yg saya bold, point menarik
saya ada mau tanya.
1. Apakah harus sebuah rupang untuk menunjukan rasa hormat( yg sepertinya kepada Buddha yah?)
2. Apakah harus di bhaktisala?
3. Rasa hormat seperti apa yg dimunculkan?
karena topik yg saya pertanyakan Sejauh mana Simbolisme dalam Theravada, salah satunya adalah patung/rupang.
apakah rupang tersebut, apa yg menjadikan rupang tersebut sesuai dalam simbol Buddha di masa lalu?
deg degan nich jawab pertanyaan nya
1. tidak selalu harus, jika ada rupang ya apa salahnya kita memberi hormat sebagai rasa terima kasih dan jg sebagai rasa keyakinan kita kepada Buddha, jika tdk ada rupang, maka saat membaca paritta, tangan dalam posisi anjali jg sebagai rasa penghormatan kepada Buddha, ketika menjalankan praktek Dhamma pada saat itu kita juga telah menghormat pada Buddha. RUpang disini maksud saya adalah sebagai salah satu simbol penghormatan kita.
2. di baktisala itu hanya salah satu contohnya, kalo dirumah ada rupang juga boleh menghormat, atau ditempat lain dimana di taruh rupang sebagai pennghormatan juga boleh memberi hormat.
3. rasa hormat yg perlu dimunculkan menurut saya adalah, ketika kita melaksanakan Dhamma, muncullah keyakinan kita karena telah ehipassiko pada apa yg telah diajarkan Buddha, maka dengan sendirinya rasa hormat muncul (so bukan perlu dimunculkan, melainkan dia muncul karena sebagai suatu sebab dari praktek Dhamma yang ada)