//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - dilbert

Pages: [1] 2 3
1
Theravada / "Infallibility" dari Sangha Theravada
« on: 08 January 2014, 06:00:53 PM »
Nah 'kan... masih ga mudeng. Yang dimaksud penambahan belakangan itu adalah penyebutan "Tipitaka"-nya, bukan keseluruhan point aturan itu, apalagi keseluruhan vinayanya.

Jadi cuma ini yang terbaik yang bisa diberikan bro dilbert? Berlindung di balik otoritas religius berbasis kepercayaan bahwa mereka pasti benar?

Ini sama seperti sedang bicara tidak adanya bukti geologis tentang banjir global yang bikin kiamat. Lalu seorang fanatik religius protes, "Jadi maksud loe kitab suci gue bo'ong?! Maksud loe semua konsili dari Nicea sampe Vatican semua salah?! MANTAP!!" ;D

Nah, kalau cuma segini, betul-betul bikin kecewa. Saya usul terakhir kalinya, kalau cuma mau berdasarkan sumber sektarian atau saddha semata, mainlah di board sesuai. Di sini anda bisa terguncang menggelinding-gelinding imannya sebab tidak ada keistimewaan otoritas apapun meski anda mengaku arahant dengan chalabhinna yang sudah membuktikan dengan kesaktian melihat kehidupan lampau dan menyaksikan Buddha sendiri menulis Tipitaka, komentar, dan sub-komentar.

Berikutnya kalau masih ke-Theravada-theravada-an, saya akan pindahkan ke board Theravada. Di situ saya janji tidak akan ganggu, kecuali anda bicara yang tidak sesuai dengan Tradisi Theravada.


Analogi itu untuk membalas "tudingan" berikut ini...


BTW, tentang Buddhisme dan literaturnya, kok tampaknya bro dilbert tahu minim sekali yah? Saya sarankan banyak baca dulu deh sebelum berkomentar, tapi yang merupakan hasil penelitian dan pengkajian secara netral, bukan mitos. Nanti kalau sudah agak tahu-tahu sedikit, baru kita bahas lagi, jadi tidak seperti trolling di sini.


Kalau saya ngaku saja pengetahuan minim sekali.... Mungkin Bhikkhu2 dari berbagai negara yang ngikut Konsili Sangha ke-6 juga seperti itu ( tidak meneliti dan mengkaji secara netral, terus kemakan mitos)....

MANTAPPP...

2
Buddhisme Awal / Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 27 December 2013, 11:29:40 AM »
Setahu saya sewaktu kuliah disana, Early Buddhism (Buddhisme awal) itu adalah Buddhisme dikala awal2 masa, dimana waktu itu masih berkembang didataran India dan masih dipengaruhi filsafat2 Timur (Eastern philosophers), jadi bukan sekte baru atau aliran baru, hanya sebuah istilah saja kemudian yang selanjutnya Buddhisme berkembang keluar daerah India dan menjadi berkembang pesat ke daerah barat (western) sehingga filsafat2 buddhist dikembangkan oleh para philosopher barat (western philosophers).

dan apa yang aneh-nya dengan kitab-kitab di Tipitaka Pali ? Kalau Kitab seperti Milinda Panha itu sudah jelas adalah post kanon... Kalau kitab Abhidhamma ? jika ada scholar yang menyatakan bahwa Abhidhamma bukan Sabda Buddha Langsung, maka sangat SERIUS tudingan Kesalahan ini...

Sebagian Scholar vs Sidang Sangha ke-5 dan Ke-6...

3
Theravada / AJAHN BRAHM kontroversi
« on: 12 January 2013, 03:40:00 PM »
Gimana Kalau seorang Bhikkhu sudah tidak diakui di-silsilah sangha yang menabhiskannya ? apakah masih termasuk bhikkhu ?

4
Baru di terima kiriman Buku dari Dhammacitta untuk area Sumatera Bagian Utara
1. Digha Nikaya sebanyak : 56 buah (sisa stock = 0, stok per tgl 20 apr 2012 = 56 buah)
2. Samyutta Nikaya sebanyak : 48 set (sisa stock sebelumnya = 8 set, stock per tgl 20 apr 2012 = 56 buah)
3. Riwayat Agung PAra Buddha : 40 set (sisa stock sebelumnya = 0, stock per tgl 20 apr 2012 = 40 set)

---

5
Theravada / Sakka Panha Sutta -- Komentar / Penjelasan dari Mahasi Sayadaw
« on: 15 September 2011, 05:44:42 PM »
SAKKA PANHA SUTTA
Mahasi Sayadaw

(Alih Inggris – Indonesia: Chandasili Nunuk Y. Kusmiana,
Editor: Samuel B. Harsojo, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Medio Juli 2003)

KATA PENGANTAR

Buku ini berisi terjemahan ceramah Mahasi Sayadaw tentang Sakka Panha Sutta. Sayadaw memberikan ceramah tentang Sakka Panha Sutta pada bulan desember 1977 dalam kunjungan tahunan para umat untuk mendengarkan pembabaran dhamma dari beliau. Permintaan ceramah diajukan oleh U Pwint Kaung. Ia adalah ketua organisasi pengembangan Buddha sasana.

Ketua organisasi itu mengharapkan Sayadaw memberikan suatu ceramah yang bersifat umum dan universal. Dengan alasan inilah Sayadaw memilih serangkaian tema ceramah yang diambil dari Sakka Panha Sutta.

Sutta ini bercerita kepada kita tentang percakapan Sang Buddha Gotama dengan raja dewa Sakka. Sakka bertanya asal muasal timbulnya konflik, rasa frustrasi dan penderitaan yang dialami semua mahluk. Sayadaw membahas panjang lebar tentang sutta ini. Dalam sutta ini terdapat kata-kata Sang Buddha tentang hal yang bisa membuat dunia damai sejahtera serta beberapa pesan penting di dalamnya.

Ceramah Sayadaw bersifat informatif serta mampu memberi pencerahan. Banyak dari pandangan beliau yang sangat penting untuk menumbuhkan pemahaman dalam praktek dhamma sehari-hari.

Disamping itu Sayadaw mengingatkan tentang hal lain yakni pengantar suatu sutta tidaklah sepenting inti ajaran itu sendiri. Hal ini beliau katakan sehubungan dengan kontroversi yang timbul dibelakang hari tentang Abhidhamma Pitaka. Dimana kitab terakhir ini tidak diakui oleh sekelompok umat Buddha karena ketiadaan pengantar di dalamnya. Padahal intisari Abhidhamma yang dibabarkan langsung oleh Sang Buddha melalui Sariputta Thera sangat penting.

Beliau juga membahas praktek hidup sehari-hari dari sekelompok umat yang telah menyimpang dari ajaran Sang Buddha. Seperti diketahui, saat ini ada sekelompok pemuka agama yang sering berpidato dengan penuh semangat dan berapi-api. Ada juga para umat yang memohon pertolongan dari kekuatan supra seperti kepada tuhan dan lain-lain. Malah ada lagi praktek penyembelihan massal sejumlah hewan pada suatu festival keagamaan di vihara. Penyembelihan hewan-hewan itu dimaksudkan sebagai tumbal. Sudah pasti perilaku semacam ini salah besar dan menyalahi aturan. Bandingkan dengan perilaku benar seperti praktek dhamma untuk memperoleh pandangan terang.

Pada bagian lain Sayadaw membabarkan intisari dari Sakka Panha Sutta sebagai sesuatu yang luar biasa. Beliau berceramah setelah banyak melakukan pengamatan yang rasional dari Tipitaka dan kitab-kitab komentar. Penjelasan beliau tentang bentuk pikiran yang menyedihkan dan bersifat depresif serta bagaimana menyikapinya bisa dijadikan inspirasi dari sementara yogi yang berkeyakinan rendah. Dimana keyakinan yang rendah ini muncul karena adanya hambatan pada praktek spiritual mereka. Penjelasan-penjelasan Sayadaw akan membantu para yogi untuk meneruskan latihannya kala menemukan hambatan ketika tengah berlatih vipassana.

Sesuatu yang penting disebutkan di sini, nilai mendasar yang dibahas di sini tidak sebatas hanya untuk umat Buddha saja tapi berhubungan erat dengan kehidupan manusia secara umum. Terlihat pula sutta materi dhamma yang sangat menyentuh masalah yang terjadi pada manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam lingkaran kehidupan. Terakhir, bagi siapapun yang tengah melakukan praktek dhamma semoga bisa mengakhiri penderitaan.

Bhikkhu Indika (Nyaunggan)
Mahasi Dhammakathika
16, Sasanayeiktha, Rangoon

6
Diskusi Umum / Alam Surga bisa bertambah atau berkurang ?
« on: 10 September 2011, 12:16:00 PM »
Tãvatimsa Bhumi (alam 33 dewa). Disebut alam 33 dewa karena dahulu kala ada sekelompok pria yg berjumlah 33 orang yg selalu bekerja sama dalam berbuat kebaikan. Sewaktu mereka meninggal dunia semuanya terlahir di alam ini. Pemimpin mereka adalah Dewa Sakka.

Apakah karena 33 orang ini memiliki "pahala" / merit yang sama sehingga terlahir di sorga tertentu, maka terbentuk-lah alam 33 dewa...

Apakah ada kemungkinan alam dewa bisa bertambah lagi dengan analogi kasus yang sama, mungkin di masa mendatang, ada sekelompok orang terlahir lagi di surga baru, karena surga yang ada tidak cocok kesesuaian karma-nya ?

JUST CURIOUS...

9
Silahkan di-nikmati dan di-komentari...  ;D


10
Hari ini tanggal 30 Juni 2010 = Penanggalan Lunar Tgl 19 Bulan 6, dikenal sebagai salah satu dari peringatan Avalokitesvara (Kwan Im Seh)...

Pertanyaannya ? Peringatan ULANG TAHUN yang keberapa ya ?

11
Seorang kr****n suatu hari mengunjungi seorang Guru Zen dan berkata :
-----"Bolehkah aku membacakan beberapa kalimat Khotbah di Bukit?".

-----"Silahkan, dengan senang hati aku akan mendengarkannya", kata Guru Zen itu.

Orang kr****n itu membaca beberapa kalimat, lalu berhenti sejenak dan melihat Guru, Guru tersenyum dan berkata:
-----"Siapapun yang pernah mengucapkan kalimat-kalimat ini, pastilah sudah mendapatkan penerangan budi".

Orang kr****n itu senang. Ia meneruskan membaca, Sang Guru menyela dan berkata ;
-----"Orang yang mengucapkan ajaran ini, sungguh dapat disebut Penyelamat dunia".

Orang kr****n itu bergembira ria. Ia terus membaca sampai habis. Lalu Sang Guru berkata ;
-----"Khotbah itu disampaikan oleh Seorang yang memancarkan cahaya Ilahi".

Sukacita orang kr****n itu meluap-luap tanpa batas. Ia minta diri dan bermaksud kembali untuk meyakinkan Guru Zen itu, agar ia sendiri sepantasnya menjadi seorang kr****n. Dalam perjalan pulang ke rumahnya, ia berjumpa dengan Kristus di pinggir jalan.

-----"Tuhan, serunya dengan penuh semangat, saya berhasil membuat orang itu mengaku bahwa Engkau adalah Tuhan".

Yesus tersenyum dan berkata : "Apa gunanya hal itu bagimu, selain membesarkan "EGO kr****nMU?"."

( ANTHONY DE MELLO SJ)

12
Chan atau Zen / Kisah Para Sesepuh Chan silsilah Tiongkok
« on: 05 March 2009, 03:05:46 PM »
Kisah Para Sesepuh Chan (Zen Buddhisme China)

1. Bodhidharma
Pada tanggal 21 September tahun 527 M selama pemerintahan Dinasti Liang, Bodhidharma (dikenal sebagai sesepuh Zen silsilah India ke-28) tiba di Cina. Kaisar pada saat itu, Kaisar Liang Wu Ti sangat menyukai Buddhisme dan beliau sering memakai pakaian Buddhis, vegetarian dan melantunkan lagu buddhis. Pada tanggal 1 Oktober atas undangan kaisar Liang, Bodhidharma pergi ke ibukota Nanjing dan menemui Kaisar.

Kaisar : Sejak aku naik tahta, aku telah membangun banyak kuil, menyalin banyak naskah dan menyokong kehidupan banyak biksu dan biksuni. Apa kebajikan dari semua ini ?
Bodhidharma : Tidak ada kebajikannya. Apa yang kamu lakukan hanyalah kegiatan duniawi dan tidak bisa dianggal sebagai pahala sejati. Kebajikan sejati terdiri dari kesadaran murni, indah dan sempurna. Intinya adalah kekosongan. Seseorang tidak bisa mendapatkannya dengan cara-cara duniawi.

Pada tanggal 17 Oktober, Bodhidharma, setelah menyadari bahwa Kaisar Liang tidak dapat memahami maksudnya menyeberang sungai Yangtze dan pergi ke utara.

Penasehat keagamaan kerajaan : Di mana biksu bijak India itu sekarang ?
Kaisar : Ia telah menyeberang sungai dan pergi ke utara. Siapakah orang ini ?
Penasehat : Ia adalah bodhisatva yang menyebarkan esensi buddhisme. Yang Mulia, Anda bertemu orang ini tapi sepertinya Anda tidak melihatnya. Anda berkenalan dengannya tapi Anda tidak mengenalnya.
Kaisar : Kirim seseorang ke seberang sungai dan kejar bodhidharma.
Penasehat : Tidak ada gunanya. Meskipun anda mengirim seluruh rakyatmu, ia tidak akan kembali.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2. Hui Ke (Sesepuh Chan ke-2)

Setelah Bodhidharma menyeberang sungai Yangtze, ia menuju biara shaolin di gunung Song. Bodhidharma menghabiskan waktunya duduk bermeditasi dan menghadap dinding. Suatu hari, biksu bernama Seng-guang yang serius mempelajari ajaran datang dan berdiri tak bergerak di antara salju, menunggu bertemu bodhidharma.

Bodhidharma : Apa yang membuatmu datang ke sini dan berdiri di salju ?
Seng Guang : Kuharap guru berbelas kasih dan mengajariku esensi buddhisme.
Bodhidharma : Untuk mencapai kebuddhaan tidak membutuhkan waktu latihan yang lama. Tapi bila tekadmu tidak kuat, aku ragu bahwa kamu mampu mencapainya.

Seng-Guang kemudian mengeluarkan sebilah pisau dan memotong tangan kiri-nya.

Bodhidharma : Untuk mencapai kebuddhaan, seseorang boleh tidak menganggap tubuh atau hidup sebagai miliknya. DAlam hal ini, kamu memotong tanganmu bisa dianggap sebagai hal yang baik.
Seng-Guang : Guru, Tolong tenangkan pikiranku. (menurut cerita, Seng-guang sering mengalami mimpi buruk tentang pembunuhan)
Bodhidharma : Tunjukkan padaku, pikiranmu dan aku akan menenangkannya. Bila kamu menemukannya, bisakah itu dianggap milikmu ?
Seng Guang : Aku telah mencari pikiranku, tapi tidak bisa ditemukan.
Bodhidharma : Itulah, aku telah menenangkan pikiranmu. Apakah kamu telah mengerti sekarang ?
Seng-Guang : Aku mengerti, Inti-nya semua adalah kekosongan, dan itulah sebabnya bodhisatva tidak tertipu. Tidak memiliki ilusi adalah menyeberang ke tepian lain-nya.

Bodhidharma menerima Seng Guang sebagai muridnya dan namanya diganti menjadi Hui Ke.

---

Pada tahun 532 M dan bodhidharma merasa sudah waktunya kembali ke India setelah menghabiskan sembilan tahun di biara Shaolin. Ia memanggil muridnya untuk menguji pemahaman mereka.

Bodhidharma : Katakan padaku apa yang kamu pahami ?
Murid I : Kita tidak boleh melekat pada dunia tapi juga tidak mencampakannya, tapi hanya menggunakannya sebagai alat.
Bodhidharma : Kamu hanya memahami kulitku.
Murid II : Sebagaimana saya pahami, kebenaran adalah penampakan dari buddha. Kita melihatnya sekali lalu tidak pernah lagi.
Bodhidharma : Kamua hanya menangkap dagingku.
Murid III : Empat unsur adalah kosong dan lima gabungan kemelekatan adalah ketiadaan. Nyatanya tak ada yang bisa dipahami.
Bodhidharma : Kamu hanya menangkap tulangku.

Akhirnya, giliran Hui Ke. Ia tidak mengatakan apapun hanya membungkuk pada Bodhidharma dalam dalam.

Bodhidharma : Kamu telah menangkap inti-ku.

Hui Ke kemudian menjadi pemimpin Chan ke-2. Ia melanjutkan karya bodhidharma membebaskan makhluk yang terpedaya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

3. Seng Can (Sesepuh chan ke-3)
Pada tahun 559, seorang umat mengunjungi Hui Ke.

Umat : Aku mungkin telah melakukan hal buruk pada kehidupan lampauku, dan itulah sebabnya sekarang aku kena kusta. Kumohon guru, bisa menghapuskan dosaku.
Hui Ke : Bawalah dosamu padaku dan akan kuhapuskan untukmu.
Umat : Aku telah mencari dosaku tapi aku tidak menemukannya.
Hui Ke : Kalau begitu, aku telah menghapus dosamu. Kamu harus hidup sesuai dengan BUDDHA, Dharma dan Sangha.
Umat : Setelah bertemu Anda hari ini, aku menyadari sesuatu. Tolong katakan apakah Buddha dan apakah Dharma itu ?
Hui Ke : Pikiran adalah buddha dan juga dharma. Tidak ada bedanya antara Buddha dan Dharma.
Umat : Sekarang aku mengerti. Dosa bukan sesuatu yang di dalam, di luar atau diantaranya.
Hui Ke : Aku menerimamu sebagai muridku dan menyampaikan dharm padamu. KAmu akan dikenal sebagai Seng Can sejak saat ini.

Seng Can akhirnya menggantikan Hui Ke dan menjadi pemimpin Zen ketiga.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4. Dao Xin (sesepuh Chan ke-4)
Seng Can membantu menyebarkan hujan kebenaran. Suatu hari seorang biksu muda datang mengunjungi-nya.

Biksu Muda : Jenis pikiran apa yang bisa dianggap sebagai pikiran buddha ?
Seng Can : Jenis apa pula pikiranmu sekarang ?
Biksu Muda : Aku tidak tahu pikiranku.
Seng Can : Karena kamu pun tidak tahu pikiranmu, bagaimana bisa ada pikiran buddha ?
Biksu Muda : Kumohon guru, tunjukkan belas kasihmu dan bimbing saya menuju pembebasan gerbang dharma.
Seng Can : Siapa yang telah mengurungmu ?
Biksu Muda : Tak seorang-pun mengurungku.
Seng Can : Karena tak seorang pun mengurungmu, itu artinya kamu sudah bebas. Mengapa kamu tetap mencari pembebasan ?

Biksu Muda itu tercerahkan setelah mendengar kata kata ini. Ia melanjutkan Seng Can menjadi pemimpin Chan ke-4, Dao Xin.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

5. Hong Ren (sesepuh Chan ke-5)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6. Hui Neng (sesepuh Chan ke-6)

Pemimpin Chan ke-6, Hui Neng dianggap sebagai pemimpin Chan paling berhasil, karena di bawah kepemimpinannya, Chan berkembang pesat di China.
Pemikiran, kata-kata dan tindakannya di catat oleh murid-murid-nya dalam suatu karya yang dikenal sebagai Platform Sutra (Sutra Dasar) dari Pemimpin Chan ke-6. Dan mungkin satu-satu-nya karya dalam sejarah Buddhisme China yang diakui sebagai Sutra.

Nama asli keluarga Hui Neng adalah Lu. Ia dilahirkan tahun 638 dan penduduk asli Ling Nan di provinsi Guang Dong. Ayahnya, pejabat yang dicopot dan di buang sebagai orang biasa ke Xin Zhou di Ling Nan. Ayah Hui Neng wafat saat ia masih kecil dan ia hidup sangat miskin dengan ibunya yang sudah tua. Ia menjual kayu bakar di pasar untuk makan. Hui Neng tidak pernah belajar membaca dan menulis. Suatu hari ketika pulang dari pasar setelah menjual kayu bakarnya, Hui Neng mendengar seorang biksu pengelana berkata :

Biksu pengelana : Biarkan pikiran berfungsi bebas dan tidak tinggal pada apapun.
Hui Neng : Bolehkah kutanya, apa yang anda lantunkan ?
Biksu Pengelana : Isi dari Sutra Intan.
Hui Neng : Darimana anda mempelajari naskah itu ?
Biksu pengelana : Dari pemimpin Chan ke-5 Hong Ren yang tinggal di gunung Huang Mei di provinsi He Nan.

Dipenuhi semangat untuk mengetahui lebih banyak, Hui Neng memutuskan untuk pergi ke sana dan mengatur agar ibunya dirawat oleh seseorang. Maka ia memulai perjalannya ke He Nan untuk mencari dharma. Setelah berjalan selama lebih dari tigapuluh hari, akhirnya Hui Neng tiba di gunung Huang Mei dan segera bertemu dengan Hong Ren.

Hong Ren : Darimana asalmu dan apa yang kamu inginkan ?
Hui Neng : Hambamu adalah rakyat jelata dari Xin Zhou di Ling Nan. Saya datang untuk mengabdimu dan tujuanku adalah mencapai kebuddhaan.
Hong Ren : Jadi kamu adalah seorang barbar dari Ling Nan. BAgaimana kamu bisa mencapai kebuddhaan ?
Hui Neng : Manusia bisa digolongkan menjadi orang utara atau orang selatan, tapi jangan katakan bahwa sifat buddha memiliki perbedaan utara selatan ini. Tubuh seorang barbar mungkin berbeda dari tubuh seorang biksu, tapi apakah bedanya menurut pandangan sifat buddha ?

Hong Ren berpikir (Barbar ini terlalu kritis sifat dan wataknya) lantas berkata,

Hong Ren : Pergilah ke halaman belakang dan bekerjalah sebagai penumbuk padi.
----


Hui Neng bekerja selama delapan bulan di gunung Huang Mei sebagai penumbuk padi.
Suatu hari, Hong Ren merasa bahwa waktunya telah tiba untuk menyampaikan segel pencerahan dharma (dalam hal ini yang diserahkan adalah jubah sesepuh dan mangkok pindapata yang konon merupakan mangkok pindapata buddha sakyamuni) sebagai tanda pewarisan kedudukan pemimpin Chan.

Hong Ren : Aku ingin kalian semua menulis gatha berdasarkan pemahaman kalian akan dharma. Siapa yang mengerti kebenaran sejati akan mewarisi jubah dan dharma sebagai pemimpin Chan ke-6. 

Semua murid menganggap Shen Xiu, biksu kepala, sebagai orang yang paling berpeluang mewarisi jubah penerus. Shen Xiu menulis gatha di sebuah dinding vihara.

TUBUH ADALAH POHON PENCERAHAN.
PIKIRAN ADALAH TIANG TEMPAT CERMIN TERANG.
BERSIHKAN TERUS MENERUS DENGAN RAJIN DAN SELALU WASPADA
AGAR TIDAK TERCEMAR OLEH DEBU DEBU DUNIAWI.[/
color]

Gatha ini mendapat pujian dari banyak rekan-rekan biksu Shen Xiu.

Secara tidak sengaja, seorang biksu muda mengulang Gatha Shen Xiu di belakang vihara tempat Hui Neng bekerja. Lantas Hui Neng menanyakan

Hui Neng : Siapa yang mengarang gatha ini ?
Biksu Muda : Gatha itu dikarang oleh Shen Xiu dan ditulis di tembok vihara.
Hui Neng : Bisa aku ke sana melihatnya ?
Biksu Muda : Tentu Saja. Gatha itu tertulis di sana.
Hui NEng : Orang yang menulis ini belum tercerahkan !!
Biksu lainnya : Kamu tahu arti gatha ini ? Hebat !!
Hui Neng : Bahkan orang terendah bisa memiliki kebijaksanaan tertinggi, sebaliknya orang yang tertinggi mungkin memiliki ide konyol tentang kebijaksanaan.

Aku juga punya sebuah Gatha. Bisakah kamu menuliskannya di dinding untukku ?
Biksu lainnya : Tentu saja.

ASALNYA, TIDAK ADA POHON PENCERAHAN,
JUGA TIDAK ADA TIANG DENGAN CERMIN TERANG.
KARENA SEGALA SESUATU PADA MULANYA KOSONG.
DI MANAKAH DEBU DEBU MISA MELEKAT ?[/
color]

Hui NEng : Ayo pergi.

Gatha Hui Neng menimbulkan kehebohan di kalangan vihara karena menjadi semacam tandingan dari Gatha Shen Xiu. Akhirnya Hong Ren mengetahui tentang hal ini dan melihat sendiri Gatha Hui NEng.

Hong Ren : Gatha itu tidak mencerminkan pencerahan. Hapuskan !!

Hari-hari berikutnya, Hong Ren diam diam memperhatikan Hui Neng. dan pada suatu saat Hong Ren meminta Hui Neng datang ke kamar pribadinya pada tengah malam.
Malam itu, Hong Ren menjelaskan Sutra Intan kepada Hui Neng, yang tercerahkan sepenuhnya ketika mendengar kata-kata ini : "JAGALAH PIKIRANMU TETAP WASPADA TANPA MELEKAT PADA APAPUN DIMANAPUN."

Hong Ren memberikan jubah pewaris kepada Hui Neng.

Hong Ren : Di masa lalu, ketika bodhidharma datang ke Cina, orang tidak percaya pada kebenaran yang dikatakannya. Maka dalam Chan ada tradisi menurunkan jubah dan meneruskan pencerahan. Mulai sekarang kamu adalah pemimpin Chan ke-6. Jaga dirimu dan pergilah bertapa sebelum memberikan ajaran. Penyerahan jubah ini mungkin menimbulkan iri hati. Jadi kamu harus pergi dari tempat ini segera.

Sesampainya di tepi sungai.

Hong Ren : Mari kuseberangkan.

Setelah sampai di tengah sungai.

Hong Ren : Ketika murid masih kebingungan, guru harus menyeberangkannya. Bila ia sudah tercerahkan, ia harus menyeberang sendiri.

Hui Neng kemudian mengambil alih dayung.

Hong Reng: Di masa depan, dharma akan berkembang pesat melaluimu. Pergilah ke selatan. Dharma tidak mudah disebarkan. Tunggulah sampai waktunya tiba sebelum menjelaskannya.
Hui Neng : Terima kasih atas nasihat guru.
Hong Ren : Sebarkan benih di antara makhluk yang sadar, dan ia akan berbuah di tanah yang subur. Tanpa kesadaran takkan ada benih yang tumbuh; demikian pula tak ada hidup tanpa alam.

13
Setelah Dhamma Vinaya lenyap dari Dunia manusia, Apakah Dhamma Vinaya juga lenyap dari Alam Surga/Alam Brahma ?

14
Diskusi Umum / Kisah Mengharukan (Quan Am Thi Kinh)
« on: 03 February 2009, 11:54:06 AM »
Daku mendapat tahu kisah ini dari forum tetangga, sumber-nya dari

http://nyanabhadra.wordpress.com/200...n-am-thi-kinh/

Posted by nyanabhadra

Kisah Quan Am Thi Kinh
© Thich Nhat Hanh

Sahabat,
Hari ini tanggal 28 Juli 1996, kita berkumpul di Lower Hamlet, saya akan menggunakan bahasa Inggris.
Ada seorang anak perempuan kecil bernama Kinh, dia lahir di Vietnam utara zaman dahulu. Orang tuanya berharap kelahiran seorang pria, namun yang lahir adalah perempuan, walaupun demikian mereka tetap bahagia dan memberikan nama kecil Kinh kepadanya. Kinh berarti “respek, yang disanjung tinggi”. Sebuah nama indah. Anda menghormati orang lain, binatang, termasuk menghormati kehidupan tumbuhan dan mineral. Menghormati kehidupan, menghormati kehidupanmu juga kehidupan mereka dekat denganmu. Kinh seorang perempuan cilik cantik, seperti setangkai bunga. Kinh sering bersama ibunya berkunjung ke wihara dekat desanya untuk memberikan persembahan bunga teratai kepada Buddha dan mendengarkan ceramah dharma yang diberikan oleh biksu. Kinh senang mendengar dharma.

Kink punya niat besar untuk menjadi biksu, karena dia melihat bahwa biksu hidup bahagia dan bisa menolong banyak orang. Dia ingin menjadi biksu, karena berlatih, tinggal di wihara, semua tampak begitu indah dan damai. Ia senang dengan sikap para biksu, pergi dan datang dengan penuh kelembutan, menyentuh segala sesuatu dengan penuh hormat. Ia begitu senang terhadap dharma walaupun ia masih sangat kecil. Dia bertanya-tanya apakah bisa menjadi seorang biksu, tentu saja mereka jawab tidak, tidak untuk perempuan. Ajaran Buddha baru saja masuk ke Vietnam dan hanya ada wihara untuk biksu, mungkin ada wihara untuk biksuni namun sangat langka. Pada waktu itu belum ada pesawat terbang, tidak ada bus, jadi Kinh tidak terpikir untuk pergi ke tempat lain. Dia tidak bahagia karena tidak bisa menjadi biksu hanya karena dia seorang perempuan. Tampaknya dia frustasi, dia percaya bahwa perempuan juga bisa berlatih seperti seorang biksu, hidup bahagia dalam dharma seperti mereka.

Kinh tumbuh menjadi seorang perempuan cantik dan orang tuanya ingin dia menikah dengan seorang pria di desa tetangga. Pada zaman dahulu, pernikahan diatur oleh orang tua, dan anak wajib menuruti, karena itu adalah kebijaksanaan orang tua, mereka tahu siapa yang cocok buatmu. Harapan tertinggi orang tua adalah melihat anak perempuanya menikah dengan seorang pria yang punya masa depan cerah. Ada sebuah keluarga dari desa tetangga mengirim surat lamaran, pria itu bernama Sung Tin yang berarti “cendekiawan kebaikan, murid kebaikan”, saya tidak tahu seberapa baik pria itu, seberapa cerah masa depannya, tampaknya pria ini terlahir di keluarga cukup berada dan status sosial tinggi. Tampaknya pria ini memiliki masa depan cerah, karena dia adalah seorang murid yang baik dan mungkin saja telah lulus ujian dan menjadi pegawai tinggi pemerintahan. Para pelajar zaman dahulu sangat mendambakan kelulusan ujian dan dipilih menjadi menteri oleh raja, atau ketua propinsi, dan sebagainya.

Kinh harus menuruti kehendak orang tuanya untuk menjadi istri Sung Tin, walaupun niat sesungguhnya ingin menjadi biksuni. Tidak ada jalan lain baginya, waktu itu sangatlah berbeda dengan zaman sekarang ini, jika seorang perempuan ingin menjadi biksuni, dia bisa saja menelepon dan mencari tahu di mana ada wihara untuk biksuni, namun Kinh tidak punya kesempatan untuk bertanya. Oleh karena itu, ia mengubur keingiannya dalam-dalam dan menuruti kehendak orang tuanya untuk menikah dengan Sung Tin. Tentu saja sang istri wajib menyokong pendidikan suaminya, menjaga dan mendukung suaminya agar lulus ujian, itulah kewajiban seorang istri pada zaman itu.

Keluarga Sung Tin cukup kaya, jadi Kinh tidak perlu bekerja keras untuk menyokong suaminya. Namun perlu anda ketahui bahwa banyak istri yang masih muda harus menjual beras di pasar atau memanggul beras pada musim panas demi mendapatkan uang untuk mendukung suaminya untuk sekolah. Tentu saja kondisi demikian tidak terjadi pada Kinh karena dia menikah ke sebuah keluarga kaya. Jadi Kinh hanya mengerjakan pekerjaan dapur, bersih-bersih, memasak, menjahit pakaian, dan sebagainya. Kinh dididik oleh orang tuanya menjadi seorang yang bisa merawat rumah dengan telaten. Suatu hari ketika Kinh sedang menambal pakaian, suaminya sedang belajar di sisinya kemudian ketiduran. Seorang pelajar berupaya untuk belajar sebanyak-banyaknya, suaminya juga demikian, belajar siang dan malam hari, pada hari itu suaminya belajar di sisinya dan ketiduran.

Ketika Kinh melihat Sung Tin, dia melihat ada beberapa kumis yang tidak tercukur rapi, dengan penuh cinta kasih ia menggunakan sepasang gunting mencoba untuk meratakan cukurannya. Namun, tiba-tiba suaminya terbangun dan dalam keadaan begitu, suaminya menyangka bahwa Kinh mencoba membunuhnya, oleh karena itu ia berteriak. Saya tidak tahu seberapa dalam cinta mereka berdua, seberapa dalam mereka saling mengerti, namun inilah yang terjadi. Orang tuanya datang dan bertanya, “Mengapa engkau berteriak?” Ia menjawab, “Ketika aku sedang ketiduran, ketika aku bangun, aku melihat dia menggunakan sepasang gunting seperti itu, jadi saya tidak tahu.” Orang tuanya bilang, “Bisa saja seorang istri tidak setia akan membunuh suaminya, karena jatuh hati pada pria lain, oleh karena itu kami tidak ingin kamu sebagai menantu kami lagi. Kami akan mengirim anda pulang ke rumah.” Kinh mencoba untuk memberi penjelasan, namun orang tua Sung Tin tidak percaya.

Ketika saya berlatih melihat secara mendalam atas kejadian ini, saya melihat bahwa pengusiran itu terjadi bukan karena kecurigaan, namun penyebabnya adalah kecemburuan. Setelah menikah, pria itu selalu menghabiskan waktu bersama istrinya, dan orang tuanya merasa kehilangan anaknya. Wanita yang baru masuk ke keluarga itu telah memonopoli seluruh kehidupan anaknya, jadi kecemburuan muncul dalam diri orang tuanya tanpa disadari. Jadi, mereka menulis surat untuk keluarga Kinh dan meminta mereka untuk menjemput balik anak perempuannya. Bayangkan betapa pedih derita keluarga itu. Bagi satu sisi keluarga, anak perempuannya sangat sempurna, jujur, setia. Ini sebuah ketidakadilan, dan ini merupakan ketidakadilan pertama yang harus dia dera, terima, dan telan mentah-mentah. Akhirnya mereka membawa pulang Kinh, mereka percaya bahwa Kinh tidak punya niat untuk membunuh suaminya, ini sungguh sebuah kemalangan, dan mereka bertiga sangat menderita.

[Gong]

Namun Kinh mendapat pelajaran berharga dari kehidupan suami-istri. Dia melihat bahwa banyak orang hidup dalam persepsi keliru. Bahkan dalam keluarga kaya sekalipun, mereka saling menyebabkan penderitaan. Cinta Kinh dalam keluarga itu tidak bisa membuat dirinya bahagia, tidak bisa membuat dirinya mekar seperti bunga. Cinta seperti itu, kehidupan seperti itu tidak memberikan kepuasaan kebutuhan hidup terdalamnya. Tiba-tiba niat untuk menjadi biksuni kembali muncul. Dia menghabiskan beberapa malam untuk berpkir bagaimana menjadi biksuni agar bisa berlatih di wihara, agar dia bisa sepenuh hati terjun ke dalam dharma dan mendedikasikan sepanjang hayatnya untuk berlatih dharma.

Suatu malam ia memutuskan untuk menyamarkan dirinya menjadi seorang pria supaya bisa diterima di sebuah wihara. Tentu saja dia tidak pergi ke wihara dekat dengan desanya karena takut ada orang yang mengenalinya, kalau ketahuan maka tentu saja akan ditentang oleh keluarganya. Oleh karena itu, dia pergi sangat jauh karena cukup banyak wihara di tempat-tempat lain. Ia berjalan kaki sekitar 100 mil agar tidak ketahuan orang tuanya. Dia tidak memberitahu siapapun termasuk sahabatnya atas niatnya itu. Kalau saja ia memberitahu sahabatnya, tentu saja orang tuanya akan pergi mencari di setiap wihara dan membawanya pulang, dia akan ketahuan seketika itu juga, dia menjaga ketat rahasia itu.

Suatu hari, Kinh kabur dan menghilang dengan meniggalkan beberapa barangnya beserta sepucuk surat yang berisi, “Ibunda dan Ayahnda, Aku punya sebuah niat yang sangat aku cinta, aku akan mengerjakannya, mohon maafkan saya karena tidak bisa tinggal di rumah untuk menjaga kalian berdua, karena ketetapan hati saya sudah begitu kuat.” Anda tahu bahwa tekad itu adalah Bodhicitta, tekad besar untuk berlatih dharma dan menghadirkan kebahagiaan bagi banyak orang, di banyak tempat orang menderita dan terjebak dalam persepsi keliru, mereka melakukan ketidakadilan terhadap sesamanya setiap hari. Ia tidak ingin mengulangi kehidupan yang sama lagi, dia ingin menjadi biskuni. Setelah berjalan sekitar 100 mil, dia menemukan sebuah wihara bernama Phap Van, “Awan dharma”, tidak jauh dari Hanoi.

Ia menyamar sebagai seorang pria, ia memohon untuk bertemu dengan kepala wihara. Dia ikut mendengarkan ceramah dharma dan sangat tersentuh, dia menunggu sampai semua orang pulang, ia mendekati biksu itu dan mengutarakan niatnya untuk bergabung menjadi anggota sangha monastik, samanera. Biksu itu pun minta dia duduk dan berkata, “Anak muda, mengapa engkau ingin masuk anggota sangha?” Dia berkata, “Oh guru, Aku melihat segala sesuatu tidak kekal, tidak ada yang bisa berlangsung selamanya. Semua ini seperti mimpi, bagaikan kilat. Ketika saya memandang ke langit, aku meliat awan berbentuk anjing, begitu cepat awan itu berubah wujud, sekarang aku melihat awan itu sudah berubah bentuknya menjadi pakaian. Semua orang mencoba untuk memperoleh ketenaran, memperoleh keuntungan dari dunia ini dan tampaknya mereka tidak bahagia. Aku ingin kebahagiaan sesungguhnya, aku percaya bahwa hanya dharma bisa memberikan aku kedamaian dan kebahagiaan.” Setelah mengutakan alasan itu, biksu itu mengucapkan selamat kepadanya, “Anak muda engkau telah mengerti ajaran tentang ketidakkekalan aku berharap kamu bisa sukses dalam latihan biksu. Kinh diizinkan untuk menetap di wihara itu, tiga bulan kemudian ia ditahbiskan menjadi samanera.


15
Mengingat bahwa Konsili Sangha ke-5 dan ke-6 baru dilaksanakan pada abad ke-20 di Myanmar seperti ada pengesahan Milinda Pañha yang merupakan buku Buddhis kuno yang diagungkan serta dianggap bernilai tinggi sehingga oleh orang-orang Burma dimasukkan ke dalam Kitab Suci Pali (Pali Kanon).

Note : Apakah Milinda Panha digolongkan termasuk ke dalam Tipitaka ? Apakah Buddhavamsa (Riwayat Agung Para Buddha) juga merupakan produk abad 20 ? Mengingat di dalam Buddhavamsa sendiri pada halaman 2743 disebutkan bahwa dalam konsili Sangha I, pengulangan Buddhavamsa sudah dilakukan dan digolongkan didalam Khuddaka Pitaka.

Pages: [1] 2 3
anything