//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?  (Read 95258 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #165 on: 25 March 2009, 04:49:50 PM »
Disini bro tesla hanya melihat "hasil" namun mengabaikan proses.....

Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang? jika PASTI maka tidak perlu banyak sutta seperti alur pikiran org tertentu misal dengan hanya Bahiya sutta saja....

Tapi Buddha ternyata mengajarkan bnyk Sutta loh...... apa itu menandakan bhw Sutta2 lain tidak perlu utk pencerahan?
bro markos justru keliru melihat saya,
justru saya menampilkan proses yg lebih sederhana pada sutta & yg lebih rumit pada abhidhamma, yg mana hasilnya asumsi adalah sama.

apakah 1 sutta  bisa mencerahkan? saya tidak berpikir demikian, justru saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri.

dear tesla,

Pernyataan
Quote
saya sangat meragukan pencerahan bisa datang dari kitab2 seperti, sutta ataupun abhidhamma sendiri

ini bertentangan dengan apa yg anda sebut sebelumnya
Quote
(asumsi) kedua pitaka sama2 mencerahkan
dalam pernyataan pertama, saya menjawab pertanyaan bro markos yg mana pertanyaannya adalah: "Apakah PASTI 1 sutta itu, bisa mencerahkan setiap orang?"

dalam pernyataan kedua, saya menyatakan bahwa kedua pitaka memiliki sifat mencerahkan, namun tentunya dalam hubungan seperti yg disebut bro markos: tergantung lagi paada usaha praktek diri sendiri.

Quote
Pengikisan Lobha, Dosa dan Moha adalah proses bro..... hasilnya adalah Terkikisnya Lobha, Dosa dan Moha.... semoga bisa dilihat bedanya yah

Orang tidak harus mempelajari Abhidhamma... itu selaras dgn pernyataan : yang terpenting adalah yg bisa mengikis Lobha, Dosa dan Moha, apapun mereknya

Faktor kecocokan diri adalah trend batin org itu sendiri, yg notabene dia buat sendiri dalam kelahiran2 sebelumnya

Saya sendiri awalnya tidak cocok atau bisa dibilang ga terlalu perduli dengan abhidhamma walau belajar dari thn 2005
Namun setelah dipraktekkan mulai akhir 2008, sangat terasa manfaatnya baik utk perkembangan batin, utk ingatan yg lebih tajam, utk pergaulan dengan teman2 dan sebagainya

Jadi cocok atau tidaknya, kembali tergantung dari dirinya sendiri
oke, jadi pertanyaannya harus diganti:
kenapa seseorang "memilih & mempelajari" Abhidhamma daripada Sutta, padahal Abhidhamma memiliki volume yg lebih besar daripada Sutta?
apakah Sutta saja tidak cukup?

Quote
walau hanya saddha, inipun akan berpengaruh pada trend yg saya sebut diatas.....

sekedar informasi bhw SADDHA adalah satu dari 19 sobhana cetasika yg selalu muncul bersamaan jika muncul sobhana cetasika
Dengan demikian, berarti jika saddha muncul maka akan muncul juga sobhana cetasika lain seperti :
- Sati
- Alobha
- Adosa
- Hiri
- Ottapa
dsbnya.....

semoga dengan ini, bisa menginformasikan betapa pentingnya saddha bagi perkembangan batin kita

metta
saya menganggap saddha adalah sesuatu yg harus muncul dalam porsi PAS.
saya tidak menganggap saddha itu selalu indah (sobhana). dalam porsi yg tidak pas, ia malah tidak bermanfaat. contoh yg sering kita dengar adalah blind faith.

metta

saddha itu timbul karena kebenaran, bahwa apa yang di-praktek-kan adalah membawa pada mengikis LOBHA, DOSA dan MOHA... jadi di dalam buddha dhamma tidak ada yang namanya blind faith... Ada dua senjata yang bisa digunakan... EHI PHASSIKO dan KALAMA SUTTA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #166 on: 25 March 2009, 04:58:15 PM »
Quote
Pengikisan Lobha, Dosa dan Moha adalah proses bro..... hasilnya adalah Terkikisnya Lobha, Dosa dan Moha.... semoga bisa dilihat bedanya yah

Orang tidak harus mempelajari Abhidhamma... itu selaras dgn pernyataan : yang terpenting adalah yg bisa mengikis Lobha, Dosa dan Moha, apapun mereknya

Faktor kecocokan diri adalah trend batin org itu sendiri, yg notabene dia buat sendiri dalam kelahiran2 sebelumnya

Saya sendiri awalnya tidak cocok atau bisa dibilang ga terlalu perduli dengan abhidhamma walau belajar dari thn 2005
Namun setelah dipraktekkan mulai akhir 2008, sangat terasa manfaatnya baik utk perkembangan batin, utk ingatan yg lebih tajam, utk pergaulan dengan teman2 dan sebagainya

Jadi cocok atau tidaknya, kembali tergantung dari dirinya sendiri
oke, jadi pertanyaannya harus diganti:
kenapa seseorang "memilih & mempelajari" Abhidhamma daripada Sutta, padahal Abhidhamma memiliki volume yg lebih besar daripada Sutta?
apakah Sutta saja tidak cukup?


Dear tesla,

Abhidhamma mempunyai 5 sifat yaitu :
1. Vuddhimanto Dhamma : Dhamma yg membawa kemajuan
2. Salakkhana Dhamma : Dhamma yg bisa membimbing ke arah terbebasnya dukkha
3. Pujita Dhamma : Dhamma yg patut dihormati krn membimbing utk mencapai pembebasan mutlak
4. Paricchina Dhamma : Dhamma yg kekal, tidak berubah
5. Adhika Dhamma : Dhamma yg tertinggi, teragung

Jadi disini kita bisa melihat Abhidhamma bukanlah secara pitaka tersendiri namun ke arah Dhamma yg bisa membimbing ke arah pembebasan

Jika menurut anda, Sutta pitaka sudah cukup untuk membimbing ke arah pembebasan, sudah membantu anda utk dapat terus mengikis LDM
Maka itu adalah Abhidhamma walau secara pitaka, itu digolongkan sebagai Sutta Pitaka

Saya sendiri mempelajari Abhidhamma,
Juga tetap membaca sutta (sering saya angkat dalam ceramah2)
Tetap menjaga sila juga (tidur aja sampe saya ukur tingginya)
Pun tetap menjalankan samadhi

Tapi jika anda berpersepsi "Sutta saja sudah cukup", yah itu pilihan setiap orang


walau hanya saddha, inipun akan berpengaruh pada trend yg saya sebut diatas.....

sekedar informasi bhw SADDHA adalah satu dari 19 sobhana cetasika yg selalu muncul bersamaan jika muncul sobhana cetasika
Dengan demikian, berarti jika saddha muncul maka akan muncul juga sobhana cetasika lain seperti :
- Sati
- Alobha
- Adosa
- Hiri
- Ottapa
dsbnya.....

semoga dengan ini, bisa menginformasikan betapa pentingnya saddha bagi perkembangan batin kita

metta
saya menganggap saddha adalah sesuatu yg harus muncul dalam porsi PAS.
saya tidak menganggap saddha itu selalu indah (sobhana). dalam porsi yg tidak pas, ia malah tidak bermanfaat. contoh yg sering kita dengar adalah blind faith.

metta
[/quote]

dear tesla,

coba anda tanya pada mereka yg "blind faith" spt paham K atau I, apakah mereka bahagia?
saat mereka berdoa pada TUHAN, pikiran mereka sedang fokus pada sesuatu yg baik loh (baca: kusala citta)
saat mereka sedang wirit, apakah kondisi pikiran mereka sedang berkonsentrasi atau tidak?

Itu kenapa jgn heran pada mereka yg jago wirit, biasanya sering muncul iddhi/kekuatan batin karena pikiran mereka sudah terkonsentrasi

Mengenai makna saddha itu sendiri, disini kita membahas 2 hal yg berbeda.

Saya membahas Saddha dari sisi cetasika/batin sebagai Paramattha Dhamma sedangkan bro tesla membahas Saddha dari tampak luar sebagai Pannati Dhamma

Mungkin bro tesla bisa cari di Sutta yg membahas mengenai Saddha ini karena setahu saya, Saddha termasuk salah satu dalam Panca Bala loh
Secara batin, Saddha-bala ini adalah perwujudan dari Saddha Cetasika

Jika sudah ketemu, mari kita diskusikan kaitannya dengan abhidhamma, ok?

Semoga bermanfaat

metta

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #167 on: 25 March 2009, 05:40:47 PM »
Quote
Jika menurut anda, Sutta pitaka sudah cukup untuk membimbing ke arah pembebasan, sudah membantu anda utk dapat terus mengikis LDM
Maka itu adalah Abhidhamma walau secara pitaka, itu digolongkan sebagai Sutta Pitaka
hmmm... jika abhidhamma adalah semua dhamma yg membimbing ke arah pembebasan, maka bukan cuma sutta pitaka saja, bahkan vinaya juga yah... jadi Tipitaka = Abhidhamma donk?

Quote
coba anda tanya pada mereka yg "blind faith" spt paham K atau I, apakah mereka bahagia?
saat mereka berdoa pada TUHAN, pikiran mereka sedang fokus pada sesuatu yg baik loh (baca: kusala citta)
saat mereka sedang wirit, apakah kondisi pikiran mereka sedang berkonsentrasi atau tidak?

Itu kenapa jgn heran pada mereka yg jago wirit, biasanya sering muncul iddhi/kekuatan batin karena pikiran mereka sudah terkonsentrasi
setahu saya, kusala (bermanfaat) itu lebih kepada hal ke arah pembebasan / pencerahan. bukan manfaat duniawi...
dari sebuah faith, walau dapat menghasilkan iddhi, tetapi tanpa kebijaksanaan, hanya menghasilkan kerugian pada diri sendiri saja. bayangkan iddhi ketika seseorang marah, dan seberapa sering kita tidak luput dari marah?

Quote
Mungkin bro tesla bisa cari di Sutta yg membahas mengenai Saddha ini karena setahu saya, Saddha termasuk salah satu dalam Panca Bala loh
Secara batin, Saddha-bala ini adalah perwujudan dari Saddha Cetasika
saya mengkategorikan keyakinan akan sesuatu yg belum diketahui adalah saddha juga (mis: pengumpulan parami 4 asenkya... kappa + 1000... kappa)
jika itu bukan saddha juga, maka utk apa itu diangkat? apa manfaatnya?

ini berbeda dg saddha yg muncul setelah ehipassiko seperti yg rekan dilbert katakan. ini contohnya, bro markos telah mempelajari abhidhamma & mengimplementasikan pada diri sendiri. kemudian merasakan manfaatnya. setelah itu baru ada saddha bahwa abhidhamma adalah bermanfaat.
« Last Edit: 25 March 2009, 05:42:39 PM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #168 on: 25 March 2009, 08:58:45 PM »
Mungkin berhubungan dengan topik:

Sebuah petikan dari:

DAMAI TAK TERGOYAHKAN
Oleh : Venerable Ajahn Chah

[Perbincangan Dhamma berikut ini disampaikan secara informal kepada seorang bhikkhu-cendekiawan (scholar-monk) yang berkunjung memberi hormat kepada Ven. Ajahn Chah]

................

Sang Buddha memilah setiap mata-rantai agar membuatnya lebih mudah dipelajari. Sebenarnya ini merupakan penjelasan yang akurat dan teliti tentang realita, tetapi ketika hal ini sungguh terjadi di kehidupan nyata, [pikiran] para cendekiawan kalah sigap, tak mampu mengikuti proses ini. Bagai jatuh terjerembab dari atas pohon hingga menghantam tanah. Kita tak lagi tahu berapa banyaknya ranting yang telah kita lewati sepanjang proses jatuh itu. Sama seperti tatkala pikiran ditubruk oleh suatu kesan mental — apabila tergiur olehnya, maka pikiran ini segera melayang-layang ke dalam suasana bathin yang menyenangkan; ia menganggapnya sebagai suatu hal yang baik tanpa menyadari rantai kondisi yang menyebabkannya. [Urutan] proses ini memang berjalan sesuai dengan uraian dalam teori, namun pada saat yang sama ia juga melampaui batas-batas teori tersebut.

Tidak ada yang mengumumkan, “Ini lho kebodohan. Ini lho bentuk-bentuk karma, dan inilah kesadaran”. Proses tersebut manakala sungguh sedang terjadi [berlangsung begitu cepat] tak lagi memberi kesempatan bagi para cendekiawan untuk membaca tabel itu. Walaupun Sang Buddha telah menganalisa dan menjelaskan urutan momen-momen pikiran dengan amat rinci, namun bagi saya kejadiannya lebih mirip seperti jatuh dari pohon. Tiada lagi kesempatan bagi kita untuk memperkirakan berapa meter kita telah terjatuh. Apa yang kita ketahui cuma: kita menubruk tanah dengan keras dan itu menyakitkan!

Begitu juga dengan pikiran ini. Saat ia terjatuh untuk suatu hal, apa yang kita sadari hanyalah rasa-sakitnya. Dari manakah datangnya semua penderitaan ini, rasa sakit, kes- edihan dan keputus-asaan? Mereka tidak datang dari teori yang ada dalam buku. Tiada dimanapun jua tempat rincian penderitaan ini dituliskan. Penderitaan kita takkan sama persis dengan teori, tetapi keduanya melintasi jalan yang sama. Jadi sekedar kecendekiawanan itu saja tidaklah bakal mampu mengikuti kenyataan. Itulah sebabnya Sang Buddha menga- jarkan kita untuk mengembangkan pemahaman yang jelas (clear knowing)4 bagi diri kita sendiri. Apapun yang muncul, muncul dengan diketahui. — Manakala “yang-mengetahui” mengetahuinya sejalan dengan kebenaran (truth), maka pikiran ini beserta faktor-faktor mentalnya pun bakal dikenali sebagai: bukan-milik-ku. Dan pamungkasnya, semua fenom- ena itu adalah cuma untuk ditinggalkan — dibuang layaknya sampah. Kita musti jangan melekat atau memberi arti apapun padanya.

Teori dan Kenyataan

Sang Buddha tidak mengajarkan mengenai pikiran dan faktor-faktor mentalnya untuk kita lekati sebagai konsep. Satu-satunya tujuan beliau hanyalah agar kita memahami bahwa semua ini tidak-kekal, tak memuaskan dan tiada-diri. Kemudian: biarkanlah berlalu. Letakkan. Sadar dan ketahuilah saat kemunculannya. — Pikiran ini memang sudah sangat begitu terkondisinya. Ia terlalu lama malah dilatih dan terkondisi untuk selalu lari, meleset dari keadaan kesadaran-murni (pure awareness). Dan ketika ia menggelincir, ia menciptakan fenomena terkondisi yang selanjutnya mempengaruhi suasana pikiran, demikianlah seterusnya ia beranak-pinak. Proses inilah yang melahirkan baik, buruk serta segala hal di muka bumi ini5 . Sang Buddha mengajarkan kita untuk meninggalkan semua itu. Di awal, tentu saja anda harus membiasakan diri mempelajari pelbagai teori supaya nantinya anda mampu meninggalkan semuanya. Ini sekedar proses alamiah saja. Ya demikianlah pikiran ini. Demikian pula faktor-faktor mental.

Ambil sebagai contoh: Jalan Mulia Berunsur Delapan. Manakala kebijaksanaan (wisdom) memandang segala sesuatu secara benar dengan wawasan-kebijaksanaan (insight), maka pandangan-benar ini akan membawa kepada pemikiran- benar, ucapan-benar, tindakan-benar dan seterusnya. Semua ini meliputi pelbagai kondisi psikologis yang timbul dari hasil pengetahuan-kesadaran-murni (pure knowing awareness). Pengetahuan ini bagaikan sebuah lentera yang menerangi jalan setapak di hadapan kita di kegelapan malam. Bila pengetahuan ini (the knowing) sudah benar, yakni sesuai dengan kenyataan (truth), ia bakal menyebar serta menerangi setiap langkah pada jalan berikutnya.

Apapun yang kita alami, semuanya muncul dari dalam pengetahuan ini. Apabila pikiran ini tidak eksis, pengetahuan tersebut juga tidak akan ada. Semua ini adalah fenomena pikiran. Seperti yang dikatakan Sang Buddha, pikiran adalah cuma sekedar pikiran. Ia bukanlah makhluk, orang, diri ataupun diri-anda. Juga bukan diri kita maupun mereka. Dhamma itu adalah sekedar Dhamma, begitu saja titik. Ia alami, berlangsung dengan sendirinya tanpa ada “diri” yang terlibat. Ia bukanlah kepunyaan kita atau siapapun. Ia bukan pula sesuatu. Apapun yang dialami seseorang tak lain adalah lima gugus fundamental (khandha): tubuh, perasaan, pencerapan (persepsi), bentuk- bentuk pemikiran dan kesadaran. Sang Buddha mengatakan: biarkanlah semua itu berlalu.


Untuk selengkapnya: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=1375&multi=T&hal=0

Sebuah khotbah dari Ajahn Chah, yang menurut saya tanpa bermaksud mengesampingkan teori, peringatan akan bahaya kemelekatan dalam praktek (dan teori) serta pengalaman beliau dalam menjalani praktek sebagai pengalaman langsung.
yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #169 on: 25 March 2009, 10:06:27 PM »
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.

Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #170 on: 25 March 2009, 10:12:21 PM »
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.

Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.

Saya bantu judulnya yah  ;D

"Jari dan Rembulan"

NB: Dari estetika bahasa (menurut saya), "telunjuk" lebih pas, minimal sama2 3 suku kata dengan rembulan. 
      Atau "bulan", 2 suku kata sama dengan jari.  ;)
« Last Edit: 25 March 2009, 10:14:39 PM by hendrako »
yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #171 on: 25 March 2009, 10:13:38 PM »
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.

Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.

Saya bantu judulnya yah  ;D

"Jari dan Rembulan"

NB: Dari estetika bahasa (menurut saya), "telunjuk" lebih pas, minimal sama2 3 suku kata dengan rembulan.  ;)

silahkan di-edit... Tiada hak cipta kok... hahahahahaha...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #172 on: 25 March 2009, 10:17:21 PM »
Dengan Jari Ada orang dituntun dapat melihat Rembulan,
Yang lain mungkin tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan.
Walaupun Jari bukan Rembulan.
Tetapi bagi sebagian orang, Jari-lah memudahkan jalan untuk melihat rembulan.

Bagi yang tidak memerlukan Jari untuk melihat rembulan, Jangan salahkan Jari.
Bagi yang menggunakan Jari sebagai petunjuk melihat rembulan, Janganlah menganggap Jari sebagai Rembulan.
Setelah pengalaman melihat Rembulan, mungkin Jari sudah dapat di-istirahatkan.
Atau setidaknya Jari dapat digunakan kembali untuk menunjukkan Rembulan kepada yang belum pernah melihat Rembulan.

Saya bantu judulnya yah  ;D

"Jari dan Rembulan"

NB: Dari estetika bahasa (menurut saya), "telunjuk" lebih pas, minimal sama2 3 suku kata dengan rembulan.  ;)

silahkan di-edit... Tiada hak cipta kok... hahahahahaha...

Udah sip kok, dan saya yakin isinya bisa dimengerti oleh yang lain.  8)
yaa... gitu deh

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #173 on: 27 March 2009, 09:11:06 AM »
Quote
Jika menurut anda, Sutta pitaka sudah cukup untuk membimbing ke arah pembebasan, sudah membantu anda utk dapat terus mengikis LDM
Maka itu adalah Abhidhamma walau secara pitaka, itu digolongkan sebagai Sutta Pitaka
hmmm... jika abhidhamma adalah semua dhamma yg membimbing ke arah pembebasan, maka bukan cuma sutta pitaka saja, bahkan vinaya juga yah... jadi Tipitaka = Abhidhamma donk?

Apakah disini bro tesla ingin melihat "merek" ataukah melihat "isi"?

kembali saya menyebut Abhidhamma seperti yg sudah disebut yaitu
1. Vuddhimanto Dhamma : Dhamma yg membawa kemajuan
2. Salakkhana Dhamma : Dhamma yg bisa membimbing ke arah terbebasnya dukkha
3. Pujita Dhamma : Dhamma yg patut dihormati krn membimbing utk mencapai pembebasan mutlak
4. Paricchina Dhamma : Dhamma yg kekal, tidak berubah
5. Adhika Dhamma : Dhamma yg tertinggi, teragung

Jadi sebelumnya tolong dilihat bedanya antara Abhidhamma yg berisikan Dhamma yg membimbing ke arah pencerahan dan Abhidhamma Pitaka sebagai kodifikasi/pannati dhamma dari Paramattha Dhamma, agar Abhidhamma/Dhamma membimbing itu dapat terjaga kebenarannya, disebar luaskan dan dilestarikan

Jadi menurut saya, semua yg berisikan 5 hal diatas, adalah Abhidhamma, terserah mereknya....

Quote
coba anda tanya pada mereka yg "blind faith" spt paham K atau I, apakah mereka bahagia?
saat mereka berdoa pada TUHAN, pikiran mereka sedang fokus pada sesuatu yg baik loh (baca: kusala citta)
saat mereka sedang wirit, apakah kondisi pikiran mereka sedang berkonsentrasi atau tidak?

Itu kenapa jgn heran pada mereka yg jago wirit, biasanya sering muncul iddhi/kekuatan batin karena pikiran mereka sudah terkonsentrasi
setahu saya, kusala (bermanfaat) itu lebih kepada hal ke arah pembebasan / pencerahan. bukan manfaat duniawi...
dari sebuah faith, walau dapat menghasilkan iddhi, tetapi tanpa kebijaksanaan, hanya menghasilkan kerugian pada diri sendiri saja. bayangkan iddhi ketika seseorang marah, dan seberapa sering kita tidak luput dari marah?

Kusala betul bermanfaat utk pencerahan.... kembali disini bhw dengan wirit adl sarana seperti samatha bhavana yaitu konsentrasi (ekaggata cetasika)
Jika hal ini diteruskan, apakah konsentrasi adl sesuatu yg tidak bermanfaat utk pencerahan?
Saya tidak ingin membahas mengenai deep concentration loh.... tapi konsentrasi akan memudahkan dalam ketenangan
Jika sudah "tenang", batin tidak terlalu bergolak maka akan memudahkan utk melihat batin

NB : Ekaggata cetasika adalah salah satu dari sabbacittasadharana cetasika yaitu cetasika yg ada pada SEMUA citta, sama dengan sanna dan cetana
Ekaggata cetasika juga merupakan perwujudan dari Samma Samadhi (Konsentrasi Benar), yang merupakan salah satu unsur dari JAlan Mulia berunsur delapan

Sharing :
- Salah seorang rekan muslim yg ikut kelas abhidhamma (dia psikolog di RSCM) bahkan menyebut dirinya sebagai Universalis karena dia sudah bisa "melihat" dan bukan hanya blind faith semata

- Aliran Sufi juga menyebut Fisik dan Roh sebagai 1 kesatuan yg tidak terpisah

Disini bisa dilihat bhw paham lain juga sebenarnya sudah bisa menjangkau lebih walau bermuara dari "blind faith"
Yg kurang hanyalah kontemplasi mengenai tilakkhana

Disini hendaknya kembali kita jangan melihat "merek" tapi esensi dari apa yg mereka lakukan....


Quote
Mungkin bro tesla bisa cari di Sutta yg membahas mengenai Saddha ini karena setahu saya, Saddha termasuk salah satu dalam Panca Bala loh
Secara batin, Saddha-bala ini adalah perwujudan dari Saddha Cetasika

saya mengkategorikan keyakinan akan sesuatu yg belum diketahui adalah saddha juga (mis: pengumpulan parami 4 asenkya... kappa + 1000... kappa)
jika itu bukan saddha juga, maka utk apa itu diangkat? apa manfaatnya?

ini berbeda dg saddha yg muncul setelah ehipassiko seperti yg rekan dilbert katakan. ini contohnya, bro markos telah mempelajari abhidhamma & mengimplementasikan pada diri sendiri. kemudian merasakan manfaatnya. setelah itu baru ada saddha bahwa abhidhamma adalah bermanfaat.

betul sekali bro tesla..... apa yg anda sebut dengan asankheya kappa, dsbnya adalah saddha juga... itu kenapa diatas saya menyebut "blind faith" sebagai saddha juga loh...

Blind faith : saddha jenis ini adalah yg terendah kualitasnya karena percaya, yakin dulu aja. Biasanya disini akan ada iming2 surga/tempat yg menyenangkan, dan hukuman2 bagi yg tidak menjalankan
Saddha jenis ini penting bagi pemula, yg batinnya masih penuh debu agar bisa berpaling ke yang "benar", seperti menjinakkan kuda yg masih liar
Jika Saddha ini tidak ditindak lanjuti dengan praktek secara batin, banyak yg lambat laun kecewa krn merasa percuma "beragama"

Saddha dari Ehipassiko : Ini jenis saddha yg lebih tinggi karena sudah membuktikan, sudah mencicipi "kebenaran" sehingga keyakinannya lebih teguh
Tapi jenis yg ini biasanya masih terkotak2 pada merek2 (agama) saja

Saddha dari Panna : saya menyebut ini jenis saddha yg tertinggi karena kombinasi dari Saddha (sobhanasadharana cetasika 19) dan Panna( Pannindriya cetasika)
Dengan adanya Panna/kebijaksanaan, merek sudah tidak dipersoalkan lagi karena yg terpenting bagi mereka adl "esensi"

semoga bermanfaat

metta
« Last Edit: 27 March 2009, 09:15:47 AM by markosprawira »

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #174 on: 27 March 2009, 04:59:01 PM »
Quote
adi menurut saya, semua yg berisikan 5 hal diatas, adalah Abhidhamma, terserah mereknya....

kalau menurut saya, abhidhamma, sutta & vinaya itu secara content memang berbeda kok.
saya bukan membahas mereknya. disini kurang lebih isinya adalah:
1. abhidhamma: analisis batin & jasmani (& nibbana)
2. sutta: kotbah & kisah2
3. vinaya: disiplin latihan

5 hal yg bro markos sebutkan itu menurut saya bukan "content", melainkan "sifat" dari content tsb.

pandangan bro markos memberi pengertian baru, yaitu bahwa semua dhamma yg membebaskan, itu adalah "abhidhamma", kalau  boleh saya simpulkan "buddha dhamma" adalah "abhidhamma"...

namun di topik ini, abhidhamma yg dimaksud benar2 hanya abhidhamma yg berada dalam Abhidhamma Pitaka. ini Abhidhamma yg dituju oleh TS:
Quote
Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
sedangkan abhidhamma lain (sutta pitaka & vinaya pitaka) sudah disusun sejak konsili pertama.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #175 on: 29 March 2009, 07:37:03 AM »
Delete...
namun di topik ini, abhidhamma yg dimaksud benar2 hanya abhidhamma yg berada dalam Abhidhamma Pitaka. ini Abhidhamma yg dituju oleh TS:
Quote
Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
sedangkan abhidhamma lain (sutta pitaka & vinaya pitaka) sudah disusun sejak konsili pertama.

_/\_

Pada Konsili ke 3 hanya menyusun kitab "Kathavatthu" yaitu kitab ke 5 dari Abhidhamma. Total kitab Abhidhamma ada 7 kitab (Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggalapannati, Kathavatthu, Yamaka dan Patthana)

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #176 on: 29 March 2009, 09:09:49 AM »
hmmm... jadi binggung...
jd 6 kitab lainnya emg udah masuk ke Pali canon (tipitaka) sebelum konsili ke3? ???
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #177 on: 30 March 2009, 09:16:06 AM »
Quote
adi menurut saya, semua yg berisikan 5 hal diatas, adalah Abhidhamma, terserah mereknya....

kalau menurut saya, abhidhamma, sutta & vinaya itu secara content memang berbeda kok.
saya bukan membahas mereknya. disini kurang lebih isinya adalah:
1. abhidhamma: analisis batin & jasmani (& nibbana)
2. sutta: kotbah & kisah2
3. vinaya: disiplin latihan

5 hal yg bro markos sebutkan itu menurut saya bukan "content", melainkan "sifat" dari content tsb.

Disini bro tesla kembali melihat secara content, bukan dari sifat seperti 5 hal diatas......

Karena jika memang Vinaya/peraturan/sila bukan abhidhamma yg bisa membebaskan, berarti Nibbana tidak bisa dicapai dengan kekuatan Sila

Padahal di :http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8515.0
saya sudah pernah memberikan penjelasan mengenai salah satu jenis kondisi Nibbana yaitu

Quote
1. Animitta nibbana : nibbana yg terbebas dari obyek bayangan
Bagi mereka yg melaksanakan vipassana bhavana sehingga melihat ANICCA yg terbebas dari bayangan kemudian memusatkan PIKIRAN pada anicca yg berikutnya sampai mencapai magga phala dan ada Nibbana sebagai obyek.
Nibbana ini dicapai sebagai hasil/phala  dari kekuatan SILA

Ini tentunya selaras dengan apa yg sudah dibahas yaitu "yang terpenting adalah yg bisa membawa ke arah pencerahan"

Sutta pun sebenarnya tidak berbeda dengan Abhidhamma pitaka loh..... Bisa dilihat dengan bnyk sutta yg membahas mengenai Pikiran, Persepsi, Rupa/Fisik, dsbnya
Namun proses detailnya bisa dilihat di dalam Abhidhamma pitaka

Jadi apakah Vinaya itu perlu? Sangat perlu, teman....... bahkan dengan Vinaya/Sila, dapat mengikis habis Asava yg kasar

Jadi apakah Sutta itu perlu? Sangat perlu juga karena Sutta disampaikan ke manusia, yang diselaraskan dengan kondisi batin manusia

Dan apakah Abhidhamma itu perlu? Bagi yg ingin lebih memahami esensi mahluk hidup, dalam abhidhamma dijelaskan dengan gamblang mengenai batin dan jasmani

Semuanya saling terkait, saling menguatkan batin kita dalam pencapaian nibbana


pandangan bro markos memberi pengertian baru, yaitu bahwa semua dhamma yg membebaskan, itu adalah "abhidhamma", kalau  boleh saya simpulkan "buddha dhamma" adalah "abhidhamma"...

namun di topik ini, abhidhamma yg dimaksud benar2 hanya abhidhamma yg berada dalam Abhidhamma Pitaka. ini Abhidhamma yg dituju oleh TS:
Quote
Pertanyaan ini muncul mengingat penyusunan Abhidhamma baru muncul pada Konsili ke-3?
abhidhamma yg disusun pada konsili ke3 adalah abhidhamma pitaka,
sedangkan abhidhamma lain (sutta pitaka & vinaya pitaka) sudah disusun sejak konsili pertama.

_/\_

Saya rasa utk yg ini sudah clear yah

senang bs berdiskusi dengan anda

metta

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #178 on: 30 March 2009, 09:54:36 AM »
cuman saran aja, me-redefinisi-kan istilah abhidhamma dengan semua dhamma yg membawa kemajuan, dsb, hanya akan mengacaukan dan memperbanyak salah sambung...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Abhidhamma Pernahkah di Sabdakan Oleh Sang Buddha?
« Reply #179 on: 30 March 2009, 10:02:44 AM »
hmmm... jadi binggung...
jd 6 kitab lainnya emg udah masuk ke Pali canon (tipitaka) sebelum konsili ke3? ???
yah itulah kesimpangsiurannya abhidhamma :)

penjelasan wikipedianya pun simpang siur, tergantung sumbernya:
Tradition[3] says that the Buddha thought the Abhidhamma out immediately after his enlightenment, but only taught it some years later, to the gods. He then repeated it to Sariputta, who handed it on to his disciples. This tradition is also evident in the Parivara, a very late addition to the Vinaya Pitaka[4], which mentions in a concluding verse of praise to the Buddha that this best of creatures, the lion, taught the three pitakas.[5].

Scholars however generally date the Abhidhamma works to around the third century BCE, 100 to 200 years after the death of the Buddha. Therefore the seven Abhidhamma works are generally claimed by scholars not to represent the words of the Buddha himself, but those of disciples and great scholars[6]. Dr Rupert Gethin however said that important elements of abhidhamma methodology probably go back to the Buddha's lifetime[7]. A. K. Warder and Dr Peter Harvey both suggested early dates for the matikas on which most of the Abidhamma books are based. Abhidhamma started out as elaboration of the suttas,[dubious – discuss] but later developed independent doctrines[8] .

As the last major division of the canon, the Abhidhamma Pitaka has had a checkered history. It was not accepted as canonical by the Mahasanghika school[dubious – discuss][9][10] and several other schools[dubious – discuss][11]. Another school included most of the Khuddaka Nikaya within the Abhidhamma Pitaka[12]. Also, the Pali version of the Abhidhamma is a strictly Theravada collection, and has little in common with the Abhidhamma works recognized by other Buddhist schools[13]. The various Abhidhamma philosophies of the various early schools have no agreement on doctrine[14] and belong to the period of 'Divided Buddhism'[14] (as opposed to Undivided Buddhism). The earliest texts of the Pali Canon have no mention of (the texts of) the Abhidhamma Pitaka[15]. The Abhidhamma is also not mentioned in some reports of the First Buddhist Council, which do mention the existence of the texts of the Vinaya and either the five Nikayas[16] or the four Agamas[17]. Other accounts do include the Abhidhamma.[18]

In the Theravadin Abhidhamma Pitaka, unlike the Abhidharma Pitaka of the Sarvastivada school, ontological theorizing is absent, and the question of ontological status of dharmas remains a moot point. The notion of sabhava (Sanskrit: svabhava) is only utilized in late Theravadin texts.[19] The doctrine of momentariness is also a late addition to Theravada thought.[20] It only appears at the time of Buddhaghosa.[21]
http://en.wikipedia.org/wiki/Abhidhamma_Pitaka


konsili pertama? sama simpang siurnya:
According to the Macmillan Encyclopedia of Buddhism (2004),[2]
"... its historicity is questioned by virtually all Buddhist scholars. They argue that while it was not unlikely that a small group of Buddha's intimate disciples gathered after his death, a council held in the grand style described in the scriptures is almost certainly a fiction."
http://en.wikipedia.org/wiki/First_Buddhist_Council


silakan mau percaya yg mana...
selama membawa manfaat bagi pribadi anda, monggo...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

 

anything