//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'  (Read 12117 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #30 on: 13 August 2013, 09:06:57 PM »
Menurut buku tsb, kedua objek terakhir disebutkan dalam sutta juga walaupun jarang sebagai objek meditasi, tetapi sebagai objek perenungan, seperti yang Om Indra katakan. Namun sebelum kita lanjutkan lebih jauh, apa perbedaan meditasi dan perenungan sehingga keduanya dikatakan berbeda? Mungkin ini bisa jadi bahan penyelidikan bersama....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #31 on: 13 August 2013, 09:40:26 PM »
Menurut buku tsb, kedua objek terakhir disebutkan dalam sutta juga walaupun jarang sebagai objek meditasi, tetapi sebagai objek perenungan, seperti yang Om Indra katakan. Namun sebelum kita lanjutkan lebih jauh, apa perbedaan meditasi dan perenungan sehingga keduanya dikatakan berbeda? Mungkin ini bisa jadi bahan penyelidikan bersama....

perenungan itu misalnya

Quote
“Di sini, para bhikkhu, ketika siang hari berlalu dan malam menjelang, seorang bhikkhu merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku dapat mati karena banyak penyebab. (1) Seekor ular mungkin menggigitku, atau seekor kalajengking atau seekor lipan mungkin menyengatku, dan aku bisa mati; itu akan menjadi rintangan bagiku. (2) Aku mungkin tersandung dan jatuh, atau (3) makananku mungkin tidak cocok bagiku, atau (4) empeduku mungkin menjadi terganggu, atau (5) dahakku mungkin menjadi terganggu, atau (6) angin tajam dalam tubuhku mungkin menjadi terganggu, atau (7) orang-orang mungkin menyerangku, atau (8) makhluk-makhluk halus yang jahat mungkin menyerangku, dan aku bisa mati; itu akan menjadi rintangan bagiku.’

“Bhikkhu ini harus merefleksikan sebagai berikut: ‘Apakah aku memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat apa pun yang belum ditinggalkan, yang dapat menjadi rintangan bagiku jika aku mati malam ini?’ Jika, setelah meninjau kembali, bhikkhu itu mengetahui: ‘Aku memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum ditinggalkan, yang dapat menjadi rintangan bagiku jika aku mati malam ini,’ maka ia harus mengerahkan keinginan, usaha, kemauan, semangat, tanpa mengenal lelah, perhatian, dan pemahaman jernih yang luar biasa untuk meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu. Seperti halnya seseorang yang pakaian atau kepalanya terbakar akan mengerahkan keinginan, usaha, kemauan, semangat, tanpa mengenal lelah, perhatian, dan pemahaman jernih yang luar biasa untuk memadamkan [api pada] pakaian atau kepalanya, demikian pula bhikkhu itu [321] harus mengerahkan keinginan, usaha, kemauan, semangat, tanpa mengenal lelah, perhatian, dan pemahaman jernih yang luar biasa untuk meninggalkan kualitas-kualitas buruk yang tidak bermanfaat itu.

“Tetapi jika, setelah meninjau kembali, bhikkhu itu mengetahui sebagai berikut: ‘Aku tidak memiliki kualitas-kualitas tidak bermanfaat yang belum ditinggalkan, yang dapat menjadi rintangan bagiku jika aku mati malam ini,’ maka ia boleh berdiam dalam sukacita dan kegembiraan yang sama itu, berlatih siang dan malam dalam kualitas-kualitas bermanfaat.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #32 on: 13 August 2013, 10:20:20 PM »
mungkin Bhikkhu Ananda yg melakukan degradasi itu, atau ingatan anda yg terdegradasi

Spoiler: ShowHide
Quote from: Mahaparinibbana Sutta

    4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini,” dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.” Ini adalah kriteria pertama.’
    4.9. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat komunitas para bhikkhu dengan bhikkhu-bhikhu senior dan guru-guru terkemuka. Aku telah mendengar dan menerima ini dari komunitas tersebut,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya ... (seperti paragraf 4.8). [125] Ini adalah kriteria ke dua.’
    4.10. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat banyak bhikkhu senior yang terpelajar, pewaris tradisi, yang mengetahui Dhamma, disiplin, peraturan-peraturan ...” (seperti paragraf 4.8). Ini adalah kriteria ke tiga.’
    4.11. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Di tempat-tempat ini terdapat seorang bhikkhu senior yang terpelajar ... aku telah mendengar dan menerima ini dari bhikkhu senior tersebut ...” (seperti paragraf 4.8). Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: ‘Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.’’


    188. ‘‘Idha, bhikkhave, bhikkhu evaṃ vadeyya – ‘sammukhā metaṃ, āvuso, bhagavato sutaṃ sammukhā paṭiggahitaṃ, ayaṃ dhammo ayaṃ vinayo idaṃ satthusāsana’nti. Tassa, bhikkhave, bhikkhuno bhāsitaṃ neva abhinanditabbaṃ nappaṭikkositabbaṃ. Anabhinanditvā appaṭikkositvā tāni padabyañjanāni sādhukaṃ uggahetvā sutte osāretabbāni [otāretabbāni], vinaye sandassetabbāni. Tāni ce sutte osāriyamānāni [otāriyamānāni] vinaye sandassiyamānāni na ceva sutte osaranti [otaranti (sī. pī. a. ni. 4.180], na ca vinaye sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ na ceva tassa bhagavato vacanaṃ; imassa ca bhikkhuno duggahita’nti. Itihetaṃ, bhikkhave, chaḍḍeyyātha. Tāni ce sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni sutte ceva osaranti, vinaye ca sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ tassa bhagavato vacanaṃ; imassa ca bhikkhuno suggahita’nti. Idaṃ, bhikkhave, paṭhamaṃ mahāpadesaṃ dhāreyyātha.

    ‘‘Idha pana, bhikkhave, bhikkhu evaṃ vadeyya – ‘amukasmiṃ nāma āvāse saṅgho viharati sathero sapāmokkho. Tassa me saṅghassa sammukhā sutaṃ sammukhā paṭiggahitaṃ, ayaṃ dhammo ayaṃ vinayo idaṃ satthusāsana’nti. Tassa, bhikkhave, bhikkhuno bhāsitaṃ neva abhinanditabbaṃ nappaṭikkositabbaṃ. Anabhinanditvā appaṭikkositvā tāni padabyañjanāni sādhukaṃ uggahetvā sutte osāretabbāni, vinaye sandassetabbāni. Tāni ce sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni na ceva sutte osaranti, na ca vinaye sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ na ceva tassa bhagavato vacanaṃ; tassa ca saṅghassa duggahita’nti. Itihetaṃ, bhikkhave, chaḍḍeyyātha. Tāni ce sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni sutte ceva osaranti vinaye ca sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā , idaṃ tassa bhagavato vacanaṃ; tassa ca saṅghassa suggahita’nti. Idaṃ, bhikkhave, dutiyaṃ mahāpadesaṃ dhāreyyātha.

    ‘‘Idha pana, bhikkhave, bhikkhu evaṃ vadeyya – ‘amukasmiṃ nāma āvāse sambahulā therā bhikkhū viharanti bahussutā āgatāgamā dhammadharā vinayadharā mātikādharā. Tesaṃ me therānaṃ sammukhā sutaṃ sammukhā paṭiggahitaṃ – ayaṃ dhammo ayaṃ vinayo idaṃ satthusāsana’nti. Tassa, bhikkhave, bhikkhuno bhāsitaṃ neva abhinanditabbaṃ…pe… na ca vinaye sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ na ceva tassa bhagavato vacanaṃ; tesañca therānaṃ duggahita’nti. Itihetaṃ, bhikkhave, chaḍḍeyyātha. Tāni ce sutte osāriyamānāni…pe… vinaye ca sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ tassa bhagavato vacanaṃ; tesañca therānaṃ suggahita’nti. Idaṃ, bhikkhave, tatiyaṃ mahāpadesaṃ dhāreyyātha.

    ‘‘Idha pana, bhikkhave, bhikkhu evaṃ vadeyya – ‘amukasmiṃ nāma āvāse eko thero bhikkhu viharati bahussuto āgatāgamo dhammadharo vinayadharo mātikādharo. Tassa me therassa sammukhā sutaṃ sammukhā paṭiggahitaṃ – ayaṃ dhammo ayaṃ vinayo idaṃ satthusāsana’nti. Tassa, bhikkhave, bhikkhuno bhāsitaṃ neva abhinanditabbaṃ nappaṭikkositabbaṃ. Anabhinanditvā appaṭikkositvā tāni padabyañjanāni sādhukaṃ uggahetvā sutte osāritabbāni, vinaye sandassetabbāni. Tāni ce sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni na ceva sutte osaranti, na ca vinaye sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ na ceva tassa bhagavato vacanaṃ; tassa ca therassa duggahita’nti. Itihetaṃ, bhikkhave, chaḍḍeyyātha. Tāni ca sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni sutte ceva osaranti, vinaye ca sandissanti , niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā , idaṃ tassa bhagavato vacanaṃ; tassa ca therassa suggahita’nti. Idaṃ, bhikkhave, catutthaṃ mahāpadesaṃ dhāreyyātha. Ime kho, bhikkhave, cattāro mahāpadese dhāreyyāthā’’ti.

sutta adalah dalam makna "khotbah" bukan merujuk pada "sutta pitaka"

Mungkin karena source gw beda kali ya?  :-?

Atha kho bhagavā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘siyā kho panānanda, tumhākaṃ evamassa – ‘atītasatthukaṃ pāvacanaṃ, natthi no satthā’ti. Na kho panetaṃ, ānanda, evaṃ daṭṭhabbaṃ. Yo vo, ānanda, mayā dhammo ca vinayo ca desito paññatto, so vo mamaccayena satthā."

Then the Blessed One said to Ven. Ananda, "Now, if it occurs to any of you — 'The teaching has lost its authority; we are without a Teacher' — do not view it in that way. Whatever Dhamma and Vinaya I have pointed out & formulated for you, that will be your Teacher when I am gone."

— DN 16: Mahāparinibbānasutta - The Great Discourse on the Final Unbinding



Anyway, baguslah anda sudah mulai menyertakan acuan sumber Pali dalam terjemahan dan bukan hanya dari bahasa Inggris semata.  ;D
« Last Edit: 13 August 2013, 10:26:34 PM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #33 on: 13 August 2013, 10:36:38 PM »
Mungkin karena source gw beda kali ya?  :-?

Atha kho bhagavā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘siyā kho panānanda, tumhākaṃ evamassa – ‘atītasatthukaṃ pāvacanaṃ, natthi no satthā’ti. Na kho panetaṃ, ānanda, evaṃ daṭṭhabbaṃ. Yo vo, ānanda, mayā dhammo ca vinayo ca desito paññatto, so vo mamaccayena satthā."

Then the Blessed One said to Ven. Ananda, "Now, if it occurs to any of you — 'The teaching has lost its authority; we are without a Teacher' — do not view it in that way. Whatever Dhamma and Vinaya I have pointed out & formulated for you, that will be your Teacher when I am gone."

— DN 16: Mahāparinibbānasutta - The Great Discourse on the Final Unbinding



Anyway, baguslah anda sudah mulai menyertakan acuan sumber Pali dalam terjemahan dan bukan hanya dari bahasa Inggris semata.  ;D

sumber saya adalah: hasil konsili yg diarsip di http://tipitaka.org

saya selalu memberikan rujukan Pali jika topik yg dibicarakan adalah Pali, saya menghindari rujukan yg tidak perlu

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #34 on: 14 August 2013, 07:08:34 AM »
menurut sutta, suara itu pengganggu konsentrasi masuk jhana !
lagu/mantra termasuk suara ndak ?
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #35 on: 14 August 2013, 07:50:01 AM »
Mungkin karena source gw beda kali ya?  :-?

Atha kho bhagavā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘siyā kho panānanda, tumhākaṃ evamassa – ‘atītasatthukaṃ pāvacanaṃ, natthi no satthā’ti. Na kho panetaṃ, ānanda, evaṃ daṭṭhabbaṃ. Yo vo, ānanda, mayā dhammo ca vinayo ca desito paññatto, so vo mamaccayena satthā."

Then the Blessed One said to Ven. Ananda, "Now, if it occurs to any of you — 'The teaching has lost its authority; we are without a Teacher' — do not view it in that way. Whatever Dhamma and Vinaya I have pointed out & formulated for you, that will be your Teacher when I am gone."

— DN 16: Mahāparinibbānasutta - The Great Discourse on the Final Unbinding



Anyway, baguslah anda sudah mulai menyertakan acuan sumber Pali dalam terjemahan dan bukan hanya dari bahasa Inggris semata.  ;D

kekna sourcenya sama, suttanya sama, tapi tempat ambil potongan yg diambil nya yg beda


(link direct ke sumber)

    4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini,” dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.” Ini adalah kriteria pertama.’





(link direct ke sumber)


[154] [/size]6.1[/size]. Dan Sang Bhagavā berkata kepada Ānanda: ‘Ānanda, engkau mungkin berpikir: “nasihat-nasihat Sang Guru telah tiada, sekarang kita tidak memiliki guru!” Jangan berpikiran seperti itu, Ānanda, karena apa yang telah Kuajarkan dan Kujelaskan kepada kalian sebagai Dhamma dan disiplin akan, saat Aku tiada, menjadi guru kalian.’
There is no place like 127.0.0.1

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #36 on: 15 August 2013, 09:52:27 AM »
perenungan itu misalnya


Kalo ini termasuk meditasi atau perenungan:

“Oleh karena itu, para bhikkhu, bentuk apa pun juga, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau dekat, segala bentuk harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai: ‘ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’

“Perasaan apa pun juga ... Persepsi apa pun juga … Bentukan-bentukan kehendak apa pun juga ... Kesadaran apa pun juga, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau dekat, segala bentuk harus dilihat sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai: ‘ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’

“Melihat demikian, para bhikkhu, siswa mulia yang terlatih mengalami kejijikan terhadap bentuk, kejijikan terhadap perasaan, kejijikan terhadap persepsi, kejijikan terhadap bentukan-bentukan kehendak, kejijikan terhadap kesadaran. Dengan mengalami kejijikan, ia menjadi bosan. Melalui kebosanan maka [batinnya] terbebaskan. Ketika terbebaskan muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi kondisi bagi makhluk ini.’”


~ SN 22.59 Anattalakkhana Sutta

Kemudian ada Buddhanussati, Dhammanussati, dan Sanghanussati yang dikatakan sebagai perenungan, apakah termasuk meditasi juga? Misalnya dlm AN 6.10:

(1) “Di sini, Mahānāma, seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata sebagai berikut: ‘Sang Bhagavā adalah seorang Arahant, tercerahkan sempurna, sempurna dalam pengetahuan sejati dan perilaku, berbahagia, pengenal dunia, pelatih terbaik bagi orang-orang yang harus dijinakkan, guru para deva dan manusia, Yang Tercerahkan, Yang Suci.’ Ketika seorang siswa mulia mengingat Sang Tathāgata, maka pada saat itu pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu, kebencian, atau delusi; pada saat itu pikirannya lurus, berdasarkan pada Sang Tathāgata. Seorang siswa mulia yang pikirannya lurus memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yang berhubungan dengan Dhamma. Ketika ia bergembira, maka sukacita muncul. Pada seseorang yang pikirannya bersukacita, maka jasmaninya menjadi tenang. Seorang yang jasmaninya tenang merasakan kenikmatan. Pada seseorang yang merasakan kenikmatan, pikirannya menjadi terkonsentrasi. Ini disebut seorang siswa mulia yang berdiam seimbang di tengah-tengah populasi yang tidak seimbang,<1258> yang berdiam tanpa sengsara di tengah-tengah populasi yang sengsara. Sebagai seorang yang telah memasuki arus Dhamma,<1259> ia mengembangkan pengingatan pada Sang Buddha.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Meditasi samatha menggunakan lagu/mantra Tissarana sbg 'OBJEK'
« Reply #37 on: 15 August 2013, 10:21:58 AM »
Untuk Empat Kriteria/Rujukan Agung (Catumahapadesa) dari Mahaparinibbana Sutta dlm teks Pali memang menggunakan kata "sutta dan vinaya":

187. Atha kho bhagavā bhaṇḍagāme yathābhirantaṃ viharitvā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘āyāmānanda, yena hatthigāmo, yena ambagāmo, yena jambugāmo, yena bhoganagaraṃ tenupasaṅkamissāmā’’ti. ‘‘Evaṃ, bhante’’ti kho āyasmā ānando bhagavato paccassosi. Atha kho bhagavā mahatā bhikkhusaṅghena saddhiṃ yena bhoganagaraṃ tadavasari. Tatra sudaṃ bhagavā bhoganagare viharati ānande [sānandare (ka.)] cetiye. Tatra kho bhagavā bhikkhū āmantesi – ‘‘cattārome, bhikkhave, mahāpadese desessāmi, taṃ suṇātha, sādhukaṃ manasikarotha, bhāsissāmī’’ti. ‘‘Evaṃ, bhante’’ti kho te bhikkhū bhagavato paccassosuṃ. Bhagavā etadavoca –

188. ‘‘Idha, bhikkhave, bhikkhu evaṃ vadeyya – ‘sammukhā metaṃ, āvuso, bhagavato sutaṃ sammukhā paṭiggahitaṃ, ayaṃ dhammo ayaṃ vinayo idaṃ satthusāsana’nti. Tassa, bhikkhave, bhikkhuno bhāsitaṃ neva abhinanditabbaṃ nappaṭikkositabbaṃ. Anabhinanditvā appaṭikkositvā tāni padabyañjanāni sādhukaṃ uggahetvā sutte osāretabbāni [otāretabbāni], vinaye sandassetabbāni. Tāni ce sutte osāriyamānāni [otāriyamānāni] vinaye sandassiyamānāni na ceva sutte osaranti [otaranti (sī. pī. a. ni. 4.180], na ca vinaye sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ na ceva tassa bhagavato vacanaṃ; imassa ca bhikkhuno duggahita’nti. Itihetaṃ, bhikkhave, chaḍḍeyyātha. Tāni ce sutte osāriyamānāni vinaye sandassiyamānāni sutte ceva osaranti, vinaye ca sandissanti, niṭṭhamettha gantabbaṃ – ‘addhā, idaṃ tassa bhagavato vacanaṃ; imassa ca bhikkhuno suggahita’nti. Idaṃ, bhikkhave, paṭhamaṃ mahāpadesaṃ dhāreyyātha.


4.7. Di Bhoganagara, Sang Bhagavā menetap di Kuil Ananda. Dan di sini, Beliau berkata kepada para bhikkhu: ‘Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian empat kriteria. Dengarkanlah, perhatikan baik-baik, dan Aku akan berbicara.’ [124] ‘Baik, Bhagavā,’ jawab para bhikkhu.

4.8. ‘Seandainya seorang bhikkhu mengatakan: “Teman-teman, aku mendengar dan menerima ini dari mulut Sang Bhagavā sendiri: inilah Dhamma, inilah disiplin, inilah Ajaran Sang Guru,” maka, para bhikkhu, kalian tidak boleh menerima atau menolak kata-katanya. Kemudian, tanpa menerima atau menolak, kata-kata dan ungkapannya harus dengan teliti dicatat dan dibandingkan dengan Sutta-sutta dan dipelajari di bawah cahaya disiplin. Jika kata-katanya, saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti tidak selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini bukan kata-kata Sang Buddha, hal ini telah keliru dipahami oleh bhikkhu ini,” dan kata-katanya itu harus ditolak. Tetapi jika saat dibandingkan dan dipelajari, terbukti selaras dengan Sutta atau disiplin, berarti kesimpulannya adalah: “Pasti ini adalah kata-kata Sang Buddha, hal ini telah dengan benar dipahami oleh bhikkhu ini.” Ini adalah kriteria pertama.’
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

 

anything