//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 552088 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline donny oxford

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 3
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #225 on: 14 October 2010, 03:47:56 PM »
???

Offline Citta

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 3
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #226 on: 09 November 2010, 01:06:29 AM »
Dear Friend,, you'll never find Theravada or Mahayana in Dhamma,,
,,Liberate yourself,, this teaching is for happiness of all kind and beings,,

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #227 on: 25 December 2010, 09:29:20 AM »
Rekan-rekan Buddhist Theravada yang saya hormati,

Saya copas (copy paste) artikel ini dari WDC (Wihara Dot Com). Mohon tanggapannya karena ini adalah KRITIK yang sangat luar biasa terhadap semua ajaran BASIC Theravada.

Posisi saya adalah netral. Saya adalah awam Buddhist independent yang tak terikat Theravada ataupun Mahayana. Mengapa? Karena sampai saat ini saya terus terang bingung untuk memilih antara Theravada dan Mahayana.

Saya mempelajari secara intensif baik di WDC maupun DC hampir semua artikel di kedua forum selama hampir dua tahun belakangan ini sehingga pemahaman saya cukup luas walaupun itu hanya secara intelektual.

Saya menjelajahi artikel Theravada mulai dari sutta sampai abhidhamma. Life is trully amazing journey, dia mengantar saya mendapat buku. Abhidhammatthasangaha karangan Pandit J Kaharuddin secara gratis (!!!) dari sesama Buddhist yang simpatik yang baru saja saya kenal. Saya sudah mengetahui buku ini dari forum Abhidhamma sehingga tentu saja saya sangat menghargai pemberiannya.

Anggaplah saya sebagai orang yang belum mengenal sama sekali agama Buddha walaupun sebenarnya saya sudah ‘cukup’ tahu banyak (minimal secara intelektual) baik ajaran Theravada maupun Mahayana berikut istilah teknis masing-masing.

--------------------------------

Untuk memudahkan diskusi saya berikan NOMOR URUT diskusi (Saggadhana & Hudoyo).plus  TEMA (yang judul temanya saya bikin setelah saya pahami terlebih dulu apa yang sedang dibahas, maaf kalau saya pakai banyak tanda seru atau tanda tanya untuk ‘mencari perhatian’, terasa ‘menyinggung hati’ Theravadin sekalian di sini.

Ingat ya yang sudah belajar Abhidhamma mestinya bisa mengendalikan citta dan cetasika, ok? Jangan hanya teori saja tapi praktekkan.

Dan jujurlah terhadap diri kita sendiri seperti yang diajarkan Abhidhamma Class.

Jadi mohon rekan-rekan ketika QUOTE jangan lupa berikan NOMOR URUTnya.



-------bersambung -----------

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #228 on: 25 December 2010, 09:33:45 AM »
http://www.w****a.com/forum/theravada/1761-nibbana-menurut-para-pakar.html


NIBBANA (MENURUT PARA PAKAR)


url] http://www.friendster.com/group-disc...ed=1&&start=40 [/url]
Sedikit tanggapan tajam dari pak Hudoyo. menarik tapi kepanjangan.

[Ini adalah kesempatan yang sangat langka untuk melakukan kritik secara mendasar terhadap KEPERCAYAAN umat Buddha, khususnya dari aliran Theravada. Saya sendiri mendapat pendidikan Agama Buddha dari aliran Theravada. Tulisan ini saya sajikan dengan harapan semoga kritik ini dapat mendobrak kemandekan (stagnasi) dalam pemikiran dan dalam perkembangan spiritualitas umat Buddha Theravada yang menjalankan meditasi vipassana untuk mencapai pembebasan./hudoyo]

Dari: Saggadhana


DISKUSI # 1 : ANATTA = AKU PADAM/LENYAP


SAGGADHANA:
Saya ingin sedikit ikut nimbrung dalam diskusi dalam milis ini mengenai topik diatas, mudah-mudahan saya memberikan masukan yang benar dan sesuai dengan ajaran Buddha itu sendiri.

Ajaran agama Buddha ditemukan oleh Sang Buddha Gautama dengan mengamati phenomena nama (bhatin) dan rupa (jasmani) karena beliau ingin menemukan jalan untuk membebaskan dirinya dari penderitaan. Bila seseorang melakukan hal yang sama, ia akan mencapai kesempurnaan (nibanna).
====================

HUDOYO:
Penderitaan ADALAH aku, bukan ‘Aku yang mengalami penderitaan’. Jadi "membebaskan diri dari penderitaan" berarti membebaskan diri dari aku. Itu jelas mustahil, karena aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku.

Penderitaan memang bisa berakhir, tapi berakhirnya penderitaan berarti berakhir pula aku. Jadi tidak ada aku yang "membebaskan diri dari penderitaan".

Nibbana bukan kesempurnaan, karena tidak ada yang mencapai kesempurnaan.
Alih-alih, nibbana berarti padam; nibbana berarti padamnya aku. Di dalam nibbana, aku bukan menjadi sempurna, melainkan justru padam.

***


DISKUSI # 2 : LOGIKA BISA PAHAMI DHAMMA ?? 


SAGGADHANA:
Menemukan hukum gravitasi hanya dengan mengamati apel yang jatuh. Tidak peduli apakah ia beragama kr****n/islam/Buddha atau lainnya, asalkan ia menjatuhkan apel dari atas maka gerakan apel tersebut akan mengikuti hukum Newton. Hal yang sama dengan 4 kesunyataan mulia atau hukum agama Buddha lainnya (hukum kamma, paticca samupada, dll) karena semuanya berdasarkan kebenaran.
===================

HUDOYO:
Kebenaran ajaran Sang Buddha yang dipahami dengan logika semata-mata sama sekali tidak membebaskan. Sang Buddha mencapai kebenarannya bukan dengan intelek, dengan perenungan/logika, melainkan dengan mengamati secara pasif dan melihat langsung gerak-gerik pikiran/aku ini! Umat Buddha yang hanya memahami ajaran Sang Buddha dengan logika atau intelek semata-mata, tidak akan pernah mengalami sendiri apa itu pembebasan.

Logika atau pemahaman secara intelektual tentang Empat Kesunyataan Mulia sama sekali tidak membebaskan. Empat Kesunyataan Mulia baru membebaskan bila kepalsuan dari aku/pikiran sebagai sumber dukkha dipahami/dilihat secara tuntas, sehingga aku beserta pikiran/logikanya berakhir. Dengan lenyapnya aku, maka dukkha, sebab-musabab dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha ditembus dan terlihat SEKETIKA.

Jadi sama sekali tidak relevan mempertentangkan konsep-konsep Buddhisme yang katanya "logis" dengan iman agama-agama lain yang oleh sementara orang dikatakan "tidak logis", karena baik konsep Buddhisme maupun kepercayaan agama-agama lain sama sekali tidak ada kaitannya dengan pembebasan. Untuk tercapainya pembebasan, SEMUA konsep dan kepercayaan agama harus tanggal dengan sendirinya.

***


DISKUSI # 3 : LIBERALIZED??? BE LIBERAL!!! DON’T BE CONSERVATIVE!!!


SAGGADHANA:
Setelah menemukan hukum alam tersebut, Sang Buddha menjabarkan dan mengajarkan kepada umat manusia. Semua orang yang mengikuti ajaran yang diajarkan oleh sang Buddha disebut Siswa sang Buddha, sedangkan orang yang mencapai kesempurnaan atau nibanna karena mengikuti ajaran sang Buddha disebut Arahat.
===================

HUDOYO:
"Ajaran Sang Buddha" sangat bervariasi; "jalan pembebasan" pun bermacam-macam: ada Theravada, Sukhavati, Zen, Tantra dll. Sering kali para siswa yang mengaku siswa dari satu Guru ini saling tidak memahami ajaran yang dianut oleh sesama siswa.Yang penting bukan mempersoalkan mana "ajaran Sang Buddha" yang asli atau yang benar, melainkan apakah ajaran itu membebaskan bagi saya atau tidak.

Seorang arahat adalah orang yang akunya sudah lenyap. Oleh karena itu, arahat bukanlah orang yang "sempurna", karena tidak ada lagi akunya yang merasa sempurna. Arahat adalah orang yang mencapai nibbana ("padam"), artinya orang yang padam akunya. Di sini tidak penting bagaimana cara padamnya, atau melalui ajaran siapa aku itu padam.

***

-----------bersambung -------------

« Last Edit: 25 December 2010, 10:06:29 AM by Thema »
Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #229 on: 25 December 2010, 09:38:22 AM »

DISKUSI # 4 :  SEKALI LAGI : HANYA DOKTRIN!!!!


SAGGADHANA:
Bila ada orang yang tidak mengenal agama atau ajaran Sang Buddha, namun ia melakukan ariya magga dan meditasi intensif dalam bentuk perenungan; perenungan (cara yang sama dengan sang Buddha) dan ia mencapai kesempurnaan maka orang tersebut disebut oleh umat Buddha sebagai Pacceka Buddha. Seorang pacceka Buddha adalah orang yang mencapai kebuddhaan namun tidak memiliki kemampuan mengajarkan kebenaran yang ditemukannya. Seorang Pacceka Buddha dapat lahir kapan saja (pada saat ajaran Buddha masih ada maupun sesudah lenyap). Sehingga untuk mencapai kesempurnaan tidak perlu bagi seseorang untuk beragama Buddha.

Pacceka Buddha yang tercatat terakhir kali adalah Pacceka Buddha Matanga yang ceritanya dapat dibaca pada alamat berikut ini :
http://www.webcom.com/imcuk/uchittin/baswl/BASWL11.html .
Beliau mencapai kebuddhaan sebelum Siddhata gautama lahir.
===================

HUDOYO:
Doktrin-doktrin tentang Buddha, Pacceka-buddha, Arahat dsb tidak penting untuk pembebasan. Yang penting ditekankan ialah bahwa ketiga "jenis" manusia itu TELAH PADAM AKUNYA, dan OLEH KARENA ITU mereka sendiri tidak lagi mempersoalkan apakah mereka buddha, pacceka-buddha, atau arahat.

***


DISKUSI # 5 :  ARIYA SACCA & ARIYA MAGGA HANYA IMAN!!! HANYA SATU SAMMASAMBUDDHA DALAM SATU MASA JUGA HANYA IMAN!!!


SAGGADHANA:
Bila suatu ketika dimasa-masa yang akan datang, agama Buddha telah lenyap dari muka bumi dan tidak ada satu orangpun yang mengenal ajaran Buddha maupun istilah Buddha maka akan ada seseorang yang menemukan kebenaran ini, mengajarkan kebenaran ini dan ia akan menyebut dirinya sebagai Buddha. Maka beliau dikategorikan sebagai sammasambuddha atau Buddha yang mengajarkan ajarannya.

Tidak mungkin ada dua sammasambuddha pada periode yang sama. Oleh karena ajaran ini hanya bisa ditemukan pada saat ajaran Buddha sudah lenyap, tentu saja beliau tidak beragama Buddha. Ingat bahwa pada jaman dahulu pertapa gautama merupakan penganut kepercayaan Hindu.
===================

HUDOYO:
Bagian ini bertumpu pada dua KEPERCAYAAN umat Buddha yang saya ragukan kebenarannya:

(1) Bahwa semua Buddha mengajarkan Empat Kebenaran Suci (ariya-sacca) dan Jalan Suci Berunsur Delapan (ariya-magga) dalam RUMUSAN DAN SISTEMATIKA PEMIKIRAN YANG SAMA seperti yang diajarkan oleh Buddha Gautama. Ini tidak lebih dari kepercayaan yang diterima begitu saja oleh umat Buddha.

(2) Bahwa pada satu zaman TIDAK MUNGKIN ada dua orang yang sama-sama menemukan Kebenaran tanpa belajar dari orang lain dan mengajarkannya
kepada orang lain. Ini juga tidak lebih dari kepercayaan yang diterima begitu saja oleh umat Buddha.

Bagi saya, J Krishnamurti adalah salah seorang yang mencapai pencerahan sempurna (padam akunya) tanpa belajar dari orang lain lalu mengajarkannya kepada orang lain. Juga Bernadette Roberts adalah seorang yang mencapai pencerahan sempurna (padam akunya) tanpa belajar dari orang lain lalu mengajarkannya kepada orang lain. Apakah mereka ‘Buddha’? Apakah mereka ‘Pacceka-Buddha’? Apakah mereka itu ‘Arahat’? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak ada gunanya sama sekali; malah menyimpangkan perhatian dari tugas semestinya, yakni mengamati gerak-gerik aku yang memikirkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Ingatlah bahwa arahat pun disebut ‘anu-buddha’. Sebaliknya, Buddha Gautama pun disebut ‘arahat’. Baik Buddha Gautama maupun para arahat tidak pernah mempersoalkan ‘perbedaan’ itu. Yang membeda-bedakan lalu menonjolkan perbedaan itu hanyalah umat Buddha (yang belum tercerahkan).

***

--------bersambung ------------

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #230 on: 25 December 2010, 09:42:27 AM »

DISKUSI # 6 : ANATTA <> MOHA <> DOSA & LOBHA 


SAGGADHANA:
Apakah ‘nibanna’ itu ? .

Agama Buddha mengenal istilah tiga akar perbuatan yang terdiri dari Lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan bhatin).

Lobha itu sendiri adalah reaksi menyenangkan yang dirasakan seseorang atas sesuatu sehingga timbul keinginan untuk terus menerus memiliki atau merasakannya. Sebagai contoh, seseorang yang menyenangi kenikmatan yang ditimbulkan dengan memiliki uang (belanja, foya-foya) maka ia akan cenderung untuk mengejar dan mendewakan uang.

Dosa adalah reaksi sebaliknya atas sesuatu yang tidak menyenangkan sehingga kita cenderung membenci, menghindarinya dengan segala cara. Sebagai contoh orang yang merasa senang akan uang dan merasa bahwa ia akan sengsara bila tidak mempunyai uang maka ia akan berusaha mati-matian untuk menghindari lenyapnya uang yang dimilikinya.

Moha adalah kebodohan kita karena menganggap kedua hal diatas itu real dan ketidak tahuan kita bahwa begitu hebatnya kita ditaklukkan oleh dosa dan lobha, sehingga kita tidak menyadari betapa melekatnya diri kita akan keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan dan keinginan untuk menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan.
===================

HUDOYO:
‘Moha’ adalah ketidaktahuan bahwa aku adalah SUMBER dari ‘lobha’
(keinginan) dan ‘dosa’ (ketidaksenangan). Lebih jauh lagi, ‘moha’ adalah ketidaktahuan bahwa aku ADALAH ‘lobha’ dan ‘dosa’ itu sendiri.

Jadi masalahnya bukan terletak pada MELEKATNYA aku, melainkan terletak pada AKU itu sendiri. Masalahnya bukan bagaimana menghilangkan kelekatan, tapi bagaimana aku ini bisa lenyap.

Demikianlah, aku tidak mungkin melenyapkan kelekatan dan penolakan, yang adalah dirinya sendiri! Agar kelekatan lenyap, aku harus berakhir.

***


DISKUSI # 7 : NIBANNA = JUNGKIR BALIK POLA PIKIR!!!!


SAGGADHANA:
Nibanna adalah terjadinya perubahan pola berpikir kita sehingga kita tidak melekat lagi akan tiga akar perbuatan diatas. Nibanna dapat dicapai dalam kehidupan ini , saat ini , sekarang juga dan tidak perlu menunggu mati sehingga nibanna sangat lain dengan ‘surga’ yang hanya bisa dicapai dengan kematian. Dengan terhapusnya keinginan maka terhapus kemelekatan dan roda tunimba lahir ini. Sehingga dikatakan nibanna diluar samsara dan nibanna disebut sebagai Tanhakkhaya (Padamnya nafsu keinginan).
===================

HUDOYO:
Nibbana bukan hanya PERUBAHAN pola pikir, melainkan PENJUNGKIRBALIKAN (transformasi) pola pikiran sehingga aku itu lenyap. Dengan lenyapnya aku, maka tidak ada lagi kelekatan dan penolakan.

Jadi jangan dibalik: bukan ‘dengan terhapusnya keinginan maka terhapus kelekatan dan roda tumimbal lahir’, melainkan PERTAMA-TAMA sadari dan pahami AKU yang SELALU melekat dan menolak ini. Maka, ‘dengan lenyapnya aku, lenyap pula kelekatan, penolakan, dan seluruh penderitaan ini.’

DI SINILAH TITIK KUNCI YANG SERING KALI MENYEBABKAN KEMACETAN SEORANG PEMEDITASI VIPASSANA.

Dan ini sedikit banyak bergantung pula pada tuntunan guru vipassana yang bersangkutan: apakah tuntunannya itu bersifat membebaskan secara tuntas, ataukah hanya sekadar menggeser kelekatanku kepada aku yang lebih halus, aku yang ingin mencapai nibbana, aku yang ingin bebas dari roda tumimbal lahir. ‘Terhapusnya roda tumimbal lahir’ harus dipahami sebagai LENYAPNYA AKU, bukan hanya sekadar ‘padamnya nafsu keinginan’.

***

----------bersambung -----------




Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #231 on: 25 December 2010, 09:48:51 AM »

DISKUSI # 8 : THERAVADA = EKSKLUSIF EKSTREM!


SAGGADHANA:

Jadi kita bisa melihat bahwa pandangan orang yang menyatakan bahwa surga sama dengan ‘nibanna’ adalah tidak benar adanya, maka umat Buddha memandang surga hanya bagian dari 31 alam kehidupan dimana maha pencipta juga merupakan penghuni salah satu alam kehidupan tersebut.
===================

HUDOYO:

Ini adalah salah kaprah khas Theravada. Di sini umat Theravada melihat ‘Tuhan’ dalam agama-agama monoteis dalam pengertian populer, berdasarkan pemahaman harafiah (literal) dari Al-Quran atau Alkitab.

Padahal dalam agama-agama monoteis itu sendiri dikenal beberapa cara memahami kitab suci mereka (hermeneutika). Ada cara literal, ada cara alegoris, ada cara etis, ada cara anagogis (mistikal). Tetapi umat Theravada suka sekali melihat Tuhan dari agama monoteis itu secara literal saja. Jelas hal itu memberikan kepuasan yang besar, karena dikiranya telah berhasil menelanjangi keabsurdan Tuhan.

Ini sama salah kaprah dan tidak etisnya seperti seorang kr****n yang mengritik agama Buddha sebagai agama yang bakar-bakar kertas berdasarkan segelintir sutta/sutra tertentu saja.

Seorang kr****n, kalau mau berdebat kusir, gampang saja menjawab ini: ‘Tuhan adalah pencipta alam semesta; ke-31 alam yang ada, termasuk para arahat dan buddha di dalamnya, semuanya adalah ciptaan Tuhan.’

Bagi umat kr****n, Tuhan adalah pencipta (khalik) alam semesta; seluruh alam semesta beserta segala isinya adalah ciptaan (makhluk)-nya, tapi Tuhan sendiri bukan ciptaan (makhluk). Jadi kritik umat Buddha terhadap Tuhan dengan menganggapnya sebagai makhluk tidak relevan.

Uraian Rekan Saggadhana berasal dari Brahmajala-sutta (yang sering kali ditampilkan oleh para pengkhotbah Theravada untuk mengritik ajaran Agama kr****n). Saya sendiri tidak percaya bahwa Brahmajala-sutta itu berasal dari mulut Sang Buddha. Secara psikologis terdapat kesan kuat, bahwa sutta itu diciptakan oleh para bhikkhu yang datang belakangan ketika mereka harus berhadapan dengan penganut Agama Hindu yang percaya pada dewa Brahma.

(Dari hasil penelitian para pakar disimpulkan bahwa sutta-sutta panjang seperti yang terdapat dalam Digha-nikaya, adalah merupakan penggabungan beberapa sutta pendek, dan bukan merupakan rekaman dari satu khotbah yang panjang. Di sini tidak tertutup kemungkinan penyisipan atau interpolasi tanpa disadari oleh para bhikkhu yang menurunkan kitab suci secara lisan dari mulut ke mulut selama ratusan tahun.)

Bagi saya, Sang Buddha mengajarkan pembebasan, bukan mengajarkan
kosmologi. Ingatlah akan perumpamaan daun Simsapa. Perumpamaan daun
Simsapa suatu ajaran yang sangat unik, yang tidak pernah kita dengar di agama-agama lain inilah yang menurut saya sungguh-sungguh berasal dari mulut Sang Buddha.

***



DISKUSI # 9 : VIPASANNA (SAMMA SATI)  SATU-SATUNYA JALAN?


SAGGADHANA:

Bagaimana mencapai ke ‘nibanna’ an ?

Ada yang beranggapan bahwa nibanna bisa dicapai dengan banyak-banyak berbuat baik dan beramal. Namun bila kita melihat konsep nibanna diatas dimana nibanna suatu keadaan yang dicapai dengan perubahan secara total atas pola pikir kita maka kita bisa membayangkan apakah nibanna bisa dicapai dengan banyak-banyak berbuat baik.

Saya sama sekali tidak membantah bahwa perbuatan baik yang dilakukan kita akan membantu tercapainya nibanna. Saya juga setuju bila dengan berbuat baik semakin banyak maka jalan kita mencapai nibanna semakin lapang. Saya sangat menyadari bahwa semakin sering kita berbuat baik maka semakin cepat dan ‘semakin dekat kita dengan nibanna’ itu sendiri. Namun nibanna tidak akan bisa dicapai dengan hanya berbuat baik saja. Mengapa???

Nibanna hanya bisa tercapai dengan ariya magga dimana samma sati (vipassana) sebagai salah satu pilar utamanya sedangkan dana sendiri tidak termasuk dalam salah satu unsur dari ariya magga. Dana hanyalah menjadi pondasi dasar dari ariya magga dan bukan ariya magga itu sendiri. Untuk membaca ariya magga lebih lanjut silahkan klik alamat berikut ini

< http://www.samaggi-phala.or.id/naska....php?id=796&am p;amp;cont=dhammasari06\
.html&amp;path=naskahdhamma/dhammasari&amp;multi=T&a mp;amp;hal=0&amp;hmid=235 >
===================

HUDOYO:

Pendapat ini bertumpu pada satu ASUMSI yang saya pertanyakan: yakni bahwa hanya jalan kearifan (wisdom) alias meditasi vipassana-lah SATU-SATUNYA JALAN menuju pembebasan (lenyapnya aku). Sekalipun saya sendiri mengajar meditasi vipassana, namun saya tidak berpendapat seperti itu.

Dari asumsi ini, mau tidak mau harus disimpulkan bahwa semua jalan yang lain tidak akan menghasilkan pembebasan. Termasuk di dalamnya: ‘jalan bhakti’ (di Agama Buddha adalah nianfu dari aliran Sukhavati), ‘jalan karma’, dsb. Bagi saya, hal itu tidak dapat diterima.

Saya berpendapat, jalan apa pun mempunyai potensi untuk lenyapnya aku (nibbana). Seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya berbuat untuk orang lain, tanpa memikirkan diri sendiri, mempunyai potensi untuk pembebasan.

Seorang yang menghabiskan seluruh hidupnya dalam perenungan terhadap apa yang dipujanya (Amitabha, Yesus, Maria dsb), mempunyai potensi untuk pembebasan. Mereka akan mencapai pembebasan (nibbana) begitu akunya padam, bukan karena telah memahami ‘tanpa-aku’ lebih dulu secara teoretis-intelektual, melainkan karena akunya tidak pernah dihiraukannya lagi.

Sebaliknya, sekalipun orang menempuh jalan kearifan (vipassana), selama ia belum bebas dari akunya yang menginginkan nibbana, dari akunya yang masih membeda-bedakan berbagai agama dan jalan spiritual dan menganggap jalannya sendiri paling baik dan benar, selama itu pula ia akan mandek di jalan yang seharusnya memberikan kearifan itu.

***

---------bersambung ------------
Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #232 on: 25 December 2010, 09:54:55 AM »

DISKUSI # 10 : BLIND FAITH TERHADAP ARIYA MAGGA & SEKALI LAGI THERAVADA TERBUKTI EKSKLUSIF EKSTREM


SAGGADHANA:
Bila seseorang tidak beragama Buddha , namun ia menjalankan ariya magga secara tidak sadar, ia menjalankan ariya magga secara intensif maka ia pasti akan mencapai ke ‘nibanna’an. Dalam Buddha tidak perlu label tidak perlu penyelamatan atau lainnya namun lebih mementingkan tindakan nyata.

Bahkan silabbataparamasa (kepercayaan bahwa upacara/adat istiadat dapat membawa seseorang mencapai kesempurnaan) dianggap sebagai salah satu dari 10 belenggu (samyojana) yang harus dipatahkan bagi umat yang ingin mencapai ke ‘nibanna’an. Untuk menmgetahui lebih lanjut mengenai samyojana cek alamat berikut ini:
<http://www.palikanon.com/english/wtb/s_t/samyojana.htm>
===================

HUDOYO:
‘Menjalankan ariya magga secara tidak sadar’  apa artinya ungkapan itu? ‘Ariya-magga’ pada puncaknya adalah vipassana (samma-sati).

Bagaimana orang yang tidak pernah mengalami keadaan-sadar seperti itu (vipassana) bisa dikatakan menjalankan ‘ariya-magga’ (baik secara sadar atau secara tidak sadar)? Absurd, kan.

Pendapat seperti ini di dalam wacana antar-iman termasuk inklusivisme. Di situ diakui kemungkin keselamatan/pembebasan bagi orang-orang di luar agama sendiri, yang dianggap menjalankan ajaran agama sendiri tanpa disadarinya. Pandangan seperti ini tercermin dalam ungkapan kr****n inklusivistik:  ‘Di luar Gereja, ada banyak orang kr****n Anonim.’

Dalam pandangan inklusivistik tetap diyakini jalan sendiri sebagai yang paling baik dan benar. Ini berbeda dengan pandangan pluralistik, di mana diakui bahwa semua jalan spiritual mempunyai potensi untuk sampai pada keselamatan/pembebasan TANPA HARUS MENGACU PADA JALAN YANG LAIN.

Justru umat Buddha yang menjalankan ‘ariya-magga’ dengan sadar, menjalankan vipassana dengan sadar artinya dengan menyadari bahwa ‘Aku menjalankan vipassana’, dan mengacu pada teori vipassana yang dimilikinya dia tidak akan pernah mengalami lenyapnya aku, tidak akan pernah mengalami nibbana. Lenyapnya aku hanya akan terjadi bila gerak-gerik aku yang menjalankan vipassana itu diamati dan disadari terus-menerus secara pasif.

Sebaliknya, umat agama lain (non-Buddhis), yang sebelumnya tidak pernah mendengar tentang vipassana dan keadaan tanpa-aku (anatta), ketika diajar mengamati aku, biasanya akan relatif lebih cepat dapat menangkap kiatnya, dibandingkan umat Buddha sendiri yang sudah belajar teori vipassana dan doktrin anatta sejak dari sekolah minggu. Ini pengalaman saya mengajar vipassana kepada umat Buddhis maupun non-Buddhis.

(Tanggapan Rekan Atprilyanto, seorang Muslim kalau tidak salah, yang belajar mengamati aku dalam pelatihan MMD (Meditasi Mengenali Diri) beberapa tahun lalu menunjukkan kebenaran hal itu.)

***

DISKUSI #11 : THERAVADA TERLALU BERPUAS PUAS DIRI - TERLALU KONSERVATIF - TERLALU KRITIS LOGIS - SEHINGGA PERKEMBANGANNYA LAMBAT DAN TIDAK SEPESAT MAHAYANA YANG MENGANDALKAN HATI MAITRI KARUNA, LIBERALIS, DINAMIS, ADAPTIF ?? 


SAGGADHANA:
Yang menjadi pertanyaan adalah bila umat agama lain, namun tidak menjalankan ariya magga dan hanya mengikuti ajaran agamanya saja, bisakah ia mencapai nibanna?? Anda bisa menyimpulkan sendiri.
===================

HUDOYO:
Kesimpulan saya ‘yang tentu saja bertolak belakang dengan kesimpulan Rekan Saggadhana’ sudah saya sampaikan di atas.

***

SAGGADHANA:
Semoga masukan diatas dapat menambah bahan diskusi dan bermanfaat bagi kita semua.

Dengan penuh metta
Saggadhana
===================

HUDOYO:
Semoga tanggapan ini dapat membangunkan sementara umat Buddha Theravada dari rasa puas diri yang menutupi kearifan selama ini.

Salam dari Amsterdam,
Hudoyo


--------tamat --------

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #233 on: 25 December 2010, 10:00:29 AM »
SEBELUMNYA, SORRY KALAU COPY-PASTE ARTIKEL PAK HUDOYO SAYA BAGI LIMA POSTINGAN SUPAYA ENAK DIBACA.

Saya membaca semua postingan di PANDANGAN KRITIS TERHADAP MAHAYANA yang sangat PANJANGGGGGG sekali , yang sudah mencapai 137 halaman ketika saya post beberapa komentar saya di sana.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=9103.2040 #2047

Quote


Theravada cenderung menuduh Mahayana Eternalistik :ngomel:
Mahayana cenderung menuduh Theravada Nihilistik :ngomel:

ETERNALISME & NIHILISME yang walaupun secara TEORITIS sama-sama  DITOLAK THERAVADA & MAHAYANA namun dalam PRAKTEK itulah yang sesungguhnya menjadi PERDEBATAN yang sangat ABHI (HALUS-TINGGI-LUAS) yang tak kunjung usai (dapat dibandingkan dengan perdebatan antara THEISME  dan ATHEISME  yang juga tak akan pernah berakhir).






http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=9103.msg313866#msg313866 #2058

Quote


Theravada cenderung Konservatif
Mahayana cenderung Liberal

Koq kayak Partai Republik vs Partai Demokrat di USA aja ya? ^-^

Theravada cenderung Individualis/Egois
Mahayana cenderung Sosialis/Altruis

Koq kayak Kapitalis vs Komunis aja ya? ^-^

Theravada cenderung menjunjung tinggi Citta Logis Kritis
Mahayana cenderung menjunjung tinggi Hati Maitri Karuna

Koq kayak Ilmuwan vs Rohaniawan aja ya ^-^


Dua postingan saya di thread tersebut,  sudah cukup mewakili NETRALITAS  yang ada di dalam batin (pikiran/citta dan hati/vedana) sekaligus ANALISIS SAYA PRIBADI.

Dan saya tambahkan lagi kecenderungan kelima (yang terkait dengan kecendrungan pertama Nihilis-Eternalis)



Theravada cenderung Atheis ;)
Mahayana cenderung Theis ;)



Ayo kita hidupkan kembali thread PANDANGAN KRITIS TERHADAP THERAVADA ini.

------------------------------. 

PERHATIAN!!!!

Jangan ad hominem (menyerang pribadi)  - kalau bisa sih.

Kalau menyerang pribadi – saya atau kita semua di sini berhak untuk tidak menanggapi.

Mari berdiskusi di sini dengan tenang tanpa harus menghina ajaran ‘AGAMA LAIN’ yang kita (Theravada dan Mahayana) anggap ‘tidak sesuai’ sekalipun seperti Miledadao / MLDD yang theistic karena percaya ‘Laomu’ sebagai ‘Bunda’ Buddha Gotama maupun True Buddha School / Zhen Fo Zong / ZFZ yang pemimpinnya mengaku sudah bertemu bahkan minum kopi bersama sang Buddha Gotama!

Saya pribadi menolak ajaran Miledadao dan Zhenfozong yang saya anggap sudah terlalu melenceng dari dasar-dasar Theravada dan Mahayana. Namun saya persilahkan rekan-rekan MLDD & ZFZ  berdiskusi di sini asal jangan BAWA DENDAM KESUMAT (terutama Johsun dari MLDD  dan Padmakumara dari ZFZ )  karena sudah dicerca habis-habisan di thread lain yang  dikategorikan sebagai AGAMA, KEPERCAYAAN, TRADISI, FILSAFAT  LAIN.

Saran saya adalah Johsun dan Padmakumara memberikan pendapatnya dengan hati yang tenang dan bukan dengan emosional. Dan kalau mereka berdua ‘nyampah’ lagi, harap moderator delete postingan mereka yang hanya menghabiskan halaman saja. Terus treang saya capek luar biasa membaca sampahnya Padmakumara plus rekan-rekan sekalian yang malah ‘menyiram api dengan bensin’ sehingga thread SEPUTAR LU SHENG YEN mencapai rekor terpanjang (400 halaman) di Dhammacitta ini. Padahal kalau mau dihilangkan sampah-sampahnya mungkin nggak sampai 50 halaman.

Diskusi dimulai!


Citta & Metta _ /\_

Thema (Theravada Mahayana)


-----------------------------------------------------

Think most :?? Talk more ;D

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #234 on: 25 December 2010, 10:01:53 AM »
Apa arti AKU menurut hudoyo?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #235 on: 25 December 2010, 10:14:50 AM »
ATTA
Think most :?? Talk more ;D

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #236 on: 25 December 2010, 10:59:49 AM »
Pertama saya hendak mengkritisi balas argumen yang di Copy paste oleh Sdr. Thema

Quote
DISKUSI # 8 : THERAVADA = EKSKLUSIF EKSTREM!


SAGGADHANA:
Jadi kita bisa melihat bahwa pandangan orang yang menyatakan bahwa surga sama dengan ‘nibanna’ adalah tidak benar adanya, maka umat Buddha memandang surga hanya bagian dari 31 alam kehidupan dimana maha pencipta juga merupakan penghuni salah satu alam kehidupan tersebut.
===================

HUDOYO:

Ini adalah salah kaprah khas Theravada. Di sini umat Theravada melihat ‘Tuhan’ dalam agama-agama monoteis dalam pengertian populer, berdasarkan pemahaman harafiah (literal) dari Al-Quran atau Alkitab.


Ini adalah salah satu argumen yang salah dari premis yang salah. 

Setahu saya, Theravadin tidak memandang adanya sesuatu yang benar-benar maha pencipta , apalagi maha pencipta tersebut merupakan penghuni satu alam. Jadi premis dari Sdr. Saggadhana adalah premis yang salah.

Dan menanggapi premis yang salah dengan mengatakan “Ini adalah salah kaprah khas Theravada” yang dikatakan oleh Sdr. Hudoyo, juga merupakan suatu kesalahan, karena menyetujui premis yang salah tersebut.

Jadi, bagi saya ini adalah salah satu percakapan yang lucu, sama lucunya seperti orang yang menyetujui untuk menghitung sudut 90 derajat dari sebuah lingkaran atas permintaan seseorang (padahal lingkaran tidak memiliki sudut) :P

Itu dulu
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #237 on: 25 December 2010, 11:09:06 AM »
demi kesamaan sudut pandanng, mungkin Sdr. Thema juga perlu menjelaskan terlebih dulu definisi dari beberapa terminologi yg digunakan spt:

1. NIHILISTIK
2. ETERNALISTIK
3. KONSERVATIF
4. LIBERAL
5. INDIVIDUALIS/EGOIS
6. SOSIALIS/ALTRUIS
7. CITTA LOGIS KRITIS
8. HATI MAITRI KARUNA
9. THEIS
10. ATHEIS



Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #238 on: 25 December 2010, 01:10:17 PM »
Baik saya jelaskan satu per satu
1. NIHILISTIK (setelah mati, batin/kesadaran/roh/jiwa - hilang/lenyap semua)
2. ETERNALISTIK (setelah mati, batin/kesadaran/roh/jiwa - masih ada)
3. KONSERVATIF (berhati-hati dalam bertindak, cenderung mengikuti aturan tertentu yang sistematis, tidak berani ambil resiko)
4. LIBERAL (bebas dalam bertindak sehingga kadang ceroboh, cenderung suka mengubah aturan, berani mengambil resiko)
5. INDIVIDUALIS/EGOIS (dalam arti manusia adalah makhluk individu dan cenderung mementingkan dirinya sendiri dahulu sebelum orang lain)
6. SOSIALIS/ALTRUIS (dalam arti manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain dalam kehidupannya dan cenderung mementingkan kepentingan orang banyak dibandingkan dirinya sendiri, rela berkorban untuk kepentingan orang banyak)
7. CITTA LOGIS KRITIS (Pikiran yang logis dan kritis, pikiran sebagai bagian dari batin dalam Buddhisme)
8. HATI MAITRI KARUNA (Perasaan yang penuh kasih sayang, perasaan sebagai bagian dari batin dalam Buddhisme)
9. THEIS (mempercayai adanya Tuhan atau sejenis Tuhan (misalnya Alam Semesta=Tuhan bagi yang Pantheis), dan theis ini biasanya dihubungkan dengan penciptaan, pengaturan atau penghancuran alam semesta, atau bahkan alam semesta itu sendiri (bagi yang pantheis). Jadi yang termasuk di dalam theis adalah monotheis dan polytheis serta pantheis)
10. ATHEIS (lack belief of God, kurang percaya terhadap Tuhan tapi tidak tahu apakah Tuhan itu dongeng atau benar-benar ada, jadi agnostik termasuk di sini, atau tidak percaya sama sekali terhadap adanya Tuhan, atau menganggap Tuhan ada tapi Tuhan tak peduli dengan ciptaannya alias Tuhan ada tapi tak mengurusi semesta. Jadi atheis di sini adalah atheis, agnostik, semi-atheis dan sejenisnya)
Think most :?? Talk more ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #239 on: 25 December 2010, 01:17:41 PM »
4. LIBERAL (bebas dalam bertindak sehingga kadang ceroboh, cenderung suka mengubah aturan, berani mengambil resiko)
dengan mengatakan bahwa MAHAYANA cenderung LIBERAL apakah anda memiliki bukti kecerobohan mahayana dan aturan apa yg telah diubah oleh mahayana?

Quote
5. INDIVIDUALIS/EGOIS (dalam arti manusia adalah makhluk individu dan cenderung mementingkan dirinya sendiri dahulu sebelum orang lain)
bukankah Theravada juga mengajarkan 10 Parami? dan dalam perjalanan Bodhisatta selama 4 assankheyya + 100 ribu kappa, bukankah Sang Bhodisatta bahkan rela mengorbankan nyawanya demi menolong makhluk lain? egoiskah ini?