//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Living in the Moment  (Read 35238 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Living in the Moment
« on: 12 January 2010, 11:59:49 AM »
Living in the Moment
By: Visuddhacara, "Drinking Tea Living Life"

Live in the moment
Savour it
Feel it
Fully
Its texture
Its experience
know it.

This moment counts
It's what is real
It's happening
right now
And you ought to be present
not far away
with your thought and imaginations

This moment is important
If you can live in it
stay with it
be content with it
there's little more
that needs to be done;
It's enough
and you'll delight
at the simplicity
and wonder of mindfulness.

In this moment
you can watch what you are doing
feel the action, the movements, the sensations;
you can watch
the stirring in the mind
the intentions and desires,
fears and imaginations,
sorrow and heartaches,
joy and happiness
and everything else;
All can be watched and known
in this moment,
and that is enough

Far, in this moment
you can be calm, and content,
queit and still,
and on their own
without your backoning,
wisdom and understanding come
together with love and compassion
and they grow
and they stay
and you know
there's little else
that needs to be done
'cept to stay
in the moment
in the present.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Living in the Moment
« Reply #1 on: 12 January 2010, 12:18:11 PM »
Mayvise,

dlm kalimat Indonesia.... singkat maksudnya apa ya ?
mohon masukannya...
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Living in the Moment
« Reply #2 on: 12 January 2010, 12:49:48 PM »
intinya,
kalau sacheng lg minum tea, ya uis minum tea, nda usah pikirin cewek cantik nan sexy
Samma Vayama

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #3 on: 12 January 2010, 02:38:52 PM »
Ini tentang mindfulness, hidup saat ini alias sati. Dan manfaatnya. Sy mencoba menjelaskan manfaatnya, sebagian kecil yang saya mengerti, dalam bahasa sy.

Waktu sy masih SMA, dan ketika itu sedang berlangsung pelajaran biologi. Guru saya sedang seru-serunya menjelaskan dan suasana cukup hening. Tiba2 terdengar suara bel yang nyaring, KRiinngggg....  Tapi sy tidak kaget krn pada saat bel itu berbunyi, seolah-olah waktu melambat dan saya mendengar suara bel itu dari awal dia berbunyi, dari awal kemunculannya, dari ketika bunyinya masih kecil. Yg saya dengar adalah KkkEEeerrriinnnggg... (jadi ada huruf  “E”, bukannya K langsung  R). Tapi yah, ini kalo sy lagi mindful, tapi kalo gak alias pikiran lagi melayang, pasti saya kaget. Ini sama halnya dengan “bel-bel” lain dalam hidup kita misalnya hinaan, pujian, kemarahan, irama lagu, cuaca. “Bel-bel” ini bisa berbunyi kapan saja.

Menurut sy, salah satu manfaat dari keep mindful adalah kita bisa lebih jeli. Jeli menyadari “apa yang sedang” terjadi (sejak awal kemunculannya) shingga tidak menjadi reaktif. Singkatnya, mindfulness seolah-olah mampu “memperlambat waktu” sehingga kita tidak reaktif tapi sempat utk berpikir, "perlukah bereaksi" atau "sebaiknya bagaimana reaksi saya".

Ini salah satu manfaat yang saya mengerti, tp sy yakin masih bny manfaat yang lainnya. Dan manfaat ini bisa diperoleh dengan belajar Living in the Moment.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Living in the Moment
« Reply #4 on: 12 January 2010, 03:00:59 PM »
intinya,
kalau sacheng lg minum tea, ya uis minum tea, nda usah pikirin cewek cantik nan sexy

Tapi kenapa kalau duinia komputer sangat disukain...
multi tasking, duo core, quart core, multi thread, multi processing.. dst, dst....

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #5 on: 14 January 2010, 03:33:12 PM »
Copas dari buku yg sama:

"Speaking to another, I am mindful. I know that my words can travel thousands of miles and cause pain or happiness. I vow to speak mindfully with gentle words and gentle tone and only spread happiness. Didn't the Buddha speak soothingly? Didn't his voice comfort weeping Patacara and bring her back to sanity? Didn't it soften hard Angulimala and halt his killing spree? Therefore I, a disciple of the Buddha, following in the footsteps of my Master, shall only words of comfort speak. Words of cheer and words of love, words of feeling and words of healing, words that are like sunshine that can make my listeners smile and laugh, their worries and problems forget and one and whole again become."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #6 on: 15 January 2010, 11:51:48 AM »
Copas dari buku yg sama:

“I am tired, very tired
I have no zest,
no zest at all for living.
I wish I could lie down
and sleep and never  ever wake up again”

P.S.
I kept going only because like Hollywood actors, I know the show must go on. Or like the clown, I must always keep smiling.

(Do we not at one time or another feel depressed or lifeless, without any zest or desire to do anything? The going seems heavy and without much purpose. You might think of throwing in the towel, to lay down and sleep and never to wake up again.  But still you have to keep going. Here is when mindfulness comes to the rescue. You observe your listless state of mind. You understand it is impermanent. You know it will pass. You carry on. You retain your peculiar sense of humor. And you become in no time your steady cheerful self again).

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #7 on: 18 January 2010, 01:06:26 PM »
Who am I? What is life? Why are we here? How an earth did we get here? What is it all about? If you carry on with your mindfulness  practice, constantly on observing what is going on in your mind and body, the Buddha assure, you will eventually find the answer (Visuddhacara)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #8 on: 22 January 2010, 11:35:51 AM »
We have to acknowledge those attachment and accept them. That is us. That is what we are. We have to understand and accept ourselves for what we are. This understanding and observation is all that is required. It is the soil from which wisdom can grow (Visuddhacara)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #9 on: 02 February 2010, 04:09:39 PM »
I myself feel and also tell other Buddhists that the question of Nirvana will come later. There is not much hurry. But if in day to day life you lead a good life, honestly, with love, with compassion, with less selfishness, then automatically it will lead to Nirvana. Opposite to this, if we talk about Nirvana, talk about philosophy, but do not bother much about day to day practice, then you may not reach the Nirvana because your daily practice is nothing. We must implement the teachings in daily life (Dalai Lama)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #10 on: 10 February 2010, 10:09:49 AM »
Living mindfully, you will eventually ask yourself: “Do I need so many dresses, do I need so many shirts and trousers, so many shoes and handbags, so many perfumes and cosmetics, so many credit cards and status symbols? What is this body that I am dressing up, this face that I am prettifying? What is this form and shape I am attach to? Can they remain the same forever? Has anybody ever succeeded in wording off old age and death? (Visuddhacara)

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #11 on: 10 February 2010, 11:40:45 AM »
Sumber: Buku “Kunci Bhavana”, penulis: Luang Pho Jah Subhaddo, penerbit:  Sammaditthi

Tanya:
Bagaimana pandangan Acharn tentang teknik-teknik bhavana? Akhir-akhir ini muncul begitu banyak guru-guru bhavana. Juga muncul bermacam-macam teknik bhavana yang membuat kita bingung.

Jawab:
Persoalannya sama dengan jalan masuk ke sebuah kota. Bisa masuk dari arah utara, arah tenggara. Melalui berbagai jalur jalan. Kebanyakan dari teknik-teknik yang benar itu, hanya berbeda bentuk luarnya (melalui jalur yang mana, lambat atau cepat). Bila anda benar dalam mengembangkan sati, semua itu sama saja. Hal yang utama adalah anda bisa mencapai hasil yang benar dengan cara tidak terikat dan melekat.

Kesimpulannya, teknik bhavana yang bermacam ragamnya itu haruslah bertujuan melepas keterikatan dan kemelekatan. Para praktisi tidak melekat pada guru dan sebagainya. Dengan kata lain, teknik yang bertujuan untuk melepaskan diri dari keterikatan dan kemelekatan adalah teknik yang benar.

Anda boleh saja mengadakan perjalanan untuk mencari guru yang lain dan mencoba teknik lain. Itu merupakan suatu keinginan yang wajar. Anda akan tahu sendiri. Walau anda telah bertanya masalah-masalah kesulitan yang anda hadapi dan anda mempunyai banyak pengetahuan tentang teknik yang lain, anda tentu akan merasa bosan karena dengan begitu anda tak akan mendapatkan jalan untuk mengetahui sacca Dhamma.

Akhirnya, Anda akan mengetahui dan menyadari bahwa anda akan berhasil hanya dengan memperhatikan dan menganalisa batin anda sendiri. Anda akan tahu bahwa untuk mengerti ajaran Sang Buddha, Anda tak perlu mencari-cari atau mengais-ngais sesuatu yang di luar diri anda. Anda harus berpaling kembali untuk menghadapi sabhava Dhamma yang sesungguhnya di dalam diri anda. Di sanalah anda bisa mengerti tentang Dhamma.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #12 on: 10 February 2010, 01:28:19 PM »
Sumber: Buku “Kunci Bhavana”, penulis: Luang Pho Jah Subhaddo, penerbit:  Sammaditthi

Tanya:
Perlukah kita duduk bhavana (meditasi) berlama-lama?

Jawab:
Duduk bhavana berlama-lama hingga berjam-jam terus menerus kiranya tidaklah selalu diperlukan. Hal yang benar-benar diperlukan adalah kita harus mempunyai sati di setiap posisi kehidupan sehari-hari. Bhavana harus anda mulai sejak bangun tidur di pagi hari, lalu diteruskan secara berkesinambungan hingga terlelap di malam hari. Anda tak perlu memperhatikan berapa lama anda duduk bhavana. Tugas anda hanyalah memperhatikan dan menyadari saat berjalan, duduk atau masuk ke kamar mandi/WC sekalipun.

Hidup seseorang tergantung dari kammanya. Ada orang yang meninggal saat berumur 50 tahun, ada yang pada saat berumur 60 tahun, dan ada pula yang berumur 90 tahun. Begitu pula jalan hidup anda. Jangan terlalu berpikir tentang hal ini. Kembangkan penyadaran dan biarkan semuanya berlangsung sesuai dengan alamiahnya. Dengan demikian batin anda pun akan semakin tenang menghadapi suasana lingkungan hidup di sekitar anda.

Ia akan hening dan bening, sehening dan sebening telaga di tengah hutan belantara di mana satwa-satwa meminum airnya. Anda akan melihat kesunyataan dari segala sesuatu (sankhara) dengan nyata dan jelas. Anda akan menyaksikan keajaiban yang menakjubkan dari segala sesuatu yang muncul dan padam kembali, tapi batin anda tetap di dalam keadaan hening dan bening. Walau persoalan-persoalan akan muncul dalam batin anda, tapi anda akan mengerti dengan jelas dalam seketika. Itulah yang dinamakan Vihara Dhamma yang penuh kedamaian dan kebahagiaan seorang Buddha (orang yang mencapai pencerahan).

Tanya:
Saya masih mempunyai banyak pikiran. Batin saya selalu gelisah, padahal saya sudah berusaha selalu mempunyai sati.

Jawab:
Hal ini jangan membuat anda gelisah dan berkecil hati. Berusahalah untuk mempertahankan pikiran pada saat ini (paccupana). Perhatikan dan lihat apa pun yang sedang muncul dalam batin. Biarkan dan jangan terikat padanya, lepaskan ia. Lepaskan pula harapan untuk tidak berpikir sekali pun. Batin anda akan mencapai keadaan alamiahnya yang bening dan hening. Tidak terbagi di antara kebaikan dan kejelekan, panas dan dingin, cepat dan lambat. Tidak ada 'kita', tak ada 'dia', tak ada 'diriku', tak ada 'milikku'. Segala sesuatu berada dan berlangsung sesuai dengan alamiahnya.

Sama dengan ketika anda berjalan di jalanan. Kadang anda menemui sesuatu yang merintangi jalan anda. Bila saat itu muncul kilesa yang membuat anda jengkel, segera sadari ia. Lihat sampai kilesa itu berlalu. Jangan berpikir lagi tentang sesuatu yang merintangi jalan anda tadi. Juga jangan berpikir secara mereka-reka. Tetaplah berada dalam kekinian (pacupana). Jangan terikat pada semuanya, pada akhirnya batin akan mencapai keseimbangan yang alamiah. Dan proses pencapaian Dhamma akan berlangsung secara otomatis. Segala sesuatu (sankhara) yang muncul akan padam secara alamiah pula.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #13 on: 11 February 2010, 03:34:33 PM »
Sumber: “Jadikan Batinmu Seluas Samudera”, oleh Lama Thubten Yeshe

Seandainya saya berkata padamu bahwa semua kehidupanmu hanyalah untuk cokelat dan es krim, kamu mungkin berpikir bahwa saya ini tidak waras. Batin sombongmu akan berkata: “Tidak! Tidak!”. Tetapi selamilah tujuan hidupmu lebih dalam. Mengapa kamu ada di sini? Untuk menjadi benar-benar disukai? Untuk menjadi tenar? Untuk mengumpulkan harta kekayaan? Untuk menjadi menarik bagi semua orang?

Bukan hiperbola – namun, periksalah dirimu sendiri, kamu akan menyadarinya. Dengan memeriksa secara seksama, kamu dapat menyadari bahwa dengan mencurahkan seluruh hidupmu untuk mencari kebahagiaan melalui cokelat dan es krim benar-benar meluluh-runtuhkan arti kelahiran sebagai manusia. Burung dan anjing punya tujuan hidup yang sama. Bukankah cita-citamu dalam hidup ini seharusnya lebih tinggi daripada tujuan hidup anjing dan ayam?

(Nb: g merasa tersindir  :| , baguslah  :)) )

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Living in the Moment
« Reply #14 on: 11 February 2010, 03:49:10 PM »
Sumber: Buku “Kunci Bhavana”, penulis: Luang Pho Jah Subhaddo, penerbit:  Sammaditthi

Sila (vinaya) serta dhutanga haruslah kita laksanakan dengan baik dan bersungguh-sungguh. Itu bagi bhikkhu/samanera. Begitu pula bagi upasaka/upasika yang patipatti Dhamma di rumah, harus melaksanakan panca sila dengan baik. Badan jasmani dan ucapan haruslah terkendali. Laksanakan dengan tekun, sabar, dan telaten.

Lalu tentang samatha (samadhi). Janganlah berpikir bahwa hanya dengan mempraktekkannya sebanyak sekali dua kali, lalu berhenti karena tak bisa mencapai ketenangan. Itu belum benar! Untuk mencapai ketenangan batin, kita harus melatih samatha bhavana dalam waktu yang lama. Diperlukan kesabaran dan ketekunan. Kenapa harus memerlukan waktu yang lama? Cobalah kita renungkan! Berapa lama kita telah membiarkan pikiran ini tak terkendali? Berapa lama (sejak kehidupan lampau) kita tak berlatih samatha bhavana? Pikiran selalu terombang-ambing ke sana ke mari mengikuti arammana (objek) baik maupun buruk. Lalu, tiba-tiba kita ingin pikiran ini hening dan tenang. Satu bulan, dua bulan berlatih, kita merasa cukup dan menghendaki ketenangan batin. Itu tidak cukup.

Harap dimengerti, membuat pikiran hening dan tenang bukanlah pekerjaan yang mudah. Hening dari persoalan-persoalan, hening dari gangguan objek, itu yang sulit kita lakukan. Adanya 'kehendak' untuk hening akan menghasilkan hal yang sebaliknya, karena adanya tanha. Munculnya 'penolakan' terhadap ketidaktenangan, justru menghasilkan ketidaktenangan, karena adanya vibhava tanha. Bila demikian adanya, lalu apa yang harus kita perbuat?! Ingin tenang salah, tidak ingin kacau pun salah.

Kehendak atau keinginan adalah tanha. Penolakan terhadap sesuatu yang diinginkan juga merupakan tanha. Dan biasanya kita tak bisa mengenali kedua jenis tanha tadi.

Itulah persoalannya. Kita belum memahami tentang batin. Kita belum mengenal batin kita sendiri. Bila telah mengerti dan mengenal batin kita sendiri, kita akan tahu bagaimana cara memperlakukan batin ini agar bisa tenang. Itu diperlukan waktu yang lama.

 

anything