Sumber: the Joy of Living, Yongey Mingyur Rinpoche, Yayasan Penerbit Karaniya.
Dahulu kala di India hidup seorang penggembala sapi yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menjaga sapi-sapi milik tuannya. Akhirnya, ketika ia berusia enam puluh tahun, ia menyadari, “Ini adalah pekerjaan yang membosankan. Setiap hari, saya melakukan hal yang sama. Membawa sapi-sapi ke padang rumput, mengawasi mereka, lalu menggiring mereka pulang ke kandang. Apa makna yang saya dapatkan selama ini?” Setelah memikirkan hal ini selama beberapa saat, ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan belajar bermeditasi sehingga ia bisa membebaskan dirinya dari samsara kebosanan.
Setelah berhenti dari pekerjaannya, ia berkelana ke gunung-gunung. Pada suatu hari, ia melihat sebuah gua di mana ada seorang mahasiddha sedang duduk di sana. Setelah melihat mahasiddha tersebut, si penggembala sapi merasa bahagia, dan menghampirinya untuk meminta petunjuk tentang meditasi. Mahasiddha tersebut setuju untuk memberikan petunjuk dasar-dasar meditasi kepada si penggembala sapi; bagaimana bermeditasi dengan menggunakan bentuk-bentuk pikiran sebagai dukungan atau objek. Setelah menerima instruksi tersebut, si penggembala sapi memutuskan untuk tinggal di sebuah gua di dekat sana dan menyiapkan dirinya untuk berlatih.
Seperti kebanyakan dari kita, ia langsung menemui masalah. Selama bertahun-tahun menggembalakan sapi, ia akhirnya menjadi sangat sayang kepada mereka, dan ketika ia berusaha untuk berlatih apa yang sudah diajarkan oleh mahasiddha, satu-satunya pikiran dan bayangan yang muncul di pikirannya adalah sapi-sapi yang harus ia rawat. Meskipun ia berusaha keras untuk menghalangi bentuk-bentuk pikiran yang muncul, sapi-sapi itu terus muncul; dan semakin kuat ia berusaha, mereka semakin jelas muncul.
Akhirnya, dengan tubuh letih, ia datang ke gurunya untuk menjelaskan masalah yang sedang ia hadapi. Ketika gurunya menanyakan apa yang menjadi kendala, si penggembala sapi menjelaskan kesulitan yang ia hadapi.
“Ini bukan sebuah masalah,” kata gurunya. “Saya akan mengajarkanmu metode yang lain. Ini disebut meditasi sapi.”
“Apa?” tanya si penggembala terkejut.
“Aku serius,” jawab si mahasiddha. “Yang harus engkau lakukan hanyalah mengamati gambar sapi-sapi yang kau lihat. Perhatikan mereka ketika engkau menggiring mereka ke padang rumput, ketika mereka sedang merumput, dan ketika engkau menggiring mereka kembali ke peternakan. Apapun bentuk-bentuk pikiran tentang sapi yang muncul di hadapanmu, perhatikan saja mereka.”
Kemudian si penggembala sapi kembali ke guanya dan duduk untuk berlatih dengan petunjuk yang baru. Karena ia tidak berusaha untuk menghalangi pikirannya, kali ini ia bisa bermeditasi dengan mudah dan baik. Ia mulai merasa damai dan bahagia. Ia tidak merindukan sapi-sapinya. Pikirannya menjadi lebih tenang, seimbang, dan fleksibel.
Setelah beberapa saat, ia kembali ke mahasiddha dan berkata, “Baik, sekarang saya telah menyelesaikan meditasi sapi. Apa selanjutnya?”
Gurunya menjawab, “Bagus, sangat bagus. Sekarang, karena engkau sudah bisa tenang, aku akan mengajarkanmu meditasi sapi tingkat kedua. Meditasikan dirimu sebagai seekor sapi.”
Maka si penggembala sapi kembali ke guanya dan mulai berlatih sesuai dengan instruksi yang telah ia terima, sambil berpikir, “Baik, sekarang aku adalah seekor sapi, yang bertanduk dan berkuku. Aku membuat suara moo... aku makan rumput... Dan seiring ia terus berlatih, ia menyadari bahwa pikirannya menjadi lebih damai dan bahagia. Ketika ia merasa ia telah menguasai latihan ini, ia kembali ke gurunya, dan bertanya apakah ada petunjuk level ketiga.
“Ya,” jawab mahasiddha pelan, “Di latihan tingkat ketiga, engkau harus fokus bahwa engkau memiliki tanduk.”
Jadi, sekali lagi, si penggembala sapi kembali ke guanya untuk melaksanakan petunjuk gurunya, fokus kepada bentuk pikiran memiliki tanduk. Konsentrasinya pada ukuran, tempat, warna, berat masing-masing tanduk di sisi kiri dan kanan. Setelah beberapa bulan berlatih seperti ini, ia hendak keluar dari gua dan berjalan keluar dari gua untuk bersantai sejenak. Tetapi, ketika mencoba untuk meninggalkan guanya, ia merasa ada sesuatu yang tersangkut di dinding gua sehingga ia tidak bisa keluar. Ia berusaha menggapai dengan tangannya dan terkejut karena dua buah tanduk yang sangat panjang telah muncul dari samping kepalanya.
Dengan memiringkan tubuh akhirnya ia bisa keluar dari gua dan berlari, ketakutan, menemui gurunya. “Lihat apa yang terjadi!” teriaknya. “Engkau memberikan saya petunjuk meditasi sapi, dan sekarang ada tanduk yang tumbuh di kepala saya! Ini menakutkan! Ini seperti mimpi buruk!”
Mahasiddha tertawa dengan senang. “Tidak, ini sungguh hebat!” ia berseru. “Engkau sudah menguasai meditasi sapi tingkat ketiga! Sekarang, engkau harus berlatih tingkat keempat. Engkau harus berpikir, “Aku bukan sapi. Aku tidak mempunyai tanduk.”
Dengan penuh rasa hormat, si penggembala sapi kembali ke guanya dan berlatih meditasi sapi tingkat keempat, berpikir, “Sekarang aku tidak mempunyai tanduk, sekarang aku tidak mempunyai tanduk...” Setelah berlatih selama beberapa hari, ia bangun dan menyadari bahwa ia bisa berjalan keluar tanpa kesulitan. Tanduknya telah hilang.
Dengan keheranan ia berlari menemui gurunya, memberitahukan, “Lihat, aku tidak bertanduk lagi! Bagaimana ini bisa terjadi. “Ketika aku berpikir aku bertanduk, tanduk-tanduk itu muncul. Ketika aku berpikir aku tidak memiliki tanduk, mereka hilang. Mengapa?”
Mahasiddha menjawab, “Tanduk-tanduk itu datang dan pergi dikarenakan oleh caramu memfokuskan pikiran. Pikiran sangat hebat. Ia bisa membuat pengalaman seperti sebuah kenyataan dan ia juga bisa membuat mereka terlihat tidak nyata. Tanduk bukan satu-satunya hal yang muncul dan hilang karena fokus pikiranmu. Semuanya seperti itu. Tubuhmu dan juga orang lain di seluruh dunia. Sifat sejati mereka adalah kosong. Tidak ada yang benar-benar ada kecuali di dalam persepsi pikiranmu. Pertama-tama engkau harus menenangkan pikiran, maka engkau akan belajar bagaimana melihat dengan jelas. Ini adalah meditasi sapi tingkat lima, belajar menyeimbangkan ketenangan dan pandangan benar.”
Si penggembala sapi sekali lagi kembali ke guanya, bermeditasi dengan ketenangan dan pandangan benar. Setelah beberapa tahun, ia akhirnya juga menjadi seorang mahasiddha. Pikirannya telah tenang dan bebas dari penderitaan samsara.
Saat ini sudah tidak ada banyak lagi penggembala sapi di dunia, meskipun mungkin saja dunia menjadi tempat yang lebih damai jika mereka masih ada. Tetapi jika anda berani, anda bisa berlatih seperti si penggembala sapi, tetapi menggunakan objek yang mirip, seperti mobil. Setelah melatih meditasi mobil selama beberapa tahun, anda bisa menjadi seorang ahli seperti si penggembala sapi. Tentu saja, anda harus bersedia menghabiskan beberapa tahun menjadi lampu depan, pintu, sabuk pengaman, dan mungkin menjadi boks – kemudian belajar bagaimana menghilangkan mereka. Dan ketika anda sedang berlatih, anda mungkin merasa sulit untuk keluar masuk kantor atau lift, dan rekan kerja anda mungkin akan merasa aneh jika anda menjawab pertanyaan mereka dengan bunyi klakson, bukan dengan kata-kata.
Tentu saja saya hanya bercanda. Tentu saja lebih mudah menggunakan bentuk-bentuk pikiran (sebagai objek meditasi) anda daripada belajar bagaimana memunculkan tanduk atau lampu belakang mobil.