//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - xenocross

Pages: 1 2 3 [4] 5
46
Tolong ! / [ask] ada yg tau tempat retret buddhis?
« on: 14 March 2009, 11:55:40 AM »
teman saya ada yg jadi ketua pekan penghayatan dhamma
lagi nyari tempat buat retretnya
tempatnya kalau bisa di sekitar bandung, cipanas, puncak, dan cipayung, atau sekitarnya.

Ada yg tau dimana? Lebih bagus lagi kalau ada informasi alamat dan kontaknya

Thanks

47
Diskusi Umum / Ajahn Brahm stories
« on: 14 March 2009, 03:11:25 AM »
saya mau post semua cerita Ajahn Brahm, dan semua ceramahnya di thread ini.
Buat yg mau nyumbang juga, silakan

48
Lingkungan / Sumbang Tangan untuk borobudur
« on: 02 March 2009, 10:26:34 AM »
http://www.anakui.com/2008/05/07/sumbang-tangan-demi-borobudur/

Tenang, maksudnya bukan kita suruh potong tangan trus dijual dan disumbangkan buat kelangsungan hidup borobudur. Ternyata para mahasiswa yang lewat Balhut (balik hutan), tepatnya seberang halte stasiun UI, cuma dimintai cap tangannya sebagai simbol dukungannya menjaga kelestarian borobudur. Hmm?

Kumpulan cap tangan ini bisa dibilang simbol dari beribu tangan yang telah membangun borobudur di jaman dahulu kala. Kali ini, tangan warna-warni hasil karya para mahasiswa yang lewat Balhut menyiratkan keingingan kita untuk mendukung dan menjaga warisan Indonesia yang berharga. Event yang diselenggarakan INDOWYN (Indonesia World Heritage Youth Network) ini memang ditujukan untuk generasi muda yang peduli terhadap peninggalan berharga Indonesia, terutama benda purbakala. sebagai buktinya ada beberapa tips yang diberikan untuk menjaga nasib candi-candi kita.

1. Kalo kamu lagi maen ke Borobudur atau candi lainnya, apa yang akan kamu lakukan jika ada sampah berserakan?




A. Biarin aja ah, bukan sampah gw ini.

B. Ambil dan buang ke tempat sampah dong, kebersihan kan sebagian dari iman.

mana yang benar? jelas dong yang B. bukan cuma karena alesan biar dipuji orang sebagai manusia ramah lingkungan, tetapi ternyata sampah itu mengundang para serangga kecil (semut, rayap) yang akan membuat sarang di bagian bawah batu sehingga pondasi Borobudur/candi lain akan ringkih karena batunya jadi bolong-bolong berkat serangga imut tsb. ga mau kan candi-candi kita punah cuma gara-gara sampah? hiiiy. eits, tapi jangan cuma jaga kebersihan di Borobudur aja loh ya, kita juga harus peduli sama lingkugan di sekitar kita. malu ah, anak pinter kok buang sampah sembarangan :)

2. Ada mitos kalo kita bisa megang patung yang ada dalem stupa, keinginan kita terkabul. Tindakan kamu?


A. Pokonya harus pegang sampe kena patung! Harus nyampe!

B. Yaelah, minta gituan mah sama Tuhan kalee.

Sebenernya masalahnya bukan pada bener ato nggak mitos itu, tapi pada efek yang tangan kita sebabkan-tepatnya keringat- pada batu, relief, dan patung di candi. Lho, memang kenapa? Ternyata, keringat kita mengandung bahan kimia yang dapat merusak batu (borobudur)! Waduh. Mau ngerelain eksistensi Borobudur cuma karena kita pengen iseng colek-colek patungnya? NO!!

Wah, ternyata memang sesuatu yang besar itu bisa dimulai dari hal simpel ya. Seandainya semua pengunjung Borobudur menjaga kebersihan dan tidak seenaknya memegang-megang bagian candi, bisa dijamin anak cucu kita kelak masih bisa mengagumi keindahannya. Yuk kita cintai budaya Indonesia, kalo bukan kita siapa lagi?

Kamu bisa ikut mendukung dengan ikutan cause Save Borobudur di Facebook: http://apps.facebook.com/causes/232860/33397484?m=6d54c0aa

49
Kafe Jongkok / Save Borobudur
« on: 02 March 2009, 06:46:23 AM »
Teman-teman yang punya facebook , silahkan masuk ke link inihttp://apps.facebook.com/causes/232860/33397484?m=6d54c0aa ya

Ini adalah cause Facebook untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pelestarian Borobudur.
Semakin banyak yg bergabung, semakin baik.

Invite juga teman-teman kamu, supaya informasi ini bisa tersebar lebih luas

Kalau punya teman bule, diinvite juga biar jadi global

Nama cause: Save Borobudur
Mission: To protect Borobudur temple from destruction
http://apps.facebook.com/causes/232860/33397484?m=6d54c0aa

Kamu bisa invite 60 orang per hari, mulai dari temen2 yg buddhis dulu aja, ok  _/\_

50
Hadirilah acara :

Bedah Buku
MAHAKARYA KITAB SPIRITUAL KLASIK

Abad ke . 20 yang Termasyhur
Oleh : YM. Biksu Bhadra Ruci
Judul Buku:
PEMBEBASAN DI TANGAN KITA ( 2 jilid )
Terjemahan dari Buku . Liberation In Our Hands . karya Phabongkha Rinpoche

Hari/Tanggal:
Sabtu, 7 Maret 2009

Waktu :
13.30 WIB s/d selesai

Tempat :
TB. Gramedia
Mal Ciputra Lt.5 Unit No. V 09
Jl. S. Parman Grogol Jakarta 11470

Harga:
Rp. 80.000,- / jilid

Moderator :
Lenny Hidayat

NB : Bonus majalah Eastern Horizon yang terbaru untuk pembelian pada saat bedah buku.

CP : Heni ( 0878 2161 2700 ) / Hastomo Ardy ( 081 809 222 052 )

Host:   
Dharma Center Kadam Choeling

Time and PlaceDate:   Saturday, March 7, 2009
Time:     1:30pm - 4:30pm
Location:   TB GRAMEDIA Mal Ciputra Jakarta
Jl. S. Parman Grogol Jakarta 11470
Jakarta, Indonesia

51
copy paste, tapi bagus nih.

Severn Suzuki

Cerita ini berbicara mengenai seorang anak yg bernama Severn Suzuki seorang anak yg pada usia 9 tahun telah mendirikan Enviromental Children's Organization ( ECO ).

ECO sendiri adalah Sebuah kelompok kecil anak" yg mendedikasikan diri Untuk belajar dan mengajarkan pada anak" lain mengenai masalah" lingkungan.

Dan mereka pun diundang menghadiri Konfrensi Lingkungan hidup PBB tahun 1992, dimana pada saat itu Seveern yg berusia 12 Tahun memberikan sebuah pidato kuat yg memberikan pengaruh besar ( dan membungkam ) beberapa pemimpin dunia terkemuka.

isi pidato:
Quote
Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization

Kami Adalah Kelompok dari kanada yg terdiri dari anak" berusia 12 dan 13 tahun. Yang mencoba membuat Perbedaan: Vanessa Suttie, Morga, Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri. Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agenda tersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja.

Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagi semua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak" yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar.

Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang" yang sekarat yang tidak terhitung jumlahnya diseluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON. Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di di Vancouver bersama ayah saya hingga beberapa tahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan"nya penuh dengan kanker. Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang" dan tumbuhan satu persatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besar binatang" liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh dengan burung dan kupu". tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal" tersebut bahkan masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.

Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah" kecil ini ketika anda sekalian masih berusia sama serperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetap bersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semua pemecahan nya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memiliki semua pemecahan nya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa anda sekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.
Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan" salmon ke sungai asal nya.
Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang" yang telah punah.

Dan anda tidak dapat mengembalikan Hutan-Hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir.
Jika anda tidak tahu bagaima cara memperbaikinya.
TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, Anggota perhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenernya anda adalah ayah dan ibu, saudara laki" dan saudara perempuan, paman dan bibi - dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semua adalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari 5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, air dan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akan mengubah hal tersebut.

Saya Hanyalah seorang anak kecil namun begitu saya tahu bahwa kita semua menghadapi permasalahan yang sama dan kita seharusnya bersatu untuk tujuan yang sama.

Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di Negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kami membeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang. walaupun begitu tetap saja negara" di utara tidak akan berbagi dengan mereka yang memerlukan.
Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untuk kehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.

Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangan dan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda, komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak" yang hidup di jalanan. Dan salah satu anak tersebut memberitahukan kepada kami: " Aku berharap aku kaya , dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak" jalanan makanan, pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal . dan Cinta dan Kasih sayang " .

Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun, bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah?

Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak" tersebut berusia sama dengan saya , bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaan yang begitu besar. bahwa saya bisa saja menjadi salah satu dari anak" yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anak yang kelaparan di Somalia ; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India .

Saya hanyalah Seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua Uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkat kemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak anda mengajarkan kami untuk berbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi dengan orang lain.
Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.
Tidak menyakiti makhluk hidup lain, Berbagi dan tidak tamak.

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarakan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut?

Jangan lupakan mengapa anda menghadiri Konfrensi ini. mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak" anda semua , Anda sekalianlah yang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharus nya dapat memberikan kenyamanan pada anak" mereka dengan mengatakan " Semuanya akan baik-baik saja ". 'kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan' dan ' ini bukanlah akhir dari segalanya'

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua?
Ayah saya selalu berkata ' kamu akan selalu dikenang karena perbuatan mu bukan oleh kata" mu '

Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami.

Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata" tersebut.

Sekian dan terima kasih atas perhatian nya.

Apa yg disampaikan oleh seorang anak kecil ber-usia 12 tahun hingga bisa membuat RUANG SIDANG PBB hening, lalu saat pidatonya selesai ruang sidang penuh dengan orang" terkemuka yg berdiri dan memberikan Tepuk Tangan yg meriah kepada anak berusia 12 tahun.

dan setelah itu ketua PBB mengatakan dalam pidato nya..

"Hari ini Saya merasa sangatlah Malu terhadap Diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya lingkungan dan isi nya disekitar kita oleh Anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun Naskah untuk berpidato, sedang kan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin. Saya ... tidak kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun "

Sekarang:


And this is not just a hoax, it was real. From wikipedia:
Severn Cullis-Suzuki (born November 30, 1979 in Vancouver, Canada) is an environmental activist, speaker, television host and author. Born to writer Tara Elizabeth Cullis and geneticist and environmental activist David Suzuki, she has spoken around the world about environmental issues, urging listeners to define their values, act with the future in mind, and take individual responsibility.

Biography

Cullis-Suzuki was born and raised in Vancouver, Canada.[1] While attending Lord Tennyson Elementary School in French Immersion, at the age of nine, she founded the Environmental Children's Organization (ECO), a group of children dedicated to learning and teaching other youngsters about environmental issues.[2] In 1992, at the age of 12, Cullis-Suzuki raised money with members of ECO, to attend the Earth Summit in Rio de Janeiro. Along with group members Michelle Quigg, Vanessa Suttie, and Morgan Geisler, Cullis-Suzuki presented environmental issues from a youth perspective at the summit, where she was applauded for a speech to the delegates.[3][4] In 1993, she was honoured in the United Nations Environment Programme's Global 500 Roll of Honour.[5] In 1993, Doubleday published her book Tell the World (ISBN 0-385-25422-9), a 32-page book of environmental steps for families.

Cullis-Suzuki graduated from Yale University in 2002 with a B.Sc. in ecology and evolutionary biology.[2] After Yale, Cullis-Suzuki spent two years traveling. Cullis-Suzuki co-hosted Suzuki's Nature Quest, a children's television series that aired on the Discovery Channel in 2002.

In early 2002, she helped launch an Internet-based think tank called The Skyfish Project.[6][7] As a member of Kofi Annan's Special Advisory Panel, she and members of the Skyfish Project brought their first project, a pledge called the "Recognition of Responsibility", to the World Summit on Sustainable Development in Johannesburg in August 2002.[2] The Skyfish Project disbanded in 2004 as Cullis-Suzuki turned her focus back to school and enrolled in a graduate course in the University of Victoria to study ethnobotany under Nancy Turner.[6]

52
Lingkungan / A pictorial campaign against smoking
« on: 09 February 2009, 02:05:38 PM »
1. Apakah merokok itu jantan?

Ini adalah iklan rokok tahun 1935


Yang kemudian diubah citranya jadi seperti sekarang melalui iklan "marlboro man":


Marlboro man

before



after


Wayne McLaren (12 September 1940 – 22 July 1992) was an American actor. In 1976, he did promotional work for the famous Marlboro cigarette advertising campaign as the "Marlboro Man". He smoked a pack-and-a-half every day before developing lung cancer at the age of 49. Chemotherapy and the removal of one of his lungs did not stop the cancer spreading to his brain, killing him two years after the initial diagnosis.
McLaren started an anti-smoking campaign after learning of his condition. Just before his death, a television spot was filmed showing images of him appearing as the cowboy juxtaposed with those of him on his hospital bed; his brother, Charles McLaren, gave a voiceover about the dangers of smoking, and noted that the tobacco industry promoted an 'independent lifestyle', before finally summarizing 'Lying there with all those tubes in you, how independent can you really be?'


Merokok terbukti merusak "kejantanan" anda













53
Tibetan / Riwayat Hidup YM Atisha
« on: 25 January 2009, 08:40:03 AM »
Atisha and the Lamp for the Path to Enlightenment
Parallels
There are many parallels between the lives of the great Buddhist teacher Atisha, and
His Holiness Tenzin Gyatso, the 14th Dalai Lama. Like His Holiness, Atisha was a
monk, and a renowned scholar in the Buddhist philosophical systems of his time.
Also, like His Holiness, Atisha travelled widely, leaving India - the country of his
birth - to venture to distant parts of the then known world to study and practise the
Buddhist teachings. Like His Holiness, Atisha also faced the challenge of finding new
ways to present the teachings of Shakyamuni Buddha – already more than 1500 years
old – by creatively adapting and interpreting them for the people of his own time and
culture.

Atisha’s life story
Prince, Buddhist monk, traveller, scholar, great meditator – and devastatingly
handsome as well! Tibetans love telling the stories of the great masters and yogis of
the past, and it is not surprising that the life story of Atisha is one of their all time
favourites.
Atisha’s early life
Atisha was born in the year 982 AD in East Bengal. Like Shakyamuni Buddha before
him, he was born into a royal family and was given the name Chandragarbha,
meaning “Moon Essence”. He was later given the name Atisha, meaning peace, by
the Tibetan king Jangchub Oe. It is said that at the time of his birth there were many
auspicious signs, and that from his very early childhood Prince Chandragarbha
displayed an unusually peaceful and compassionate nature, and an aspiration to
spiritual practice.
At the age of only 18 months his parents took the young prince on a visit to a nearby
temple. Thousands of people lined the streets of the city to catch a glimpse of the
child. Atisha asked his parents: “Who are these people?” They replied; “They are
your subjects.” The child looked on the crowds with compassion and said: “If only
they could each have the same good fortune and wealth as I. May they all follow the
Dharma!” Clearly this was no ordinary child. According to the Buddhist teachings,
our actions and experience in previous lives carry over to influence our experience
and personality in this life. In the case of the young prince Atisha, only the
experience of very high spiritual realisations carried over from previous lives could
explain this behaviour.
The young prince also had a special connection with Tara, the female Buddha
embodying all the Buddhas’ activities of great compassion. It is said that when he
was a baby sitting in his mother’s lap, blue flowers would sometimes rain from the
sky and the baby seemed to be smiling at an unseen presence. The great yogis of the
kingdom interpreted this as a sign that Tara was appearing to the child. With their
son’s obvious connection with spiritual matters, Atisha’s parents feared that he might
leave his kingdom to become a monk. Therefore they surrounded him with luxury
and, as he grew into a young adult, planned to arrange a marriage for him. Some of
the most beautiful young women of noble birth in the kingdom were introduced to
him in the hope that Atisha would take a bride. At this time Tara manifested to
Atisha and counselled him not to be attached to his kingdom or worldly life in
general. She advised the prince that he had a strong karmic potential to become a
great spiritual teacher, as a result of meditation and practice in previous lives. Just as
an elephant stuck in a swamp cannot free itself due to being weighed down by its own
body, so, Tara said, Atisha would be trapped in worldly existence if he used his
potential for mundane pursuits.
Inspired by Tara’s words, Atisha formed the firm determination to practise Dharma
and to attain enlightenment.

Atisha’s search for a master
The prince’s first step on the path to enlightenment was to find a spiritual master who
would instruct him in meditation and the Buddhist teachings. However, his father had
arranged for a guard of 130 cavalrymen to accompany his son at all times. However,
Atisha managed to steal away secretly, pretending that he was travelling to the
mountains. He then quickly sought out a number of renowned Indian masters of his
day. The great teacher Jetari first gave him teachings on taking refuge in the Three
Jewels of Buddha, Dharma and Sangha, and on bodhichitta, the mind aspiring to
reach enlightenment for the benefit of all sentient beings. Jetari then advised him to
travel to the great monastery of Nalanda to study with the spiritual guide
Bodhibhadra. Bodhibhadra gave Atisha brief instructions on bodhichitta, and advised
him that to further his practice, he should seek out the great meditator and teacher
Vidyakokila, known to have attained the perfect realisation of the wisdom perceiving
emptiness. Having instructed Atisha in the vast and profound paths, Vidyakokila then
advised his student to study with the great vajrayana master, Avadhutipa. Avadhutipa
said that he would give teachings to the prince, but that he should first seek out the
famous Rahulagupta, known as the Black Mountain Yogi, for instruction and then
return to him later for more detailed teachings on the vajrayana path. The prince
travelled to the Black Mountain and found Rahulagupta, a great tantric practitioner,
who first tested his new student’s resolve by hurling a lightning bolt at him as he
approached! After Atisha had made requests for instruction for thirteen days,
Rahulagupta agreed, and gave him the secret name Jhana-guhya-vajra, or
Indestructible Wisdom, and the empowerment of the Hevajra lineage. However, he
told Atisha that before practising further he should first obtain his parents’ consent to
be released from his royal duties. He also arranged for an escort of eight naked yogis
and yoginis to accompany Atisha home.
Atisha returned to his parents’ palace. For the first three months, he behaved as if he
had lost his mind, wandering aimlessly and speaking incoherently. All who saw him,
accompanied by his entourage of eccentric yogis and yoginis, decided that Atisha had
become a madman and was not fit to govern. One day his father, most distressed of
all, could no longer contain his sadness. Approaching Atisha, together with the queen
he said to him: “Alas my son! From the time of your birth I believed you would
become a superior king and live in great happiness. What has the forest retreat done
to your mind?” To his parents’ surprise the prince replied lucidly: “Royal father! If I
became a king I would be with you only for this life! In future lives we would never
meet, and this life, for all its luxury and wealth would have been for nothing. I wish
for nothing more than to practise Dharma purely in this life to achieve liberation and
enlightenment. In that way I can properly repay the kindness of you my dear parents
and all living beings. Please release me from royal duties so that I may devote my life
wholly to the Dharma.” Recalling the auspicious signs and dreams that had attended
Atisha’s birth, his mother quickly consented. The king remained unhappy at the
prospect of losing his son, and would not at first accept the request, but in time
granted his son’s wish.
The very next day after receiving his parents’ consent, Atisha returned to Avadhutipa
to receive further instructions in the vajrayana tradition from the great master. After
seven years’ strong practice of study and meditation, he developed great
accomplishments, to the point where one day he began to experience a sense of pride.
He felt to himself: “In all the world, there may be no one who understands these texts
as well as I!” That night while he was sleeping Atisha dreamed that he was visited by
dakinis who showed him countless vajrayana texts, even the names of which he had
never heard. Atisha awoke to find that as a result of his dream his feelings of pride
had been dispelled.

54
Kafe Jongkok / Neraka Sendok
« on: 22 January 2009, 04:08:12 AM »
Luar biasa perumpamaan ini, mengajak Kita untuk saling berbagi lebih
lagi dengan sesama, tanpa memandang Batas-Batas
 Suku, agama, ras,.


Suatu  ketika seorang manusia diberi kesempatan untuk  berkomunikasi
dengan Tuhannya Dan berkata,  "Tuhan ijinkan saya untuk dapat melihat
seperti  apakah Neraka Dan Surga itu".

Kemudian  Tuhan membimbing manusia itu menuju ke dua buah  pintu Dan
kemudian membiarkannya melihat ke  dalam.

Di tengah ruangan terdapat sebuah  meja bundar yang sangat besar, Dan
di tengahnya  terdapat semangkok sup yang beraroma sangat  lezat yang
membuat manusia tersebut mengalir air  liurnya. Meja tersebut
dikelilingi orang-orang  yang kurus yang tampak sangat  kelaparan.

Orang-orang  itu masing-masing memegang sebuah sendok yang  terikat
pada tangan masing-masing. Sendok  tersebut cukup panjang untuk
mencapai mangkok di  tengah meja Dan mengambil sup yang lezat  tadi.

Tapi  karena sendoknya terlalu panjang, mereka tidak  dapat mencapai
mulutnya dengan sendok tadi untuk  memakan sup yang terambil.

Is  Manusia tadi merinding melihat penderitaan Dan  kesengsaraan yang
dilihatnya dalam ruangan  itu.

Tuhan  berkata, "Kamu sudah melihat  NERAKA"

Lalu  mereka menuju ke pintu kedua yang ternyata  berisi meja beserta
sup Dan orang-orang yang  kondisinya persis sama dengan ruangan di
pintu  pertama. Perbedaannya, di dalam ruangan ini  orang-orang
tersebut berbadan sehat Dan berisi  Dan mereka sangat bergembira di
keliling meja  tersebut.

Melihat  keadaan ini is Manusia menjadi bingung Dan  berkata "Apa
yang terjadi ? Kenapa di ruangan  yang kondisinya sama ini mereka
terlihat lebih  bergembira ?"

Tuhan  kemudian menjelaskan, "Sangat sederhana, yang  dibutuhkan
hanyalah satu sifat  baik"

"Perhatikan bahwa orang-orang ini  dengan ikhlas menyuapi orang lain
yang dapat  dicapainya dengan sendok bergagang panjang,  sedangkan di
ruangan lain orang-orang yang  serakah hanyalah memikirkan kebutuhan
dirinya  sendiri"

Diperkirakan  bahwa 93% penerima tidak akan memforward  cerita ini.
Bila anda termasuk sisa  7% yang akan memforwardnya,  lakukanlah
dengan memberi judul 7% pada  titlenya.

Saya  termasuk yang 7% tadi, ingatlah saya akan selalu   Ada untuk
berbagi sendok dengan  anda!

55
Tibetan / Pujian Kepada 21 Tara
« on: 21 January 2009, 07:09:45 AM »
Silsilah Arya Tara berasal dari YM Lama Atisha yang merupakan pendiri tradisi Kadampa. Deiti utama beliau adalah Arya Tara. Tara adalah deity yang sangat special. Dikatakan bahwa pada suatu masa berkalpa-kalpa yang lampau sebelum Buddha Sakyamuni muncul pada masa Buddha Nadra, ada seorang putri raja bernama Neshe Dawa yang telah membangkitkan batin pencerahan (Bodhicitta) untuk membebaskan semua makhluk. Ia bersumpah untuk mencapai Kebuddhaan dalam aspek wanita (sebagaimana halnya banyak Buddha dalam bentuk pria) dan ia berikrar untuk bekerja demi kebaikan semua makhluk dalam aspek wanita hingga samsara berakhir.

Sesaat sebelum ia menjadi Buddha, ia memperoleh kekuatan khusus, yakni melimpahkan realisasi-realisasi pada semua makhluk secara cepat. Karena itu beliau adalah perwujudan dari aktivitas para Buddha. Ia menolong para makhluk melalui cara-cara yang terampil, bermanifestasi dalam berbagai aspek sesuai dengan kebutuhan para murid. Terdapat banyak cerita mengenai Tara, baik di India maupun Tibet. Semua Lama dari silsilah Kadampa (baik Kadampa Lama maupun Kadampa Baru) bertumpu pada Tara. Para pandit India yang agung seperti Nagarjuna, Chandrakirti, Chandragomin, dan Atisha semuanya bertumpu pada Tara.

Pujian 21 Tara, Pelafalan 108 nama Tara, dan pujian-pujian Tara lainnya berasal dari Tantra akar yang diberikan oleh Buddha Sakyamuni. Pujian 21 Tara adalah praktik yang sangat populer di Tibet. Siapa saja diperbolehkan untuk mempraktikkan pelafalan dari pujian-pujian ini walaupun belum menerima inisiasi. Di Tibet kemanapun anda pergi, semua orang mengetahui pujian 21 Tara. Atisha, Drontompa, Dalai Lama Pertama melafalkan pujian ini berkali-kali. Hingga saat ini di biara, di antara doa-doa dan praktik-praktik, His Holiness Dalai Lama meminta para bhiksu untuk melafalkan pujian-pujian ini. Arya Tara memberikan realisasi-realisasi secara cepat dan praktik ini sangat sering dilakukan di biara-biara. Salah satu dari beberapa puja bagi umat awam adalah pujian 21 Tara yang dilafalkan supaya berhasil dalam bisnis dan disembuhkan dari berbagai penyakit.(IK - diambil dari MAHAYANA Ed Juni 2007)

OM TARE TUTTARE TURE SOHA !!!

56
Tibetan / Manfaat Persembahan Mandala
« on: 20 January 2009, 10:17:45 PM »
Di copy paste dari http://www.kadamchoeling.or.id/articles.php?nav_id=1&lang=id&id=10


Manfaat Persembahan Mandala   

Bagi umat Buddhis, khususnya tradisi Tibetan, tidaklah asing dengan istilah "Persembahan Mandala". Kata mandala itu sendiri dalam bahasa Tibet yakni kyilkor. Suku kata pertama kyil diterjemahkan sebagai "intisari" dan suku kata kedua kor adalah "untuk memperoleh" sehingga digabungkan menjadi "untuk memperoleh intisari", suatu pengertian yang memiliki makna sangat mendalam. Dimana pada tingkat terendah untuk memperoleh kelahiran yang bahagia di kehidupan mendatang. Tingkat selanjutnya adalah untuk bebas dari samsara. Dan tingkat terakhir, yang merupakan tujuan teragung, adalah untuk mencapai Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Mandala itu sendiri merupakan simbol dari alam semesta.

Untuk mencapai tujuan yang teragung, tingkat Kebuddhaan, kita membutuhkan banyak sekali pengumpulan karma baik, dan persembahan mandala merupakan cara yang baik untuk memperolehnya. Bahkan ini merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai tujuan tersebut dan uniknya praktik ini mudah untuk dilakukan karena hanya menggunakan sedikit kekuatan fisik.

Bahkan sebelum membuat persembahan mandala pun ada manfaatnya. Biasanya kita menaruh sedikit beras di dasar permukaan mandala dan menggosoknya dengan bagian lengan kanan bagian bawah searah jarum jam dan berlawanan arah jarum jam masing-masing sebanyak tiga kali. Searah jarum jam kita bayangkan semua kesalahan, karma negatif, dan halangan-halangan yang kita miliki dan yang juga dimiliki oleh semua makhluk yang terhimpun sejak waktu tanpa awal melalui tubuh, ucapan, dan batin dimurnikan hingga tuntas. Berlawanan arah jarum jam kita bayangkan bahwa kita dan semua makhluk menerima berkah dari Ladang Kebajikan (atau obyek yang Anda beri persembahan mandala), khususnya kualitas dari tubuh, ucapan, dan batin mereka.

Kegiatan menggosok bagian dasar mandala juga memiliki arti yang signifikan. Dalam teks tantra mengatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari 72000 saluran (yang berongga) dan melalui saluran inilah angin-angin vital bergerak dalam tubuh kita. sifat alami dari batin adalah akan mengikuti pergerakkan dari angin-angin vital ini, dan hubungan keduanya sering dianalogikan seperti kuda dan penunggangnya. Kuda menggambarkan angin-angin vital dalam tubuh, sedangkan penunggangnya menggambarkan batin. Dengan mengatur pergerakkan angin-angin vital ini seseorang dapat membangkitkan perbuatan yang mulia lebih mudah. Bagaimanapun jika seseorang tidak mampu melakukan hal ini, angin-angin vital tidak akan bergerak mudah melalui saluran yang cocok. Semua saluran ini terhubung ke jantung. Saluran angin yang secara khusus berpengaruh terhadap bangkitnya batin pencerahan adalah melalui lengan kanan. Oleh karena itu dengan rangsangan eksternal berupa menggosok dasar permukaan dengan lengan kanan bawah dapat meningkatkan pergerakkan angin-angin vital yang bergerak melalui saluran ini dan sebagai hasilnya seeorang dapat jauh lebih mudah membangkitkan batin pencerahan.

Terlebih lagi persembahan mandala ini merupakan sebuah latihan persembahan, latihan berdana, dan menyebabkan Anda mengumpulkan nilai kebajikan. Dengan mempersembahkan tubuh dan seluruh milik Anda akan membantu Anda mengatasi kemelekatan atas barang-barang tersebut. Anda visualisasikan di atas mandala, barang-barang ataupun orang-orang, yang kepada mereka Anda merasa melekat, barang-barang atau orang-orang yang Anda benci, dan semua obyek ketidaktahuan Anda (apa yang belum Anda pelajari tentang Buddhisme, ilmu pengetahuan, dan tentang batin Anda sendiri). Persembahkan semua itu pada Ladang Kebajikan, Anda memohon berkah dari mereka semoga tiga racun batin (kemelakatan, kebencian, dan ketidaktahuan) dapat berkurang dalam diri Anda.

Praktik persembahan mandala ini juga dapat melibatkan enam paramitha sebagai berikut:

1. Dana
Membangkitkan keinginan untuk memberi, pikiran untuk mempersembahkan mandala dan benar-benar mempersembahkan bahan-bahan persembahan.

2. Sila
Mempersembahkan mandala tidak hanya untuk keuntungan diri sendiri, tetapi untuk kebaikan semua makhluk. Bekerja hanya untuk kepentingan diri sendiri dapat menghambat praktik disiplin moral.

3. Kesabaran
Sabar ketika mengatasi kesulitan yang timbul dalam praktik ini, seperti melakukan visualisasi dan sebagainya, serta mengatasi kemalasan untuk melakukan praktik ini.

4. Semangat
Melakukan praktik ini dengan kegembiraan dan upaya yang bersemangat.

5. Konsentrasi
Berkonsentrasi dengan baik ketika melakukan praktik ini dan tidak membiarkan pikiran melayang.

6. Kebijaksanaan
Mengetahui dengan pasti bagaimana membuat persembahan dan mengerti bahwa meskipun mandala itu eksis secara konvensional, namun tidak ada eksistensi yang berdiri sendiri.

Pentingnya praktik persembahan mandala ini dilukiskan dalam cerita ketika seorang murid Y.M. Atisha, yang bernama Gonbawa, seorang yogi yang agung, banyak menghabiskan waktunya untuk berlatih meditasi samatha sehingga ia berhenti melakukan praktik persembahan mandala dan peralatan mandalanya menjadi berdebu. Suatu hari salah satu murid Y.M. Atisha yang bernama Dromtonpa mengunjungi kediaman Gonbawa. Setelah melihat peralatan mandala milik Gonbawa yang berdebu, ia bertanya alasan Gonbawa tidak melakukan persembahan mandala lagi. Gonbawa menjawab, "Saya sedang sibuk melatih meditasi satu titik sehingga saya tidak mempunyai waktu untuk membuat persembahan mandala." Mendengar hal ini Dromtonpa mengkritiknya dengan keras dan mengatakan bahwa guru mereka, Y.M Atisha yang meditasinya lebih baik dibandingkan Gonbawa, masih melakukan persembahan mandala tiga kali sehari. Mendengar hal ini Gonbawa melakukan persembahan mandala dengan tekun dan sebagai hasilnya pemahaman Gonbawa semakin mendalam.

Cerita lainnya tentang pentingnya persembahan mandala ini adalah cerita mengenai Bhiksuni Padma, seorang putri raja di India yang kemudian menjadi seorang biarawati. Dengan melakukan praktik persembahan mandala ini, ia dapat bertemu langsung dengan Arya Avalokitesvara seperti kita dapat bertatap langsung dengan orang lain. Dengan meminta dan menerima instruksi dari-Nya, ia dapat mencapai pencerahan.

Bahkan Y.M. Jey Tsongkhapa, seorang guru besar di Tibet, dapat bertemu para Buddha dengan mempraktikan persembahan mandala ini. Latihan ini benar-benar membantu beliau dalam usahanya merealisasikan langsung secara mendalam tentang sifat alami dari semua fenomena adalah sunyata. Y.M. Jey Tsongkhapa membuat persembahan mandala yang banyak sekali dengan menggunakan batu besar yang rata dan batu-batu kerikil, akibatnya bukan saja batu tersebut menjadi halus, tetapi juga lengan beliau menjadi terluka. (IK)

dari berbagai sumber

57
Tafsiran Alkitab


SS wrote:
Kejadian 3:14. Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada
> ular itu: "Karena engkau berbuat demikian,
> terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di
> antara segala binatang hutan; dengan perutmulah
> engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan
> seumur hidupmu.
>
> Saya coba terangkan sekali lagi. Yang tertulis  adalah "debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu."
> Bukan "hanya debu tanah". Dengan menjulurkan  lidahnya, udara sekitarnya nempel pada lidah ular.
> Udara itu mengandung partikel-partikel dari pohon,  binatang-binatang sekitar daerah itu
> dan.......tentunya juga debu tanah. Semua partikel ini dikirim ke Jacobson organ. Jadi memang ada debu
> tanah yang dimakan ular itu. Mengerti?
>
> Salam. SS

Jun wrote:
ck ck ck
penafsiran jungkir balik hanya demi membenarkan kitab
sucinya..

kalo gitu sih hampir semua ternak dan binatang juga
makan debu tanah dong....

ternyata kutukan tuhan gak seram2 amat.....
kirain ular dikutuk jadi batu

SS wrote:
Kutukan pada ular memang tidak begitu dahsyat.Ular  hanya binatang yang waktu itu diapakai iblis. Kutukan Sodom dan Gomora lebih dahsyat, kutukan banjir sewaktu Nuh hidup, lebih dahsayat lagi. Tetapi percayakah Anda? Jangan tunggu sampai kutukan kepada Anda, Anda alami. Semoga Anda selamat dari kutukan Tuhan yang Mahadahsyat. Semoga semua pemillis dimillis ini selamat dan bebas dari kutukan Tuhan yang Maha dahsyat.


Natsude Mieco wrote:
Sereeem amat oom!!! Katanya Tuhan-nya Maha Pengasih dan Penyayang, tapi kok tukang kutuk manusia & hewan? Kok jadi mirip Dewa2 dalam kepercayaan kuno?

Btw, karena oom coba2 menakuti saya dengan kutukan2 Allah yang Maha dahsyat, saya jadi tertarik untuk pelajari lagi kutukan2 tersebut. Saya coba cari di Wikipedia. Dan berikut data2 yang saya dapatkan :

Pertama, kutuk2an tersebut berasal dari kepercayaan Yahudi, yang kemudian di ambil oleh kr****n dan Islam. Pertanyaan saya muncul, jika kisah tersebut benar adanya, kenapa saya harus percaya kr****n atau Islam, bukannya agama Yahudi sebagai sumbernya?

Lanjut..

Berhubung oom Stanley adalah kr****n, maka saya coba mempelajari kutuk2an tersebut dari sudut pandang Kristianity.

1. Kutukan Sodom dan Gomora (Kej 18:20 - 19:36)
sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Sodom_and_Gomorrah dan http://en.wikipedia.org/wiki/Lot_(biblical)

Jadi, menurut Alkitab, Allah ngamuk sama dua kota ini karena banyak dosa, terutama dosa homoseksuality (asal kata SODOMI dari sini), jadi Dia bermaksud menghancurkannya, lalu Abraham (yang kayaknya lebih pengasih dan penyayang dari Allah sendiri) nego sama Allah, ngerayu Allah kalau ada 50 orang baik, jangan dihancurkan, trus turun ke 45 orang, trus 20 orang, sampai terakhir 10 orang. Trus karena Allah tidak Maha Tahu, maka Dia harus utus malaikat ke kota itu untuk cari tahu ada berapa orang benar disana. Ternyata didapati cuma satu yaitu Lot sepupunya Abraham, yang karena mau belain malaikat2 tersebut, nawarin anak2 perempuannya sama orang2 jahat di kota itu, makanya kota itu tetap dihancurkan. Trus abis Lot sama dua anaknya berhasil keluar dari kota dan selamat (istrinya gak selamat karena nengok ke belakang waktu kota dihancurkan, jadi patung garam), Lot dibuat mabuk sama kedua anaknya trus mereka bergantian berhubungan seksual dengan bapaknya (incest) dan punya anak dari Lot. Trus gak ada cerita lagi anak2nya atau Lot diapain sama Allah, yang berarti Allah setuju aja. Bener gak ceritanya?


So, semua sdr Buddhist, kita lepas dulu topi Buddhist kita dan coba kita pelajari mengenai kisah ini..

Cerita ini bisa beneran atau hanya cerita perumpamaan. Gak ada yang tahu.

Namun jika ini cerita beneran, ada beberapa kejanggalan yang saya sudah singgung sedikit di atas. Coba kita bedah :

Satu, Allah mau hancurin kota ini karena perilaku seksual mereka atau tindakan amoral lainnya? Kalau menurut Yahudi, bukan karena homoseksualnya namun karena kekejaman dan kekurang ramahan kepada pengunjung kota ini, dan tindakan kekerasan2nya. Namun kalau menurut kr****n, lebih dikarenakan perilaku salah seksual mereka (sejenis). Yang bener yang mana? Berhubung yang bawa cerita ini oom Stanley (kr****n) maka kita ambil sudut pandang kr****n. Allah mau hancurkan kota ini dikarenakan perilaku homoseksualnya.

Jadi apa yang salah dengan homoseksual? Apakah seseorang dikatakan jahat jika mereka menyukai sesama jenis? Tidak normal mungkin, namun apakah layak dibunuh? Saya kenal banyak gay, dan banyak dari mereka bertindak lebih baik di banding orang2 normal. Jadi, bagi saya adalah, tidak penting anda gay atau straight, tapi apa yang anda lakukan sebagai gay atau straight. Jika kita tidak menyakiti orang lain, dan berusaha menolong orang lain, walaupun gay, saya akan hormati orang tersebut.

Kedua, Allah sepertinya lebih mempermasalahkan homoseksual dibanding perilaku incest (hubungan seksual sedarah). Banyak sekali kejadian di Alkitab yang menceritakan hubungan ini. Lot bukan satu2nya. Sepertinya sangat normal kalau bapak berhubungan badan dengan anak perempuannya kalo terpaksa.

Kembali ke Lot, ada yang aneh dengan cerita ini, Lot dibuat sangat mabuk dengan anggur sehingga bisa berhubungan dengan anak gadisnya. Saya pernah sangat mabuk (dan saya tidak bangga akan hal ini), namun saya masih bisa bedakan manusia di sekeliling saya. Saya tahu dengan siapa saya bicara (walau sangat tidak terkontrol bicaranya), dan saya amat sangat yakin sekali jika saya mabuk berat sekalipun, saya dapat kenali orang tua saya. Dan (maaf) saya gak bakal lepasin celana saya depan mereka. Mungkin karena inilah orang Islam malu mengakui kejadian ini, dan menolak cerita ini dan tidak menuliskannya di Quran.

Ketiga, sekarang gimana? Kok saya gak pernah dengar ada batu berjatuhan dari langit dan membunuh sekelompok gay? Tuhan udah males bunuh orang atau Dia gak tau? Coba lepas topi agama kita dan pikirkan.



2. Kutukan Banjir Besar (Kej 6 - 9)

sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Noah's_Ark

 
Menurut Alkitab, Allah menyesal telah menciptakan manusia (bisa nyesal juga yah?) dan berniat melenyapkan segala ciptaannya, termasuk binatang (ikut2an dihukum karena manusia). Jadi Dia berencana membuat kiamat di bumi dengan air bah. Tapi karena (hanya) ada 1 (satu) orang di dunia ini yang baik, yaitu Nuh, maka Allah mau selamatkan Nuh dan keluarganya (anak2 dan istrinya pasti orang2 baik juga?). Maka Nuh disuruh buat bahtera besar yang bisa nampung mereka selama 150 hari dan juga 7 (tujuh) pasang binatang yang tidak haram dan satu (1) pasang binatang yang haram (maksudnya binatang apa yah? Babi kah? Hehe hati2 makannya sekarang!! Siapa tahu Islam benar!) yang akan diselamatkan. Lalu setelah air Bah surut dan mereka bisa kembali ke daratan, Allah kembali menyesal telah membunuh manusia2 tersebut dan berjanji tidak akan mengutuk bumi ini lagi dan membunuh apapun yang hidup. Lalu Allah mendeklarasi Nuh dan keturunannya sebagai penguasa bumi ini, dan anak2nya menguasai segala binatang, beranak cucu dan makan semua binatang yang bergerak kecuali darah. Heh? ???

Kembali kita bedah tanpa topi agama kita :
Pertama, ini yang paling penting, jika cerita ini benar dan bukan simbolis, saya protes sama Nuh karena dia selamatkan nyamuk. Hehehe just kidding..
Bukan, yang pertama, kisah ini secara langsung mengatakan bahwa SEMUA manusia di bumi ini adalah keturunannya Nuh, karena dia satu2nya selamat. Semua orang negro afrika atau china atau bule atau melayu adalah keturunan Nuh. Jadi tampangnya Nuh bagaimana yah? Kepalanya hitam dengan mata sipit namun biru dan rambutnya pirang dan bertubuh pendek seperti orang melayu? Hehehe.. masuk akal ga yah?
Kedua, coba hitung berapa banyak hewan di bumi! Bayangin Zoologischer Garten Berlin (katanya zoo terbesar di bumi, luasnya 35-ha (86-acre). Besarnya kayak apa. Itu cuma ada 1500 species hewan, yang PASTI belum semua hewan di bumi. Bisa bayangin gak kalau semua hewan masuk satu kapal, perlu kapal sebesar apa? Menurut Alkitab besar kapal Nuh adalah tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. Menurut keterangan dibagian alkitab bagian kamus di sana dinyatakan bahwa 1 hasta = 45 cm
Jadi ukuran bahtera Nuh adalah :
Panjang = 300 hasta X 45 Cm = 13.500 cm/100 = 135 meter
Lebar = 50 hasta X 45 cm = 2.250 cm/100 = 22,5 meter
Sehingga luasnya 3.037,5 meter2 atau 0.30375 ha
dan jika luas tersebut dikali tingginya (30 hasta X 45 cm = 1.350 cm/100 = 13,5 meter) maka volume kapal itu hanya adalah 41.006,25 meter3.

Mungkin gak muat semua binatang di muka bumi? Lalu jika (sekali lagi jika) muat, masa yang macan gak makan kambing atau hewan lainnya? atau minimal berantem?
Ketiga, Allah ternyata bo'ong. Dia bilang nyesel bunuh manusia lagi, ternyata Dia tetap bunuh manusia2 di Sodom and Gomora.
Keempat, kisah ini sepertinya (atau malah benar?) terinspirasi dari kisah banjir besar dalam mitologi Mesopotamia kuno (Sumerian, Akkadian, Assyrian, dan Babylonian) dimana dewa Enki (Dewa Kepala dalam kepercayaan tersebut, Dewa pencipta, juga Dewa Kepandaian dan Dewa Air) memutuskan untuk memusnahkan semua manusia kecuali Atrahasis (manusia abadi) dengan banjir besar, suruh Atrahasis buat kapal besar dan setelahnya Atrahasis menjadi nenek moyang manusia.

"The Sumerian myth tells how the god Enki warns Ziusudra (meaning "he saw life," in reference to the gift of immortality given him by the gods), of the gods' decision to destroy mankind in a flood - the passage describing why the gods have decided this is lost. Enki instructs Ziusudra (also known as Atrahasis) to build a large boat - the text describing the instructions is also lost. After which he is left to repopulate the earth, as in many other flood myths."

Jadi, kalau dipikir2 mungkin gak Kisah2 dalam Alkitab adalah evolusi dari kisah2 Kepercayaan Dewa2 Kuno, dan Allah sendiri seperti evolusi dari Dewa2 Kuno tersebut, yang dari banyak dewa menjadi satu dewa... Silahkan direnungkan.


SS wote:
Kelihatannya sdr Mieco sudah akhli "Higher Criticism". Menurut saya, itu adalah criticism yang mau menghancurkan iman orang kr****n. Tetapi pernyataan saya ini dibantah oleh orang-orang liberal dan setengah liberal. Saya sudah debat selama 3 tahun dengan mereka disuatu millis. Setelah 3 tahun saya no-mail. Kata-kata perpisahan saya adalah terserah Anda mau terima argumen saya atau tidak. Kita semua harus pertanggungjawabkan respons kita kepada segala sesuatu yang kita alami pada Tuhan dipengadilan terakhir. Saya sudah peringatkan. Tetapi mereka masih sebut diri mereka "kr****n".
 
Menurut saya, kalau lebih percaya "Higher Criticism" daripada Alkitab itu sendiri, memang lebih baik keluar dari agama kr****n.
Saya bilang kalau saya percaya pada teologi Haskins atau Ioanes Rakhmat, saya akan keluar dari agama kr****n dan kembali kepaham agnostic atau maximal panteis.
 
Anda lebih percaya pada "Higher Critisism" daripada alkitab itu sendiri. Tetapi Anda lebih fair daripada beberapa dari mereka. Anda keluar dari agama kr****n dan jadi Buddhist. Sikap itu, menurut saya, lebih baik dari sikap mereka. Saya lebih hormat kepada Anda daripada kepada beberapa dari mereka.
 
Saya telah buat beberapa artikel mengenai kitab Kejadian. Saya forward  bebrapa artikel itu sebagai jawaban kepada Anda deh, terutama mengenai kitab Kejadian. Diposting terpisah saya forward "Kitab Kejadian dan suku Miau".
 
Salam. SS


Natsude Mieco wrote:

Bukan begitu Oom.. saya bukan sama sekali ahli Higher Criticism, bahkan sebelum oom menakuti2 saya dengan kutukan2 Allah yang maha dashyat itu, saya gak tahu banyak mengenai hal2 tersebut. Air bah-nya Nuh memang cukup terkenal, namun saya gak terlalu tahu detailnya. Setelah oom menyinggungnya, saya baru cari tahu, cari tahunya juga di internet. Dan ketika mempelajari kutukan2 tersebut, ada suara dalam kepala saya yang tegas dan berwibawa, "Ini gak bener" :x(hehe just kidding jangan marah yah oom, khan mau natal!).

Begini loh oom, pertama saya tegaskan, saya gak punya niat untuk menghancurkan iman siapa pun. Memang saya akui, saya orangnya suka iseng, dan pernyataan2 oom menggelitik saya. Sebenarnya saya sudah berpikir gak mau lagi nyinggung2 Alkitab, karena percuma, sampai saya seumur oom pun gak bakal ada yang berubah, bagi oom Alkitab tetap yang utama, bagi saya Alkitab tetap gak masuk akal. Namun karena saya ditodong senjata terakhir orang kr****n (kebanyakan..hehe) yaitu ancaman kutukan, saya mencoba membela diri. Namun jika efeknya ternyata mengganggu iman seseorang, saya minta maaf. Anyway khan oom Stanley yang mau menguji iman sendiri, jadi yah silahkan diuji aja.

Saya tadinya sering bingung, orang2 sepandai oom, lulusan perguruan tinggi terbaik, dengan gelar2 akademis yang banyak sekali, bisa menerima sesuatu tanpa mengkajinya terlebih dahulu. Namun setelah lama saya perhatikan memang ada satu faktor yang membuat manusia bisa melakukan kebodohan2 seperti itu, yaitu rasa TAKUT. Perasaan yang timbul ketika kita merasa ada sesuatu yang kita tidak ketahui yang dapat mengancam kebahagiaan kita. Perasaan yang merupakan naluri alami dari tiap makhluk hidup, yang disebabkan saraf2 di otak kita. Bedanya kalau binatang hanya kenal dua solusi, hit or run, otak manusia punya solusi lain, menyerah pada rasa takut itu. Perasaan ini karena sudah dijejali ke kita semenjak kita masih kecil, bahkan oleh orang tua kita, kita jadi sangat terbiasa dan menganggap ketakutan itu sebagai hal yang baik. Sampai taraf tertentu, saya akui rasa takut itu berguna bagi manusia atau hewan untuk melindungi hidup kita, namun sayang sekali rasa takut itu bukanlah solusi yang sebenarnya.

Saya dibesarkan dari keluarga yang memegang adat istiadat cina yang cukup kuat, dan di jejali banyak rasa takut semenjak saya kecil dengan tabu2 adat cina oleh orang tua dan kerabat saya. Gak boleh makan dengan pegang mangkoknya di pantat mangkok, nanti gedenya bisa minta2. Gak boleh nyapu kena kaki, nanti bisa sial, dan seabrek gak boleh lainnya. Tapi ketika saya tanya kenapa, gak ada yang bisa kasih jawaban, cuma bilang ikutin aja, jangan banyak tanya.
Beranjak besar dan sekolah di sekolah ka****k, hal yang sama terus saya alami. Guru2 saya bilang gak boleh ini, gak boleh itu, harus begini, harus begitu, percaya ini percaya itu. Ketika saya tanya kenapa, juga gak bisa jawab, cuma bisa bilang Alkitab bilang begitu, jangan banyak tanya entar Allah marah, percaya dan ikutin aja. Lama2 hal tersebut mengganggu saya dan berpikir kok semuanya cuma bisa nakut2in aja tanpa kasih penjelasan dan gak boleh ditanya. Saya jadi ragu akan banyak hal dalam hidup.

Sampai akhirnya saya dikenalkan ajaran Sang Buddha pada waktu kuliah, yang totally berbeda. Awalnya memang shock, ada ajaran yang gak percaya pada Tuhan, namun saya mengerti saya bisa shock karena saya sudah sangat terbiasa dari saya sangat kecil bahwa Tuhan itu ada. Dan kenyataan hidup di Indonesia dengan mayoritas agama Islam mencuci otak saya bahwa Tuhan itu ada. Bahkan pernah ada teman saya yang tanya saya percaya Tuhan gak dan saya agak ragu jawabnya, dia langsung bilang saya kafir, dan terus terang waktu itu saya malu dibilang begitu. Karena kehidupan kita di Indonesia sudah sangat terbiasa dengan paham adanya makhluk Maha Kuasa yang harus dipercayai dan ditakuti, sehingga mencuci otak saya.

Inilah yang berbeda dengan ajaran Sang Buddha. Pertama beliau katakan gak ada yang perlu ditakuti dengan ajaranNya, ajaranNya adalah ajaran Cinta Kasih, ajaran yang tidak akan menyakiti siapapun yang tidak percaya atau tidak setuju denganNya. Seorang Ayah yang mencintai anaknya tidak akan membunuh anaknya karena anaknya tidak setuju dengannya, atau tidak menghormati ayahnya, bukan? Dan semua hal dalam ajaranNya boleh ditanya, ditentang, atau didebat dan tidak ada yang tabu dalam ajaranNya. Kedua, alih-alih menakuti saya dengan bermacam hal, Beliau malah MENJELASKANNYA dengan sejelas2nya, mengapa berbuat baik kepada orang lain dianjurkan dan berbuat jahat kepada orang lain sebaiknya dihindarkan. Semua mengapa dalam hidup saya sekarang ada karenanya.
Yang paling membahagiakannya, karena saya orangnya mau tahu, Beliau bilang bahwa saya juga bisa sama tahunya dengan Beliau. Beliau bilang sekarang saya hanya tahu jalan yang Beliau kasih tahu, namun saya belum berjalan di jalan tersebut. Ada perbedaan besar antara knowing the path and walking the path. Dan beliau kasih tahu semua caranya supaya saya bisa jalan di jalan tersebut. Sulit memang, tapi bisa.

Dan terakhir yang paling membuat saya bangga dan menghormati Beliau, Beliau mengakui bahwa Beliau bukan pencipta hukum alam ini, Beliau hanya menemukannya kembali. Dan hukum alam yang diajarkan oleh Beliau adalah untuk dimengerti bukan untuk dibela dan boleh mati atau membunuh karenanya.     
"Dhamma yang telah Ku temukan ini bagaikan rakit yang akan mengantar kamu menyeberangi sungai, gunakan rakit ini, jangan malah kamu pelukin dan pegangin terus tanpa digunakan."   


Terakhir, saya tutup dengan wawancara seorang reporter dengan Ajahn Brahm beberapa waktu lalu (pembicaraannya kurang lebih) :
Reporter    : Ajahn Brahm, you have heard about bomb in church and mosque, how they killed each other because of their religion, haven't you?
AB             : Yes, I have heard it.
Reporter    : What would you do then, if you found out that someone had flush your holybooks into the toilet?
AB             : Hmm.. (long enough).. I will call the plumber for sure.


 =)) :)) :)) =))

Peace.. smile..


HT wrote:
Wakakakakak... This is the best post so far in this milis.

Anyway, kalo para umat beragama pada sadar bahwa buku hanyalah buku,
bahwa iman gak ada dibuku maka kekerasan atas dasar agama bisa berkurang
separuhnya.

Salam
HT

58
Gautam Buddha

by Dr. Zakir Naik

Gautama Buddha was the founder of Buddhism. His original name was Siddharth (meaning one who has accomplished). He was also called Sakyamuni, i.e. the sage of the tribe of Sakya. He was born in the year 563 B.C. in the village of Lumbini near Kapila Vastu, within the present borders of Nepal.

According to legend, an astrologer foretold his father, the king, that young Gautama would give up the throne and luxury and renounce the world the day he would see four things (i) an old man, (ii) a sick man, (iii) a diseased man and (iv) a dead man. Hence, the king confined Gautama in a special palace which was provided with all worldly pleasures. He was married at the age of sixteen to Yasoddhra.

At the age of 29 after the birth of his first son, Gautama on the same day saw an old man, a sick man, a diseased man and a dead man. The impact of the dark side of life made him renounce the world that same night and he left his wife and son and became a penniless wanderer.

He studied and practised Hindu discipline initially, and later, Jainism. For several years he observed rigorous fasting along with extreme self-mortification. On realising that tormenting his body did not bring him closer to true wisdom, he resumed eating normally and abandoned asceticism.

At the age of 35, one evening as he sat beneath a giant fig tree (Bodh tree), he felt that he had found the solution to his problem and felt that he had attained enlightenment. Thus, he came to be known as ?Gautama?, ?The Buddha?, or 'The Enlightened One'.

Later, he spent 45 years in preaching the truth that he felt he had discovered. He travelled from city to city bare-footed, clean-headed, with nothing more on his self than his saffron robe, walking stick and begging bowl. He died at the age of 80 in the year 483 BC.

Buddhism is divided into two sects viz. Hinayana and Mahayana.

I. BUDDHIST SCRIPTURES:

Historical criticism has proved that the original teachings of Buddha can never be known. It seems that Gautama Buddha?s teachings were memorized by his disciples. After Buddha?s death a council was held at Rajagaha so that the words of Buddha could be recited and agreed upon. There were differences of opinion and conflicting memories in the council. Opinion of Kayshapa and Ananda who were prominent disciples of Buddha were given preference. A hundred years later, a second council at Vesali was held. Only after 400 years, after the death of Buddha were his teachings and doctrines written down. Little attention was paid regarding its authenticity, genuineness and purity.

Buddhist Scriptures can be divided into Pali and Sanskrit Literature:

A. Pali Literature :

The Pali literature was monopolized by the Hinayana sect of Buddhism.

Tri Pitaka: The most important of all Buddhist scriptures is the TRI-PITAKA which is in Pali text. It is supposed to be the earliest recorded Buddhist literature which was written in the 1st Century B.C.

The TRI-PITAKA or Three Baskets of law is composed of 3 books: 

1.Vinaya Pitaka: "Rules of Conduct" : This is a book of discipline and mainly deals with rules of the order.

2. Sutta Pitaka: "Discourses" : It is a collection of sermons and discourses of Gautama Buddha and the incidents in his life. It is the most important Pitaka and consists of five divisions known as Nikayas. Dhammapada is the most famous Pali literature and contains aphorisms and short statements covering the truth.

3. Abhidhamma: "Analysis of Doctrine": This third basket contains meta physical doctrines and is known as Buddhist meta physicals. It is an analytical and logical elaboration of the first two pitakas. It contains analysis and exposition of Buddhist doctrine.

B. Sanskrit Literature:

Sanskrit literature was preferred by the Mahayana. Sanskrit literature has not been reduced to a collection or in Cannon like the Pali literature. Thus much of the original Sanskrit literature has been lost. Some were translated into other languages like Chinese and are now being re-translated into Sanskrit.

1. Maha vastu: "Sublime Story": Mahavastu is the most famous work in Sanskrit which has been restored from its Chinese translation. It consists of voluminous collection of legendary stories.

 2. Lalitavistara: Lalitavistara is one of the holiest of the Sanskrit literature. It belongs to the first century C.E., 500 years after the death of Buddha. It contains the miracles which the superstition loving people have attributed to Buddha.

II TEACHINGS OF BUDDHA:

A. Noble Truths: 


The principal teachings of Gautama Buddha can be summarised in what the Buddhists call the "Four Noble Truths":

First - There is suffering and misery in life .

Second - The cause of this suffering and misery is desire.

Third - Suffering and misery can be removed by removing desire.

Fourth - Desire can be removed by following the Eight Fold Path.

B. The Noble Eight Fold Path:

(i) Right Views

(ii) Right Thoughts

(iii) Right Speech

(iv) Right Actions

(v) Right Livelihood

(vi) Right Efforts

(vii) Right Mindfulness

(viii) Right Meditation

C. Nirvana:

Nirvana' literally means "blowing out" or "extinction". According to Buddhism, this is the ultimate goal of life and can be described in various words. It is a cessation of all sorrows, which can be achieved by removing desire by following the Eight Fold Path.

III PHILOSOPHY OF BUDDHISM IS SELF - CONTRADICTORY:

As mentioned earlier, the main teachings of Buddhism are summarised in the Four Noble Truths:

(i) There is suffering and misery in life.

(ii) The cause of suffering and misery is desire.

(iii) Suffering and misery can be removed by removing desire.

(iv) Desire can be removed by following the Eight Fold Path.

This Philosophy of Buddhism is self-contradictory or self-defeating because the third truth says "suffering and misery can be removed by removing desire" and the fourth truth says that 'desire can be removed by following the Eight Fold Path'.

Now, for any person to follow Buddhism he should first have the desire to follow the Four Noble Truths and the Eight Fold Path. The Third great Noble Truth says that desire should be removed. Once you remove desire, how can we follow the Fourth Noble truth i.e. follow the Eight Fold Path unless we have a desire to follow the Eight Fold Path. In short desire can only be removed by having a desire to follow the Eight Fold Path. If you do not follow the Eight Fold Path, desire cannot be removed. It is self contradicting as well as self-defeating to say that desire will only be removed by continuously having a desire. 

IV CONCEPT OF GOD 

Buddha was silent about the existence or non-existence of God. It may be that since India was drowned in idol worship and anthropomorphism that a sudden step to monotheism would have been drastic and hence Buddha may have chosen to remain silent on the issue of God. He did not deny the existence of God. Buddha was once asked by a disciple whether God exists? He refused to reply. When pressed, he said that if you are suffering from a stomach ache would you concentrate on relieving the pain or studying the prescription of the physician. "It is not my business or yours to find out whether there is God ? our business is to remove the sufferings of the world".

Buddhism provided Dhamma or the "impersonal law" in place of God. However this could not satisfy the craving of human beings and the religion of self-help had to be converted into a religion of promise and hope. ::) ::) The Hinayana sect could not hold out any promise of external help to the people. The Mahayana sect taught that Buddha?s watchful and compassionate eyes are on all miserable beings, thus making a God out of Buddha. Many scholars consider the evolution of God within Buddhism as an effect of Hinduism.

Many Buddhists adopted the local god and thus the religion of "No-God" was transformed into the religion of "Many-Gods" - big and small, strong and weak and male and female. The "Man-God" appears on earth in human form and incarnates from time to time. ??? ???
Buddha was against the caste-system prevalent in the Hindu society.

59
Tibetan / Praktik Purifikasi 35 Buddha Pengakuan
« on: 18 January 2009, 03:25:54 PM »
Salah satu praktek pendahuluan adalah pengakuan (confession) untuk mempurifikasi karma buruk dan menyingkirkan halangan-halangan praktek dharma.
Salah satu praktek pengakuan paling direkomendasikan adalah praktek purifikasi 35 Buddha.
Untuk praktek ini, dianjurkan telah menerima transmisi dari seorang guru yg sebelumnya telah menerimanya juga. (saya sudah terima transmisi 2x, pertama dari Lama Dagpo Rinpoche, kedua oleh orang lain. Transmisi itu hanya berupa pembacaan teks dan kita mendengar, sebagai pengesahan? transmisi silsilah otentik tak terputus)
Rincian ada dalam buku praktek purifikasi 35 Buddha diterbitkan oleh Kadam Choeling Bandung.

60
Tibetan / The Essence of Refined Gold
« on: 18 January 2009, 03:01:15 PM »
The Essence of Refined Gold

By the Third Dalai Lama, translated by Glenn H. Mullin (1982)

   
The Nature of the Instruction

To the feet of the Venerable Lama,
Embodiment of the Three Jewels,
Profoundly I turn for refuge;
Bestow upon me your transforming powers.

Here, for spiritually inclined beings who wish to take advantage of the opportunities afforded by human life, is a treatise on the Lamrim Tradition of meditation, a tradition known as Stages on the Spiritual Path Leading to Enlightenment.
   What is the Lamrim Tradition? It is the essence of all teachings of Buddha, the one path traveled by the high beings of the past, present and future, the legacy of the masters Nagarjuna and Asanga, the religion of supreme people traveling to the earth of omniscience, the unabridged synthesis of all practices included within the three levels of spiritual application. This is the Lamrim Tradition.
   Lamrim is an especially profound aspect of Dharma, for it is a tradition of practice sound in origin. It has neither fault nor shortcoming, for it is a complete practice perfectly uniting both method and wisdom aspects of the path. It provides all levels and grades of the techniques passed through Nagarjuna and Asanga, from the practices meant for beginners up to and including the final practice before full Buddhahood, the stage of non-practice.
   This graduated Dharma of taintless origin is like the wish-fulfilling gem, for, through it the infinite beings can easily and quickly accomplish their purposes. Combining the rivers of the excellent teaching of both the Fundamental Vehicle and Great Vehicle scriptures, it is like a mighty ocean. Revealing the principal points of both the Sutrayana and Vajrayana, it is a complete tradition with complete teachings. Outlining the main techniques for taming the mind, it is easily integrated into any practice, and, being a teaching combining the lineages of Guru Vidyakokila, a sage of the Nagarjuna School, and Lama Serlingpa, a sage of the Asanga School, it is a precious ornament. Therefore, to hear, contemplate, or meditate upon a Lamrim discourse is fortunate indeed. Je Rinpoche’s Song of the Stages on the Spiritual Path says:
   
From Nagarjuna and Asanga,
Banners unto all humankind,
Ornaments amongst the world’s sages,
Comes the sublime Lamrim lineage
Fulfilling all hopes of practitioners.
It is a wish-fulfilling gem,
Combining the streams of a thousand teachings,
It is an ocean of excellent guidance.
   
The Lamrim teaching has four especially great qualities:
1.   It reveals how all the various doctrines of Buddha are non-contradictory. If you rely upon the Lamrim teaching, all the words of Buddha will be effectively comprehensible. You will see that there are root practices and branch practices, and that there are direct and indirect teachings, all of which aim at creating helpful circumstances along the stages of spiritual development for a practitioner like yourself.
2.   You will take all the various teachings as personal advice. You will see the profound teachings of the Sutras and Tantras, the treatises and dissertations written by later masters, and all levels and branches of practice as methods to use to overcome negative aspects of the mind. The significance of all the teachings of Buddha and his successors—from the teachings on how to follow a spiritual master up to those on how to perceive the most profound aspects of reality—will come into your hand. You will learn how to practice analytical meditation upon the words of the teachings and stabilizing meditation upon the central themes of those words. Thus you will see all the teachings in perspective to your life and progress.
3.   You will easily find the thought of Buddha. Of course, the original words of Buddha and those of the later commentators are perfect teachings, but for a beginner they are overwhelmingly numerous, and consequently their meaning is difficult to fathom. Hence, although you may study and contemplate them, you probably will not gain experience of their actual essence; or, even if you should gain it, a tremendous effort and extent of time would be required. However, because the Lamrim tradition has its source in Atisha’s A Lamp for the Path to Enlightenment, which incorporates all the various oral teachings of the supreme Indian masters, even someone like you can easily and quickly arrive at the thought of Buddha through it.
4.   The great negativity of abandoning a lineage of Dharma will spontaneously be arrested. When you realize the intent of Buddha, you will see all his direct and indirect teachings as wise and skillful means for satisfying the diverse spiritual needs of the variety of beings. To say that some lineages of Dharma are perfect methods and should be practiced, whereas other lineages are imperfect and should be ignored, is the karma called “abandoning Dharma,” a great negativity indeed. However, if you study the Lamrim you will see how all doctrines of Buddha and lineages coming from him are non-contradictory. Then the great negativity of abandoning an aspect of Dharma will never occur.
These are the four great qualities of the Lamrim tradition. Who with any common sense would not benefit from hearing a discourse on it, a thing the fortunate of India and Tibet have long relied upon, a generously high teaching to delight the heart, the tradition known as the Stages on the Path for the beings of the three capacities. Regarding these four effects arising from hearing, contemplating, and meditating upon a Lamrim discourse, Je Rinpoche said:

(Through it) one perceives all doctrines as non-contradictory,
All teachings arise as personal advice,
The intent of Buddha is easily found
And you are protected from the cliff of the greatest evil.

Therefore the wise and fortunate of India and Tibet
Have thoroughly relied upon this excellent legacy
(Known as) the stages in the practices of the three spiritual beings;
Who of powerful mind would not be intrigued by it?

Possessing such strength and impact, this tradition takes the heart of all the teachings of Buddha and structures it into steps for gradual evolution through the successive experiences of the path, running through the three levels of spiritual capacity. What an approach to Dharma! How can its greatness ever be described?
   Consider the beneficial effects of hearing or teaching the Lamrim even once: an understanding of Buddha and his teachings arises and, by means of pure attitudes and application, the person who is a vessel suitable for Dharma collects benefits equivalent to those gained by having heard all the words of Buddha. Therefore abandon the three wrong attitudes—likened to a dirty pot, a pot with a whole in its bottom, and an upturned pot—and generate the six recognitions. In this way, you will be able to gather the wealth of having approached the subject properly. Whether you are studying or teaching a Lamrim text, do so purely and with intensity. Je Rinpoche said:

One session of hearing or teaching
This tradition embodying the essence of all Buddha’s words,
Collects waves of merit equivalent
To hearing or teaching all Buddhadharma.

Pages: 1 2 3 [4] 5