Sunya, saya tidak panas.
Apa yang penting bagi anda belum tentu penting bagi orang lain. Seperti saran Om Indra, anda lebih baik buka thread lain karena kita sedang bahas Bhiksu Mahayana di sini. Sunya, saya juga tidak berpikir anda marah dan tersinggung.
Sunya, mohon jangan beralasan tentang terperinci dan sensitif. Jika anda malas menjelaskan secara terperinci, katakan. Saya tidak marah. Jika anda merasa ada member yang sensitif, katakan. Saya tidak marah. I am fine both ways.
Orang yang bisa berdiskusi dengan kepala dingin, cenderung tidak sentimentil dan menganggap topik pembahasan sebagai masalah pribadi.
Bukan soal penting, rekan Sunyata, saya hanya mengingatkan etika. Kalau bagi Anda ini tidak penting, lewatkan saja. Cuma, apa benar seorang Buddhis itu bertindak bukan atas dasar kenyamanan sesama? Setahu saya fungsi etika agar masyarakat sama-sama merasa nyaman satu dengan yang lain.
Memang bukan Anda yang berpikir saya marah dan tersinggung, tapi salah satu rekan Anda disini. Setidaknya Anda pernah berpikir saya mau mengadu domba dan memecah belah 'kan?
Menjelaskan sesuatu terperinci itu saya maksudkan tentang pembahasan etika panggilan, dimana rujukannya bahasa dan pakem umum, baku, hingga normatif (yang sama-sama disepakati masyarakat sebagai bentuk kesopanan). Karena pembahasan ini tidak dapat diterima, sebab Anda cenderung kaitkan pada masalah pribadi, maka mohon koreksi kalau saya salah: Pembahasan sesuatu secara lebih rinci, sulit dilakukan lagi karena ada anggota-anggota yang berpikiran negatif dan cenderung mengkaitkan pada masalah pribadi.
Sebenarnya ini gejala psikis-nya sudah jelas; sentimentil dan tendensius. Tapi (dari pengamatan selama ini), mana ada yang mau mengaku?