//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 585187 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1380 on: 08 April 2013, 03:02:39 PM »
sekte awal buddhisme... darimana kisah sekte awal buddhisme itu didapat-kan ? apakah dokumentasi tentang sekte2 awal buddhisme itu ada yang lebih awal daripada dokumentasi konsili ke-4 ?


Dulu belum ada satu sejarahwan yang mencatat secara keseluruhan sekte-sekte yang berkembang. Namun setiap sekte melakukan sepak terjang sendiri, menuliskan karya sastranya masing-masing, berdebat, dan menyebarkan ajarannya. Apa yang tercatat tentang mereka adalah seperti bagian puzzle. Kemudian dikumpulkan bagian-bagian lain (termasuk catatan konsili IV, baik 'by Theravada' di Srilanka maupun 'by Sarvastivada' di Kashmir), dan disusun untuk mendapatkan gambaran keseluruhannya.

Jadi dokumentasi bukan hanya konsili saja, namun mencakup keseluruhan budaya di sana.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1381 on: 08 April 2013, 03:54:34 PM »
Dulu belum ada satu sejarahwan yang mencatat secara keseluruhan sekte-sekte yang berkembang. Namun setiap sekte melakukan sepak terjang sendiri, menuliskan karya sastranya masing-masing, berdebat, dan menyebarkan ajarannya. Apa yang tercatat tentang mereka adalah seperti bagian puzzle. Kemudian dikumpulkan bagian-bagian lain (termasuk catatan konsili IV, baik 'by Theravada' di Srilanka maupun 'by Sarvastivada' di Kashmir), dan disusun untuk mendapatkan gambaran keseluruhannya.

Jadi dokumentasi bukan hanya konsili saja, namun mencakup keseluruhan budaya di sana.

dan dokumentasi tentang tipitaka yang sebelum konsili ke-4 ? ada ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1382 on: 08 April 2013, 03:59:25 PM »


mungkin maksudnya , ke- 4 nikaya itu kan adalah hasil dari konsili ke-4, jikalau tidak ada dokumentasi yang lebih awal daripada itu, berarti, bhikkhu rakkhita adalah seorang arahat, karena beliau bisa merangkum nikaya tersebut, tetapi jika bhikkhu rakkhita diragukan sebagai seorang arahat, bagaimana mgkn beliau bisa merangkum 4 vinaya itu..
jadi kalau beliau bukan arahat, maka nikaya itu tidak otentik...

demikianlah menurut pengertian saya

CMIIW
 _/\_

siapapun bisa merangkum apa yang "beredar" dimasyarakat yang dikatakan ajaran Buddha... Tetapi utk meyakini bahwa yang "beredar" di masyarakat itu adalah ajaran Buddha, tentu-nya kita harus meyakini bahwa yang merangkum dan menvalidasi-nya itu kualitas-nya adalah kualitas seorang Arahat. Karena pengulangan2 sebelum-nya adalah pengulangan lisan yang tidak dapat diperbandingkan dan tidak dapat kita tunjukkan kepada orang lain.

Jadi bukan persoalan apakah bisa dirangkum atau tidak... tetapi setidak-nya kita harus meyakini Bhikkhu Rakkhita sebagai seorang Arahat, sebelum kita bisa meyakini 4 Nikaya yang dihasilkan dari Konsili ke-4. KALAU TIDAK, darimana kita tahu 4 Nikaya yang dihasilkan itu adalah "BENAR-BENAR YANG DISAMPAIKAN oleh BUDDHA dan siswa-siswa-nya, dan diulangi secara lisan di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 ???
(Dalam hal ini kita juga harus meyakini ke-arahatan bhikkhu2 di konsili ke-2 dan ke-3, jikalau tidak, darimana kita bisa mengetahui bahwa apa yang di-wariskan secara lisan secara turun temurun, tidak ter-degradasi, tidak di-rubah2, tidak ditambah2, tidak di-kurang2i ?)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1383 on: 08 April 2013, 04:10:57 PM »
dan dokumentasi tentang tipitaka yang sebelum konsili ke-4 ? ada ?

siapapun bisa merangkum apa yang "beredar" dimasyarakat yang dikatakan ajaran Buddha... Tetapi utk meyakini bahwa yang "beredar" di masyarakat itu adalah ajaran Buddha, tentu-nya kita harus meyakini bahwa yang merangkum dan menvalidasi-nya itu kualitas-nya adalah kualitas seorang Arahat. Karena pengulangan2 sebelum-nya adalah pengulangan lisan yang tidak dapat diperbandingkan dan tidak dapat kita tunjukkan kepada orang lain.

Jadi bukan persoalan apakah bisa dirangkum atau tidak... tetapi setidak-nya kita harus meyakini Bhikkhu Rakkhita sebagai seorang Arahat, sebelum kita bisa meyakini 4 Nikaya yang dihasilkan dari Konsili ke-4. KALAU TIDAK, darimana kita tahu 4 Nikaya yang dihasilkan itu adalah "BENAR-BENAR YANG DISAMPAIKAN oleh BUDDHA dan siswa-siswa-nya, dan diulangi secara lisan di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 ???
(Dalam hal ini kita juga harus meyakini ke-arahatan bhikkhu2 di konsili ke-2 dan ke-3, jikalau tidak, darimana kita bisa mengetahui bahwa apa yang di-wariskan secara lisan secara turun temurun, tidak ter-degradasi, tidak di-rubah2, tidak ditambah2, tidak di-kurang2i ?)

Betul, bisa terjadi double standard.

Dalam arti kritis mengenai mana2 nikaya dan kitab yang 'asli', sementara pelaksananya tidak dilihat secara kritis seperti melihat dan mengkaji sejarah kitab2nya.

Ujung2nya tidak bisa dibuktikan.  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1384 on: 08 April 2013, 04:15:28 PM »
dan dokumentasi tentang tipitaka yang sebelum konsili ke-4 ? ada ?
Padanan dari sutta pitaka kanon Pali adalah Agama. Semua aliran memiliki Agama yang hampir sama persis, namun dalam dokumentasinya, tidak didapatkan lengkap dari seluruh aliran, kecuali dari Sarvastivada yang paling lengkap.

Vinaya dari berbagai aliran juga secara mayoritas sama. Hanya strukturisasi dan pengelompokannya yang berbeda.

Berbeda dengan sutra-vinaya, Abhidharma ini masing-masing sekte punya Abhidharma yang berbeda, bahkan ada yang tidak punya. Jadi tentunya istilah "Tripitaka" tidak ada dalam sekte mereka.

Nah, kumpulan dari tulisan-tulisan ini dikompilasi dalam Tripitaka Taisho. Ini jelas berbeda, bukan 'produk' konsili IVa di Srilanka.


Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1385 on: 08 April 2013, 04:19:02 PM »
Ironis sekali. Saking cocok dengan Theravada, sampai harus melanggar apa yang diajarkan di Theeravada itu sendiri.
tidak selalu bisa dipandang melanggar.
bisa juga dipandang antara perbedaan interpretasi ajaran theravada, antara pandangan orthodox dan modern...

Saya pikir wanita meninggalkan keduniawian di Theravada banyak, hanya saja mereka tidak berstatus bhikkhuni. Dalam konteks melatih diri, apalah bedanya status samaneri dengan bhikkhuni?
kalo memang begitu, buat apa pria juga menjadi bhikkhu?

kalau saya melihat adanya komunitas bhikkhuni melengkapi komunitas2 yang ada di buddhism. adanya umat pria dan wanita melaksanakan pancasila yang menyokong pertapa pria dan wanita. adanya persaudaraan bhikkhu2 dan persaudaraan bhikkhuni.

kalo orang bertanya kenapa membangkitkan bhikkhuni lagi, sebagian orang yang lain bertanya kenapa tidak.
tidak ada bahayanya bagi kelangsungan buddha dhamma, malahan sebaliknya...

Dan kalau masalah 'adil' atau tidak, kita tentu ga bisa menentukan yang mana yang adil. Karena nanti orang juga bisa protes kenapa kalo 'banci' atau orang cacad mau jadi bhikkhu/ni, kok tidak boleh, dan akan banyak lagi protes2 lainnya. Untuk itu maka sebaiknya mengikuti aturan yang berlaku. Kenapa percaya Buddha bijaksana tapi mempertanyakan peraturan yang dibuatnya ketika tidak sesuai dengan pendapat kita?
Buddha yang bijaksana memilih untuk mendirikan Sangha bhikkhuni, tidak melarangnya...
banci dan cacat tentu memiliki alasannya tersendiri, namun di lain pihak tidak ada alasan untuk tidak memberi kesempatan wanita menjadi bhikkhuni.


Dari cabang yang sama, bukan berarti dari silsilah yang sama. Dharmaguptaka dan Vibhajyavada adalah 2 sekte berbeda.

Soal silsilah tak terputus, rasanya semua juga akan klaim demikian, tapi kenyataannya kalau memang semua sama, kenapa harus sampai menjadi berbagai aliran?

Menurut saya, kalau ada dua aliran yang berbeda, itu karena memang sudah berbeda secara dhamma-vinaya. Kalau memang sama, tentu tidak perlu pakai merk berbeda. Jadi IMO cara-cara demikian hanyalah upaya mengakali vinaya saja dan menutup mata terhadap perbedaan. Terlebih lagi, kalau memang sama, kenapa harus tahbis di Dharmaguptaka lalu hijrah ke Theravada? Menetap saja di Dharmaguptaka, 'kan sama?!
apakah karena ada perbedaan pendapat mengenai satu topik ajaran, maka salah satu sekte kehilangan license untuk mengakui sebagai bhikkhu / bhikkhuni murid Buddha? apakah karena perbedaan itu, maka seluruh penganut theravada tidak lagi mengakui bhikkhuni dharmaguptaka sebagai bhikkhuni yang berasal dari guru yang sama?

saya bukan menyarankan kedua sekte sama dan sebaiknya merger saja, tapi bukankah seharusnya keduanya masih saling mengakui memiliki guru yang sama dan praktek yang sama?

Tapi, IMO, kalau orang memang benar bertekad berlatih, bisa saja menjalankannya tanpa status. Contohnya Pukkusati yang meninggalkan kehidupan raja juga tidak tahu vinaya dan tidak ditahbiskan, tapi punya modal keyakinan, moralitas, dan konsentrasi, mengenakan jubah kuning dan cukur rambut, hidup sebagai bhikkhu. Karena modal yang cukup itu, ketika mendengar khotbah tentang elemen, ia mencapai Anagami. Sangat unik di sini sebab Pukkusati waktu itu belum ditahbiskan, dan dia tidak tahu siapa lawan bicaranya yang mengajarkan elemen, tapi tetap dapat menembus kesucian.

Tampaknya ukuran sangha makin lama makin bergeser, sekarang yang lebih penting adalah 'pengakuan' dan 'tata cara tradisi'.
dengan argumen yang sama, kenapa membangkitkan kembali bhikkhuni theravada ditentang?
bukankah tekad untuk berlatih, menjalankan sila dan samadhi yang penting ketimbang tata cara tradisi?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1386 on: 08 April 2013, 04:33:41 PM »
siapapun bisa merangkum apa yang "beredar" dimasyarakat yang dikatakan ajaran Buddha... Tetapi utk meyakini bahwa yang "beredar" di masyarakat itu adalah ajaran Buddha, tentu-nya kita harus meyakini bahwa yang merangkum dan menvalidasi-nya itu kualitas-nya adalah kualitas seorang Arahat. Karena pengulangan2 sebelum-nya adalah pengulangan lisan yang tidak dapat diperbandingkan dan tidak dapat kita tunjukkan kepada orang lain.

Jadi bukan persoalan apakah bisa dirangkum atau tidak... tetapi setidak-nya kita harus meyakini Bhikkhu Rakkhita sebagai seorang Arahat, sebelum kita bisa meyakini 4 Nikaya yang dihasilkan dari Konsili ke-4. KALAU TIDAK, darimana kita tahu 4 Nikaya yang dihasilkan itu adalah "BENAR-BENAR YANG DISAMPAIKAN oleh BUDDHA dan siswa-siswa-nya, dan diulangi secara lisan di konsili ke-1, ke-2 dan ke-3 ???
(Dalam hal ini kita juga harus meyakini ke-arahatan bhikkhu2 di konsili ke-2 dan ke-3, jikalau tidak, darimana kita bisa mengetahui bahwa apa yang di-wariskan secara lisan secara turun temurun, tidak ter-degradasi, tidak di-rubah2, tidak ditambah2, tidak di-kurang2i ?)

bagaimana dengan konsili2 sesudahnya (5 dan 6)? apakah mrk juga harus memiliki prasyarat Arahat dan apakah mrk Arahat?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1387 on: 08 April 2013, 05:17:41 PM »
tidak selalu bisa dipandang melanggar.
bisa juga dipandang antara perbedaan interpretasi ajaran theravada, antara pandangan orthodox dan modern...
... yang berarti dhamma tidak sempurna dibabarkan, perlu interpretasi lebih lanjut, dan mengikuti perkembangan zaman.


Quote
kalo memang begitu, buat apa pria juga menjadi bhikkhu?
Memang dalam konteks pencapaian kesucian, pria/wanita tidak mutlak berstatus bhikkhu/bhikkhuni.
Tapi yang dibahas di sini adalah kondisi sekarang di mana sangha bhikkhuni sudah punah, sehingga secara peraturan wanita tidak bisa jadi bhikkhuni, dan ada sebagian orang 'maksa'.

Mengenai pria jadi bhikkhu, karena sekarang memang masih bisa sesuai aturan, saya pikir tidak relevan dibahas.


Quote
kalau saya melihat adanya komunitas bhikkhuni melengkapi komunitas2 yang ada di buddhism. adanya umat pria dan wanita melaksanakan pancasila yang menyokong pertapa pria dan wanita. adanya persaudaraan bhikkhu2 dan persaudaraan bhikkhuni.

kalo orang bertanya kenapa membangkitkan bhikkhuni lagi, sebagian orang yang lain bertanya kenapa tidak.
tidak ada bahayanya bagi kelangsungan buddha dhamma, malahan sebaliknya...
Buddha yang bijaksana memilih untuk mendirikan Sangha bhikkhuni, tidak melarangnya...
banci dan cacat tentu memiliki alasannya tersendiri, namun di lain pihak tidak ada alasan untuk tidak memberi kesempatan wanita menjadi bhikkhuni.
Kalau menurut bro morph sendiri, apakah ada alasan bagi Buddha yang menetapkan penahbisan bhikkhuni harus oleh sangha bhikkhuni? Atau itu hanya fenomena anomali keputusan tidak bijaksana dari seorang bijaksana?


Quote
apakah karena ada perbedaan pendapat mengenai satu topik ajaran, maka salah satu sekte kehilangan license untuk mengakui sebagai bhikkhu / bhikkhuni murid Buddha? apakah karena perbedaan itu, maka seluruh penganut theravada tidak lagi mengakui bhikkhuni dharmaguptaka sebagai bhikkhuni yang berasal dari guru yang sama?
Sebaliknya, justru karena perbedaan ajaran, maka masing-masing memiliki 'licence' untuk menahbiskan bhikkhu/ni sesuai aliran masing-masing. Tidak beda keadaannya dengan Devadatta yang punya licence sendiri untuk menahbiskan bhikkhu/ni-nya. Ketika dinyatakan sebagai sangha yang satu, tentu ia bukan anggota sangha lainnya.


Quote
saya bukan menyarankan kedua sekte sama dan sebaiknya merger saja, tapi bukankah seharusnya keduanya masih saling mengakui memiliki guru yang sama dan praktek yang sama?
Seperti contohnya Dharmaguptaka sendiri menolak pratikmoksa dari Sarvastivada, menganggapnya sudah tidak 'murni', sementara Sarvastivada tentu saja juga mengaku sebagai pewaris dharma yang benar. Dari sini sudah kelihatan bagaimana aliran-aliran itu sebetulnya berbeda, bukan sama.


Quote
dengan argumen yang sama, kenapa membangkitkan kembali bhikkhuni theravada ditentang?
bukankah tekad untuk berlatih, menjalankan sila dan samadhi yang penting ketimbang tata cara tradisi?
Sila dan samadhi menurut siapa? Menurut aliran penahbisnya, atau menurut aliran ke mana dia berpindah?

Katakanlah seseorang ditahbis di Sarvastivada, lalu hijrah ke Dharmaguptaka. Pandangan mana yang harus dianutnya? Jika dia menganut Dharmaguptaka, maka ia harus menolak keabsahan penahbisan dirinya; jika dia menganut Sarvastivada, yah untuk apa dia pindah ke Dharmaguptaka yang akan menolak keabsahan penahbisannya itu?

Karena memiliki akar yang sama, maka memang ada kesamaan antar sekte, tapi sesuai perkembangannya, jelas ada perbedaan yang mendasar yang tidak bisa disamakan yang memaksa mereka harus memisahkan diri, bahkan saling mengecam. Saya pikir kita harus buka mata sepenuhnya pada persamaan dan perbedaan ini.


Offline Chandra Rasmi

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.466
  • Reputasi: 85
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1388 on: 08 April 2013, 05:18:04 PM »
dengan argumen yang sama, kenapa membangkitkan kembali bhikkhuni theravada ditentang?
bukankah tekad untuk berlatih, menjalankan sila dan samadhi yang penting ketimbang tata cara tradisi?


lah, kalau yang penting adalah tekad untuk berlatih, menjalankan sila dan samadhi, lantas untuk apa label bhikkhuni ???



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1389 on: 08 April 2013, 05:41:07 PM »
bagaimana dengan konsili2 sesudahnya (5 dan 6)? apakah mrk juga harus memiliki prasyarat Arahat dan apakah mrk Arahat?
'Kan sudah dibilang masalah keyakinan. Misalnya kalau suka dengan 4 KM terbalik, tinggal meyakini A. Brahm adalah Arahant; suka dengan Vsm, yakini Buddhagosa Arahant; suka HHK, yakini LSY Buddha. Hanya masalah keyakinan saja.


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1390 on: 08 April 2013, 07:08:47 PM »
[Catatan numpang lewat]

"... cattāro satipaṭṭhānā cattāro sammappadhānā cattāro iddhipādā pañcindriyāni pañca balāni satta bojjhaṅgā ariyo aṭṭhaṅgiko maggo, tattha sabbeheva samaggehi sammodamānehi avivadamānehi sikkhitabbaṃ.
Tesañca vo, bhikkhave, samaggānaṃ sammodamānānaṃ avivadamānānaṃ sikkhataṃ siyaṃsu dve bhikkhū abhidhamme nānāvādā... "

Dari kutipan Kinti Sutta ini, 37 hal ini dan penjelasannya yang disebut "Abhidhamma", sebab merupakan jalan menuju pencerahan.

Spoiler: ShowHide
4 Landasan Perhatian, 4 Usaha Benar, 4 kekuatan batin, 5 indriya, 5 kekuatan, dan 7 Faktor Pencerahan, Jalan Mulia Berunsur 8.



Di AN, istilah 'Abhidhamma' selain perbincangan Mahakotthita tentang Abhidhamma (yang tidak dijelaskan apa isinya), istilah ini selalu berpasangan dengan "Abhivinaya". Kalau Abhidhamma diajarkan di Tavatimsa, kira-kira Abhivinaya diajarkan di alam mana yah?

« Last Edit: 10 April 2013, 02:15:34 PM by Kainyn_Kutho »

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1391 on: 08 April 2013, 07:12:22 PM »
Walaupun istilahnya sama, namun merujuk pada hal yang berbeda. "Vibhajjavada" dalam sutta merujuk pada metode analisis, misalnya di AN 10.2.5.4. Vajjiyamahitasutta, disebutkan "Gārayhaṃ kho pana, bhante, bhagavā garahanto pasaṃsitabbaṃ pasaṃsanto vibhajjavādo bhagavā" (sesungguhnya terhadap yang tercela, bhante, bhagava mencela, terhadap yang terpuji, dipuji, [demikian] pengajaran melalui analisis oleh bhagava); sedangkan vibhajyavada yang disebutkan oleh Sarvastivada dan lainnya, merujuk pada satu aliran. Ini bukan mengindikasikan bahwa Sarvastivada ataupun aliran lainnya menolak metode analisis itu sendiri. Padanannya sama seperti Theravada berbeda dengan (aliran) Sautrantika, tapi bukan berarti Theravada tidak mengutamakan sutta (suttantika) dalam doktrinnya.

Jadi istilah sama, tapi merujuk hal berbeda. "Vibhajyavada" sebagai aliran, adalah julukan terhadap mereka yang mengadakan konsili di bawah Moggalliputta Tissa, yang diberikan oleh aliran lain yang tidak ikut konsili. "Vibhajjavada" sebagai metode, adalah cara memahami sebuah fenomena dengan analisis dan diskriminasi.

Waktu itu Konsili Ketiga bahkan belum diadakan, Moggaliputtatissa hanya menjawab bahwa Sang Buddha mengajarkan vibhajjavada (ajaran analisis) ketika ditanya Raja Asoka. Menurut saya, istilah vibhajjavada yg dipakai Moggaliputtatissa memiliki pengertian sama dg istilah vibhajjavada yg digunakan Sang Buddha dalam Nikaya-Nikaya awal. Namun seiring berkembangnya Abhidhamma, ini menjadi istilah untuk aliran yang mengutamakan metode analisis dalam Abhidhamma-nya (yaitu Theravada/Mahaviharavasin). Hal yang hampir senada dinyatakan Bhikkhu Sujato dalam Sects and Sectarianism sbb:

Quote
Maka kita ditinggalkan dengan masalah: apakah yang dimaksud vibhajjavāda, dan mengapa ia relevan dalam konteks Konsili Ketiga? Marilah kita mengingat kembali aliran teks. Para pengikut ajaran salah non-Buddhis menyatakan berbagai ajaran tentang “diri”; Moggaliputtatissa menentangnya dengan ajaran Sang Buddha tentang vibhajjavāda; kemudian sumber-sumber Mahāvihāra menggambarkannya akan mengajarkan Kathāvatthu. Bahkan jika Kathāvatthu adalah penambahan yang belakangan, Mahāvihāra pasti telah menambahkannya atas beberapa alasan. Komentar Kathāvatthu, seperti yang telah kita lihat, secara khusus mengatakan bahwa Kathāvatthu “membedakan” (vibhajanto) pandangan heterodoks dan ortodoks, sehingga mungkin ini berarti untuk membuat beberapa hubungan eksplisit antara Kathāvatthu dan vibhajjavāda.

Sekarang, Kathāvatthu membahas sangat banyak topik, kebanyakan darinya yang sepele dan diberikan sedikit ruang kosong, dan yang jauh lebih penting semua topik lain dalam buku itu adalah bagian pertama tentang “diri”. Ini adalah, seperti yang telah kita lihat, satu-satunya topik utama yang umum dalam Kathāvatthu dan Vijñānakāya, selain dari posisi berlawanan tentang tesis “semuanya ada”. Ini jelas adalah perdebatan yang sulit, dan meskipun dialetika Abhidhamma yang dingin, suatu hal yang emosional.

Dalam konteks kita sekarang, pastinya tema yang muncul adalah debat diri/bukan-diri ini. Saya ingin menyatakan bahwa istilah vibhajjavāda digunakan di sini untuk mengimplikasikan suatu kritik atas teori non-Buddhis tentang diri. Ini tentunya memenuhi kriteria yang kita pertanyakan sebelumnya, bahwa istilah ini pasti membangkitkan suatu aspek ajaran Sang Buddha yang penuh makna, penting dalam suatu cara yang akan menjawab tantangan para pengikut ajaran salah.

Ajaran bukan-diri selalu dianggap sebagai ajaran utama Sang Buddha. Metode khas yang digunakan oleh Sang Buddha untuk mematahkan gagasan salah tentang diri adalah menggunakan analisis. Dalam Buddhisme awal, metode utamanya adalah dengan sistematis menentukan hal-hal tersebut yang dianggap sebagai diri, mengangkatnya untuk diselidiki, dan menemukan dalam pengamatan yang cermat bahwa mereka tidak memiliki ciri-ciri yang kita berikan pada suatu diri. Dengan demikian lima kelompok unsur kehidupan digambarkan sebagai yang membentuk landasan bagi teori-teori diri. Tetapi dalam perenungan, mereka dilihat membawa pada penderitaan, yang bukan bagaimana suatu diri dipahami, sehingga mereka gagal memenuhi kriteria dari suatu diri. Dalam sutta-sutta, metode ini dicontohkan oleh siswa Kaccāyana, yang dikenal sebagai yang terkemuka di antara mereka yang dapat menganalisis (vibhajjati) dalam detail apa yang diajarkan Sang Buddha secara singkat; Dīpavaṁsa mengatakan bahwa ia memenuhi peran itu dalam Konsili Pertama.[200]

Analisis ini, atau vibhaṅga, adalah momentum pengumpulan selama masa Konsili Ketiga. Sebenarnya, teks dasarnya disebut Vibhaṅga dalam versi Mahāvihāravāsin; versi Sarvāstivāda adalah Dharmaskandha, dan versi Dharmaguptaka adalah Śāripūtrābhidharmaśāstra. Semua ini berasal dari suatu tahap kuno dari perkembangan Abhidhamma, yang mengumpulkan sutta-sutta “analitis”, terutama yang diatur berdasarkan topik-topik dari Saṁyutta Nikāya/Āgama, dan menguraikannya dengan tingkat penafsiran Abhidhammik yang berbeda-beda.

Jadi akan sangat masuk akal dalam kisah kita untuk vibhajjavāda untuk mewakili gerakan Abhidhamma sebagai suatu pendekatan analitis atas Dhamma secara umum, dan sebagai sebuah kritik atas “diri” secara khusus. Juga kelihatannya tepat untuk menggambarkan Sang Buddha sebagai seorang vibhajjavādin, sama dengan mengatakan beliau adalah seorang anattavādin. Penafsiran ini bersifat sementara, karena ini tidak dapat didukung dengan pernyataan yang jelas dari teks-teks. Tetapi, seperti yang kita telah lihat, definisi vibhajjavāda yang diberikan kepada kita dari teks-teks tidak cukup untuk menjelaskan penggunaan oleh Mahāvihāravāsin dalam teks mereka sendiri: teks-teks ini belakangan, atau tidak relevan, atau diturunkan dari aliran yang berbeda. Jika spekulasi kita memiliki suatu nilai, tampaknya bahwa sasaran utama dari polemik dalam bacaan ini bukanlah Sarvāstivādin, tetapi para teoritikus Diri non-Buddhis, dan mungkin oleh implikasi Puggalavādin.

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23774.msg433828.html#msg433828
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1392 on: 09 April 2013, 06:11:00 AM »
Karena memiliki akar yang sama, maka memang ada kesamaan antar sekte, tapi sesuai perkembangannya, jelas ada perbedaan yang mendasar yang tidak bisa disamakan yang memaksa mereka harus memisahkan diri, bahkan saling mengecam. Saya pikir kita harus buka mata sepenuhnya pada persamaan dan perbedaan ini.

setuju
jangan terbuka mata hanya karena keadilan utk memunculkan yang sudah punah duluan.
« Last Edit: 09 April 2013, 06:19:54 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1393 on: 09 April 2013, 06:18:44 AM »

lah, kalau yang penting adalah tekad untuk berlatih, menjalankan sila dan samadhi, lantas untuk apa label bhikkhuni ???


status kebhikkhuan tentunya perlu jika masih bisa utk di tabhiskan tentunya bukan karena utk kebanggaan dan dihormati.

tapi pelatihan dan praktek Dhamma tidak perlu status Kebhikkhuan,
karena umat awam juga punya kemampuan menjadi mahluk suci.
« Last Edit: 09 April 2013, 06:20:55 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1394 on: 09 April 2013, 07:11:46 AM »
jaman sekarang aye sering lihat biksu, biksuni, mereka menyetir mobil sendiri, bikkhu juga keknya sama aja, kemudian kayak kasus kemarin ada biku bergitar, jualan amulet, merokok, melelang diri untuk bangun vihara, jadi sebenernya status bikkhu itu apa maknanya ya? dengan kesibukan seperti itu bisakah mereka menempuh tujuan akhir?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))