Ketika itu, Sang Buddha sedang menetap di Campa, di tepi kolam teratai
Gaggara. Saat pagi hari dan setelah mengamati dengan penuh kasih sayang
beliau 'melihat' "Hari ini ketika di sore hari saya sedang mengajarkan
Dhamma, seekor katak, mendengarkan suara saya dan menjadi tertarik,
menderita sakit karena tangan seseorang, dan akan terbunuh; ia akan tumimbal
lahir di alam dewa dan ini akan terjadi ketika sejumlah banyak orang sedang
menyaksikan; dengan cara demikian sungguh merupakan penetrasi yang besar
terhadap Dhamma.
Hari itu Beliau mengerjakannya dengan sangat baik, di tepi kolam Beliau
mengajar kepada 'pertemuan' dari empat penjuru. Kemudian seekor katak,
berpikir,"Inilah yang disebut Dhamma," keluar dari kolam dan berdekam di
belakang para pendengar. Dan seorang penggembala sapi, melihat Sang Buddha
berbicara dan para hadirin mendengarkan dengan tenang, duduk bersandar pada
siku tangannya, namun meremukkan katak tersebut. Katak itu tumimbal lahir
di alam Surga Tiga Puluh Tiga Deva (Tavatimsa) dengan rumah keemasan sejauh
12 yojana dan disertai oleh para bidadari. Merenungkan terhadap apa yang
telah dilakukannya untuk tumimbal lahir di sana ia tidak melihat apapun
kecuali ketertarikannya terhadap suara Sang Buddha.
Sang Buddha mengungkapkan dengan mulia dan bertanya kepadanya:
1. "Siapa, yang cemerlang dengan potensi batin, dengan keindahan melibihi
yang lain membuat semua penjuru terang, yang menghormat di bawah kaki saya?"
Kemudian, deva muda tersebut, berkata tentang satu kehidupannya yang lampau,
menjelaskan dalam syair berikut:
2. "Saya dahulu adalah seekor katak, penghuni air. Namun ketika saya
sedang mendengarkan Dhamma yang dibabarkan, seorang penggembala sapi tak
sengaja menbunuh saya.
3. Bagi sesaat ketenangan batin, terlihatlah potensi batin dan
kemuliaan, keindahan saya dan terlihatlah pula kecemerlangan saya.
4. Bagi mereka yang telah 'lama' mendengarkan Dhamma, Gotama, itulah
mereka yang telah merealisasi kekekalan di mana mereka tidak lagi
menderita."
Kemudian Sang Buddha, melihat kualifikasi yang telah dicapai oleh para
pendengar, mengajarkan Dhamma kembali secara penuh. Pada akhir dari ajaran
tersebut, Deva muda itu merealisasi tingkat kesucian pertama (Sotapana).
Setelah menghormati Sang Buddha, Deva muda tersebut kembali ke alam surga.
Sumber:
Vimanavatthu, Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka, Pali Text Society,
.London, 159 p.
Pertanyaan menyangkut isi tulisan dalam leaflet ini agar dialamatkan kepada
Pannakatha, melalui Sdr. Selamat Rodjali, Jl. City No. 9A Bogor 16123.
Leaflet no. 12 ini didistribusikan atas dana dari Bapak Herdituantono,
Tangerang dan seorang umat Bogor.
Semoga kusala kamma yang telah dilakukan mempercepat terealisasinya
Kebahagiaan Sejati.
Semoga selalu maju di dalam Dhamma.
Sadhu Sadhu Sadhu!