Waktu menurut pengertian sains dan waktu menurut pengertian Buddhis agak berbeda. Dalam Buddhis, waktu merupakan momen perubahan dari timbul dan lenyapnya suatu fenomena (dhamma), di mana hukum sebab akibat yang saling bergantungan berlaku (dengan timbulnya ini, maka timbullah itu; dengan lenyapnya ini, maka lenyaplah itu). Masa lalu merupakan momen ketika suatu fenomena apakah fisik ataupun mental telah lenyap; masa sekarang merupakan momen ketika suatu fenomena timbul dan bertahan sebentar; masa depan merupakan momen suatu fenomena akan lenyap. Jadi waktu merupakan suatu konstruksi konseptual (pannati) yg digunakan untuk mengukur perubahan suatu fenomena. Tidak ada waktu tanpa dikaitkan dengan suatu kejadian timbul dan lenyapnya fenomena.
Untuk lebih jelasnya tentang waktu dalam pandangan Buddhis bisa dibaca pada link berikut:
http://ccbs.ntu.edu.tw/FULLTEXT/JR-PHIL/kalupa.htmhttp://www.lankalibrary.com/Bud/time.htmSedangkan kemungkin untuk melakukan penjelajahan waktu menurut saya juga tidak memungkinkan dlm pandangan Buddhis, Krn waktu hanyalah konsep, tidak mungkin bagi kita untuk kembali ke masa lalu ataupun maju ke masa depan. Masa lalu telah terjadi (dengan berlalunya suatu fenomena yang telah lenyap), masa depan juga belum terjadi (dengan belum timbulnya fenomena baru yg menggantikan fenomena sebelumnya). Yang ada hanyalah masa sekarang (fenomena saat ini yang sedang timbul dan bertahan sebentar). Seseorang dapat mengingat masa lalunya dengan pikirannya, tetapi tidak mungkin ia kembali ke masa lalu dengan fisiknya. Secara kausalitas (sebab-akibat), waktu berjalan maju dan tidak mundur seperti halnya fenomena yang timbul, bertahan sebentar lalu lenyap untuk kemudian digantikan oleh fenomena berikutnya yang juga timbul, bertahan sebentar dan lenyap (bukan lenyap, bertahan, lalu timbul).
Namun ada "keadaan" di mana waktu tidak berfungsi, yaitu ketika tercapai Nibbana. Dikatakan dlm sutta bahwa saat itu fenomena tidak memiliki kondisi untuk timbul, bertahan dan lenyap; dengan demikian konsep waktu tidak berlaku.
Jadi, konsep waktu tidak spekulatif seperti dalam sains dan fiksi ilmiah. Ia hanyalah konsepsi pikiran atas perubahan timbul dan lenyapnya segala sesuatu sesuai dengan hukum sebab akibat yang saling bergantungan. Berspekulasi atas hal-hal yang tidak berhubungan dengan kemajuan spiritual seperti ini tidak dianjurkan dalam ajaran Buddha. Bahkan pengertian waktu tidak ditemukan dalam Tipitaka (termasuk Abhidhamma), tetapi hanya dibahas dalam komentar-komentar Abhidhamma (seperti yang dijelaskan di atas).
Tetapi menarik juga kalo mau bahas perjalanan waktu secara sains. Mengkhayalkan bagaimana jadinya jika kita pergi ke masa lalu dengan mesin waktu untuk melihat sendiri sejarah hidup Sang Buddha, mungkin bisa menjadi novel fiksi ilmiah yang laku keras...