Saya harap jawaban saya ini tidak dinilai OOT, jikalau dinilai OOT, maka saya juga minta maaf karena berbuat kesalahan.
Kita semua ( saya ) pernah melakukan kesalahan, saling memaafkan adalah kewajiban. Sepengetahuan saya, kita semakin DEWASA karena BELAJAR dari kesalahan diri sendiri atau orang lain. Sebelum menjawab pertanyaan Bro Riky, pertanyaannya adalah inti dari tujuan kita belajar Dhamma sebenarnya apa ?
Jika kita “MENCARI” “KELUAR” ( outside-in), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah Yang Lain harus berubah untuk kita, dan inilah Penderitaan, karena kita tidak pernah puas dengan konsep dari pengetahuan yang kita pelajari, dan tidak pernah mendapat MANFAAT dari Dhamma yang kita pelajari. Kita semua selalu mencari celah negative untuk semua masalah dalam memuaskan dan menutupi keegoan kita.
Jika kita “MENCARI” “KEDALAM” ( inside-out ), maka yang selalu menjadi PERHATIAN KITA adalah DIRI SENDIRI YANG HARUS BERUBAH sebelum mengubah orang lain. Maka MANFAAT DHAMMA yang kita pelajari dapat kita petik.
“MENCARI” berarti mendapatkan “GURU pembimbing yang baik ”
Guru yang terbaik adalah orang yang paling kita benci. Karena dia membantu kita mengikis KEBENCIAN dan KESERAKAHAN ( ekstrim tidak suka dan ekstrim suka ) dan ini dapat kita temukan dilingkungan kita.
Guru paling terbaik ( Best of the Best ) adalah JALAN TENGAH, yang mengajarkan kita untuk tidak menjadi ekstrim suka ( serakah ) dan ekstrim tidak suka ( benci ) atas semua situasi dan kondisi yang kita terima SAAT INI.
Mungkin artikel dibawah ini cukup membantu untuk memahani lebih jauh.
KUNCI HATI ( PIKIRAN )Pada zaman dulu, ada seorang pesulap bernama Houdini yang sangat ternama dan memiliki ketrampilan yang istimewa, dia bisa membuka kunci serumit apapun juga dalam waktu yang sangat singkat, dan selama ini tidak pernah gagal.
Dia pernah menetapkan sebuah target yang penuh dengan tantangan bagi dirinya sendiri: harus bisa meloloskan diri dari kunci yang berbentuk apapun juga, dalam kurun waktu yang tidak lebih dari 60 menit, dengan syarat membiarkan dia mengenakan baju khusus untuk masuk ke dalam, serta tidak boleh ada orang yang mengawasinya di samping.
Ada penduduk sebuah kota kecil di Inggris, memutuskan untuk menantang Houdini yang agung, mereka bermaksud mempermalukan pesulap agung ini. Mereka membuat satu kurungan besi yang khusus dan sangat kokoh, dilengkapi dengan sebuah kunci yang kelihatannya sangat rumit, lalu mereka mempersilahkan Houdini datang untuk melihat apakah dia bisa keluar dari kurungan besi itu.
Houdini menerima tantangan mereka. Dengan mengenakan baju khususnya, dia berjalan masuk ke dalam kurungan besi, setelah pintu besi ditutup dengan mengeluarkan suara ‘brang’, semua orang menaati peraturan dengan membalik tubuh mereka.
30 menit telah berlalu, Houdini bekerja dengan konsentrasi penuh. Satu jam telah berlalu, kening kepala Houdini mulai berkeringat. Dua jam sudah berlalu pula, dari awal hingga akhir Houdini tidak mendengar suara pir membuka kunci yang dia nanti-nantikan itu.
Pada akhirnya ketika tenaganya sudah terkuras habis dia duduk dengan menempelkan tubuhnya di pintu, alhasil pintu besinya terbuka seiring dengan posisi badan dia duduk…
Ternyata, pintu itu sama sekali tidak dikunci, kunci yang kelihatannya sangat hebat itu hanya bentuknya saja.
Pintu tidak terkunci, tentunya kunci tidak perlu dibuka, tetapi sebaliknya pintu hati Houdini telah terkunci.
Kegagalan pesulap agung ini terletak pada, dia terlalu memusatkan perhatian dia pada kunci yang hanya bermakna simbolis itu, tanpa dia sadari tujuan dia telah berubah dari ‘meloloskan diri’ (“Ayam dhammo-vinayo ekaraso vimuttiraso. Ajaranku ini mempunyai rasa yang satu, yang dangkal maupun yang dalam, ekaraso vimuttiraso, rasa kebebasan.”) menjadi ‘membuka kunci’ ( hanya terpaku pada “KONSEP” rasa kebebasan ). Selain itu, konsep kesan pertamanya telah memberitahukan dia: Asalkan Kunci, Pasti Terkunci. Inilah penderitaan.Kesimpulan :
Memikirkan Apa yang Seharusnya Dipikirkan
Melakukan Apa yang Seharusnya Dilakukan
Tidak Memikirkan Apa yang Seharusnya Tidak Dipikirkan
Tidak Melakukan Apa yang Seharusnya Tidak Dilakukan.
Inilah salah satu bentuk Pengendalian Diri atau Perhatian.
Memikirkan Apa yang Seharusnya Tidak Dipikirkan.
Melakukan Apa yang Seharusnya Tidak Dilakukan
Tidak Memikirkan Apa yang Seharusnya Dipikirkan
Tidak Melakukan Apa yang Seharusnya Dilakukan.
Inilah salah satu bentuk Bukan Pengendalian Diri atau Perhatian melainkan Kelalaian.
[at] Change
Untuk ceramah yang anda sajikan,sungguh bagus untuk dilihat dan didengar..Pertanyaan saya simple,"Apakah ceramah dari Bhante Sri Pannavaro itu "keluar" dari Topicnya?Apakah "selingaan joke" yang disisipkan itu keluar dari jalur "isi" Dhamma yang akan disampaikan?Apakah Bhantenya membabarkan Dhamma sambil "ngakak"?apakah Bhantenya membabarkan Dhamma sambil "ketawa ketiwi" dan jalan sana jalan sini?
Anumodana
Jadi pertanyaan saya, apakah pertanyaan ini masih harus dijawab ?