//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Setelah mengetahui gagasan "Aku" adalah destruktif, apa yang harus dilakukan?  (Read 21956 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
bisakah menjelaskan lebih jauh lagi tentang bagaimana mengetahui apakah sutta salah tulis atau tidak dengan menggunakan Kalama Sutta? dan bagaimana membuktikan bahwa Kalama Sutta itu tidak salah tulis?

maaf bro, kalama sutta tidak menjelaskan tentang bagaimana mengetahui apakah sutta salah tulis atau tidak
tapi kalama sutta menjelaskan tentang bagaimana menguji/menyimpulkan kebenaran (salah satunya dari kitab suci/dpt dipersempit sutta)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Coba perhatikan kronologis diskusi kita

bagaimana meng-ehipassiko apakah sutta itu salah tulis atau tidak?

kalau menurut saya ya merujuk Kalama Sutta
itu pun kalau Sutta ini tidak lagi2 diragukan

intinya ya gunakan akal budi masing2 untuk mengujinya

Jika jawaban anda tentang Kalama Sutta itu adalah menjawab postingan saya tentang menguji apakah sutta salah tulis atau tidak, kenapa anda berubah pikiiran lagi pada postingan di bawah ini?

maaf bro, kalama sutta tidak menjelaskan tentang bagaimana mengetahui apakah sutta salah tulis atau tidak
tapi kalama sutta menjelaskan tentang bagaimana menguji/menyimpulkan kebenaran (salah satunya dari kitab suci/dpt dipersempit sutta)

dan anda belum menjawab pertanyaan saya "apakah anda percaya pada Kalama Sutta?"

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Jika jawaban anda tentang Kalama Sutta itu adalah menjawab postingan saya tentang menguji apakah sutta salah tulis atau tidak, kenapa anda berubah pikiiran lagi pada postingan di bawah ini?
saya sama sekali tidak berubah pikiran, sedari awal pemikiran saya adalah:
dengan merujuk pada kalama sutta, maka dimungkinkan untuk 'menguji' kebenaran dari sutta, dan alat ujinya ada di dalam diri masing2 individu ybs

namun sptnya anda lebih menekankan 'pembuktikan' sutta secara teknis dengan merujuk pada kalama sutta, untuk itu saya perlu memberitahukan bahwa itu tidak dimungkinkan, dan sebaiknya rujukan tsb diabaikan

dan anda belum menjawab pertanyaan saya "apakah anda percaya pada Kalama Sutta?"
kan saya yg ajukan, tentunya saya percaya donk

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
saya sama sekali tidak berubah pikiran, sedari awal pemikiran saya adalah:
dengan merujuk pada kalama sutta, maka dimungkinkan untuk 'menguji' kebenaran dari sutta, dan alat ujinya ada di dalam diri masing2 individu ybs

namun sptnya anda lebih menekankan 'pembuktikan' sutta secara teknis dengan merujuk pada kalama sutta, untuk itu saya perlu memberitahukan bahwa itu tidak dimungkinkan, dan sebaiknya rujukan tsb diabaikan

loh pertanyaan saya kan mengenai "bagaimana membuktikan sutta salah tulis atau tidak" yg anda jawab dengan jawaban Kalama Sutta, kemudian saya tanyakan lagi bagaimana Kalama Sutta membuktikan sutta salah tulis atau tidak? dan anda malah mulai berdansa.

Quote
kan saya yg ajukan, tentunya saya percaya donk

jadi bagaimana aplikasi Kalama Sutta itu bagi anda? dan apakah anda yakin Kalama Sutta tidak salah tulis?

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
loh pertanyaan saya kan mengenai "bagaimana membuktikan sutta salah tulis atau tidak" yg anda jawab dengan jawaban Kalama Sutta, kemudian saya tanyakan lagi bagaimana Kalama Sutta membuktikan sutta salah tulis atau tidak? dan anda malah mulai berdansa.

coba cari deh, kapan saya bilang kalama sutta dapat membuktikan sutta salah tulis atau tidak?

yg saya tulis adalah 'menguji', menguji apa? menguji kebenaran sutta (anggap saja sutta tsb salah tulis)
bagaimana cara mengujinya, dengan apa? saya berikan rujukan di kalama sutta, singkatnya dgn 'akal budi' masing2
inilah dasar perserpsi saya

kalau ternyata persepsi kita berbeda, ya abaikan saja pendapat saya tsb
ok bro, saya rasa saya tidak perlu berpanjang2 lagi, yg akan semakin mengaburkan pokok bahasan

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
coba cari deh, kapan saya bilang kalama sutta dapat membuktikan sutta salah tulis atau tidak?

saya akan pelan2 deh:

Tanya (Indra): bagaimana meng-ehipassiko apakah sutta itu salah tulis atau tidak?
Jawab (Siswahardy): kalau menurut saya ya merujuk Kalama Sutta
itu pun kalau Sutta ini tidak lagi2 diragukan
intinya ya gunakan akal budi masing2 untuk mengujinya
Tanya (Indra): bisakah menjelaskan lebih jauh lagi tentang bagaimana mengetahui apakah sutta salah tulis atau tidak dengan menggunakan Kalama Sutta? dan bagaimana membuktikan bahwa Kalama Sutta itu tidak salah tulis?
Jawab (Siswahardy): $^&^*(&()^$$#$#

Quote
yg saya tulis adalah 'menguji', menguji apa? menguji kebenaran sutta (anggap saja sutta tsb salah tulis)
bagaimana cara mengujinya, dengan apa? saya berikan rujukan di kalama sutta, singkatnya dgn 'akal budi' masing2
inilah dasar perserpsi saya

bisa tolong dicopas ke sini, bagian dari kalama sutta yg mana yg mengajarkan cara menguji kebenaran sutta? dan di mana Kalama sutta mengajarkan mengenai 'akal budi'?

pada Kalama Sutta yg jadi rujukan saya ada tertulis sbb:
"Marilah, O penduduk Kālāma. Jangan menuruti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kabar angin, kumpulan teks, logika, penalaran, pertimbangan, dan penerimaan pandangan setelah merenungkan, pembabar yang tampaknya cukup kompeten, atau karena kalian berpikir, ‘Petapa itu adalah guru kami.’"

jadi bagian mana yg anda maksudkan dengan 'akal budi'?

Quote
kalau ternyata persepsi kita berbeda, ya abaikan saja pendapat saya tsb
ok bro, saya rasa saya tidak perlu berpanjang2 lagi, yg akan semakin mengaburkan pokok bahasan

walaupun persepsi kita berbeda, tapi saya berhak menguji ajaran anda, karena tulisan anda dibaca oleh banyak orang. thread ini sudah dibaca  1324 kali (Read 1324 times), jadi saya tidak akan membiarkan begitu saja suatu pernyataan yg mungkin berpotensi menyesatkan.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
[at] Indra

aduh bro, siapa yg mau saya sesatkan?

kenyataannya:
kalau ada orang mau suci, itu karena dirinya sendiri
kalau ada orang mau sesat, itu karena dirinya sendiri

bagaimana mungkin karena seorang siswahardy & seorang indra, seseorang jadi sesat atau jadi suci
apa anda pikir, saya dan anda adalah orang yg hebat? Buddha saja tidak dapat men-sucikan orang
kenyataannya: semua orang bergantung pada dirinya sendiri

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
[at] Indra

aduh bro, siapa yg mau saya sesatkan?


adakah saya mengatakan bahwa anda mau menyesatkan orang?

Quote
kenyataannya:
kalau ada orang mau suci, itu karena dirinya sendiri
kalau ada orang mau sesat, itu karena dirinya sendiri

bagaimana mungkin karena seorang siswahardy & seorang indra, seseorang jadi sesat atau jadi suci
apa anda pikir, saya dan anda adalah orang yg hebat? Buddha saja tidak dapat men-sucikan orang
kenyataannya: semua orang bergantung pada dirinya sendiri

Dalam MN 108  Gopakamoggallāna Sutta tertulis sbb:

11. “Adakah, Guru Ānanda, seorang bhikkhu yang sekarang kalian hormati, kalian hargai, kalian puja, dan kalian muliakan, dan yang kepadanya kalian hidup dengan bergantung dengan menghormati dan menghargainya?”

“Ada seorang bhikkhu, Brahmana, yang sekarang kami hormati, kami hargai, kami puja, dan kami muliakan, dan yang kepadanya kami hidup dengan bergantung dengan menghormati dan menghargainya.”

frasa "tidak bergantung pada yg lainnya" biasanya disebutkan dengan merujuk pada seseorang yg telah mencapai kesucian, sebelum itu adalah sewajarnya seseorang bergantung pada Sang Guru.
misalnya dalam MN 73  Mahāvacchagotta Sutta tertulis sbb:

10. “Selain dari Guru Gotama dan para bhikkhu dan para bhikkhunī, dan umat awam laki-laki berpakaian putih yang menjalani kehidupan selibat, adakah seorang umat awam laki-laki, siswa Guru Gotama, berpakaian putih yang menikmati kenikmatan indria, yang menjalankan instruksi Beliau, menaati nasihat Beliau, telah melampaui keragu-raguan, menjadi terbebas dari kebingungan, memperoleh keberanian, dan menjadi tidak bergantung pada orang lain dalam Pengajaran Sang Guru?”

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
^ kalau pesan Buddha: 'jadilah pulau bagi dirimu sendiri' artinya apa bro?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
^ kalau pesan Buddha: 'jadilah pulau bagi dirimu sendiri' artinya apa bro?

di mana (di sutta apa) pesan itu terdapat? mungkin jika saya membaca secara keseluruhan saya akan bisa memahaminya dan menjelaskannya pada anda. saya tidak terbiasa membaca sepotong2.

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
di mana (di sutta apa) pesan itu terdapat? mungkin jika saya membaca secara keseluruhan saya akan bisa memahaminya dan menjelaskannya pada anda. saya tidak terbiasa membaca sepotong2.

nih bro saya copas dari: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/sang-buddha/?mobile=1
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sang Buddha bukan merupakan penjelmaan Dewa Wisnu seperti yang dinyatakan oleh sebagian orang, ataupun seorang juru selamat yang memberikan keselamatan pada orang – orang lain melalui diri-Nya. Beliau menasehati agar para pengikut-Nya bergantung kepada diri sendiri dalam usaha mencapai kebebasan, karena suci atau tidak suci seseorang tergantung pada diri sendiri. Menjelaskan hubungan-Nya dengan para siswa-Nya serta untuk menekankan pentingnya sikap bergantung kepada diri sendiri dan perjuangan pribadi, Sang Buddha menyatakan :
 
“ Engkau sendirilah yang harus berusaha, Sang Tathagata hanya penunjuk jalan. “ ( Dhammapada 276 )
 
Para Buddha hanya menunjukkan jalan, selanjutnya terserah kepada kita untuk mengikuti jalan tersebut dalam usaha memperoleh keselamatan. Berhasil atau tidak itu tergantung pada usaha diri sendiri.
 
Bersandar pada orang lain untuk memperoleh keselamatan menandakan sifat yang lemah, sedangkan mengandalkan pada usaha sendiri menandakan sifat yang kuat. Bergantung pada orang lain berarti melepaskan diri dari usaha dan tanggung jawab. Ketika menasehati para siswa-Nya untuk bergantung pada diri sendiri, Sang Buddha dalam kitab Maha Parinibbana Sutta menyatakan :
 
“ Jadilah pulau bagi dirimu sendiri, jadilah perlindungan bagi dirimua sendiri ; janganlah mencari perlindungan di luar dirimu sendiri “.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
nih bro saya copas dari: http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/sang-buddha/?mobile=1
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sang Buddha bukan merupakan penjelmaan Dewa Wisnu seperti yang dinyatakan oleh sebagian orang, ataupun seorang juru selamat yang memberikan keselamatan pada orang – orang lain melalui diri-Nya. Beliau menasehati agar para pengikut-Nya bergantung kepada diri sendiri dalam usaha mencapai kebebasan, karena suci atau tidak suci seseorang tergantung pada diri sendiri. Menjelaskan hubungan-Nya dengan para siswa-Nya serta untuk menekankan pentingnya sikap bergantung kepada diri sendiri dan perjuangan pribadi, Sang Buddha menyatakan :
 
“ Engkau sendirilah yang harus berusaha, Sang Tathagata hanya penunjuk jalan. “ ( Dhammapada 276 )
 
Para Buddha hanya menunjukkan jalan, selanjutnya terserah kepada kita untuk mengikuti jalan tersebut dalam usaha memperoleh keselamatan. Berhasil atau tidak itu tergantung pada usaha diri sendiri.
 
Bersandar pada orang lain untuk memperoleh keselamatan menandakan sifat yang lemah, sedangkan mengandalkan pada usaha sendiri menandakan sifat yang kuat. Bergantung pada orang lain berarti melepaskan diri dari usaha dan tanggung jawab. Ketika menasehati para siswa-Nya untuk bergantung pada diri sendiri, Sang Buddha dalam kitab Maha Parinibbana Sutta menyatakan :
 
“ Jadilah pulau bagi dirimu sendiri, jadilah perlindungan bagi dirimua sendiri ; janganlah mencari perlindungan di luar dirimu sendiri “.

ini bukan sutta, saya pikir anda cukup mampu membedakan antara sutta dan bukan sutta. tapi baiklah dengan data yg anda berikan ini saya coba jelaskan.

di atas sebenarnya sudah cukup jelas, bahwa dalam hal usaha tentu harus masing2 individu yg berusaha tidak bisa diwakilkan bahkan oleh Sang Buddha. tapi tidak bisa dikatakan bahwa kita tidak bergantung pada Sang Buddha sebagai Guru, sebagai penunjuk jalan. misalnya seorang yg sedang sakit, supaya sembuh ia sendiri yg harus minum obat, tidak bisa diwakilkan, tapi tetap saja butuh petunjuk dari dokter untuk meresepkan obat itu.

Apakah menurut anda statement pulau itu berarti kita bahkan tidak bergantung pada Sang Buddha? atau para bhikkhu atau teman2 dalam perjalanan spiritual? mungkin kutipan dari SN 3.18 Kosalasamyutta ini dapat menginspirasi anda

Quote
“Pada suatu ketika, Baginda, aku menetap di tengah-tengah suku Sakya, di mana di sana terdapat kota Sakya bernama Nàgaraka.  Kemudian Bhikkhu ânanda mendekatiKu memberi hormat kepadaKu, duduk di satu sisi, dan berkata: ‘Yang Mulia, ini adalah setengah dari kehidupan suci, yaitu, pertemanan yang baik, berdampingan dengan baik, persahabatan yang baik.’

“Ketika hal ini dikatakan, Baginda, Aku berkata kepada Bhikkhu ânanda: ‘Bukan, ânanda! Bukan demikian, ânanda! <198> ini adalah keseluruhan kehidupan suci, ânanda, yaitu, pertemanan yang baik, berdampingan dengan baik, persahabatan yang baik. Ketika seorang bhikkhu memiliki seorang teman yang baik, pendamping yang baik, sahabat yang baik, maka diharapkan bahwa ia akan mengembangkan dan melatih Jalan Mulia berfaktor delapan. Dan bagaimanakah, ânanda, seorang bhikkhu yang memiliki seorang teman yang baik, pendamping yang baik, sahabat yang baik, mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berfaktor Delapan? Di sini, ânanda, seorang bhikkhu mengembangkan Pandangan Benar, yang berdasarkan pada pengasingan, kebosanan, dan pelenyapan, yang matang dalam pembebasan. Ia mengembangkan Kehendak Benar … Ucapan Benar … Perbuatan Benar … Penghidupan Benar … Usaha Benar … Perhatian Benar … Konsentrasi Benar, yang berdasarkan pada pengasingan, kebosanan, dan pelenyapan, yang matang dalam pembebasan. Adalah dengan cara ini, ânanda, seorang bhikkhu yang memiliki seorang teman yang baik, pendamping yang baik, sahabat yang baik, mengembangkan dan melatih Jalan Mulia Berfaktor Delapan

Offline siswahardy

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 615
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
ini bukan sutta, saya pikir anda cukup mampu membedakan antara sutta dan bukan sutta. tapi baiklah dengan data yg anda berikan ini saya coba jelaskan.

versi sutta-nya, dicopas dari: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/maha-parinibbana-sutta/
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
26. “Ananda, oleh karena itu, hendaknya kamu menjadi sebuah pulau sebagai tempat perlindungan bagimu sendiri. Jangan mencari perlindungan yang lain. Hanya Dharmalah sebagai pulaumu, dan kau tiada mencari perlindungan lain. Bagaimana seorang bhikkhu adalah sebagai pulau baginya, sebagai suatu perlindungan bagi dirinya sendiri, tidak mencari perlindungan dari yang lain, dan hanya Dhamma sebagai pulaunya, hanya Dhamma sebagai pelindungnya, dan tiada mencari perlindungan lain ?

Apakah menurut anda statement pulau itu berarti kita bahkan tidak bergantung pada Sang Buddha? atau para bhikkhu atau teman2 dalam perjalanan spiritual? mungkin kutipan dari SN 3.18 Kosalasamyutta ini dapat menginspirasi anda
dlm banyak kasus seorang guru dibutuhkan (tapi bukan ketergantungan), namun demikian keputusan/penentu terakhir adalah di dalam diri masing2
namun dlm kasus Buddha, siapa gurunya? siapa yg mengajarkannya mencapai pembebasan?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
versi sutta-nya, dicopas dari: http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/maha-parinibbana-sutta/
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
26. “Ananda, oleh karena itu, hendaknya kamu menjadi sebuah pulau sebagai tempat perlindungan bagimu sendiri. Jangan mencari perlindungan yang lain. Hanya Dharmalah sebagai pulaumu, dan kau tiada mencari perlindungan lain. Bagaimana seorang bhikkhu adalah sebagai pulau baginya, sebagai suatu perlindungan bagi dirinya sendiri, tidak mencari perlindungan dari yang lain, dan hanya Dhamma sebagai pulaunya, hanya Dhamma sebagai pelindungnya, dan tiada mencari perlindungan lain ?

penjelasan saya untuk ini masih tetap tidak berubah, silakan baca reply sebelumnya.

Quote
dlm banyak kasus seorang guru dibutuhkan (tapi bukan ketergantungan), namun demikian keputusan/penentu terakhir adalah di dalam diri masing2

jika yg anda maksudkan dengan "ketergantungan" spt halnya ketergantungan pada narkoba, maka ya saya juga berpendapat seseorang sebaiknya tidak berketergantungan terhadap apa pun.

Quote
namun dlm kasus Buddha, siapa gurunya? siapa yg mengajarkannya mencapai pembebasan?

mungkin kutipan dari Samyutta Nikaya ini bisa sedikit menjelaskan:

Quote

Sang Tathāgata, para bhikkhu, Sang Arahanta, Yang Tercerahkan Sempuna, adalah penemu jalan yang belum muncul sebelumnya, pembuat jalan yang belum dibuat sebelumnya, yang menyatakan jalan yang belum dinyatakan sebelumnya

Beliau adalah pengenal sang jalan, penemu sang jalan, yang terampil dalam jalan
para siswaNya sekarang berdiam dengan mengikuti jalan tersebut dan kemudian memilikinya.

Para Buddha adalah makhluk istimewa, makhluk luar biasa, tanpa bandingan, tanpa tandingan, tentu tidak bisa diperbandingkan dengan kita.