711 > Ini adalah pengorbanan Veda.
712 > Saya mengikuti Ce dan Be, yang menempatkan niraggaḷaṃ dalam pāda b dan memasukkan mahāyaññā dalam pāda c. Ee tidak mencantumkan mahāyaññā, tetapi dua paralel China memsukkan sebuah kata majemuk yang bersesuaian dengan kata ini: SĀ 89 (pada T IIc19) menuliskan (MANDARIN), secara lebih literal “pertemuan besar,” dan SĀ2 89 (pada T II 404b4) menuliskan (MANDARIN), di mana (MANDARIN) berarti “mengorbankan kepada para dewa atau leluhur.” Mp menjelaskan mahārambhā: “Dengan tugas-tugas besar, pekerjaan-pekerjaan besar; lebih jauh lagi, itu adalah ‘kekejaman besar’ karena banyaknya pembunuhan.”
713 > Tulisan dari kata yang rumit ini bervariasi di sana-sini dalam Nikāya-nikāya. Di sini, Ce menuliskan vivattacchaddā, Be vivaṭacchadā, Ee vivattacchadā. Ungkapan ini sering muncul dalam kalimat umum tentang dua perjalanan yang tersedia bagi seseorang yang memiliki tiga puluh dua tanda manusia luar biasa: jika ia menetap di rumah, maka ia akan menjadi raja pemutar-roda, tetapi jika ia meninggalkan keduniawian menuju kehidupan tanpa rumah, maka ia akan menjadi seorang Budha yang tercerahkan sempurna, yang digambarkan sebagai “seorang di dunia yang vivaṭacchado” (variasi: vivaṭṭacchado, vivaṭṭacchaddo, vivattachaddo). Baca misalnya DN 3.1.5, I 89,8-9; DN 14.1.31, II 16, 8-9; DN 30.1.1, III 142,4; MN 91.5, II 134,28; Sn 106. Walaupun asal-usul kata ini dan makna pastinya agak problematik, namun komentar-komentar secara konsisten menganalisis dan menjelaskannya dengan cara yang sama. Karena Mp (pada sutta sekarang ini) tidak memberikan penjelasan, maka saya mengutip komentar Dīgha Nikāya, Sv I 250,3: “Vivaṭṭacchado: Di sini, setelah menyingkap selubung di dunia ini (loke taṃ chadanaṃ vivaṭṭetvā), dalam kegelapan kekotoran yang tertutup oleh tujuh selubung (chadanehi): nafsu, kebencian, delusi, keangkuhan, pandangan, ketidak-tahuan, dan perbuatan buruk.”
Komentar kanonis kuno, Cūlaniddesa, dengan mengomentari Sn 1147, mengatakan: “Vivaṭacchado: ada lima selubung (chadanāni): ketagihan, pandangan, kekotoran, perbuatan buruk, ketidak-tahuan. Selubung-selubung itu telah disingkirkan (vivaṭāni) oleh Sang Buddha Yang Suci; selubung-selubung itu telah dihalau, dicabut, ditinggalkan, dilenyapkan, diusir, ditenangkan, dibakar oleh api pengetahuan sehingga tidak dapat muncul. Oleh karena itu Sang Buddha adalah seorang yang telah menyingkap selubung-selubung” (Nidd II 251,18-22; edisi VRI 204).
Norman (1991: 71-76) mengusulkan bahwa ungkapan Pāli itu harus diturunkan dari bentuk BHS vighuṣṭaśabda dan dengan demikian bermakna “seorang dengan kemasyhuran luas.” Dalam karya belakangan (2006b: 228-29) ia mengubah posisinya, dengan menyebutkan: “walaupun saya benar dalam melihat hubungan antara kata-kata Pāli dan Skt, namun arah pengembangannya terbalik, dan harus merepresentasikan Sanskritisasi berlebihan dari vivattacchadda.” Pada Sn 372 dan di tempat lain ia menerjemahkan ini “dengan kebohongan dilenyapkan.”
Para penerjemah Āgama dari China pasti telah bekerja dengan teks yang bertuliskan vighuṣṭaśabda atau beberapa variasi dengan makna yang sama. Dengan demikian sebuah paralel dari 4:40, SĀ2 90 (pada T II 404c6) menuliskan (MANDARIN), “yang namanya terdengar hingga sangat jauh.” Paralel dari DN 30, MĀ 59 (pada T I 493b7-8), menuliskan: (MANDARIN); “Beliau pasti menjadi seorang Tathāgata, tidak melekat (=Arahant), tercerahkan sempurna, yang namanya menyebar dan terdengar di sepuluh penjuru.” MĀ 161, paralel dari MN 91, menuliskan yang sama pada T I 685b2-4. Walaupun berbagai dugaan dapat diusulkan sehubungan dengan ungkapan asli dan maknanya, karena sulitnya memecahkan pertanyaan ini melalui tradisi-tradisi tekstual Buddhis, maka jalan yang paling bijaksana yang memungkinkan bagi saya adalah menerjemahkan kata itu sesuai apa yang telah dilestarikan dan diinterpretasikan dalam tradisi Pāli.
714 > Tulisan di sini agak bervariasi. Ce dan Be menuliskan vītivattā kulaṃ gatiṃ, “yang telah melampaui keluarga dan takdir.” Ee menuliskan kata majemuk bahubbīhi, vītivattakālaṃgatī, dengan lebih banyak lagi variasi dalam catatan. Mp (Be) menuliskan kulaṃ gatiṃ dalam lema, tetapi Mp (Ce) menuliskan kālaṃ gatiṃ. Terjemahan saya mengikuti Ee. Perhatikan bahwa dalam 5:55, pada III 69,10, kālaṃ dan gatiṃ berdekatan persis, yang mendukung dugaan bahwa di sini juga kita seharusnya membaca kāla- / kālaṃ.
715 > Saya bersama dengan Be membaca yaññassa kovidā, tidak seperti Ce dan Ee puññassa kovidā, “terampil dalam jasa.” Mp (Be) dan Mp (Ce) menunjukkan perbedaan yang sama dalam lema dan kemasan. Dua paralel China bersesuaian dengan Be. SĀ 90 (pada T II 23a11) menuliskan (MANDARIN), “Sang Buddha yang terampil dalam pengorbanan,” dan SĀ2 90 (pada T II 404c8) (MANDARIN), “ini adalah pengorbanan yang baik dan jalan pengorbanan yang dipuji oleh para Buddha.”
716 > Pāli menuliskan atthi bhikkhave samādhibhavanā bhāvitā bahulīkatā diṭṭhadhammasukhavihārāya saṃvattati, lit. “ada, para bhikkhu, pengembangan konsentrasi yang, ketika dikembangkan dan dilatih, mengarah pada kediaman berbahagia dalam kehidupan ini.” Karena dalam Bahasa Inggris “ketika dikembangkan dan dilatih” akan menjadi pengulangan yang berlebihan, maka saya telah menghilangkannya agar lebih sesuai dengan gaya Bahasa Inggris yang wajar. Hal yang sama berlaku untuk masing-masing dari ketiga pengembangan konsentrasi lainnya.
717 > Jelas bahwa ini merujuk pada pencapaian jhāna-jhāna apakah oleh seorang yang tidak menggunakannya untuk mengembangkan pandangan terang, atau oleh seorang Arahant, yang memasuki jhāṅa-jhāna hanya untuk berdiam dengan nyaman. Di tempat lain jhāna-jhāna dikatakan mengarah pada hancurnya noda-noda. Ce menuliskan vuccati pada bagian ini tetapi tidak dalam kalimat-kalimat paralel dari tiga bagian selanjutnya. Ee melakukan sebaliknya, menghilangkan viccati di sini tetapi memasukkannya dalam ketiga bagian selanjutnya. Be menghilangkan viccati dalam seluruh empat bagian.
718 > Mp menjelaskan “pengetahuan dan penglihatan” dalam konteks ini sebagai mata dewa (dibbacakkhuñāṇadassanassa paṭilābhāya). Di tempat lain kata ini digunakan dengan makna pengetahuan pandangan terang atau bahkan pencerahan penuh.
719 > Yathā divā tathā rattiṃ, yathā rattiṃ tathā divā. Mp: “Seperti halnya ia memperhatikan persepsi cahaya di siang hari, demikian pula ia memperhatikannya di malam hari; dan demikian pula sebaliknya.”
720 > Mp: “Bagaimanakah perasaan-perasaan diketahui pada saat munculnya, dan seterusnya? Di sini, seorang bhikkhu memahami landasannya (vatthu, organ indria) dan objeknya (ārammaṇa). dengan memahami landasan dan objeknya, ia mengetahui: ‘Demikianlah perasaan-perasaan itu telah muncul; demikianlah berlangsungnya; demikianlah lenyapnya.’ Metode yang sama berlaku pada persepsi-persepsi dan pikiran-pikiran.
721 > Sn 1048, juga dikutip pada 3:33.
722 > Baca 3:67 dan p.1654, catatan 464.
723 > Juga terdapat pada SN 2:26, I 61-62.
724 > Daḷhadhammā. Akhiran –dhamma di sini adalah bentukan Pāli dari Skt dhamvan, “memiliki busur.” Karena itu kemasan oleh Mp: “Busur kokoh berarti memiliki busur dengan ukuran maksimum” (daḷhadhanu uttamappamāṇena dhanunā samannāgato).
725 > Dhanuggaho sikkhito katahattho katūpāsano. Mp menjelaskan dhanuggaho sebagai seorang guru memanah, sikkhito sebagai seorang yang terlatih dalam memanah selama dua belas tahun, katahattho sebagai seorang yang cukup mahir untuk membelah ujung rambut dari jarak satu usabha, dan katūpasāno sebagai seorang yang berpengalaman dalam menembakkan anak panah yang telah memperlihatkan keahliannya. Baca juga p.1831, catatan 1935; baca juga CDB 393, catatan 181, dan CDB 819, cataatn 365.
726 > Mp: “Ajaran yang baik adalah tiga puluh tujuh bantuan menuju pencerahan. Ajaran yang buruk adalah enam puluh dua pandangan spekulatif.”
727 > Sutta ini juga terdapat pada SN 21:7, II 280. Tidak ada skema empat yang terlihat, dan dengan demikian saya tidak dapat menentukan alasan untuk memasukkannya ke dalam Kelompok Empat.
728 > Saya bersama dengan Be dan Ee membaca nibhāsamānaṃ jananti, tidak seperti Ce na bhāsamānaṃ jānanti. Konteks ini jelas memerlukan yang pertama. Paralel China SĀ 1069 (pada T II 277c12) mendukung hal ini dengan (MANDARIN), “jika ia tidak membicarakan Dhamma.”
729 > Saññāvipallāso, cittavipallāso, diṭṭhivipallāsoi. Vipallāsa adalah bentuk vi + pari + āsa, “dibalikkan.” Kata-kata ini diperlakukan dalam hal meninggalkan dan tidak meninggalkan pada Paṭis II 80-81.
730 > Saya bersama dengan Ce dan Ee membaca dukkhe bhikkhave sukhan ti saññāvipallāso, tidak seperti Ee adukkhe bhikkhave dukkhan ti saññāvipallāso.
731 > Saya bersama dengan Ce dan Ee membaca micchādiṭṭhigatā, tidak seperti Be micchādiṭṭhihatā. Tetapi saya mengikuti pembagian syair dari Be bukan dari Ce.
732 > Mp mengemas mahikā sebagai himaṃ, “salju,” tetapi PED menawarkan “kabut, embun beku,” yang tampak lebih baik.
733 > Di antara keempat upakkilesa ini, meminum minuman keras oleh para bhikkhu dilarang dalam Pācittiya 51; hubungan seksual dalam Pārājika 1; menerima emas dan perak (serta media pertukaran uang lainnya) dalam Nissaggiya-pācittiya 18. berbagai jenis penghidupan salah dilarang untuk kaum monastik Buddhis diuraikan dalam DN 2.1.21-27, I 67-69. baca juga MN 117.29, III 75,11-14.
734 > Saya bersama dengan Be membaca asuddhā sarajā magā.
735 > Di sini, keempat arus jasa dijelaskan dalam hal empat barang kebutuhan: jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan. Mp jelas keliru dalam kata turunan sovaggika, dengan menurunkannya dari saṭṭhu aggānaṃ rūpādīnaṃ dāyakā. Kata ini seharusnya diturunkan dari saga (Skt svarga), alam surga. Tetapi Mp pada 4:61 memberikan turunan yang benar, baca p.1691, catatan 746.
736 > Appamāṇaṃ cetosamādhiṃ. Mp: “Konsentrasi buah Kearahattaan” (arahattaphalasamādhi).
737 > Juga terdapat pada SN 55:31, V 391, tanpa syair, dan pada SN 55:41, V 399-400, dengan syair yang sama seperti 4:51.
738 > Syair-syair ini juga terdapat pada SN 11:14, I 232; SN 55:26, V 384; dan SN 55:51, V 405.
739 > Chava, lit. mayat. Mp: “Orang demikian disebut mayat karena ia mati karena kematian kualitas-kualitas bermoralnya.”
740 > Tentang Nakulapitā dan Nakulamātā, baca 1:257, 1:266, 6:16.
741 > Pada 1:263 ia dinyatakan sebagai yang terunggul di antara para pemberi yang memberikan benda-benda yang baik.
742 > Mp mengidentifikasikan “para pengenal dunia” (lokavidhūna) sebagai para Buddha.
743 > Ee agak menyesatkan di sini. Pertama, Ee memotong secara keliru, dan kemudian menambahkan paccupaṭṭhito hoti di akhir. Pemotongan dalam Ce dan Be menunjukkan bahwa objek tidak langsung (benda yang diberikan) didahului oleh paccupaṭṭhito, dan keduanya tidak mencantumkan paccupaṭṭhito di akhir. Dengan demikian dalam Ce dan Be tidak ada frasa terpisah yang menunjukkan bahwa umat awam hanya sekedar melayani Saṅgha tanpa menyebutkan barang yang sedang dipersembahkan.
744 > Saha ñātīhi saha upajjhāyehi. Dalam budaya monastik Buddhis, seorang upajjhāya seorang bhikkhu senior yang memimpin upacar penahbisan seseorang. Demikianlah penggunaan kata itu di sini, dalam konteks non-monastik, hal ini tidak lazim. Mp menjelaskan kata ini dalam paragraf ini seolah-olah bermakna teman-teman, “karena teman-teman harus mempedulikan kebahagiaan dan penderitaan seseorang (sukhadukkhesu upanijjhāyitabbattā),” tetapi penjelasan ini bergantung pada permainan kata yang tidak meyakinkan. Upajjhāya tidak berhubungan dengan kata kerja upanijjhāyati (Skt upanidhyāyati), “memikirkan, mempertimbangkan,” melainkan dengan kata ajjheti (Skt adhyeti), “mempelajari, belajar dari (seorang guru).”
745 > Ce dan Ee āpāthadaso; Be āpātadaso. Mp (Ce): “Ia melihat apa pun yang masuk dalam jangkauan, bahkan sebuah materi kecil yang masuk dalam jangkauan” (taṃ taṃ atthaṃ āpātheti tameva passati, sukhumampussa atthajātaṃ āpāthaṃ āgacchatiyevā ti attho).
746 > Di sini Mp mengoreksi turunan sovaggika dari saga: Saggassa hitā ti tatr’upapattijananato sovaggikā.
747 > Saya membagi syair ini dan syair berikutnya sesuai dengan syair-syair yang bersesuaian pada 5:51. karena Ce disunting oleh beberapa penyunting yang jelas tidak saling bekerja sama, syair-syair yang sama dalam jilid berbeda kadang-kadang dibagi secara berbeda. Pembagian yang digunakan dalam 5:51, yang mengelompokkan beberapa penerapan kekayaan, tampaknya sesuai dengan makna yang lebih baik.
748 > Dalam Pāli: atthisukha, bhogasukha, anaṇasukha, anavajjasukha. Mp: “Pertama adalah kebahagiaan yang muncul dalam pikiran, ‘Ada (atthi, yaitu, kekayaan)’; kedua adalah kekayaan yang muncul pada seseorang yang menikmati kekayaan; ke tiga adalah kekayaan yang muncul dalam pikiran, ‘aku tanpa hutang,’; ke empat adalah kebahagiaan yang muncul dalam pikiran, ‘aku tanpa cacat, tanpa cela.’”
749 > Bersama dengan Ce dan Ee membaca sare, bukan seperti Be paraṃ.
750 > Bersama dengan Ce dan Ee membaca bhāge, bukan seperti Be bhoge.
751 > Mp: “Beliau membagi jenis-jenis kebahagiaan dalam dua bagian. Tiga jenis pertama membentuk bagian pertama, kebahagiaan ketanpa-celaan adalah satu bagian tersendiri. Kemudian ia melihat dengan kebijaksanaan dan mengetahui bahwa ketiga jenis kebahagiaan pertama secara keseluruhan adalah tidak ada seper enam belas bagian dari kebahagiaan ketanpa-celaan.”
752 > Satu paralel yang diperluas dari 3:31. paralel lainnya adalah It 106, 609-11.
753 > Nomor sutta yang terpisah tidak terdapat dalam Ee, yang memberikan kesan bahwa sutta ini adalah lanjutan dari sutta sebelumnya.
754 > Yang pertama, tampaknya, adalah mereka yang berkeyakinan pada seorang guru spiritual karena bentuk fisiknya (rūpa) yang mengesankan, yaitu, kecantikannya. Yang ke dua adalah mereka yang berkeyakinan dengan berdasarkan pada ucapan yang mengesankan (ghosa, mungkin “suara,” suara yang merdu dan menenangkan); yang ke tiga, mereka yang berkeyakinan dengan berdasarkan pada latihan keras sang guru (lūkha; Mp memberikan contoh menggunakan jubah kasar dan mangkuk kasar); dan yang ke empat, mereka yang berkeyakinan pada sang guru karena ajarannya (dhamma). Mp mengatakan bahwa satu dari 100,000 orang mendasarkan keyakinan mereka pada ajaran sang guru.
755 > Bersama dengan Be membaca nābhijānanti te janā.
756 > Bersama dengan Ce membaca mohena adhammā sattā, tidak seperti Be mohena āvutā sattā. Ee mohena adhamasatta adalah bermakna sama dengan Ce.
757 > Bersama dengan Be dan Ee saya membaca kuplet ke dua yathādhammā tathāsantā na tass’evan ti maññare. Ce membaca pāda d: nassevanti na maññare. Mp: “Sesuai dengan sifat mereka: Mereka yang memiliki sifat di mana kualitas-kualitas seperti nafsu, dan seterusnya, masih ada; setelah memiliki sifat demikian. [Mereka] tidak berpikir demikian: Mereka tidak berpikir sebagai berikut: ‘Kami eksis dengan cara demikian, kami memiliki sifat demikian’” (yathādhammā tathāsantā ti yathā rāgādayo dhammā ṭhita, tathā sabhāvā’va hutvā; na tass’evan ti maññare ti mayaṃ evaṃsantā evaṃsabhāvā ti tassa na maññāre, na maññantī ti attho[/i]).
758 > Kejadian ini juga tercatat dalam Vin II 109-10.
759 > Imāni cattāri ahirājakulāni. Mp: “Ini dikatakan sehubungan dengan [ular-ular] itu yang gigitannya berbisa. Karena semua ular berbisa termasuk dalam empat keluarga kerajaan ular ini.”
760 > Be menyusun pernyataan ini dalam bentuk syair, tetapi saya mengikuti Ce dan Ee dengan menganggapnya sebagai prosa. Ini adalah pernyataan kebenaran (saccakiriya) dan, karena itu, menjadi bagian dari syair-syair, tetapi karena tidak ada irama yang terlihat, maka ini tidak menyerupai syair yang sesungguhnya. Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh para bhikkhu hutan sebagai perlindungan dari gigitan ular. Syair ini sering dimasukkan dalam pembacaan harian mereka.