Koq jadi ngomongin theravada, yang saya tanya apakah pengetahuan buddhisme awal bisa mengarahkan orang merealisasi nibbana? itu saja dijawab. apakah sahih catatan yang dianggap fakta sebagai buddhisme awal?
Ngomongin Theravada cuma sebagai perbandingan saja, dan juga mengingatkan posisi "Theravada" atau sekte lain sama saja. Kalau mau diposisikan sama rata dan netral, bisa dikaji dalam studi Buddhisme Awal. Kalau sudah menempatkan satu sekte -apakah Theravada atau sekte manapun- sebagai yang lebih benar dibanding lainnya, maka studi Buddhisme Awal sudah tidak bisa dilakukan, dan sudah mengarah ke iman.
Jadi Buddhisme Awal BUKAN seperti agama yang perlu sahih atau tidak. Semua penemuan adalah berdasarkan bukti dan argumentasi, dan antar peneliti juga bisa saja berbeda pendapat, dan juga seperti studi ilmiah lainnya, dugaan yang ada sekarang bisa saja menjadi salah bersamaan dengan penemuan bukti yang baru.
Lagi-lagi anda mengatakan theravadin, padahal pertanyaan saya umum tidak membawa sekterian . dan contoh kesimpulan sepihak itu anda yg tulis sendiri. Kalau sudah tahu penelitian sejarah tidak bisa jadi patokan berarti fakta yang tidak akurat. mau pakai abidhamma or abhidhharma sebagai referensi berlatih bisa merealisasi nibbana asal pengertian dan cara berlatih benar
Lagi-lagi Theravada cuma contoh kok. Kalau keberatan dengan istilah "Theravada", contoh-contoh berikutnya akan saya gunakan Sarvastivada.
Dan pernyataan saya sebelumnya bukan menyetujui bahwa penelitian sejarah tidak bisa dijadikan patokan, justru sebaliknya kalau bukan patokan sejarah, tidak ada tolok ukur objektifnya.
Masalah manfaat, itu adalah hal subjektif. Orang bisa merasa Sarvastivada bermanfaat, bisa juga tidak. Tapi kenyataan bahwa Abhidharma Sarvastivada ditulis belakangan secara sejarah adalah fakta yang objektif.
Kalau cuma catatan sejarah berarti tidak bisa disimpulkan abhidhamma/abhidharma catatan belakangan. Karena masih ada kemungkinan catatan hilang dll. Sementara yang mengikuti konsili tidak hanya berdasarkan catatan saja, lebih dari itu.
Yang dibilang "catatan sejarah" bukan berarti ada orang yang mencatat dan kita percaya saja catatan itu, namun merupakan penelitian dan perbandingan baik secara arkaeologis maupun secara literatur. Abhidhamma bisa disimpulkan produk belakangan adalah karena dilihat dari perkembangan penyebaran Buddhisme itu sendiri.
Buddhisme kita percaya berasal dari satu sumber: Buddha & Sangha Awal. Kemudian Buddhisme ini menyebar ke berbagai daerah. Di berbagai daerah, masing-masing mengembangkan interpretasi yang berbeda-beda dan melahirkan literatur yang berbeda dan pada akhirnya menjadi sekte yang berbeda.
Untuk gambaran, bayangkan ada 10 orang belajar dari seorang guru, mengingat ajarannya, lalu pergi ke 10 kota berbeda. Kemudian setiap pelajar itu menuliskan apa yang dia pelajari dari sang guru dan juga memberikan interpretasinya masing-masing. Secara logika, bisa kita lihat bahwa tulisan-tulisan 10 pelajar yang sama itu adalah berasal dari sumber yang sama, sumber awal yang lebih tua yaitu sang guru; sedangkan tulisan yang berbeda satu sama lain itu tentu bukanlah dari sumber sama, melainkan berkembang secara independen, dan lebih belakangan.
Nah tulisan-tulisan yang mirip antar sekte-sekte itu adalah Agama Sutra dan Pratimoksha. Agama dari Sarvastivada dan Agama dari Sthaviravada, itu mirip. Pratimokshanya juga demikian, mirip, walaupun tentu tidak sama persis. Sedangkan Abhidharma antar satu aliran dengan lainnya, bukan hanya tidak mirip, namun bisa kontradiktif. Maka bisa diketahui Agama Sutra & Pratimoksha adalah ajaran yang lebih awal, sedangkan Abhidharma adalah belakangan. (Padanan Agama Sutra dalam Theravada adalah 4 Nikaya.)
Kemudian soal Abhidhamma, cuma dari Theravada saja yang tidak terima itu produk belakangan. Aliran lain mengakui bahwa Abhidharmanya merupakan karya siswa belakangan. Jadi ini sudah menjadi pengetahuan umum dalam bahasan Buddhisme Awal yang hampir tidak pernah diperdebatkan kecuali kalau ngomong sama Theravadin. No offense.
Tidak ada ujung pangkal itu kan menurut anda. Tidak untuk yang lainnya. Masalah Tuhan emang tidak pernah terbukti dan mustahil.
Dalam kajian ilmiah, baik Tuhan maupun Nibbana mustahil dibuktikan. Jadi posisinya sama saja di mata ilmiah.
artinya kesimpulan2 tentang buddhisme awal juga bisa salah, karena hanya berdasarkan data saja. Dan pengkategorian buddhisme awal itu juga muncul belakangan.
Betul, kalau data tidak lengkap, maka tidak bisa diambil kesimpulan, hanya sebatas dugaan saja. Salah? Tentu saja bisa. Itu bedanya kajian agama dan ilmiah: agama ga bisa salah atau ga bisa dipersalahkan; sebaliknya ilmiah bisa salah jika bukti menunjukkan sebaliknya. Ini prinsip falsifiability.
Dan betul lagi, "Buddhisme Awal" itu sebutan belakangan saja untuk mengategorikan kondisi Buddhisme pada masa pra-sektarian, sebelum terjadi perpecahan sekte. Wajah "Buddhisme Awal" itu kita tidak tahu tepatnya, masih sangat jauh dari lengkap, maka itulah gunanya dilakukan studinya agar setidaknya kita mendapatkan sekilas gambarannya.