baru di era ini saja bisa

Quote
saya kira, itu sudah terlalu jauh dan pastinya terbentur pada kapasitas kita

loh bukankah anda sendiri yg mengangkat pernyataan 6.3. “Jika diinginkan, Sangha boleh membatalkan peraturan-peraturan minor setelah Aku meninggal dunia.’", kenapa ketika dipertanyakan, anda malah menggeliat?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 03:12:25 PM
cuma timbul pertanyaan, kenapa gelap2 sebelum matahari terbit?

Memang biasanya berangkatnya pagi2 sekali, di sutta juga kadang disebutkan.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 30 October 2012, 03:18:56 PM
ya dan Arahat Maha Kassapa beserta 499 Arahat lainnya memutuskan untuk tidak membatalkan aturan apa pun karena tidak ingin Buddhadhamma mengalami kemunduran, sekarang apakah anda merasa lebih bijaksana daripada Arahat Mahakassapa + 499 Arahat itu?

banyak manusia yang memang sok pintar, dan sudah ada disini.
istilah bahasa hokian medan : ciang kuang

Quote
Sang Buddha memang memberikan kelonggaran itu tapi sebaliknya Sang Buddha juga memberikan warning jika Sangha meniadakan peraturan yg sudah ditetapkan dan menetapkan peraturan yg belum pernah ditetapkan, maka akan ada resiko kemunduran. jadi anda pilih mana? makanya baca sutta jangan sepotong2, Bung.

namanya juga ciang kuang, ya begitu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 03:22:03 PM
lalu apa tujuan anda dengan mengatakan "dana dalam bentuk uang jauh lebih baik"

Sebenarnya menurut pendapat gw pribadi, gw setuju dengan yang ini, asalkan :
1.  Dana dipegang oleh dayaka yang ditunjuk sangha.
2.  Apabila sangha dan bhikkhu ada keperluan, kemudian dapat meminta
     dayaka yang menyimpan uang agar memberikan yang diperlukan
     sangha/bhikkhu tersebut.
3.  Keperluan pribadi bhikkhu apabila diminta ke dayaka, sudah
     mendapatkan persetujuan sangha.
4.  Umat2 yang dananya dikumpulkan dayaka, sudah pavarana ke
     sangha apabila memerlukan sesuatu dari dana itu.

Keuntungannya :
1. Mudah disimpan.
2. Tak lapuk oleh waktu (kecuali inflasi  ;D)
3. Tepat guna, sesuai keperluan sangha (yg patut).
4. Tak ada yang terbuang (karena basi, tak terpakai, dll).


Quote
.... kenapa ketika dipertanyakan, anda malah menggeliat?

Mungkin badan sedikit pegel juga kayak gw, makanya menggeliat.  ;D :whistle:
Emangnya kami ulat?  :P ;D
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 03:26:04 PM
Sebenarnya menurut pendapat gw pribadi, gw setuju dengan yang ini, asalkan :
1.  Dana dipegang oleh dayaka yang ditunjuk sangha.
2.  Apabila sangha dan bhikkhu ada keperluan, kemudian dapat meminta
     dayaka yang menyimpan uang agar memberikan yang diperlukan
     sangha/bhikkhu tersebut.
3.  Keperluan pribadi bhikkhu apabila diminta ke dayaka, sudah
     mendapatkan persetujuan sangha.
4.  Umat2 yang dananya dikumpulkan dayaka, sudah pavarana ke
     sangha apabila memerlukan sesuatu dari dana itu.

Keuntungannya :
1. Mudah disimpan.
2. Tak lapuk oleh waktu (kecuali inflasi  ;D)
3. Tepat guna, sesuai keperluan sangha (yg patut).
4. Tak ada yang terbuang (karena basi, tak terpakai, dll).


Mungkin badan sedikit pegel juga kayak gw, makanya menggeliat.  ;D :whistle:
Emangnya kami ulat?  :P ;D

Bro, bisakah anda memberikan rujukan vinaya mengenai mekanisme dayaka-dayakaan ini?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 03:26:59 PM
ooo ok, soalnya pernah baca bole juga berdana untuk perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha. Tapi menurutku kalau mereka berdana tidak disertai dengan mental itu boleh dong ya?
Kalau dana secara umum, temen ga punya ongkos dikasih duit juga sudah dana namanya. Tapi kalau merujuk ke Kathina dana, tentu objek penerimanya harus bhikkhu dan dananya berupa kebutuhan dasar bhikkhu.

Soal mental 'tamak dana' itu bukan 'boleh atau tidak', tapi masalah manfaatnya. Semakin tidak tepat dana dilakukan, maka manfaatnya akan semakin minim.



[...]
mungkin tahun ini saya akan mencoba dana yang "lebih kecil" saja
ada tau satu wihara yang sedang mengumpulkan dana untuk
membangun tempat tinggal bhikkhu dll
mungkin uang yang dipersiapkan untuk paket jubah tahun ini
langsung saya sumbangkan saja untuk dana pembangunan
Ya, sepertinya manfaatnya akan "kecil" ;D

[sumber] (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_5:_K%C5%AB%E1%B9%ADadanta_Sutta)


Quote
aggg, tapi sebelum berdana saja sudah tidak begitu happy
jadi ingat moment menyerahkan benda dengan tangan sendiri
dan diterima oleh bhikkhu,
wag, baru menyadari saya 'tamak dana'
haizz...  :'(
sebaiknya saya memikirkan solusi untuk fenomena bathin saya dulu  ;D
Nah, ini saya sangat setuju. Kebanyakan orang melihat 'bahagia waktu berdana' sebagai tolok ukur manfaat. Mungkin bisa dijadikan perenungan bahwa orang-orang yang berpandangan salah, ketika melakukan hal yang mereka anggap benar, juga akan sangat bahagia. Namun apakah berarti hal itu bermanfaat?

Misalnya tahun 97 pengikut Heaven's Gate demikian antusias dengan akan melintasnya komet Hale-Bopp. Mereka bahagia karena kesempatan untuk hidup dalam tingkatan yang lebih tinggi, maka beberapa pengikut pria mengebiri diri mereka sendiri (sebab di 'tingkatan' tersebut, manusia tidak memiliki jenis kelamin), dan bunuh diri dengan racun.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: bluppy on 30 October 2012, 03:31:38 PM
O, iya, bhantenya dari Mahanikaya ya?  Seperti bhante Giri (alm).  _/\_

tidak tahu. tapi sepertinya (nebak2 .. )
bhante lebih condong ke tradisi Myanmar (Mahasi Sayadaw)
tapi ada juga bhikkhu dari Pa Auk Tawya yang berkunjung ke sana

note tambahan:
selain pindapatta tiap hari
juga ada sesi meditasi bersama setiap hari
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 03:34:41 PM
dengan begini maka tidak akan ada lagi stock jubah untuk digunakan sebagai alat penipuan tahun depan, bagaimana solusinya?
Masih ada perpanjangan kontrak vihara. Dan seperti saya sudah katakan, kalau mau akal2an, apapun bisa saya akali. Tinggal request aja.


bukan begitu, tapi kita haru melakukan terobosan baru mengikuti perkembangan zaman, karena Dhamma memang tidak sempurna dibabarkan  dan telah lapuk oleh waktu
Kaldhu x3

-------


ini dana ke Sangha bro, bukan dana ke Bhikkhu
Jadi bhikkhu tidak boleh terima uang, tapi sangha boleh?

Bagaimana menurut anda tentang kalimat berikut:

"kita tidak boleh menganiaya kucing, tapi boleh menganiaya hewan."


Quote
mengenai pindapata, memangnya dipraktekkan di Indonesia? koq, saya ngak pernah lihat ada Bhikkhu keliling2 pindapata?
Konon masih ada yang pindapata. Tapi seandainya tidak pun tidak masalah. Dana makanan bisa juga diberikan oleh umat ke vihara ataupun dengan mengundang bhikkhu, tidak harus selalu dengan pindapata.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 03:39:28 PM
klo tidak salah pindacara sama dengan pindapata, sebutan untuk alms (dana, sedekah, derma)

beda nya, pindapata adalah dana makanan (alms food)
pindacara adalah menerima dana (tidak cuma dana makan) dengan berjalan (walking for alms)

CMIIW ;D
Pindapata itu merujuk pada 'dana makanan', sedangkan Pindacara pada 'jalan keliling untuk menerima dana'.

Jadi pindacara itu pindapata, tapi pindapata belum tentu pindacara, sebab menerima dana makanan bisa saja dengan undangan atau diberikan oleh umat tanpa dia sendiri berkeliling. 
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 03:45:07 PM
Bro, bisakah anda memberikan rujukan vinaya mengenai mekanisme dayaka-dayakaan ini?

Ini contohnya :

NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).

1. ......
:
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya
kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya
sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri
diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih
dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak
didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus
memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat
digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau
uangnya hilang.

Dst...., tinggal dicompile aja dari peraturan vinaya.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 03:45:29 PM
Sebenarnya menurut pendapat gw pribadi, gw setuju dengan yang ini, asalkan :
1.  Dana dipegang oleh dayaka yang ditunjuk sangha.
2.  Apabila sangha dan bhikkhu ada keperluan, kemudian dapat meminta
     dayaka yang menyimpan uang agar memberikan yang diperlukan
     sangha/bhikkhu tersebut.
3.  Keperluan pribadi bhikkhu apabila diminta ke dayaka, sudah
     mendapatkan persetujuan sangha.
4.  Umat2 yang dananya dikumpulkan dayaka, sudah pavarana ke
     sangha apabila memerlukan sesuatu dari dana itu.

Keuntungannya :
1. Mudah disimpan.
2. Tak lapuk oleh waktu (kecuali inflasi  ;D)
3. Tepat guna, sesuai keperluan sangha (yg patut).
4. Tak ada yang terbuang (karena basi, tak terpakai, dll).

Tetap melanggar vinaya,  debit card kan dari tabungan (duit) si bhikkhu di bank. :whistle:

Apa bedanya antara debit card dan tabungan yang dipegang dayaka? Toh bisa dipergunakan sekehendak bhikkhu.

Yang jadi permasalahan adalah ketika bhikkhu punya akses ke uang terlepas siapa yang menyimpannya dan bagaimana cara penggunaannya.

Juga setahu saya sangha itu ditopang oleh umat, bukan oleh dayaka, jadi sepertinya "dayaka dana" juga tidak tepat.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 30 October 2012, 04:05:39 PM
mungkin saya yg lupa, tapi kalo gak salah anda mengusulkan bahwa dana terbaik adalah uang tunai, bukan? untuk melakukan hal ini bukankah vinaya harus diamandemen terlebih dulu?
kalau melihat praktek di lapangan, bisa jadi perlu diamandemen
secara Vinaya tidak boleh pegang uang, namun kenyataannya boleh terima dana uang
saya dengar ada Bhikkhu punya rekening di bank, memang benar uangnya tidak dipegang (secara tunai), tapi apa aturan tsb cuma sampai pegang memegang uang, bukankah lebih menekankan kepada kepemilikan/penggunaan uang

bisakah anda kutipkan di sini sumber anda yg mengatakan bahwa perpecahan Sangha pertama kali terjadi akibat perbedaan interpretasi Vinaya? apakah anda merujuk pada perselisihan di Kosambi atau Konsili 2.
benar, saya merujuk pada perselisihan di Konsili 2

lalu apa tujuan anda dengan mengatakan "dana dalam bentuk uang jauh lebih baik"
jauh lebih baik di sini, pengertiannya lebih praktis dan serba guna (selaras dgn zaman)
dan bisa menghindari pemberian barang/kebutuhan yg melebihi kapasitas yg dibutuhkan

intinya uang adalah alat tukar yg netral, tergantung manusia yg mengumpulkan dan mempergunakannya
mungkin 2500 tahun yg lalu uang bukan alat tukar yg demikian penting, karena mungkin manusia masih mempergunakan cara barter
tapi sekarang, tukang taxi mana yg mau antarkan anda ke tujuan, lalu dibayar dgn sebungkus rokok impor (boleh dibilang harganya setimpal dgn ongkos)?

loh bukankah anda sendiri yg mengangkat pernyataan 6.3. “Jika diinginkan, Sangha boleh membatalkan peraturan-peraturan minor setelah Aku meninggal dunia.’", kenapa ketika dipertanyakan, anda malah menggeliat?
saya tidak menggeliat, bukankah jelas tercantum "Sangha", kenapa anda tanya ke saya (yg jelas2 bukan anggota Sangha apalagi disebut Sangha)?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 04:13:43 PM
Apa bedanya antara debit card dan tabungan yang dipegang dayaka? Toh bisa dipergunakan sekehendak bhikkhu.

Yang jadi permasalahan adalah ketika bhikkhu punya akses ke uang terlepas siapa yang menyimpannya dan bagaimana cara penggunaannya.

Juga setahu saya sangha itu ditopang oleh umat, bukan oleh dayaka, jadi sepertinya "dayaka dana" juga tidak tepat.

Dayaka di sini bukanlah pemilik dana yang diberikan umat, tapi hanya sebagai penyimpan saja.

Mirip seperti rekening tabungan seorang anak yg belum dewasa di bank, biasanya atas nama orang tua atau walinya.  Jika si anak sudah dewasa, rekenng itu bisa langsung diakses si anak.  Atau si anak bisa meminta orang tuanya mengambil uang dari rekeningnya.

Nah, si anak sudah dewasa ataupun si anak minta ke ortunya mengambil tabungannya, adalah perumpamaan tentang bhikkhu yang meminta dayakanya untuk memakai uang yg disimpan itu untuk keperluan (yg pantas) dari si bhikkhu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 30 October 2012, 04:15:47 PM
kalau melihat praktek di lapangan, bisa jadi perlu diamandemen
secara Vinaya tidak boleh pegang uang, namun kenyataannya boleh terima dana uang

apakah apa yg menjadi kenyataan berarti hal itu dibenarkan? jika nanti ada bhikkhu menikah dan punya anak, maka vinaya juga harus diamandemen agar sesuai dengan "kenyataannya boleh menikah", begitukah?

Quote
saya dengar ada Bhikkhu punya rekening di bank, memang benar uangnya tidak dipegang (secara tunai), tapi apa aturan tsb cuma sampai pegang memegang uang, bukankah lebih menekankan kepada kepemilikan/penggunaan uang
sebenarnya bagaimana sih persisnya vinaya soal uang ini? bisakah anda mencantumkan di sini, untuk kita pelajari bersama.

Quote
benar, saya merujuk pada perselisihan di Konsili 2

tolong copas ke sini, Bro, bagian mana dari kisah itu yg menurut anda adalah perbedaan interpretasi.

Quote
jauh lebih baik di sini, pengertiannya lebih praktis dan serba guna (selaras dgn zaman)
dan bisa menghindari pemberian barang/kebutuhan yg melebihi kapasitas yg dibutuhkan

uang juga sudah ada pada masa Sang Buddha, apakah uang pada masa itu tidak lebih praktis dan serba guna?

Quote
intinya uang adalah alat tukar yg netral, tergantung manusia yg mengumpulkan dan mempergunakannya
mungkin 2500 tahun yg lalu uang bukan alat tukar yg demikian penting, karena mungkin manusia masih mempergunakan cara barter
tapi sekarang, tukang taxi mana yg mau antarkan anda ke tujuan, lalu dibayar dgn sebungkus rokok impor (boleh dibilang harganya setimpal dgn ongkos)?

mungkin anda bisa google tentang "kahapana"

Quote
saya tidak menggeliat, bukankah jelas tercantum "Sangha", kenapa anda tanya ke saya (yg jelas2 bukan anggota Sangha apalagi disebut Sangha)?

saya tidak peduli apakah anda Sangha atau bukan, bisa saja anda seorang Maha thera, tapi saya tetap tidak peduli. Tapi ketika seorang member di sini membuat suatu pernyataan, maka saya berhak mempertanyakan.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 30 October 2012, 04:20:43 PM
Ini contohnya :

NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).

1. ......
:
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya
kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya
sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri
diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih
dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak
didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus
memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat
digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau
uangnya hilang.

Dst...., tinggal dicompile aja dari peraturan vinaya.

Mengenai Nissagiya Pacittiya, Civaravaggo 10, perlu diperhatikan bahwa itu hanya merujuk pada jubah. Jadi bukan dana yang diperuntukkan pada hal-hal lain. Dan uang itu tetap bukan milik bhikkhu, kalau memang dayakanya tidak mau memberikan jubah (setelah 6x diminta secara verbal atau 12x secara isyarat), maka bhikkhu itu tidak boleh memintanya lagi, namun harus melaporkan pada si pemberi dana bahwa ia tidak menerima dana itu. Maksudnya bukan untuk komplain, tapi agar si pendana terhindar dari 'penggelapan dana' untuk berikutnya.



Dayaka di sini bukanlah pemilik dana yang diberikan umat, tapi hanya sebagai penyimpan saja.

Mirip seperti rekening tabungan seorang anak yg belum dewasa di bank, biasanya atas nama orang tua atau walinya.  Jika si anak sudah dewasa, rekenng itu bisa langsung diakses si anak.  Atau si anak bisa meminta orang tuanya mengambil uang dari rekeningnya.

Nah, si anak sudah dewasa ataupun si anak minta ke ortunya mengambil tabungannya, adalah perumpamaan tentang bhikkhu yang meminta dayakanya untuk memakai uang yg disimpan itu untuk keperluan (yg pantas) dari si bhikkhu.
Kembali lagi, bhikkhu tidak punya tabungan dalam bentuk apapun dan hanya bergantung pada umat. Hal-hal seperti 'uang jubah' ataupun 'tiket makan' dan sebagainya, seharusnya adalah urusan antar umat, bhikkhu hanya diberitahu saja. Namun itu semua bukan menjadi milik atau hak bhikkhu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 30 October 2012, 04:34:44 PM
Mengenai Nissagiya Pacittiya, Civaravaggo 10, perlu diperhatikan bahwa itu hanya merujuk pada jubah. Jadi bukan dana yang diperuntukkan pada hal-hal lain. Dan uang itu tetap bukan milik bhikkhu, kalau memang dayakanya tidak mau memberikan jubah (setelah 6x diminta secara verbal atau 12x secara isyarat), maka bhikkhu itu tidak boleh memintanya lagi, namun harus melaporkan pada si pemberi dana bahwa ia tidak menerima dana itu. Maksudnya bukan untuk komplain, tapi agar si pendana terhindar dari 'penggelapan dana' untuk berikutnya.

Itu boleh dikatakan adalah role model untuk semua keperluan bhikkhu, tidak terbatas kepada jubah saja.

Lebih jelasnya anda bisa baca postingan Bond (sebetulnya ada versi PDFnya)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0)
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: kullatiro on 30 October 2012, 10:42:31 PM
jaman dahulu kala sebenarnya yang di danakan itu sehelai kain bahan yang nanti nya akan menjadi jubah kathina, masyarakat pada umumnya memberikan kain ini untuk di olah menjadi jubah kathina dalam sehari beserta jubah jubah lain nya dibuat kemudian (menyusul kemudian setelah kathina), bukan jubah satu set lengkap seperti sekarang ini, kain kain inilah yang diterima sangha sebagai persembahan jubah.

yang wa pelajari dulu seperti itu di sekolah Buddhis.

kalian tentu nya sudah membaca tentang Raja Udena beserta para selir nya yang menyumbangkan keseluruhan 1.000 jubah dalam. tentunya ini hanya bahan pembuat bukan jubah dalam yang di berikan para selir itu langsung diterima kemudian langsung di pakai oleh anggota sangha, tapi di proses dulu dari pencelupan hingga berwarna sesuai vinaya dll.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 31 October 2012, 05:54:14 AM
bukankah jelas tercantum "Sangha", kenapa anda tanya ke saya (yg jelas2 bukan anggota Sangha apalagi disebut Sangha)?

bisa timbul pertanyaan !, karena pernyataan anda sepertinya mewakili Sangha bahkan kadang-kadang Buddha  ^-^ serta bisa mengetahui dalam segala hal, dan tentunya hal ini tidak bisa diterima dan sangat 'membahayakan' bagi pembaca.
jika dibiarkan tentunya akan timbul persepsi bagi pembaca, makanya anda sering ditanya referensi sutta utk mendukung pernyataan anda.

sejak anda jadi penghuni DC, mosok anda tidak merasa banyak permintaan referensi sutta dari setiap pernyataan anda !
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 31 October 2012, 07:54:20 AM
bisa timbul pertanyaan !, karena pernyataan anda sepertinya mewakili Sangha bahkan kadang-kadang Buddha  ^-^ serta bisa mengetahui dalam segala hal, dan tentunya hal ini tidak bisa diterima dan sangat 'membahayakan' bagi pembaca.
jika dibiarkan tentunya akan timbul persepsi bagi pembaca, makanya anda sering ditanya referensi sutta utk mendukung pernyataan anda.

sejak anda jadi penghuni DC, mosok anda tidak merasa banyak permintaan referensi sutta dari setiap pernyataan anda !

pernyataan saya jelas2 mewakili saya pribadi, dan saya tidak mengetahui dlm segala hal
pasti ada yg bisa terima dan tidak bisa terima, itu konsekwensi logis dlm dunia ini
dan yg terpenting saya tidak memaksa siapa pun untuk menerimanya,
karena saya sadar tidak mungkin dapat memaksa orang untuk menerima pendapat saya

sejauh pertimbangan saya, pendapat2 saya tidak akan membahayakan siapa pun
kalau itu terjadi sebaliknya, maka pastinya saya orang pertama yg paling dirugikan

sumber pengetahuan saya tidaklah melulu dari literatur, dan kalau pun dari literatur, ternyata literaturnya entah sudah ada di mana
oleh karena itu, tidak jarang saya katakan: setahu saya, seingat saya, yg pernah saya dengar, dsb
dan tentunya ini memang demikian adanya alias tidak saya karang2
apakah itu bisa jadi pegangan? tentunya kurang, bahkan tidak bisa jadi pegangan kalau tdk dpt ditemukan di literatur manapun

kalau memang memungkinkan saya akan memberikan rujukan literatur
dan untuk yg anda quote, itu bersumber dari literatur

singkat katanya saya bukan seorang narasumber, melainkan cuma seorang forumer
oleh karena itu partisipasi saya di sini adalah bertukar pikiran/berbagi pendapat dgn kata lain memberi & menerima
jadi pada dasarnya aktivitas ini banyak memberikan saya tambahan pengetahuan, bukan ajang unjuk gigi semata

kalau memang saya mau unjuk gigi, lebih baik saya buat sebuah buku lalu didistribusikan ke orang banyak
kalau buku tsb tidak gratis/diperdagangkan, lebih baik lagi menambah penghasilan rumah tangga saya (kebetulan lagi bokek)

akhir kata terima kasih atas masukan anda
semoga tanggapan saya berkenan di hati anda
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 08:35:09 AM
Bro Indra, bisa minta referensi suttanya tentang bubuk ini?  Menarik sekali buat menambah pengetahuan.  Yang gw pernah baca baru tentang sikat gigi Sang Buddha, yang sabun bubuk gw belum baca.

repost...
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 08:52:28 AM
repost...

repost juga
Kata "bubuk mandi" yg biasanya terdapat dalam perumpamaan yg menjelaskan Jhana 1 terdapat di semua Nikaya.
Jika anda menggunakan fitur Search pada forum ini dan memasukkan kata kunci "bubuk mandi" anda akan dengan mudah menemukannya

dan ini bantuan dari Dato

"bubuk mandi" didalam sutta

Sang Buddha melukiskan Jhana pertama, sebagai berikut:

Terlepas dari kesenangan-indriawi dan keadaan batin yang tak-terlatih, seorang memasuki dan menetap di Jhana Pertama, yang ditandai oleh batin yang berpikir dan berkhayal, diisi kegembiraan dan kebahagiaan yang terlahir dari keterlepasan. Dan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang lahir dari keterlepasan, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya yang tidak disentuh oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari keterlepasan. Bagaikan seorang penjaga permandian yang terlatih atau pembantunya, mengadoni bubuk mandi yang telah disirami air, membentuk darinya sebuah gelembung di dalam sebuah mangkuk logam, yang darinya tidak ada embun yang terbebas- dengan cara yang sama, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tak tersentuh.[D, I: 73]
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: siswahardy on 31 October 2012, 11:04:21 AM
apakah apa yg menjadi kenyataan berarti hal itu dibenarkan? jika nanti ada bhikkhu menikah dan punya anak, maka vinaya juga harus diamandemen agar sesuai dengan "kenyataannya boleh menikah", begitukah?
saya kira pertanyaan anda sangat absurd, bukankah menjalani hidup kebhikkuan identik dgn kehidupan brahmacariya?

IMHO, kalau memang vinaya tidak memungkinkan diamandemen, maka praktek2 yg melanggar vinaya harus dihentikan oleh Sangha (min. pernyataan resmi)
kalau tidak, bukankah itu sama saja dgn amandemen diam2 tanpa tertulis?

sebenarnya bagaimana sih persisnya vinaya soal uang ini? bisakah anda mencantumkan di sini, untuk kita pelajari bersama.
link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0), mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang

tolong copas ke sini, Bro, bagian mana dari kisah itu yg menurut anda adalah perbedaan interpretasi.
sumber utama saya dari buku jadul,
kalau dari Tipitaka ini link-nya: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0)

uang juga sudah ada pada masa Sang Buddha, apakah uang pada masa itu tidak lebih praktis dan serba guna?
memang benar sudah ada di masa itu, kalau belum ada mana mungkin bisa masuk ke Vinaya

IMO mungkin penggunaanya belum spt saat ini, dgn pertimbangan kesederhanaan cara hidup dan cara transaksi barter di masa itu
contoh: saya kira di masa itu orang tidak butuh KTP/ID, tapi sekarang harus. di Indonesia walau secara resmi buat KTP gratis, tapi prakteknya mana ada yg gratis. dan saya rasa seorang Bhikkhu pun diwajibkan punya KTP, dan otomatis perlu duit ketika perpanjang KTP. jadi inilah faktanya, zaman sekarang apa2 pakai duit.

saya tidak peduli apakah anda Sangha atau bukan, bisa saja anda seorang Maha thera, tapi saya tetap tidak peduli. Tapi ketika seorang member di sini membuat suatu pernyataan, maka saya berhak mempertanyakan.
betul, anda boleh/berhak mempertanyakan, dan saya pun sudah berusaha menjawabnya

biar jelas, coba deh anda jawab ini:
kalau anda katakan kelonggaran tsb akan menimbulkan kemunduran,
berarti anda setuju kemunduran tsb seizin Buddha? kan Buddha yg memperbolehkannya? apa menurut anda Buddha tdk terlibat?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 11:20:59 AM
"bubuk mandi" didalam sutta

Sang Buddha melukiskan Jhana pertama, sebagai berikut:

Terlepas dari kesenangan-indriawi dan keadaan batin yang tak-terlatih, seorang memasuki dan menetap di Jhana Pertama, yang ditandai oleh batin yang berpikir dan berkhayal, diisi kegembiraan dan kebahagiaan yang terlahir dari keterlepasan. Dan dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang lahir dari keterlepasan, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya yang tidak disentuh oleh kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari keterlepasan. Bagaikan seorang penjaga permandian yang terlatih atau pembantunya, mengadoni bubuk mandi yang telah disirami air, membentuk darinya sebuah gelembung di dalam sebuah mangkuk logam, yang darinya tidak ada embun yang terbebas- dengan cara yang sama, seorang menutupi, mengguyur, mengisi dan merembesi seluruh tubuhnya sehingga tidak ada bagian yang tak tersentuh.[D, I: 73]

Thank you bro, kelewat ama gw tulisan ini.  Postnya cepat sekali bertambahnya. :>-

Ternyata di jaman Buddha orang India sudah mandi menggunakan.... Rinso :hammer:
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 11:21:46 AM
saya kira pertanyaan anda sangat absurd, bukankah menjalani hidup kebhikkuan identik dgn kehidupan brahmacariya?

anda benar tapi tidak lengkap, menjalani kehidupan bhikkhu juga identik dengan kehidupan mematuhi vinaya.

Quote
IMHO, kalau memang vinaya tidak memungkinkan diamandemen, maka praktek2 yg melanggar vinaya harus dihentikan oleh Sangha (min. pernyataan resmi)
kalau tidak, bukankah itu sama saja dgn amandemen diam2 tanpa tertulis?

itu kan pendapat anda, yg tentu saja dalam banyak hal terbukti tidak benar.
Sangha yg mana? apakah anda yakin ada terjadi amandemen diam2 tanpa tertulis? apakah menurut anda Sangha adalah segelintir bhikkhu yg tidak bermoral saja? pernahkah anda membaca Mahaparinibbana Sutta bahwa Sang Buddha tidak menunjuk seorang pun yg menjadi penerusnya, melainkan hanya mewariskan Dhamma dan Vinaya sebagai pengganti Sang Buddha.

Quote
link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0), mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang

dan sudah dijawab dengan baik oleh Bro Kainyn Kutho.

Quote
sumber utama saya dari buku jadul,
kalau dari Tipitaka ini link-nya: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21595.0)

dan di mana dalam teks itu disebutkan tentang perbedaan interpretasi? saya memahami teks itu sebagai usaha pencarian pembenaran oleh sekelompok bhikkhu yg melanggar vinaya.

Quote
memang benar sudah ada di masa itu, kalau belum ada mana mungkin bisa masuk ke Vinaya

IMO mungkin penggunaanya belum spt saat ini, dgn pertimbangan kesederhanaan cara hidup dan cara transaksi barter di masa itu
contoh: saya kira di masa itu orang tidak butuh KTP/ID, tapi sekarang harus. di Indonesia walau secara resmi buat KTP gratis, tapi prakteknya mana ada yg gratis. dan saya rasa seorang Bhikkhu pun diwajibkan punya KTP, dan otomatis perlu duit ketika perpanjang KTP. jadi inilah faktanya, zaman sekarang apa2 pakai duit.


Dari mana anda tau bahwa pada masa itu penggunaan uang tidak spt saat ini? Dalam sutta2 lain juga disebutkan tentang "menerima sogokan" dll yg juga terjadi pada masa sekarang. pls rujukan, jangan melulu IMO.

Quote
betul, anda boleh/berhak mempertanyakan, dan saya pun sudah berusaha menjawabnya

ok mari kita lanjutkan

Quote
biar jelas, coba deh anda jawab ini:
kalau anda katakan kelonggaran tsb akan menimbulkan kemunduran, berarti anda setuju kemunduran tsb seizin Buddha? kan Buddha yg memperbolehkannya?

saya tidak pernah mengatakan saya setuju, kenapa anda sudah sekonyong2 berkesimpulan demikian? mohon copas kan kata2 saya yg mengatakan bahwa saya setuju baik tersirat maupun tersurat.

Sang Buddha mengatakan apa yg menurut kebijaksanaannya harus dikatakan, anda tentu tau jenis2 ucapan yg diucapkan dan tidak diucapkan oleh Sang Buddha. Jika Sangha mau menghapuskan atau membubarkan diri setelah Sang Buddha parinibbana, apakah yg bisa Sang Buddha lakukan? apakah menurut anda Sang Buddha itu tetap ada? apakah anda penganut eternalis?

Quote
apa menurut anda Buddha tdk terlibat?

menurut saya tidak, bahkan untuk langkah2 antisipasi Sang Buddha sudah memberikan warning dalam 7 faktor ketidak-munduran itu.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 31 October 2012, 04:25:35 PM
Itu boleh dikatakan adalah role model untuk semua keperluan bhikkhu, tidak terbatas kepada jubah saja.

Lebih jelasnya anda bisa baca postingan Bond (sebetulnya ada versi PDFnya)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0)

Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 04:45:24 PM
Sebenarnya ada solusi mudah agar tidak terjadi pelanggaran vinaya, dan tidak perlu mengamandemen vinaya.

kalau merasa bahwa vinaya itu terlalu sulit utk dilaksanakan, gampang saja, lakukan saja semaunya asal tidak melanggar pancasila, tapi sebelum itu lepas jubah dulu. sesungguhnya menjadi umat awam yg bermoral adalah lebih baik daripada jadi bhikkhu tidak bermoral.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: dipasena on 31 October 2012, 05:28:14 PM
jd inget pepatah tua

"klo ga bs jd bhikkhu yang baik, ya jd lah umat yang baik"

itu lebih baik, dr pd meminta kebijakkan untuk merubah vinaya hanya karena tidak mampu untuk menjalankan vinaya dengan baik. daripada merubah vinaya yg hanya akan merusak latihan kebhikkhuan, lebih baik lepas jubah sekalian, jd lah umat, sila nya cm 5 lebih ringan...
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 05:43:47 PM
Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.

Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 05:53:50 PM
Quote Siswahardi said:
    link yg diberikan bro Sanjiva ini: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21452.0, mungkin bisa dijadikan rujukkan Vinaya soal uang
----------------------------

dan sudah dijawab dengan baik oleh Bro Kainyn Kutho.


Lihat reply #203 dari gw di atas ini.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 05:57:53 PM
NISSAGIYA PACITTIYA 10

10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.

If he should not produce the robe, (the bhikkhu) should stand in silence four times, five times, six times at most for that purpose. Should (the steward) produce the robe after (the bhikkhu) has stood in silence for that purpose four, five, six times at most, that is good.

If he should not produce the robe (at that point), should he then produce the robe after (the bhikkhu) has endeavored further than that, it is to be forfeited and confessed.

If he should not produce (the robe), then the bhikkhu himself should go to the place from which the robe fund was brought, or a messenger should be sent (to say), "The robe fund that you, venerable sirs, sent for the sake of the bhikkhu has given no benefit to the bhikkhu at all. May you be united with what is yours. May what is yours not be lost." This is the proper course here.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 06:00:24 PM
Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?

dana telah disediakan oleh si donor untuk digunakan oleh bhikkhu, tapi dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu jadi masih bukan miliki bhikkhu. selama dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu dalam bentuk jubah, maka dana uang itu tetap menjadi milik si donor.

"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 31 October 2012, 06:13:14 PM
Darimana anda menyimpulkan tidak ada hubungan dengan bhikkhunya ?

Silahkan dibaca kembali vinaya, ini kembali saya cuplik yg permah saya kutip
NISSAGIYA PACITTIYA (30)

I. Tentang Civara (Civara Vagga).
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.

Bilamana bhikkhu tersebut membutuhkan jubah maka ia harus memintanya kepada dayaka itu. Apabila belum didapatnya maka ia dapat memintanya sampai tiga kali. Bila masih belum didapat juga maka bhikkhu itu dapat berdiri diam sampai enam kali untuk maksud tersebut. Apabila ia melakukannya lebih dari itu maka ia melanggar peraturan nissagiya pacittiya. Bila jubah tidak didapatkan setelah bhikkhu tersebut melakukan hal-hal di atas maka ia harus memberitahu kepada si pemberi uang bahwa uang tersebut tidak dapat digunakan dan memberitahu untuk meminta kembali uang tersebut kalau uangnya hilang.


Meminjam gaya diskusi Indra, bisakah anda tunjukkan di mana sutta / vinaya yang menyebutkan tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?
Saya tidak tahu darimana anda dapatkan sumbernya, tapi saya coba tampilkan sumber saya:

Nissaggiya Pacittiya 10:
In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

Seandainya raja, pejabat kerajaan, brahmana, atau perumahtangga memberikan biaya jubah untuk kepentingan seorang bhikkhu melalui seorang perantara, (mengatakan,) "Setelah membeli jubah dengan biaya jubah ini, sandangi bhikkhu dengan nama ini-dan-ini dengan jubah ini": Jika si perantara, mendekati bhikkhu, mengatakan, "Ini adalah biaya jubah yang diantarkan untuk yang mulia. Semoga yang mulia menerima biaya jubah ini," maka bhikkhu tersebut harus memberitahu kepada perantara: "Kami tidak menerima biaya jubah, kawan. Kami menerima jubah (kain jubah) yang berseseuaian dengan musimnya."

Betulkah ada seorang yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang?

Nissaggiya Pacittiya 18:
"Should any bhikkhu accept gold and silver, or have it accepted, or consent to its being deposited (near him), it is to be forfeited and confessed."

"Seandainya seorang bhikkhu menerima emas dan perak, atau membuat hal tersebut diterima, atau menyetujui hal itu disimpan (dekatnya), hal ini harus ditebus dan diakui."

Jadi jika seorang bhikkhu dengan persetujuannya, membuat sebuah pemberian uang terjadi (walaupun penerimanya bukan dirinya), maka ia melakukan nissaggiya pacittiya.


Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 06:22:21 PM
"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."

Statement ini apakah bagian dari pasal vinaya itu ataukah penjelasan dari si penulis artikel?

Mohon source artikel di atas.

Kemudian mengenai paragraf ini :
If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.


Kembali tulisan di atas menerangkan bahwa dana jubah (robe fund) sudah diserahkan oleh pendana ke dayaka untuk disimpan, atas petunjuk bhikkhu yang menunjuk siapa dayakanya.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 06:34:01 PM
Saya tidak tahu darimana anda dapatkan sumbernya,

Gw mengutip pasal vinaya yang di Samaggi Phala. CMIIW.

Quote
tapi saya coba tampilkan sumber saya:
Nissaggiya Pacittiya 10:
In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

Seandainya raja, pejabat kerajaan, brahmana, atau perumahtangga memberikan biaya jubah untuk kepentingan seorang bhikkhu melalui seorang perantara, (mengatakan,) "Setelah membeli jubah dengan biaya jubah ini, sandangi bhikkhu dengan nama ini-dan-ini dengan jubah ini": Jika si perantara, mendekati bhikkhu, mengatakan, "Ini adalah biaya jubah yang diantarkan untuk yang mulia. Semoga yang mulia menerima biaya jubah ini," maka bhikkhu tersebut harus memberitahu kepada perantara: "Kami tidak menerima biaya jubah, kawan. Kami menerima jubah (kain jubah) yang berseseuaian dengan musimnya."



Betulkah ada seorang yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang?


Bacanya jangan sepotong-sepotong cuman satu paragraf aja bro  #-o,  cobalah dibaca secara keseluruhan

Sudah jelas bahwa :
10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."


Jelas2 ada yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang tersebut (robe fund).


Juga pernyataan di bawah sudah terbantahkan oleh vinaya, soal penyimpanan uang ke dayaka ini ada hubungannya dengan bhikkhu.
Betul, bisa saja seseorang ditunjuk untuk melayani makanan dan obat-obatan bagi bhikkhu seperti Payasi menunjuk Uttara untuk itu. Namun sekali lagi, uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya[/b]. Jadi intinya memang bhikkhu tidak terima uang apakah untuk disimpan maupun untuk numpang lewat.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 06:36:23 PM
Statement ini apakah bagian dari pasal vinaya itu ataukah penjelasan dari si penulis artikel?

Mohon source artikel di atas.

Kemudian mengenai paragraf ini :
If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."

If the messenger, having instructed the steward and going to the bhikkhu, should say, "I have instructed the steward the venerable one indicated. May the venerable one go (to him) and he will clothe you with a robe in season," then the bhikkhu, desiring a robe and approaching the steward, may prompt and remind him two or three times, "I have need of a robe." Should (the steward) produce the robe after being prompted and reminded two or three times, that is good.


Kembali tulisan di atas menerangkan bahwa dana jubah (robe fund) sudah diserahkan oleh pendana ke dayaka untuk disimpan, atas petunjuk bhikkhu yang menunjuk siapa dayakanya.

saya tidak punya teks Vinaya Pitaka lengkap, jadi rujukan yg selalu saya gunakan jika merujuk pada Patimokkha adalah Buddhist Monastic Code yg saya ambil dari http://accesstoinsight.org
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 06:39:22 PM
Gw mengutip pasal vinaya yang di Samaggi Phala. CMIIW.

Bacanya jangan sepotong-sepotong cuman satu paragraf aja bro  #-o,  cobalah dibaca secara keseluruhan

Sudah jelas bahwa :
10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."


Jadi pernyataan anda di bawah sudah terbantahkan oleh vinaya

Steward yg ditunjuk itu adalah orang yg ditunjuk untuk menyimpan uang titipan dari si donor, bukan menyimpan uang yg diterima oleh bhikkhu.

dan jika NP 10 ini membenarkan soal uang ini, maka NP 10 ini jadi kontradiktif dengan NP 18
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 07:10:46 PM
Steward yg ditunjuk itu adalah orang yg ditunjuk untuk menyimpan uang titipan dari si donor, bukan menyimpan uang yg diterima oleh bhikkhu.

Memang begitu kan maksudnya.  Mana yang dipermasalahkan dari apa yg gw tulis?
Pasal di vinaya yang gw kutip sudah cukup jelas.

Terjemahan Inggris yang anda pakai malah bisa menimbulkan arti baru,  masak pakai kata 'steward' (pelayan)?  Nanti malah dikira pembantu rumah tangga lagi.  ;D   Mending pakai istilah 'latin'nya saja yang tidak bisa disalahartikan, yaitu : "dayaka"

Inilah yang kadang2 menurut pendapat gw pribadi, penterjemahan dhamma dari bahasa Inggris yang istilah2 Palinya sudah di-inggriskan bisa membuka peluang kesalahan penterjemahan.  Maaf gw bicara secara umum bukan menunjuk DC saja.

Sudah ada naskah Indonesia, mending gunakan yang bahasa Indonesia saja, ya kan?  Ngapain harus yang berbahasa Inggris tapi menyebut dayaka saja tidak bisa?
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 31 October 2012, 07:18:13 PM
dana telah disediakan oleh si donor untuk digunakan oleh bhikkhu, tapi dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu jadi masih bukan miliki bhikkhu. selama dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu dalam bentuk jubah, maka dana uang itu tetap menjadi milik si donor.

"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."

Gw sudah baca yang versi accestoinsigh, dan kalimat di atas tidak ada dalam pasal vinaya, jadi ini adalah tambahan dari penulis artikel yang anda kutip.

Kalau benar itu masih milik pendonor, bolehkah dia minta balik?  Bolehkan dia pakai untuk keperluan lain pribadinya pendana? 

Uang itu boleh dikata sudah masuk semacam 'nostro account', hanya terbuka untuk keperluan bhikkhu dan bukan yang lain.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 07:27:28 PM
Memang begitu kan maksudnya.  Mana yang dipermasalahkan dari apa yg gw tulis?
Pasal di vinaya yang gw kutip sudah cukup jelas.
permasalahannya adalah jika "dayaka" itu menyimpan uang milik donor, maka uang itu bukan hak milik bhikkhu, maka hal ini membenarkan argumen bro Kainyn bahwa urusan uang adalah urusan antar umat yg tidak melibatkan bhikkhu.

Quote
Terjemahan Inggris yang anda pakai malah bisa menimbulkan arti baru,  masak pakai kata 'steward' (pelayan)?  Nanti malah dikira pembantu rumah tangga lagi.  ;D   Mending pakai istilah 'latin'nya saja yang tidak bisa disalahartikan, yaitu : "dayaka"

sebenarnya Buddhist Monastic Code dari Bhikkhu Thanissaro itu sudah menjadi standard rujukan Patimokkha baik di Thailand maupun Indonesia. istilah "pelayan" juga sebenarnya tidak masalah, anda bisa melihat contoh pelayan lainnya spt misalnya Bhikkhu Ananda, pernahkah ada yg menganggap bahwa Bhikkhu Ananda adalah pembantu rumah tangga?

Quote
Inilah yang kadang2 menurut pendapat gw pribadi, penterjemahan dhamma dari bahasa Inggris yang istilah2 Palinya sudah di-inggriskan bisa membuka peluang kesalahan penterjemahan.  Maaf gw bicara secara umum bukan menunjuk DC saja.

Bhikkhu Thanissaro sudah banyak menerjemahkan teks2 Pali dan dari hasil studi banding yg saya lakukan, terjemahan Bhikkhu Thanissaro lumayan akurat dan lebih kurang sama dengan terjemahan Bhikkhu Bodhi, kecuali pada perbedaan gaya bahasa.

Quote
Sudah ada naskah Indonesia, mending gunakan yang bahasa Indonesia saja, ya kan?  Ngapain harus yang berbahasa Inggris tapi menyebut dayaka saja tidak bisa?

itu adalah karya terjemahan, tentu saja semua kata yg perlu diterjemahkan harus diterjemahkan. saya tidak melihat ada masalah dengan kata "steward" atau "pelayan"
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 31 October 2012, 07:29:49 PM
Gw sudah baca yang versi accestoinsigh, dan kalimat di atas tidak ada dalam pasal vinaya, jadi ini adalah tambahan dari penulis artikel yang anda kutip.

Kalau benar itu masih milik pendonor, bolehkah dia minta balik?  Bolehkan dia pakai untuk keperluan lain pribadinya pendana? 

Uang itu boleh dikata sudah masuk semacam 'nostro account', hanya terbuka untuk keperluan bhikkhu dan bukan yang lain.

sebagai pembanding silakan anda baca Nissaggiya Pācittiya 18
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: K.K. on 01 November 2012, 09:41:21 AM
Gw mengutip pasal vinaya yang di Samaggi Phala. CMIIW.

Bacanya jangan sepotong-sepotong cuman satu paragraf aja bro  #-o,  cobalah dibaca secara keseluruhan

Sudah jelas bahwa :
10. In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."


Jelas2 ada yang ditunjuk oleh bhikkhu untuk menerima uang tersebut (robe fund).


Juga pernyataan di bawah sudah terbantahkan oleh vinaya, soal penyimpanan uang ke dayaka ini ada hubungannya dengan bhikkhu.
Coba perhatikan perbedaan yang sangat jelas ini:

Sumber anda:
10. Apabila umat awam mengirimkan uang untuk membeli jubah kepada
seorang bhikkhu, maka bhikkhu itu harus menunjuk seorang dayaka
(pendamping bhikkhu) untuk menerima uang itu.



Sumber saya:
Spoiler: ShowHide
In case a king, a royal official, a brahman, or a householder sends a robe fund for the sake of a bhikkhu via a messenger, (saying,) "Having purchased a robe with this robe fund, clothe the bhikkhu named so-and-so with a robe": If the messenger, approaching the bhikkhu, should say, "This is a robe fund being delivered for the sake of the venerable one. May the venerable one accept this robe fund," then the bhikkhu is to tell the messenger: "We do not accept robe funds, my friend. We accept robes (robe-cloth) as are proper according to season."

If the messenger should say to the bhikkhu, "Does the venerable one have a steward?" then, bhikkhus, if the bhikkhu desires a robe, he may indicate a steward — either a monastery attendant or a lay follower — (saying,) "That, my friend, is the bhikkhus' steward."


Seandainya raja, pejabat kerajaan, brahmana, atau perumahtangga memberikan biaya jubah untuk kepentingan seorang bhikkhu melalui seorang perantara, (mengatakan,) "Setelah membeli jubah dengan biaya jubah ini, sandangi bhikkhu dengan nama ini-dan-ini dengan jubah ini": Jika si perantara, mendekati bhikkhu, mengatakan, "Ini adalah biaya jubah yang diantarkan untuk yang mulia. Semoga yang mulia menerima biaya jubah ini," maka bhikkhu tersebut harus memberitahu kepada perantara: "Kami tidak menerima biaya jubah, kawan. Kami menerima jubah (kain jubah) yang berseseuaian dengan musimnya."

Jika si perantara berkata kepada bhikkhu itu, "Apakah yang mulia memiliki pelayan?" maka, para bhikkhu, jika bhikkhu tersebut menginginkan jubah, ia bisa menunjuk seorang pelayan - apakah pembantu vihara atau umat awam - (mengatakan,) "Itu, kawan, adalah pelayan/penyokong bhikkhu."



Perbedaan:
* Jika bhikkhu diberi uang:
-Sumber anda mengatakan bhikkhu menunjuk orang untuk menerima uang
-Sumber saya mengatakan bhikkhu menolak uang

Sumber anda berhenti sampai di sini karena uang langsung diterima oleh orang yang ditunjuk si bhikkhu, urusan selesai.

Kemudian sumber anda menyebutkan 'umat awam' seolah-olah pengikut Buddha juga, sementara sumber saya menyebutkan 'messenger' atau 'perantara (dūta)', yang bisa siapa saja termasuk non-Buddhis. Sudah menjadi tugas bagi si perantara untuk menyampaikannya, maka ketika si bhikkhu menolak, ia meminta orang lain yang bisa mewakili penerimaan dana itu. Jadi penunjukkan itu adalah kepentingan si perantara, bukan si bhikkhu, menurut sumber saya; sementara menurut sumber anda, si bhikkhulah yang berinisiatif menunjuk satu penerima. 

Jadi menurut sumber saya, bhikkhu tetap tidak ada urusan dengan penerimaan uang, tidak kontradiktif dengan Nissaggiya Pacittiya 18, hanya mengetahui ada donatur menitipkan (pembuatan) jubah kepada umat awam lain yang menyokong bhikkhu, sehingga seperti pernyataan saya sebelumnya:
"uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya"

Saran saja, alih-alih demikian mudah menunjuk ke luar "orang lain baca sepotong-sepotong", lebih baik benahi dulu diri sendiri dan baca dengan cermat dari berbagai sumber.

Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 01 November 2012, 10:45:12 AM
Jadi menurut sumber saya, bhikkhu tetap tidak ada urusan dengan penerimaan uang, tidak kontradiktif dengan Nissaggiya Pacittiya 18, hanya mengetahui ada donatur menitipkan (pembuatan) jubah kepada umat awam lain yang menyokong bhikkhu, sehingga seperti pernyataan saya sebelumnya:
"uang ataupun modal itu tidak diberikan pada bhikkhu ataupun lewat bhikkhu dulu, namun itu murni urusan antar umat, tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya"

Membaca geliatan untuk pernyataan yang gw bahas, gw kembali tegaskan jawaban gw atas pernyataan yang anda bold di atas.  Bagaimana tidak ada hubungannya dengan bhikkhunya?  Apa tidak ada ujug2nya lantas "duar!" tiba2 bhikkhunya langsung memakai jubah di badan, dari umat yang punya uang itu?

==> Sudah jelas bahwa bhikkhu menunjuk dayakanya
        (untuk menerima dana tsb).

==> Sudah jelas bahwa bhikkhu kemudian meminta jubah kepada
        dayaka yang ditunjuk menyimpan uang tersebut.


Ingat, yang gw bahas dari kemarin itu kata2 anda "tidak ada hubungannya dengan bhikkhu"  Itulah perlunya membaca sampai habis sebagai satu kesatuan, bukan 1-2 paragraf saja di awal.


--------------------
BTW, sumber anda dan gw juga sama isinya, hanya beda bahasa saja.
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: sanjiva on 01 November 2012, 10:53:53 AM
sebagai pembanding silakan anda baca Nissaggiya Pācittiya 18

Ada pertanyaan gw yang belum dijawab....

Gw sudah baca yang versi accestoinsigh, dan kalimat di atas tidak ada dalam pasal vinaya, jadi ini adalah tambahan dari penulis artikel yang anda kutip.

Kalau benar itu masih milik pendonor, bolehkah dia minta balik?  Bolehkan dia pakai untuk keperluan lain pribadinya pendana? 

Uang itu boleh dikata sudah masuk semacam 'nostro account', hanya terbuka untuk keperluan bhikkhu dan bukan yang lain.

dana telah disediakan oleh si donor untuk digunakan oleh bhikkhu, tapi dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu jadi masih bukan miliki bhikkhu. selama dana itu belum diserahkan kepada bhikkhu dalam bentuk jubah, maka dana uang itu tetap menjadi milik si donor.

"If a bhikkhu follows the protocols recommended here, the money placed with the steward still belongs to the donor, and the responsibility for making a fair trade lies with the steward. The bhikkhu's only responsibility is to inform the original donor if, after a reasonable number of promptings, the steward entrusted with the money does not provide him with the requisite the donor had in mind, and then let the donor look after the matter if he/she cares to."
Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: Indra on 02 November 2012, 08:34:26 PM
Ada pertanyaan gw yang belum dijawab....

Kalau benar itu masih milik pendonor, bolehkah dia minta balik?  Bolehkan dia pakai untuk keperluan lain pribadinya pendana? 

karena Vinaya tidak menjelaskan mekanismenya, maka saya terpaksa menjawab menurut pemahaman saya saja.

Jika si donor bermaksud membatalkannya, IMO ia bisa melakukannya, jika uang itu blm digunakan untuk membeli jubah. Dan ia harus memberitahu bhikkhu tsb secara langsung, dengan mengatakan "Bhante saya tidak jadi berdana jubah kepada Bhante, jadi uangnya saya ambil kembali." tentu saja jika ia tidak malu melakukan hal itu.


Title: Re: Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)
Post by: adi lim on 03 November 2012, 05:30:28 AM
karena Vinaya tidak menjelaskan mekanismenya, maka saya terpaksa menjawab menurut pemahaman saya saja.

Jika si donor bermaksud membatalkannya, IMO ia bisa melakukannya, jika uang itu blm digunakan untuk membeli jubah. Dan ia harus memberitahu bhikkhu tsb secara langsung, dengan mengatakan "Bhante saya tidak jadi berdana jubah kepada Bhante, jadi uangnya saya ambil kembali." tentu saja jika ia tidak malu melakukan hal itu.


bold,
IMO, terlepas hal malu atau tidak malu,
boleh minta kembali, karena status masih milik pendanat belum milik Bhikkhu.