//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 551783 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #450 on: 31 December 2010, 09:30:11 AM »
saya yakin ph tidak pernah dan tidak akan pernah mengatakan "penulis Tipitaka keliru kecuali tiSutta". sekali lagi saya mohon anda memakai kata2 yg akurat. jelas2 ph sering sekali memakai referensi sutta2 lain. kalo menolak abhidhamma sih emang jelas iya dan itu tidak aneh di dunia buddhism. wong mereka yg menyelidiki dan mempelajari secara mendalam seperti ajahn brahm dan skolar2 lain juga menolak abhidhamma kok... biasa aja. tipitaka bukan harga mati buat buddhis.
bagi PH, sutta yang lain diragukan itu perkataan sang buda, hanya tisutta yang di anggap PH sebagai perkataan buda yang sebenarnya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #451 on: 31 December 2010, 09:32:59 AM »
WHILE (x=1)
   LAHIR()
      WHILE (umur > 0)
         Kesadaran()
         Pikiran()
         Bentuk Pikiran()
         Perasaan()
            Perasaan bathin= (x Sin(0.5πC)/x) * I
            Perasaan jasmani= sin({1/2+C}π)
         Jasmani()
         WAIT (1 momen)
         umur = umur - 1
      END [WHILE(umur>0)]
   MATI()
END [WHILE (x=1)]


sungguh agama Buddha adalah ajaran yg rumit, agama khusus programmer

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #452 on: 31 December 2010, 09:36:40 AM »
bagi PH, sutta yang lain diragukan itu perkataan sang buda, hanya tisutta yang di anggap PH sebagai perkataan buda yang sebenarnya.
buktikan perkataan anda. setahu saya dia meragukan maha satipatthana sutta dan itu sah2 saja. wong ajahn buddhadasa juga meragukannya kok.
tipitaka bukan harga mati.

saya beri bukti yg sebaliknya dari internet bahwa ph memakai ref sutta lain:
Quote
POTALIYA-SUTTA (A.ii.97) - Mengecam & memuji

Petapa kelana Potaliya mendapatkan Sang Buddha & bertukar sapa. Sang
Buddha berkata kepadanya:
"Potaliya, ada empat jenis manusia di dunia. Apakah itu?

(1) Ada orang yang mengecam apa yang patut dikecam, tapi tidak memuji apa yang
patut dipuji, secara benar & pada saat yang tepat;

(2) ada orang yang memuji apa yang patut dipuji, tapi tidak mengecam apa yang
patut dikecam, secara benar & pada saat yang tepat;

(3) ada orang yang tidak mengecam apa yang patut dikecam, dan tidak memuji apa
yang patut dipuji, secara benar & pada saat yang tepat;

(4) ada orang yang mengecam apa yang patut dikecam, dan memuji apa yang patut
dipuji, secara benar & pada saat yang tepat.

Potaliya, di antara keempat jenis manusia ini, manakah yang terbaik dan
termulia?"

Jawab Potaliya:

"Gotama yang baik, di antara keempat jenis manusia ini, orang yang tidak
mengecam apa yang patut dikecam, dan tidak memuji apa yang patut dipuji, secara
benar & pada saat yang tepat, adalah yang terbaik dan termulia. Mengapa begitu?
Oleh karena ia telah memiliki keseimbangan batin (upekkha) yang tinggi."

Kata Sang Buddha:

"Potaliya, di antara keempat jenis manusia ini, orang yang mengecam apa yang
patut dikecam, dan memuji apa yang patut dipuji, secara benar & pada saat yang
tepat, adalah yang terbaik dan termulia. Mengapa begitu? Oleh karena ia tahu apa
yang harus dikatakan pada saat yang tepat."

Jawab Potaliya:

"Betapa sempurna, Gotama yang baik, betapa sempurna! Bagaikan menegakkan kembali
apa yang terbalik, mengungkap apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada
orang yang tersesat, menyalakan pelita bagi mereka yang mempunyai mata untuk
melihat wujud-wujud. Begitulah Gotama yang baik telah menjelaskan Dhamma dengan
berbagai cara. Saya berlindung pada Sang Bhagava Gotama, pada Dhamma dan Sangha
para bhikkhu. Semoga saya diingat sebagai orang awam (upasaka) yang telah
berlindung, mulai sekarang, sepanjang hidup."

[Terjemahan: Hudoyo Hupudio]
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #453 on: 31 December 2010, 09:46:25 AM »
Bro Kainyn yang baik, Apakah anda menyamakan Arahat dengan orang bodoh yang tidak mengerti bahwa ia memiliki sesuatu?
Bukan, saya mengatakan Arahat yang tidak ada kemelekatan saja mencari sesuatu yang hilang karena mempertimbangkan fungsinya, apalagi saya yang masih melekat lalu kehilangan mobil.

Quote
Seorang Arahat bukan kesadaran pemilikan atau aku yang hilang, tetapi "kemelekatan terhadap segala sesuatu", baik kemelekatan terhadap pancakhandha, maupun hal-hal lainnya. Tetapi apakah "sense of belonging" terhadap jubahnya hilang? Saya rasa memang tak ada, apakah beliau tak tahu bahwa jubah itu miliknya (dalam segi hukum?) tentu saja tahu. Tetapi need of robe menyebabkan Arahat akan berusaha mencari gantinya sebelum pindapatta. Jadi kesimpulannya: disebabkan "kemelekatan terhadap segala sesuatu" telah lenyap pada Arahat.
Ya, betul. Demikian juga walaupun saya tidak punya sense of belonging, tapi kalau saya tahu adalah kewajiban saya menjaga mobil tersebut, saya akan mencarinya.
Saya juga tidak memahami relevansi "hilangnya pikiran khayal" yang saya contohkan, dengan "hilangnya mobil/pacar yang nyata".

Quote
Pikiran monster maupun pikiran tak ada monster hanyalah bentuk pikiran. Itu hanyalah sebuah proses, tak ada aku disana.
Bro.. bila ingin bertanya coba quote kan kembali karena susah saya mengulang-ulang kembali karena saya harus menjawab pertanyaan anda dan bro Morpheus. jadi tak perlu saya membuka kembali, karena format reply penulisan kita telah berubah. kadang-kadang jawaban akhirnya melantur jadi menjauh dari pokok perbincangan. Yaitu persepsi salah mengenai aku.
Sayang sekali. Saya pikir Bro Fabian selalu mengikuti semua posting sebagai satu kesatuan, ternyata hanya satu per satu saja. Tidak apa, tidak ada lagi yang saya tanyakan.

Quote
Ini ada di Sutta.
Bukankah jawaban saya terakhir telah menjawab...? Semua khandha bisa menyebabkan pandangan salah, lobha -dosa-moha timbul.
Anda tidak nyambung karena anda berpikir dengan cara pikir pak Hudoyo: yaitu pikiran membentuk persepsi aku.
Sedangkan saya menjawab tidak mengikuti cara pikir Hudoyo. Saya menjawab bahwa rangkaian sebab-akibat yang dapat menyebabkan pandangan salah mengenai aku (sakkkaya ditthi/atta ditthi) menjadi timbul, bisa disebabkan pancakhandha atau hal-hal diluar pancakhandha, berakarkan lobha, dosa dan moha.
Begitu yah? :) Saya sih tidak terbayang jasmani ini entah bagaimana caranya bisa mempersepsi adanya aku.
Saya hanya terbayang sebatas pikiranlah yang mempersepsi jasmani (atau yang dipersepsi oleh jasmani) sebagai aku.

Quote
  Sekali lagi anda berpikir cara Hudoyo, yaitu pikiran membentuk persepsi aku. Tetapi saya melihat dalam hukum sebab-akibat, yaitu semua pancakhandha dapat menyebabkan "persepsi aku" timbul.
Kenyang bukan hanya disebabkan makan, bisa juga karena minum, kenyang belum tentu bikin ngantuk, ngantuk bisa disebabkan berbagai hal.
Saya berpikir cara saya. Itulah pendapat saya bahkan sebelum bertemu Pak Hudoyo. Juga saya tahu perasaan adalah hasil dari kontak indera dan objek indera, yang kemudian menghasilkan perasaan menyenangkan, netral dan tidak menyenangkan. Saya tidak terbayang perasaan bisa menimbulkan 'persepsi aku' yang saya tahu sebatas pikiranlah yang mempersepsi perasaan ini sebagai aku.

Jadi sudah jelas yah bahwa pemikiran kita berbeda. Jadi saya tidak lanjutkan lagi.
 _/\_
« Last Edit: 31 December 2010, 09:54:38 AM by Kainyn_Kutho »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #454 on: 31 December 2010, 09:51:23 AM »
buktikan perkataan anda. setahu saya dia meragukan maha satipatthana sutta dan itu sah2 saja. wong ajahn buddhadasa juga meragukannya kok.
tipitaka bukan harga mati.

saya beri bukti yg sebaliknya dari internet bahwa ph memakai ref sutta lain:
salah satu contoh :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg66928#msg66928
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #455 on: 31 December 2010, 10:04:25 AM »
salah satu contoh :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg66928#msg66928
ini saya tampilkan:
hudoyo: Sejauh menyangkut praktik, saya melihat tidak semua isi Tipitaka itu bagus.

apakah ini bukti "hanya tisutta yang di anggap PH sebagai perkataan buda yang sebenarnya"?
seperti tidak tuh. kata2 anda sepertinya tidak benar karena sangat sering ph memakai sutta2 lain di luar tiga sutta sebagai referensi. contohnya: potaliya, theragatha 257, dll. kalo kata2 itu tidak benar dan tidak membuktikan seperti itu bisa dikatakan fitnah.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #456 on: 31 December 2010, 10:31:26 AM »
ini saya tampilkan:
hudoyo: Sejauh menyangkut praktik, saya melihat tidak semua isi Tipitaka itu bagus.

apakah ini bukti "hanya tisutta yang di anggap PH sebagai perkataan buda yang sebenarnya"?
seperti tidak tuh. kata2 anda sepertinya tidak benar karena sangat sering ph memakai sutta2 lain di luar tiga sutta sebagai referensi. contohnya: potaliya, theragatha 257, dll. kalo kata2 itu tidak benar dan tidak membuktikan seperti itu bisa dikatakan fitnah.

sutta yang dia ambil sebagai referensi hanyalah yang bisa menguatkan ajarannya, yang tidak menguatkan maka dianggap bukan perkataan Buda.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #457 on: 31 December 2010, 10:37:47 AM »
sutta yang dia ambil sebagai referensi hanyalah yang bisa menguatkan ajarannya, yang tidak menguatkan maka dianggap bukan perkataan Buda.
dengan kata lain, "hanya tisutta yang di anggap PH sebagai perkataan buda yang sebenarnya" tidaklah terbukti?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #458 on: 31 December 2010, 11:16:02 AM »
Bila seseorang mendapatkan rumah yang lama diidam-idamkannya karena dapat rejeki besar, apakah ia menderita karena "berpikir ini milikku" terhadap rumah yang baru kemarin didapatkannya tersebut...? I don't think so.
Ini namanya sesuatu yang menyenangkan(diinginkan/disukai/dicintai).

Bagaimana jika rumah yang diidam-idamkannya dan sudah menjadi miliknya terbakar?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #459 on: 31 December 2010, 12:01:41 PM »
Ini namanya sesuatu yang menyenangkan(diinginkan/disukai/dicintai).

Bagaimana jika rumah yang diidam-idamkannya dan sudah menjadi miliknya terbakar?


umumnya pastilah sedih  :o bahkan menangis  :'(
karena tidak bisa menerima perubahan ke buruk

 _/\_
« Last Edit: 31 December 2010, 12:03:25 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #460 on: 31 December 2010, 12:15:22 PM »
umumnya pastilah sedih  :o bahkan menangis  :'(
karena tidak bisa menerima perubahan ke buruk

 _/\_

Bagaimana jika rumah orang lain yang terbakar?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #461 on: 31 December 2010, 12:24:55 PM »
oh, itu maksudnya...
ada, om. sewaktu menghitung 700 x 5, saya berpikir "saya diminta om fabi menghitung 700 x 5".

Saya kutipkan kembali:
Quote
Mengenai batu jelek sudah dijawab, bagaimana dengan menghitung 700 X 5 apakah "keakuan" timbul dengan menghitung 700 X 5...?
'keakuan" apa yang timbul? Apakah atta anda timbul waktu menghitung 700 X 5...?

Quote
nah, menurut saya, ini pengertian yg sangat sangat sangat penting mengenai dukkha.

dalam pengertian saya, dukkha itu bukanlah hanya sakit, bukanlah sedih, atau hal2 negatif lainnya.

bagi saya, dukkha itu selalu ada karena dukkha adalah gap antara realita dengan keinginan si aku.

selama saya hidup dan belum tercerahkan, keinginan saya akan selalu satu langkah di depan realita seperti keledai yg ditunggangi orang yg memancingnya pake wortel.
Ini pernyataan anda sendiri kan...? referensinya ada...?
 
Quote
dalam contoh anda, apakah dengan mendapatkan rumah lalu dukkha berhenti? no way.
Anda katakan bahwa seseorang yang muncul pikiran ini milikku akan menderita? Apakah kasus orang yang mendapatkan rumah idamannya ini menderita?

Quote
di saat itu juga, didetik itu juga, rumah masuk ke dalam garis "milikku" dan keinginan dia maju lagi satu langkah kepada hal2 diluar garis yg "bukan milikku".
Ini adalah spekulasi anda bro... bisa juga ia merasa puas dan merasa cukup dengan rumah tersebut.

Quote
keinginan ini akan terus menerus menggerakkan kita kesana kemari, jungkir balik, mengejar hp model baru, cewe yg hot, pendidikan yg lebih tinggi, belajar teori buddhis, makan makanan enak, ketenangan jhana, pengetahuan yg lebih dalam, tamat sd, tamat smp, tamat sma, tamat s1, s2, pegawai senior, manager, direktur, ceo, kepala suku, rumah rss, rumah dua tingkat, apartemen... segalanya. belum ditambah dukkha yg timbul dari menjaga keabadian "milikku" tadi.
jawaban ini melantur bro... tak berhubungan dengan pertanyaannya.

Quote
gap antara realita dan keinginan si aku ini tidak akan pernah tertutup, hanya bisa tertutup, tidak ada gap lagi disaat aku berhenti.
ini yg dikatakan Buddha: tidak lagi berpikir "ini aku, ini milikku, ini diriku".
Perlu diperjelas dan jangan dicampurkan bro... ini bukan perkataan Sang Buddha kecuali yang saya bold.

Quote
bukankah ini sangat jelas terlihat di dalam sana?
inilah pengertian yg saya anggap amat sangat penting, mengenai dukkha.
Ini adalah pengertian anda sendiri bro.

Quote
lah, tulisan anda di atas sekalipun kan tidak menjabarkan si neyya ini harus belajar buanyak sutta dan buku2.
Saya bukan katakan hanya baca sutta buku, tetapi harus meditasi intensive bro.

Quote
bisa saja si neyya ini belajar satu sutta dan mempraktekkannya dengan intensive. instruksi meditasi di satu sutta saja mungkin gak akan habis2 kalo dipraktekkan seumur hidup.
Poinnya apa...?

Quote
dan anda menyimpulkan itu impossible berdasarkan ....?
Karena kekotoran batin manusia sekarang semakin tebal sehingga kebijaksanaan/pannanya juga semakin tipis, sehingga lebih sulit mencapai kesucian.

Quote
sampai sekarang pernahkah saya menjawab pake kitabnya jk? bukannya semua pertanyaan anda saya jawab dengan teori buddhis?
Anda menjawab berdasarkan pemikiran anda sendiri bro, saya tak pernah Sang Buddha mengajarkan ada gap antara realita dan si"aku".
Quote
jadi menurut saya, ada orang2 yg merasa apa yg diajarkan ph itu buddhism, dan ada orang2 yg merasa itu bukan seperti anda.
Yang pasti orang-orang itu seperti anda.

Quote
wajar saja, boleh saja, selama yg satu tidak mengkafirkan pemahaman yg lain...
Mengkafirkan pemahaman yang lain adalah bagian dari freedom of thought bro...

Quote
saya yakin ph tidak pernah dan tidak akan pernah mengatakan "penulis Tipitaka keliru kecuali tiSutta".
sekali lagi saya mohon anda memakai kata2 yg akurat. jelas2 ph sering sekali memakai referensi sutta2 lain. kalo menolak abhidhamma sih emang jelas iya dan itu tidak aneh di dunia buddhism. wong mereka yg menyelidiki dan mempelajari secara mendalam seperti ajahn brahm dan skolar2 lain juga menolak abhidhamma kok... biasa aja. tipitaka bukan harga mati buat buddhis.
Coba untuk penyegaran kembali baca link ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4351.600  selain itu coba baca hal 43,
Ia menyalahkan para guru penghafal Tipitaka, yang berarti secara implisit ia menyalahkan Tipitaka yang ditulis oleh para penghafal Tipitaka tersebut.

Quote
arah pertanyaan saya adalah anda mengaku melihat, merasakan, mengamati arus keinginan dan proses batin belaka.
Pertanyaannya: dimanakah anda melihat dan merasakannya? di batinku ataukah batin orang lain atau di tempat lain?
Pada waktu saya melihat landasan kesadaran sendiri sewaktu meditasi. Menurut anda dimana?
Anda mencoba mengarahkan bahwa ada aku disana (di batin)... maaf bro... kenyataannya tidak demikian, keinginan hanyalah proses batin belaka yang timbul dan lenyap kembali tak lebih. Tak ada aku disana.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #462 on: 31 December 2010, 01:05:28 PM »
[at]fabian

39. ‘Poṭṭhapāda, ada tiga jenis ‘diri’:17 diri yang kasar, diri yang ciptaan-pikiran, dan diri yang tanpa bentuk. Apakah diri yang kasar? Diri ini berbentuk, tersusun dari empat unsur utama, memakan makanan padat. Apakah diri yang ciptaan-pikiran? Diri ini berbentuk, lengkap dengan semua bagian-bagiannya, tidak cacat dalam semua organ-indria. Apakah diri yang tanpa bentuk? Diri ini tanpa bentuk, dan terbuat dari persepsi.’

Kalau membaca dari bro fabian, berarti Sang Buddha mengajarkan dengan cara ini tidak lah benar. Kata-kata Sang Buddha tidak tepat. Seharusnya Sang Buddha tidak menguraikan begitu. Kata diri harus diganti dengan serangkaian sebab akibat karena pancakhanda atau yang diluar pancakhanda.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #463 on: 31 December 2010, 01:26:12 PM »
Saya kutipkan kembali: 'keakuan" apa yang timbul? Apakah atta anda timbul waktu menghitung 700 X 5...?
pikiran saya tidak mungkin menghitung 700 x 5 seperti komputer. pikiran saya akan berkata "saya sedang menghitung 700 x 5 atas permintaan om fabi".
sampai di sini saya tidak meneruskan lagi.

Ini pernyataan anda sendiri kan...?
referensinya ada...?
percakapan ini sudah berubah menjadi perang referensi :)
saya udah gak ada energi untuk mencari referensi, tapi saya yakin pernyataan saya itu sejalan dengan pengertian ajaran Buddha.
kalo yg anda mengharapkan kata demi kata yg keluar dari keyboard saya 100% sama dari tipitaka, saya menyerah saja daripada jadi tukang copy paste tipitaka.

Anda katakan bahwa seseorang yang muncul pikiran ini milikku akan menderita? Apakah kasus orang yang mendapatkan rumah idamannya ini menderita?
Ini adalah spekulasi anda bro... bisa juga ia merasa puas dan merasa cukup dengan rumah tersebut.
yg saya tuliskan di atas adalah pengertian paling dasar untuk memahami dukkha yg diajarkan Buddha yg akan selalu ditemukan siapapun yg belajar Buddha Dhamma. kebenarannya dibuktikan di dalam diri (oh ya, anda akan bilang gak ada diri. ini kata2 diperlukan untuk komunikasi, om) masing2 saja.
cukup sampai di sini ya, om.

Saya bukan katakan hanya baca sutta buku, tetapi harus meditasi intensive bro.
Poinnya apa...?
saya ngeliat stamina dan fokus anda udah berkurang (maaf kalo salah), demikian juga dengan stamina saya.
cukup sampai di sini saja, om fabi.

Coba untuk penyegaran kembali baca link ini:

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4351.600  selain itu coba baca hal 43,
Ia menyalahkan para guru penghafal Tipitaka, yang berarti secara implisit ia menyalahkan Tipitaka yang ditulis oleh para penghafal Tipitaka tersebut.
terserah anda kalo merasa tipitaka kata demi kata adalah 100% asli dari mulut Buddha dan tidak ada perubahan, penambahan maupun pengurangan.
saya sendiri sependapat dengan ph kalo isi tipitaka perlu dicermati, dikritisi, direnungkan dan digali lebih dalam. tidak semuanya diterima dan ditelan bulat2.
bagi saya sah2 saja menyalahkan bagian2 tipitaka yg gak membawa kemajuan batin.
sampai di sini juga untuk topik ini, om.


Pada waktu saya melihat landasan kesadaran sendiri sewaktu meditasi. Menurut anda dimana?
Anda mencoba mengarahkan bahwa ada aku disana (di batin)... maaf bro... kenyataannya tidak demikian, keinginan hanyalah proses batin belaka yang timbul dan lenyap kembali tak lebih. Tak ada aku disana.
:)
ada salah sambung dalam komunikasi kita, om. saya udah kecapean untuk meneruskan. saya serahkan pada pembaca saja. silakan kalo anda mau terus.
cukup sekian, om fabian. terima kasih and selamat tahun baru.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #464 on: 31 December 2010, 01:26:36 PM »
Bukan, saya mengatakan Arahat yang tidak ada kemelekatan saja mencari sesuatu yang hilang karena mempertimbangkan fungsinya, apalagi saya yang masih melekat lalu kehilangan mobil.
Ya bro, oleh karena itu saya mengatakan tak ada aku disana, hanya kadang-kadang persepsi aku timbul pada puthujana, tetapi tidak selalu.

Quote
Ya, betul. Demikian juga walaupun saya tidak punya sense of belonging, tapi kalau saya tahu adalah kewajiban saya menjaga mobil tersebut, saya akan mencarinya.
Saya juga tidak memahami relevansi "hilangnya pikiran khayal" yang saya contohkan, dengan "hilangnya mobil/pacar yang nyata"
. Inilah yang dikatakan mempersepsikan sesuatu, sebenarnya persepsi adalah permainan pikiran, dengan hilangnya persepsi maka kita dapat melihat segala sesuatu apa adanya. Bagaimana reaksi kita terhadap apa yang kita alami tergantung dari bagaimana kita me 'manage" batin kita. Persepsi setiap orang kadang berlainan contohnya bila di langit cuaca mendung: "yang satu beranggapan wah mendung sebentar lagi akan hujan". yang lainnya beranggapan "ah mendung sedikit sebentar lagi juga cerah" Persepsi menimbulkan konsep, dan konsep itulah yang seringkali berbuah konflik. Ini mobilku, ini rumahku... semua adalah konsep yang timbul dari persepsi.

Di berbagai negara, tanaman yang tumbuh di tanah seseorang merupakan milik sang pemilik tanah.
Di Papua saya menemukan bahwa masyarakat sana beranggapan bahwa, tumbuhan yang tumbuh di tanah kita atau di tanah milik orang lain ditumbuhkan oleh Tuhan, sehingga setiap orang boleh mengambil hasil tumbuhan tersebut, karena merupakan anugerah Tuhan.
Perhatikan konsep pemilikan berbeda maka sikap terhadap orang yang mengambil hasil tanaman diatas tanahnya juga berbeda.

Apakah "aku" orang Papua berbeda dengan "aku" kita? Saya rasa tidak, semua itu hanya konsep yang timbul dari persepsi, tak ada aku.

Quote
Sayang sekali. Saya pikir Bro Fabian selalu mengikuti semua posting sebagai satu kesatuan, ternyata hanya satu per satu saja. Tidak apa, tidak ada lagi yang saya tanyakan.
Sulit bagi saya mengingat kembali postingan sebelumnya setelah kita berdiskusi sedemikian jauh (saya juga memiliki memori yang kurang baik), sehingga repot membuka kembali postingan yang lama.

Quote
Begitu yah? :) Saya sih tidak terbayang jasmani ini entah bagaimana caranya bisa mempersepsi adanya aku.
Aneh sekali bagaimana mungkin jasmani memiliki persepsi? yang jelas jasmani dapat menyebabkan timbul persepsi aku, coba baca kembali postingan saya.
Quote
Saya hanya terbayang sebatas pikiranlah yang mempersepsi jasmani (atau yang dipersepsi oleh jasmani) sebagai aku.
Memang benar, pikiran yang mempersepsi jasmani, tapi pikiran tidak selalu mempersepsi aku.

Quote
Saya berpikir cara saya. Itulah pendapat saya bahkan sebelum bertemu Pak Hudoyo. Juga saya tahu perasaan adalah hasil dari kontak indera dan objek indera, yang kemudian menghasilkan perasaan menyenangkan, netral dan tidak menyenangkan. Saya tidak terbayang perasaan bisa menimbulkan 'persepsi aku' yang saya tahu sebatas pikiranlah yang mempersepsi perasaan ini sebagai aku.
Sama dengan yang diatas, apakah saya pernah mengatakan bahwa perasaan mempersepsi aku? saya mengatakan bahwa pancakhandha dapat menyebabkan persepsi "aku" timbul.

Quote
Jadi sudah jelas yah bahwa pemikiran kita berbeda. Jadi saya tidak lanjutkan lagi.
Lebih tepatnya  salah mengerti, dan juga perbedaan terutama mengenai "pikiran selalu mempersepsi aku" menurut saya kemelekatanlah yang menyebabkan kita selalu terseret oleh berbagai bentuk pikiran yang muncul, yang kemudian dianggap oleh bro Kainyn sebagai "timbulnya persepsi aku".

Coba perhatikan adakah dikatakan "aku" dalam paticca samuppada? tak ada. Yang ada hanya nama-rupa/pancakhandha. semua yang terjadi dalam kehidupan kita hanyalah proses yang muncul dan lenyap kembali, tanpa aku.
 

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata