[at] Sdr Peacemind
Ya, thanks atas koreksinya. Krn penggunaan terminologi bahasa yg salah bisa menuntun pd pengertian yg salah pula.
Kalo masih boleh nambahin sedikit, meski dah lewat.. Proses urutan lenyapnya sankhara dalam Culavedalla Sutta merujuk pada keadaan 'Sannavedayitanirodha' yg jika tidak salah, kadang disebut nirodhasamappati, atau diwaktu lain Jhana ke-9 atau yg sudah sangat dekat dg Nibbana. Jadi bukan pada Jhana ke-2.
Maaf Sdr Peacemind.. Sedikit meluruskan, saya tidak menyimpulkan berhenti pada Jhana, tapi pada pembebasan yg sudah jelas bagi buddhist berarti Nibbana. (Coba lihat paragraf sebelumnya di kalimat akhir: ke-2nya sama pentingnya dlm pembebasan). Tapi karena kita sedang berbicara dlm konteks Jhana&interpretasinya, jd di atas saya membatasi dg menunjukkan bahwa melalui pengembangan vipassana pun Jhana dpt tercapai.
Sedikit koreksi,
Oleh karena itu, selain mengemabangkan vipassana, seseorang hendaknya mengembangkan vipassana.
Mungkin maksud Anda, selain mengembangkan vipassana, seseorang hendaknya mengembangkan samatha ya.. Setuju.
Seseorang yang mengembangkan murni vipassana tidak akan mencapai jhana. Jhana hanya dicapai melalui samatha. Dalam praktik vipassana, seseorang hanya mencapai khanikasamādhi dan pencerapan batin ini berbeda dari jhana. Ini dikarenakan bahwa dalam khanikasamādhi seseorang masih memiliki obyek yang berganti-ganti. Khanikasamādhi muncul ketika seseorang melihat muncul dan lenyapnya fenomena batin dan jasmani. Bahkan upacarasamādhi (near jhana) yang mana tingkat konsentrasinya lebih tinggi dari khanikasamādhi saja tidak bisa disamakan dengan jhana. Dalam upacarasamādhi, ada 5 faktor yang hampir sama dengan 5 faktor jhana pertama muncul. Yang membedakan adalah dalam jhana faktor terakhir adalh ekaggata (has gone to the onesess), sedangkan dalam upacarasamādhi adalh ekaggaṃ (going to the oneness). Jadi dalam upacarasamādhi pikiran belum sepenuhnya terpusat atau terserap ke satu obyek.
Tentang ini saya belum dapat menyetujui utk beberapa alasan.
Pertama, saat ini kurang tepat bagi saya baik utk menyetujui atau tidak krn belum mencapainya. Pending dulu.
Kedua, meski belum dapat memberi jawaban dr sudut pandang pribadi. Saya dpt mencoba menjelaskan berdasarkan pemaparan orang lain. Ada sebuah misinterpretasi yg banyak beredar bahwa khanika-samadhi berarti memperhatikan objek yg berpindah-pindah. Semoga teman2 di sini tidak demikian.
Berdasarkan penjelasan seorang Kamatthanachariya di Mahasi Sasana Yeikhta Meditation Center, selama pikiran memperhatikan objek yg berpindah2 terus menerus, itu bukanlah keadaan samadhi. Keadaan samadhi adl ketika kita terpusat semata2 hanya memperhatikan timbul-tenggelamnya objek. Jika batin terus menerus berpindah2 mencari objek utk diamati, samadhi tidak akan tercapai. Ada perbedaan di sini, yg pertama kondisinya lebih pasif dan terpusat tapi tidak kaku spt patung mati, sedangkan yg misinterpretasi bersifat aktif dan tdk terpusat. Dikatakan beliau khanika-samadhi tercapai pd sankharupekkha-nana. Btw, saya menemukan definisi khanika-samadhi dari Sdr. Fabian dlm perdebatannya terdahulu dg seorg tokoh kontroversial dan sama pula definisi Sdr. Fabian dng penjelasan Kamatthanachariya tsb.
Hmm.. Prerogatif agga-savaka kah? Bgmnpun bagi saya pribadi hal tsb adl mungkin utk dicapai. Jd saya tidak melihat bahwa ini hanya mampu dicapai oleh Sariputta, tidak yg lainnya. Yup, Y.A Sariputta mampu memerhatikan munculnya lenyapnya fenomena terbatas hingga pada tahap 'akincayatana' semata. Selama belum mencapai 'nevasannanasanna' dan 'sannavedayitanirodha' maka pencerapan dan perasaan masih ada, karenanya aktifitas batin yg sangat2 halus spt penglihatan dan pemahaman masih ada. Spt dpt Anda perhatikan pd Anupada Sutta dan penjelasan bhikkhuni Dhammadina dlm Culavedalla Sutta.
Hanya dalam 2 landasan terakhirlah persepsi tidak ada, pemahaman tak terakses dan semua hanya dapat dimengerti dg menilik kembali ke belakang setelah keluar dr keadaan tsb. Ini agak kontradiktif dg pengertian Jhana bbrp guru meditasi Buddhis. Well we can just leave it now..
Dg kata lain, keterpusatan samadhi yg tercapai dlm berbagai Jhana selain 2 yg terakhir masih keterpusatan yg hidup, bukan seperti patung mati. Ini relevan dg yg saya tulis di posting terdahulu ttg Jhana melalui vipassana. Selain itu jika kita melihat pada bbrp sutta penjelasan pengembangan kekuatan supranormal dr Jhana ke-4, tidak dikatakan oleh Sang Buddha harus keluar dari keadaan Jhana ke-4 lalu mengembangkan kekuatan tsb. Krn tidak dikatakan keluar, berarti halal berasumsi pengembangan kekuatan supranormal dilakukan dlm kondisi Jhana ke-4. Jika iya, berarti Jhana ke-4 adl keadaan yg meski terpusat penuh, tetapi tidak terputus dari dunia luar. Tidak terputus dan terpusat, seseorang dpt mengarahkan intensinya scr penuh.
May you be happy too Sdr Peacemind.
Mettacittena