//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Living in the Moment  (Read 35366 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #60 on: 08 April 2010, 10:58:22 PM »
Seorang siswa Tendai, sebuah sekolah filsafat Buddhis, datang ke kediaman Guru Zen Gasan sebagai seorang murid. Beberapa tahun kemudian ketika ia akan meninggalkan tempat itu, Gasan mengingatkan: "Mempelajari kebenaran secara teoritis amatlah berguna untuk mengumpulkan materi ceramah. Tetapi ingatlah, jika kamu tidak bermeditasi secara teratur, cahaya kebenaranmu akan padam."

(101 Koan Zen, Yayasan Penerbit Karaniya)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #61 on: 12 April 2010, 12:52:19 PM »
Walaupun seseorang hidup seratus tahun,
tetapi memiliki kelakuan buruk dan tak terkendali,
sesungguhnya lebih baik adalah kehidupan sehari dari orang yang memiliki sila dan tekun bersamadhi.

(Dhammapada, 110)

Walaupun seseorang dapat menaklukkan ribuan musuh dalam ribuan kali pertempuran,
namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri.

(Dhammapada, 103)


Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #62 on: 12 April 2010, 12:59:29 PM »
Bila orang mencintai dirinya sendiri,
maka ia harus menjaga dirinya dengan baik.
Orang bijaksana selalu waspada
selama tiga masa dalam kehidupannya.

(Dhammapada, 157)

Diri sendiri sesungguhnya adalah pelindung bagi diri sendiri.
Karena siapa pula yang dapat menjadi pelindung bagi dirinya?
Setelah dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan baik,
ia akan memperoleh perlindungan yang sungguh amat sukar dicari.

(Dhammapada, 160)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #63 on: 16 April 2010, 09:23:35 PM »
Seseorang yang sebelumnya lengah,
dan kemudian menjadi waspada;
Dia akan menerangi dunia ini
bagaikan rembulan yang terbebas dari awan.


Dhammapada, 172

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #64 on: 20 April 2010, 09:36:50 AM »
Arahkan pandangan anda ke dalam, dan anda akan menemukan

ribuan wilayah di dalam pikiran anda

yang belum ditemukan.

Jelajahi mereka dan jadilah ahli di dalam kosmografi diri.


Thoreau, Walden (Wherever You Go, There You Are, Yayasan Penerbit Karaniya)
« Last Edit: 20 April 2010, 09:39:47 AM by Mayvise »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #65 on: 23 April 2010, 10:52:15 PM »
Perbaharui diri anda seluruhnya setiap hari;

lakukan lagi, dan lagi, dan lagi selamanya.


(Wherever you go, there you are. Yayasan Penerbit Karaniya)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #66 on: 23 April 2010, 10:59:48 PM »
Saat kamu sadar akan kemelekatan,
dan kamu mulai untuk melepaskannya...
Saat itu kebahagiaan melepas kau dapatkan...
Dan saat yang sama pula lepaskanlah kebahagiaan itu..


(Che Na)

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Living in the Moment
« Reply #67 on: 29 April 2010, 01:15:18 AM »
Sesuatu yg menyenangkan tampak berlalu terlalu cepat, keadaan tdk menyenangkan tampak enggan beranjak. Perasaan tsb spt wajar adanya, keadaan timbul tenggelam dlm hidup mempermainkan manusia spt boneka yg dimainkan oleh tali. PIKIRAN adalah penguasa yg hebat thd dirinya sendiri.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Living in the Moment
« Reply #68 on: 04 May 2010, 12:09:47 AM »
Jangan menolak 'segala hal' yang tidak kita sukai dan Jangan pula mengemggam erat-erat 'segala hal' yang kita senangi. Amati saja fenomena alami ini, maka kebijaksanaan akan muncul .......
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #69 on: 07 May 2010, 04:16:49 PM »
Your basic problem is that you don't yet know yourself inside and simply want to know what's outside. This will only make you agitated and confused, without serving any purpose.

(Venerable Maha Boowa, 'Straight from the Heart')

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #70 on: 21 May 2010, 01:58:41 PM »
Saat duduk hening tanpa mencoba melepaskan dan melarikan diri, kita berteman dengan semua yang ada dalam diri kita. Suka atau tidak, kita tidak dapat memisahkan yang tidak kita suka dari yang kita suka. Kita mesti melihat, merasakan, dan mencicipi pikiran, ingatan, dan perasaan apa saja yang masuk pikiran. Kita tidak dapat melarikan diri ketika berada di atas bantal meditasi. Saat duduk semakin khidmat, kita belajar bahwa rasa sakit yang kita alami dalam zazen (notes: meditasi) datang dari sikap kita yang menolak dan memerangi bagian yang tidak kita inginkan dari diri kita sendiri.

Entah kita inginkan atau tidak, hidup itu sendiri akan membantu kita. Hidup adalah latihan yang menakjubkan untuk membuat ajaran mendarah daging.

(Zen Wisdom, Brenda Shoshanna Ph.D)

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Living in the Moment
« Reply #71 on: 21 May 2010, 09:56:13 PM »
Seorang Meditator yang handal memahami arti dari menjadi penuh perhatian murni
menjaga pikirannya agar senantiasa terbuka, tidak anti-terhadap apapun,
tidak menolak, tidak menyangkal, tidak menekan apapun.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #72 on: 04 June 2010, 01:07:09 PM »
PESULAP

Jaman dahulu, petani-petani di daerah propinsi Cina sering berkumpul bersama-sama untuk mengadakan perayaan sepanjang liburan tahun baru Cina atau waktu-waktu lain jikalau hanya ada sedikit pekerjaan yang perlu dilakukan di ladang. Perayaan ini terdiri dari berbagai macam akrobatik dan pertunjukan-pertunjukan hiburan. Suatu hari di tahun baru Cina, sekelompok orang berkumpul di depan kantor hakim daerah untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada hakim dan pejabat lainnya. Di antara sekelompok orang tersebut berdiri seorang Bapak dan anak laki-lakinya berpakaian agak lepas dengan baju yang longgar.
 
Setelah penduduk membungkuk dan memberi salam kepada hakim dan pejabat-pejabat lainnya, Bapak tersebut dengan sopan santun berkata kepada hakim, "Saya dan anak saya adalah pesulap keliling. Kami merasa terhormat untuk menampilkan segala jenis pertunjukan sulap yang anda akan suka untuk melihatnya."

Hakim tersebut merasa senang karena begitu banyak orang berkumpul di depan kantornya, lalu ia tersenyum dan bertanya kepada Bapak tersebut, "Jenis permainan sulap apa yang dapat kamu lakukan? Apa yang terhebat darimu?"

"Saya dapat merubah pengaturan dari empat musim," bapak itu menjawab. "Saya dapat menyulap segala hal."

Setelah berpikir sejenak, sang hakim berkata, "Saya ingin kamu menghasilkan buah persik saat ini juga di depan saya."

Saat itu musim dingin dan tanah diliputi oleh salju, jelas-jelas bukanlah musim untuk buah persik. Begitu mendengar permintaan hakim, bapak tersebut mengerutkan dahi. Ia berkata pada anak laki-lakinya, "Nak, karena Pak hakim ingin buah persik, kita harus berusaha yang terbaik dari kemampuan kita untuk mendapatkannya. Tapi di mana pada bumi ini dapat kita temukan buah persik di saat sekarang?"

"Sungguh mustahil untuk menemukan buah persik di bumi ini pada saat musim dingin," anak lelaki itu menjawab. "Satu-satunya tempat kita hanya bisa mendapatkannya di surga."
 
  "Wah jika demikian, kita harus berusaha untuk mendapatkannya satu untuk Pak hakim meskipun itu berarti kita harus pergi ke surga."

Anak laki-laki terkejut mendengar jawaban ayahnya. " Tapi surga sangatlah tinggi, Bagaimana kita dapat mencapainya?"

"Pastilah ada cara," jawab sang ayah. Ia mengambil tali dari kotaknya dan dengan dorongan yang kuat melemparnya ke udara. Tali terus diperpanjang ke langit seakan-akan tali tersebut hidup.

Semua orang tekagum-kagum. Sang Bapak menengok pada anaknya, "Saya adalah seorang yang harus naik ke surga, tapi saya sudah tua dan tidak cekatan seperti dulu. Maukah kamu pergi ke sana ke tempatku ?"

"Tapi itu terlalu tinggi, dan tali itu sangat tipis," seru sang anak ketakutan."Bagaimana jika saya jatuh ?"
 
Sang Bapak berkata, "Anakku , tidak ada seorang pun yang mencintaimu sedalam-dalamnya seperti yang aku lakukan, tapi kehormatan kita lebih penting daripada hidup kita. Kita tidak dapat berbohong pada Pak hakim. Teruskan, jadilah anak yang berani dan mendakilah naik." Melihat tidak ada penjelasan yang dapat memundurkan situasi tersebut, anak lelaki tersebut melompat pada tali dan mulai mendaki mencapai langit. Akhirnya ia menghilang dari penglihatan.

Pada saat setiap orang menatap ke langit, tali tersebut tiba-tiba putus dan sebagian darinya jatuh ke tanah. Setiap orang berteriak ketakutan. Sang ayah sambil menangis, berkata. "Tambang tersebut telah putus, dan anak saya tidak dapat kembali ke bumi." Seketika itu, satu buah persik terjatuh dari langit. Sang ayah mengambil buah persik tersebut dan menghadiahkannya kepada Pak hakim.

Setiap orang menatap buah persik dengan tidak percaya dan tiba-tiba satu kepala terjatuh di tengah-tengah kerumunan orang. Bapak tersebut meratap, "Ini kepala anak saya. Para dewa pasti telah memotongnya karena ia mencuri buah persik dari mereka." Tidak lama kemudian, dua tangan dan dua kaki dijatuhkan dari langit. Setiap orang ketakutan , dan tidak seorang pun tahu harus berbuat apa.

Bapak tersebut mengumpulkan kepala, tangan-tangan dan kaki-kaki dan menaruh semuanya ke dalam kotak. Lalu ia menutupi kotak dengan jasnya. Setiap orang menaik nafas mereka, terheran-heran apa yang sedang dilakukan oleh pesualp tersebut. Bapak itu tersenyum, menepuk kotaknya, ia berkata," keluarlah, nak. Pertunjukkan kita telah selesai dan setiap orang telah menikmatinya."

Kotak terbuka, dan sang anak berdiri dengan utuh.

 ----------------------------------------------------------

Pesan Master Cheng Yen:

Kita sering tidak mempercayai mata kita jika kita melihat pesulap menampilkan trik-trik sulapnya. Tapi sesungguhnya mereka hanyalah tergantung dari sulapan tangan. Tidak ada yang sungguhan jika kita melihat pada trik-trik mereka.

Bukankah hidup ini seperti sulap? Diamond Sutra mengatakan bahwa realitas adalah seperti mimpi, gelembung, cahaya kilat, setetes embun. Tidak ada yang tinggal selamanya. Sang Budha berkata," Tidak ada diri sendiri di dunia ini." Mata, telinga, hidung, lidah mana bagian saya? Saya ini apa?

'Saya' yang duduk berbicara di sini kemarin tidaklah sama "saya" yang duduk di sini hari ini. Meski saya yang ada saat ini setiap saat bukanlah saya beberapa waktu yang lalu. Karena tidak ada sesuatu pun yang menetap, Apa yang ada di sana untuk menjadi tempelan (sandaran)?

Kita harus membiarkan segala yang melekat pada kita berlalu dan berhenti memisahkan hal-hal antara diri kita dan orang lain. Hanyalah dengan cara ini kita dapat memerankan peran kita sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari pertengkaran.


Sumber:
http://www.tzuchi.or.id/view_cerita.php?id=18
« Last Edit: 04 June 2010, 01:15:05 PM by Mayvise »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #73 on: 30 June 2010, 04:34:37 PM »
Seorang bhikkhu bertanya pada Guru, "Apa inti dari latihan Zen?"

Guru menulis sebuah kata di kertas. Bunyinya,

Perhatian !

"Itu saja?" tanya bhikkhu itu tak percaya.

Sekali lagi, Guru menulis di atas kertas,

Perhatian!  Perhatian!

Bhikkhu itu masih mengharap sesuatu yang lebih. "Itu saja? Hanya itu?"

Dengan sangat sabar, Guru menulis untuk terakhir kalinya:

Perhatian!  Perhatian!  Perhatian!

Itu saja!


(Sumber: Zen Wisdom, Brenda Shoshanna, PhD)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #74 on: 12 July 2010, 03:07:34 PM »
Begitu banyaknya permasalahan dalam kehidupan sehingga ada saja diantaranya yang membuat diri kita terluka. Hadapilah permasalahan ini dengan bijaksana dan jangan membiarkannya mempengaruhi kondisi hati, terlebih lagi jangan sampai larut di dalamnya.

(Master Shih Cheng Yen, "108 Kata Perenungan", no.103)