//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Poll

Apa anda rutin membaca paritta setiap hari?

Ya, setiap hari pasti sempatkan waktu baca paritta
Ya, tapi kalau lagi sibuk banget kadang bolong sehari-dua hari
Tidak

Author Topic: Tanya tentang Paritta  (Read 13784 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Mr. Wei

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.074
  • Reputasi: 99
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #30 on: 06 June 2013, 10:54:11 PM »
Kalau gak salah ingat, pernah baca mengenai kisah Ratana Sutta, katanya saat itu terjadi wabah, lalu Buddha membaca gatha atau apalah (yg kini jadi paritta Ratana Sutta di buku paritta) sambil percikin air ke sekeliling kota, lalu wabah tersebut menghilang.

Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #31 on: 07 June 2013, 08:06:24 AM »
Khanda paritta ini terdapat dalam Anguttara Nikaya, yaitu AN 4:67, Dalam sutta ini Sang Buddha menginstruksikan agar para bhikkhu meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Sang Buddha tidak menginstruksikan agar para bhikkhu menchant syair penutup sutta itu.

Gw setuju bahwa perlu juga menelusuri suatu tradisi atau tindakan buddhis ke dhamma vinaya (tipitaka) yg diajarkan Sang Buddha.  Hanya saja kalau tindakan ini dilakukan secara saklek dan leterleks (harus persis kata demi katanya) , maka hampir tidak ada bedanya dengan kaum funda agama lain yg berpegang ke text tertulis secara persis kata demi kata. 'Oh, zikir itu haram, ga ada di kitab suci; oh ziarah kubur itu musrik karena ga ada tertulis seperti itu di kitab", dll.

Seperti melihat orang latihan metta bhavana di vihara di mana praktisi mengucapkan dari mulutnya, "Semoga aku berbahagia, Semoga semua makhluk berbahagia", dst.  Lantas mereka yg berpegang pandangan seperti di atas akan berkomentar bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan menguncarkan kata2 itu, harus dalam pikiran (metta) saja.

Bahkan tradisi buddhis seperti menguncarkan paritta dan memercikan air pemberkahan pun pernah ada yg mempertanyakan. Apa kalau ikut acara Waisak di vihara Theravada dan kemudian bhikkhu memercikan air pemberkahan kemudian menghindar tidak mau diperciki, karena dianggap bid'ah?  Padahal sudah ada penjelasannya seperti komentar di Ratana Sutta.  Sungguh ironis kalau di kalangan buddhis pun berkembang pemahaman seperti wahabi.

 _/\_



Apakah tidak boleh mengucapkan kata2 ini?
Apakah kata2 ini hanya boleh di dalam hati ?
Apakah sudah mampu untuk meliputi keluarga ular hanya dengan pikiran saja?


Quote
  Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular virūpakkha;
   Pada ular-ular erāpatha aku memiliki cinta kasih.
   Aku memiliki cinta kasih pada ular-ular chabyāputta;
   Pada ular-ular gotamaka hitam aku memiliki cinta kasih.

   Aku memiliki cinta kasih pada makhluk-makhluk tanpa kaki;
   Pada mereka yang berkaki dua aku memiliki cinta kasih. [73]
   Aku memiliki cinta kasih pada mereka yang berkaki empat;
   Pada mereka yang berkaki banyak aku memiliki cinta kasih.

   Semoga makhluk-makhluk tanpa kaki tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki dua;
   Semoga makhluk-makhluk berkaki empat tidak mencelakaiku;
   Semoga tidak ada bahaya bagiku dari mereka yang berkaki banyak.

   Semoga semua makhluk, semua benda hidup,
   Semua penghuni dunia, semuanya,
   Mengalami keberuntungan;
   Semoga tidak ada hal buruk menimpa siapa pun.

Sang Buddha adalah tidak terbatas, Dhamma adalah tidak terbatas, Saṅgha adalah tidak terbatas; binatang-binatang melata, ular, kalajengking, lipan, laba-laba, kadal, dan tikus adalah terbatas. Aku telah membuat pengamanan, aku telah membuat perlindungan. Semoga makhluk-makhluk menjauh. Aku memberi hormat kepada Sang Bhagavā, hormat kepada tujuh Yang Tercerahkan Sempurna.
« Last Edit: 07 June 2013, 08:08:49 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #32 on: 07 June 2013, 08:46:39 AM »
Gw setuju bahwa perlu juga menelusuri suatu tradisi atau tindakan buddhis ke dhamma vinaya (tipitaka) yg diajarkan Sang Buddha.  Hanya saja kalau tindakan ini dilakukan secara saklek dan leterleks (harus persis kata demi katanya) , maka hampir tidak ada bedanya dengan kaum funda agama lain yg berpegang ke text tertulis secara persis kata demi kata. 'Oh, zikir itu haram, ga ada di kitab suci; oh ziarah kubur itu musrik karena ga ada tertulis seperti itu di kitab", dll.

Seperti melihat orang latihan metta bhavana di vihara di mana praktisi mengucapkan dari mulutnya, "Semoga aku berbahagia, Semoga semua makhluk berbahagia", dst.  Lantas mereka yg berpegang pandangan seperti di atas akan berkomentar bahwa Sang Buddha tidak mengajarkan menguncarkan kata2 itu, harus dalam pikiran (metta) saja.

Bahkan tradisi buddhis seperti menguncarkan paritta dan memercikan air pemberkahan pun pernah ada yg mempertanyakan. Apa kalau ikut acara Waisak di vihara Theravada dan kemudian bhikkhu memercikan air pemberkahan kemudian menghindar tidak mau diperciki, karena dianggap bid'ah?  Padahal sudah ada penjelasannya seperti komentar di Ratana Sutta.  Sungguh ironis kalau di kalangan buddhis pun berkembang pemahaman seperti wahabi.

 _/\_



Apakah tidak boleh mengucapkan kata2 ini?
Apakah kata2 ini hanya boleh di dalam hati ?
Apakah sudah mampu untuk meliputi keluarga ular hanya dengan pikiran saja?



sebaliknya bagaimana jika orang2 beranggapan bahwa dengan chanting, mrk menganggap bahwa sudah meliputi keempat keluarga ular dengan cinta kasih, dan suatu saat mungkin terjadi bahwa setelah melakukan pendarasan itu, ia dipatuk ular dan mati? bagaimana anda bisa menjelaskan hal itu kepada mrk?

Jika seseorang tidak mampu meliputi melalui pikiran, apakah ia akan lebih mampu jika melalui ucapan?

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #33 on: 07 June 2013, 02:46:44 PM »
Ada kisah awal mulanya chanting mulai sejak jaman sang Buddha yaitu dalam kisah Khanda Sutta, http://www.pirithpotha.com, sedang khanda Paritta nya ada disini http://www.bbcid.org/index.php?option=com_content&view=article&id=541&Itemid=66
Khanda paritta ini terdapat dalam Anguttara Nikaya, yaitu AN 4:67, Dalam sutta ini Sang Buddha menginstruksikan agar para bhikkhu meliputi keempat keluarga kerajaan ular dengan pikiran cinta kasih. Sang Buddha tidak menginstruksikan agar para bhikkhu menchant syair penutup sutta itu.
Thanks bro Indra, memang benar terdapat di AN.4:67  ;D
Saya memberikan link itu untuk bro Wei sebagai info bahwa apa aja paritta yang diberikan oleh sang Buddha kepada kita yang dapat melindungi kita dari mara bahaya. Di link tsb dijelaskan bhw khanda paritta adalah awal mula paritta diberikan kepada para Bhikkhu yang dapat melindungi dari gigitan ular (**MAAF, kamma tetap akan bekerja sesuai semestinya, bila memang kita harus mati digigit ular ya tetap saja mati walau baca paritta itu). Sehingga kebiasaan itu diteruskan dari generasi ke generasi hingga sekarang.

Quote
According to the discourses, the first instance that we come to where the Buddha has delivered a discourse, as a 'discourse of protection', is the Khanda Sutta (discourse on aggregates) of Cullavagga in the code of discipline. The Buddha has delivered this, according to the story behind the discourse, that once when a snake bit a certain monk, he died. The Buddha admonished the monks to extend loving thoughts to all the four royal clans of snakes. He further said, "If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
The Buddha has delivered many different discourses in such a manner to promote protection from illnesses, fear, and danger. We can understand that they are very powerful discourses; such as, the discourse of the Banner Protection (Dhajagga sutta), The Jewel discourse (Ratana Sutta), the discourses of the Factors of Enlightenment (Bojjhanga Suttas), the discourse on the Protection of the Peacock (Moraparitta Sutta), and the Atanatiya Sutta. The erudite monks of Sri Lanka, circa 1235 AD, compiled some of these discourses delivered by the Buddha and such Enlightened Ones as: The Venerable Sariputta and Moggallana, besides others. This compilation is called, "The Book of Protection" (Piruvana pothvahanse).
« Last Edit: 07 June 2013, 02:51:33 PM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #34 on: 07 June 2013, 02:54:53 PM »
Kalau gak salah ingat, pernah baca mengenai kisah Ratana Sutta, katanya saat itu terjadi wabah, lalu Buddha membaca gatha atau apalah (yg kini jadi paritta Ratana Sutta di buku paritta) sambil percikin air ke sekeliling kota, lalu wabah tersebut menghilang.

Apakah bisa disimpulkan bahwa kisah ini tidak bisa dipercaya (secara theravada)?

Theravada mempercayai hal ini terbukti hingga kini hal ini masih dipelihara dengan baik, para Bhante selalu memerciki air keliling seluruh umat dalam Vihara untuk memberkati mereka. Kemarin saya datang ke Waisak diperciki oleh Bhante Sila yang baca Paritta Bhante Joti (Mendut).
I'm an ordinary human only

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #35 on: 07 June 2013, 03:06:25 PM »
Thanks bro Indra, memang benar terdapat di AN.4:67  ;D
Saya memberikan link itu untuk bro Wei sebagai info bahwa apa aja paritta yang diberikan oleh sang Buddha kepada kita yang dapat melindungi kita dari mara bahaya. Di link tsb dijelaskan bhw khanda paritta adalah awal mula paritta diberikan kepada para Bhikkhu yang dapat melindungi dari gigitan ular (**MAAF, kamma tetap akan bekerja sesuai semestinya, bila memang kita harus mati digigit ular ya tetap saja mati walau baca paritta itu). Sehingga kebiasaan itu diteruskan dari generasi ke generasi hingga sekarang.


Quote
According to the discourses, the first instance that we come to where the Buddha has delivered a discourse, as a 'discourse of protection', is the Khanda Sutta (discourse on aggregates) of Cullavagga in the code of discipline. The Buddha has delivered this, according to the story behind the discourse, that once when a snake bit a certain monk, he died. The Buddha admonished the monks to extend loving thoughts to all the four royal clans of snakes. He further said, "If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
The Buddha has delivered many different discourses in such a manner to promote protection from illnesses, fear, and danger. We can understand that they are very powerful discourses; such as, the discourse of the Banner Protection (Dhajagga sutta), The Jewel discourse (Ratana Sutta), the discourses of the Factors of Enlightenment (Bojjhanga Suttas), the discourse on the Protection of the Peacock (Moraparitta Sutta), and the Atanatiya Sutta. The erudite monks of Sri Lanka, circa 1235 AD, compiled some of these discourses delivered by the Buddha and such Enlightened Ones as: The Venerable Sariputta and Moggallana, besides others. This compilation is called, "The Book of Protection" (Piruvana pothvahanse).

"If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #36 on: 07 June 2013, 03:36:24 PM »
"If O monks, indeed, that monk would have permeated the four royal clans of snakes with a loving mind, that monk would not have died being bitten by a snake".
bukan karna parittanya, tapi karna pikiran cinta kasihnya?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #37 on: 07 June 2013, 05:13:08 PM »
sebaliknya bagaimana jika orang2 beranggapan bahwa dengan chanting, mrk menganggap bahwa sudah meliputi keempat keluarga ular dengan cinta kasih, dan suatu saat mungkin terjadi bahwa setelah melakukan pendarasan itu, ia dipatuk ular dan mati? bagaimana anda bisa menjelaskan hal itu kepada mrk?

Ada beberapa hal paritta yg dibacakan tidak mampu mencapai hasilnya:
- Kurang keyakinan
- Akibat karma buruk (yg harus berbuah)
- ..... dst.
(pernah dibahas di DC tapi gw lupa linknya  :))

Artinya penguncaran paritta memang tidak menjanjikan hal yg pasti, karena sebab2 di atas.  Seandainya ia dipatuk ular dan mati meskipun sudah membacakan Khanda paritta, maka penjelasan gw ke mereka seperti itu.

Quote
Jika seseorang tidak mampu meliputi melalui pikiran, apakah ia akan lebih mampu jika melalui ucapan?

Ucapan bisa membantu lebih mengarahkan pikiran, ketimbang hanya pikiran semata.  Contoh seperti orang yg mulai meditasi mengucapkan bud-dho, masuk-keluar, dll.  Hal ini bertujuan untuk membantu, juga sebagai kekuatan sugesti.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #38 on: 07 June 2013, 08:38:21 PM »
Ada beberapa hal paritta yg dibacakan tidak mampu mencapai hasilnya:
- Kurang keyakinan
- Akibat karma buruk (yg harus berbuah)
- ..... dst.
(pernah dibahas di DC tapi gw lupa linknya  :))

Artinya penguncaran paritta memang tidak menjanjikan hal yg pasti, karena sebab2 di atas.  Seandainya ia dipatuk ular dan mati meskipun sudah membacakan Khanda paritta, maka penjelasan gw ke mereka seperti itu.

Ucapan bisa membantu lebih mengarahkan pikiran, ketimbang hanya pikiran semata.  Contoh seperti orang yg mulai meditasi mengucapkan bud-dho, masuk-keluar, dll.  Hal ini bertujuan untuk membantu, juga sebagai kekuatan sugesti.

kalau begitu, dengan kondisi kamma baik berbuah dalam bentuk keselamatan, apakah jika tidak membaca paritta maka orang itu akan dipatuk ular? atau jika dipatuk akan mati?

jika jawabannya merujuk pada kamma, saya pikir tidak ada bedanya antara membaca dan tidak membaca paritta.

saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #39 on: 07 June 2013, 08:47:45 PM »
kalau begitu, dengan kondisi kamma baik berbuah dalam bentuk keselamatan, apakah jika tidak membaca paritta maka orang itu akan dipatuk ular? atau jika dipatuk akan mati?

jika jawabannya merujuk pada kamma, saya pikir tidak ada bedanya antara membaca dan tidak membaca paritta.

saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.
ini menarik..
bukannya kalau apa yang diocehkan akan sync dengan apa yang dipikirkan karena juga telinga mendengar apa yang diocehkan ? otomatis membantu mengarahkan ?
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #40 on: 07 June 2013, 09:03:53 PM »
ini menarik..
bukannya kalau apa yang diocehkan akan sync dengan apa yang dipikirkan karena juga telinga mendengar apa yang diocehkan ? otomatis membantu mengarahkan ?


mungkin saja, tapi saya lebih cocok dengan tidak mengoceh.

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #41 on: 07 June 2013, 09:16:48 PM »
saya termasuk orang yg sulit konsentrasi jika sambil mengoceh, jadi pendapat bahwa ucapan dapat membantu mengarahkan pikiran terbukti tidak benar, setidaknya bagi saya.

Itu preferensi anda pribadi.  Kalau lebih suka mingkem ya monggo aja.  Orang lain belum tentu sama dengan anda, dan tidak bisa mengatakan tak berlaku untuk anda berarti juga tak berlaku buat orang lain.

My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #42 on: 07 June 2013, 09:21:28 PM »
Itu preferensi anda pribadi.  Kalau lebih suka mingkem ya monggo aja.  Orang lain belum tentu sama dengan anda, dan tidak bisa mengatakan tak berlaku untuk anda berarti juga tak berlaku buat orang lain.

hal yg sama berlaku sebaliknya, apa yg berlaku bagi para penggemar chanting juga belum tentu berlaku bagi orang2 lain, saya hanyalah salah satu contoh kasus, tapi saya yakin i'm not alone.

Quote
My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.

kalau begitu, semoga ular2 mengerti bahasa pali,

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #43 on: 07 June 2013, 09:33:53 PM »
sebagai informasi untuk Mr. Wei

pada DN 32 Atanatiya Sutta, Sang Buddha secara eksplisit menginstruksikan para bhikkhu agar menghapalkan syair atanatiya itu

Quote
13. ‘Para bhikkhu, kalian harus mempelajari syair-syair perlindungan Āṭānāṭā, menguasainya dan menghafalkannya. Itu adalah untuk keuntungan kalian, dan dengannya para bhikkhu dan bhikkhunī, para umat awam laki-laki dan perempuan akan dikawal, dilindungi, tidak dicelakai, dan merasa nyaman.’ Demikianlah Sang Bhagavā berbicara dan para bhikkhu senang dan gembira mendengar kata-kata Beliau.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Tanya tentang Paritta
« Reply #44 on: 08 June 2013, 09:36:42 AM »

My last thought, menguncarkan paritta ini seperti ibarat kita bertemu seorang residivis yang melarikan diri dari penjara.  Dia siap untuk menyerang bahkan membunuh kita karena merasa keselamatannya akan terancam kalau kita mencoba menangkapnya kembali, atau melaporkan keberadaan dirinya, atau berteriak memanggil polisi pada saat itu. 

Tapi pada saat kita berkata kepadanya, bahwa kita tak akan berteriak, tak akan melaporkannya kepada polisi, serta mempersilahkannya untuk berlalu dari situ dan kitapun akan pergi ke arah yg lain, maka besar kemungkinan dia tak akan menyerang kita dan segera pergi.  Jadi kita aman tak diganggu dan kitapun mengatakan tak akan mengganggunya dan dibuktikan dengan tindakan.  Keduanya pergi mengambil jalan masing2 and live happily ever after.  ;D

Jadi itu semacam komunikasi atau deklarasi yang diucapkan, bukan dengan membatin semata.
ini pernah aye alami kok, aye cm diam aja, dan dia tidak menyerang dan tidak mengganggu aye, dia langsung pergi kok.

apakah pake batin?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))