//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Mr. Wei

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 204
1
Kafe Jongkok / [TANYA] Perpus/Sekolah di Jabodetabek yang Butuh Donasi
« on: 21 January 2016, 12:01:06 AM »
 _/\_ semua

Membantu teman-teman dari seksi pemuda saya yang mau bikin event.

Jadi mereka ingin buat event charity, dalam bentuk mengumpulkan buku2 bekas dari umat2 di vihara kami, lalu akan dipilah-pilih dan didonasikan ke perpus/sekolah di kawasan Jabodetabek.

Pertanyaannya, ada yang tahukah di mana perpus/sekolah yang dianggap membutuhkan sumbangan2 buku?

Bila ada rekomendasi, saya dan tim akan datang survey.

Terima kasih

 _/\_

2
Untuk teman-teman yang tertarik dengan meditasi, dapat menghadiri kelas meditasi di Vihara Pluit Dharma Sukha pada:

Hari/Tanggal: Sabtu, 25 April 2015
Jam: 15.00 - 17.00 WIB
Pembimbing: Ayya Santini

Kemudian kelas meditasi akan dilanjutkan dengan kebaktian malam di VPDS pada:

Hari/Tanggal: Sabtu, 25 April 2015
Jam: 17.30 - 20.00
Penceramah: Ayya Santini

Info lebih lanjut, dapat SMS/Watsapp kepada Sdr.Garvin dengan nomor 0818 0837 1000

Terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

Lokasi: Vihara Pluit Dharma Sukha, Jl. Pluit Permai I no.26, Jakarta Utara

3
Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain / Re: PLR
« on: 10 January 2015, 10:29:30 AM »
Mana nih TS-nya?

Kalau past life regression, setahu saya sudah dianggap tidak ilmiah (atau kalau mau lebih enak dibaca, belum ilmiah).

4
Studi Sutta/Sutra / "Capable" dalam Metta Sutta
« on: 09 January 2015, 11:13:50 PM »
Berikut ini syair awal dari Karaniya Metta Sutta:

Quote
This is to be done by one skilled in aims
who wants to break through to the state of peace:
Be capable, upright, & straightforward,

Kata Buddha, jika ingin memeroleh kebahagiaan, harus capable/mampu.

Nah, capable dalam hal apa yang dimaksud?

Analisis pribadi:: ShowHide

Kalau baca dari komentar, kan kisahnya bhikkhu2 meditasi dan tidak damai karena diganggu makhluk halus, maka dari itu Buddha berkata yang ingin mencapai kedamaian, harus mampu. Mungkin mampu meditasi kah maksudnya?


5
Studi Sutta/Sutra / Re: Sutta dongeng???
« on: 08 August 2014, 11:23:48 PM »
Semoga gak melanggar aturan karena bumping thread yg udah bertahun-tahun.

Semoga diskusi seperti yang terdapat dalam thread ini bisa dilanjutkan. Bermanfaat sekali _/\_

6
Mahayana / Re: Mantra Gong Yang Zhou
« on: 08 July 2014, 08:40:07 AM »
Karena penasaran, gw jadi iseng googling dengan keyword gong yang zhou, tapi hasilnya gak ada ;D kebetulan gw pernah baca juga dulu. Setahu gw ada di buku "The Buddhist Liturgy", tapi hanya ada syairnya, tidak dijelaskan asal usul.

Mungkin Gandalf atau teman2 lainnya yg mengerti soal ritual Mahayana bisa share di sini?

7
DhammaCitta Press / Re: Request Buku DC Press
« on: 30 June 2014, 11:20:13 PM »
Request Majjhima Nikaya untuk perpustakaan Vihara Pluit Dharma Sukha dong :)

Jl. Pluit Permai 1 no. 26
Pluit, Jakarta Utara
(Belakang Pluit Village Mall)
6602725

8
Perkenalan / Re: Ingin hidup di Lingkungan Umat Buddha
« on: 16 April 2014, 12:10:06 PM »
 [at] Marcell:

Sekedar bagi2 informasi saja, kalau suka baca buku, saya rekomendasikan 2 buku di bawah ini:

1. Keyakinan Umat Buddha, tulisan Dr. K. Sri Dhammananda --> di toko buku 40rb-50rban
2. Pertanyaan Baik Jawaban Baik, tulisan S. Dhammika --> download di sini http://dhammacitta.org/perpustakaan/pertanyaan-baik-jawaban-baik/

Bukunya bagus banget :)

9
Kafe Jongkok / Re: Kuliah Psikologi
« on: 22 February 2014, 11:33:37 PM »
Gak sengaja nemu thread ini pas lagi googling :P

Gak nyangka udah 5 tahun lebih terbentuknya thread ini, dan gw lagi ambil s2 psikologi klinis (udah lulus S1), padahal di thread ini gw masih nanya2 kuliah psikologi kayak gimana ya.

Ayo bagi yg mau kuliah psikologi... monggo tanya2 di sini ;D

10
Buddhisme Awal / Re: Abhidhamma/Abhidharma Pada Masa Buddhisme Awal
« on: 28 January 2014, 11:37:35 AM »
Btw, bagaimana dengan isi Abhidhamma dengan Sutta, bersesuaian atau justru bertentangan?

11
Kalo di Vihara Pluit Dharma Sukha (vihara gw), kebaktian umum (dewasa) dicampur aja, gak ada pembagian gender. Di kebaktian remaja baru dipisahin.

Gak tahu juga itu berdasarkan apa. Pas gw gabung di sana uda begitu aja.

12
Udana 2.7. Anak Tunggal: Ekaputta Sutta
Telah kudengar pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthī di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇḍika. Dan pada kesempatan tersebut seorang anak tunggal yang disayangi dan dicintai oleh seorang pengikut awam telah meninggal. Maka sejumlah besar pengikut awam – bajunya basah, rambutnya basah – pergi menemui Sang Bhagavā di tengah hari dan, setibanya, bersujud kepada beliau, duduk di satu sisi. Ketika mereka duduk di sana Sang Bhagavā bertanya: “Mengapa kalian datang ke sini – baju kalian basah, rambut kalian basah – di tengah hari?”

Ketika hal ini dikatakan, pengikut awam berkata kepada Sang Bhagavā, “Anak tunggalku yang kusayang dan kucintai, tuan, telah meninggal. Karena inilah aku datang ke sini – baju kami basah, rambut kami basah – di tengah hari.”

Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:


Terikat oleh daya tarik
dari apa yang terlihat disayangi,1
makhluk-makhluk surgawi, kebanyakan orang,
lelah oleh kesengsaraan,
jatuh di bawah kekuasaan
dari Raja Kematian.
Teapi mereka yang, siang dan malam,
Dengan penuh perhatian mengabaikan
apa yang terlihat disayangi,
mencabut kesengsaraan
dari akarnya –
   Umpan kematian
   begitu sulit
   untuk diatasi.

Catatan:
1. Mengikuti bacaan, piyarūpassāda-gaddhitāse dalam edisi Thai, Burma, dan BJT. Edisi Srilanka tersedia dalam Jurnal Etika Buddhist (Journal of Buddhist Ethics) memiliki piyarūpā-sātanīpa-gaddhitā ye: “Mereka yang terikat pada sesuatu yang terlihat disayangi dan terlihat cocok”; edisi PTS, piyarūpāsāta-gaddhitā ve: “Benar-benar terikat oleh sesuatu yang terlihat disayangi dan sesuatu yang tidak cocok.” Bagian paralel dalam Udānavarga (5.10) memiliki, priyarūpa-sāta-grahitā: “Terikat oleh sesuatu yang terlihat disayangi dan cocok.”

Lihat juga: MN 87, SN 42.11, Ud 2.8, Ud 8.8

13
Udana 2.8. Suppavāsā: Suppavāsā Sutta
Telah kudengar pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Kuṇḍiya di hutan Kuṇḍiṭṭhāna. Dan pada kesempatan tersebut Suppavāsā, putri Koliya sudah mengandung selama tujuh tahun dan mengalami persalinan yang sulit selama tujuh hari. Dia – tersentuh oleh rasa sakit yang sengit dan tajam – menahannya dengan tiga pemikiran: “Betapa rightly self-awakened is Sang Bhagavā yang, melepaskan penderitaan ini, mengajarkan Dhamma! Betapa terlatih dengan baiknya komunitas dari siswa-siswa Sang Bhagavā yang berlatih, melepaskan penderitaan ini! Betapa benar-benar berbahagianya tidak terikat, di mana penderitaan seperti ini tidak ditemukan!”

Kemudian Suppavāsā berkata kepada suaminya, “Datanglah, guru muda. Pergilah menemui Sang Bhagavā dan, setibanya, memberikan penghormatan dengan kepalamu menyentuh kepalanya atas namaku, tanyakan apakah ia terbebas dari penyakit dan penderitaan, bebas, kuat, dan hidup dalam kenyamanan, berkata: ‘Suppavāsā sang putri Koliya, tuan, memberikan penghormatan denga meletakkan kepalanya pada kakimu dan bertanya apakah engkau terbebas dari penyakit dan penderitaan, bebas, kuat, dan hidup dalam kenyamanan.’ Dan mengatakan ini: ‘Suppavāsā telah tujuh tahun mengandung dan tujuh tahun kesulitan mengandung. Ia – tersentuh oleh rasa sakit yang sengit dan tajam – menahannya dengan tiga pemikiran: “Betapa rightly self-awakened is Sang Bhagavā yang, melepaskan penderitaan ini, mengajarkan Dhamma! Betapa terlatih dengan baiknya komunitas dari siswa-siswa Sang Bhagavā yang berlatih, melepaskan penderitaan ini! Betapa benar-benar berbahagianya tidak terikat, di mana penderitaan seperti ini tidak ditemukan!’”

Menjawab, “Bagus sekali!” kepada Suppavāsā sang putri-Koliya, putra Koliya pergi menghadap Sang Bhagavā dan, setibanya, bersujud kepada Sang Bhagavā, duduk di satu sisi. Ketika ia duduk ia berkata kepada Sang Bhagavā, “Suppavāsā sang putri Koliya, tuan, memberikan penghormatan dengan meletakkan kepalanya pada kakimu dan bertanya apakah engkau terbebas dari penyakit dan penderitaan, bebas, kuat, dan hidup dalam kenyamanan.’ Dan mengatakan ini: ‘Suppavāsā telah tujuh tahun mengandung dan tujuh tahun kesulitan mengandung. Ia – tersentuh oleh rasa sakit yang sengit dan tajam – menahannya dengan tiga pemikiran: “Betapa rightly self-awakened is Sang Bhagavā yang, melepaskan penderitaan ini, mengajarkan Dhamma! Betapa terlatih dengan baiknya komunitas dari siswa-siswa Sang Bhagavā yang berlatih, melepaskan penderitaan ini! Betapa benar-benar berbahagianya tidak terikat, di mana penderitaan seperti ini tidak ditemukan!’”

[Sang Bhagavā berkata] “Semoga Suppavāsā sang putri-Koliya baik-baik saja dan terbebas dari penyakit. Dan semoga ia melahirkan anaknya dengan terbebas dari penyakit.” Dan pada saat yang bersamaan dengan Sang Bhagavā berucap, Suppavāsā sang putri-Koliya – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – melahirkan anak dengan terbebas dari penyakit.

Mengatakan, “Baik, Tuan,” putra-Koliya, berbahagia dan menerima kata-kata Sang Bhagavā, bangun dari tempat duduknya, bersujud kepada Sang Bhagavā dan – mengelilinginya ke arah kanan – kembali ke rumahnya. Beliau melihat Suppavāsā sang putrid-Koiya – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – telah mengirimkan seorang anak laki-laki terbebas dari penyakit. Melihat hal ini, ia berpikir, “Betapa mengagumkan! Betapa menakjubkan!- Melihat kekuatan besar Sang Tathāgata, kekuasaan besar, lalu, di saat yang sama dengan pernyataan Sang Bhagavā, Suppavāsā sang putri-Koliya – baik-baik saja dan terbebaskan dari penyakit – mau mengirim seorang anak laki-laki terbebas dari penyakit!” Bersyukur, ia merasa bersuka-cita, bergembira, berbahagia.

Kemudian Suppavāsā berkata kepada suaminya, “Datanglah, tuan muda. Pergilah ke Sang Bhagavā dan, setibanya, tunjukkan penghormatan dengan menundukkan kepalamu di kakinya dalam namaku, berkata: ‘Suppavāsā sang putri-Koliya, tuan, menunjukkan penghormatan dengan menundukkan kepalanya di kakimu.’ Dan mengatakan ini: ‘Suppavāsā, yang telah mengandung selama tujuh tahun dan tujuh hari mengalami kesulitan persalinan, sekarang telah – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – melahirkan anak dengan bebas dari penyakit. Ia mengundang komunitas Bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, untuk tujuh hari jamuan makan. Semoga Sang Bhagavā menyetujui tujuh hari jamuan makan Suppavāsā, bersama dengan komunitas bhikkhu.’”

Menjawab, “Baik sekali!” kepada Suppavāsā sang putri-Koliya, sang putra-Koliya pergi menghadap Sang Bhagavā dan, setibanya, bersujud kepada Sang Bhagavā, duduk di satu sisi. Ketika ia duduk di sana ia berkata kepada Sang Bhagavā, “Suppavāsā sang putri-Koliya, tuan, menunjukkan penghormatan dengan menundukkan kepalanya di kakimu. Dan ia mengatakan ini: ‘Suppavāsā, yang telah mengandung selama tujuh tahun dan tujuh hari dalam kesulitan persalinan, sekarang telah – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – melahirkan anak dengan bebas dari penyakit. Ia mengundang komunitas Bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, untuk tujuh hari jamuan makan. Semoga Sang Bhagavā menyetujui tujuh hari jamuan makan Suppavāsā, bersama dengan komunitas bhikkhu.’”

Pada saat tersebut seorang umat awam tertentu sudah mengundang komunitas bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, untuk dana makanan keesokan hari. Umat awam tersebut merupakan pendukung Y.M. Mahā Moggallāna. Maka Sang Bhagavā berkata kepada Y.M. Moggallāna, “Datanglah, Moggallāna. Pergilah kepada sang umat awam dan, setibanya, katakan kepadanya, ‘Suppavāsā sang putri-Koliya, yang telah tujuh tahun mengandung dan tujuh hari dalam kesulitan melahirkan, kini telah – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – melahirkan seorang anak yang bebas dari penyakit. Ia telah mengundang komunitas bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, untuk tujuh hari jamuan makan. Izinkan Suppavāssā melakukan tujuh jamuan. Setelah itu, kau melakukan milikmu.’ Ia adalah pendukungnmu.”

Menjawab, “Seperti yang engkau katakan, tuan,” kepada Sang Bhagavā, Y.M. Moggallāna pergi menghadap sang umat awam dan, setibanya, berkata kepadanya, “Suppavāsā sang putri-Koliya, yang telah tujuh tahun mengandung dan tujuh hari dalam kesulitan melahirkan, sekarang telah – baik-baik saja dan terbebas dari penyakit – melahirkan seorang anak bebas dari penyakit. Ia telah mengundang komunitas bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, untuk tujuh hari jamuan makan. Izinkan Suppavāsā melakukan tujuh jamuan; setelah itu, kau melakukan milikmu.”

“Yang Mulia tuan, jika Y.M. Moggallāna akan menjadi penjaminku untuk tiga hal – kekayaan, kehidupan, dan keyakinan (ku) – maka izinkan Suppavāsā melakukan tujuh jamuan; setelah itu, aku akan melakukan milikku.”

“Untuk dua hal, kawan, aku akan menjandi penjaminmu: kekayaanmu dan kehidupanmu. Hanya kaulah penjamin keyakinanmu.”

“Yang Mulia tuan, jika Y.M. Moggallāna akan menjadi penjaminku untuk dua hal – kekayaan dan kehidupan (ku) – maka izinkan Suppavāsā melakukan tujuh jamuan; setelah itu, aku akan melakukan milikku.”

Kemudian Y.M. Moggallāna, setelah menenangkan sang umat awam, pergi menghadap Sang Bhagavā dan, setibanya, berkata, “Sang umat awam, tuan, telah didamaikan. Izinkan Suppavāsā melakuan tujuh jamuan; setelah itu, ia melakukan miliknya.”

Selama tujuh hari Suppavāsā sang putri-Koliya dengan tangannya sendiri melayani dan memuaskan komunitas bhikkhu, dengan Buddha sebagai kepalanya, dengan makanan pokok dan makanan non-pokok yang istimewa. Dan ia meminta anaknya menunjukkan penghormatan kepada Sang Bhagavā dan komunitas bhikkhu. Kemudian Y.M. Sāriputta berkata kepada sang anak, “Aku percaya, anak kecil, hal tersebut dapat tertahankan bagimu. Aku percaya bahwa hal-hal tersebut nyaman bagimu. Aku percaya bahwa di sana tidak ada rasa sakit.”

“Dari mana, Y.M. Sāriputta, hal-hal tersebut dapat tertahankan bagiku? Dari mana mereka merasa nyaman bagiku hidup tujuh tahun di dalam perut dengan darah?”1 Kemudian Suppavāsā – (berpikir,) “Anakku sedang berbincang dengan Jendral Dhamma!” – merasa bersyukur, bersuka-cita, berbahagia, dan bergembira. Sang Bhagavā, mengetahuia bahwa Suppavāsā merasa bersyukur, bersuka-cita, berbahagia, dan bergembira, berkata kepadanya, “Suppavāsā, maukah kau memiliki anak laki-laki lainnya seperti ini?”

“Yang Mulia Bhagavā,2 aku mau memiliki tujuh anak laki-laki lagi seperti ini!”

Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:

Yang tidak menyenangkan
di dalam samaran yang menyenangkan,
yang tidak dicintai
di dalam samaran yang dicintai,
rasa sakit di dalam samaran kebahagiaan,
menguasai
seseorang yang lengah.

Catatan
1. Baca lohita-kucchiyā dengan edisi Thai. Komentar mendukung bacaan, lohita-kumbhiyā, di dalam sebuah pot berisi darah. Komentar menyatakan bahwa anak laki-laki Suppavāsā kemudian menjadi arahat yang terkenal, Sivali, yang diakui oleh Buddha sebagai muridnya yang paling unggul dalam menerima hadiah.
2. Baca bhante bhagavā dengan edisi Thai. Cara ekstrim untuk menyampaikan pesan kepada Buddha juga terjadi di Udana 8:7. Edisi Sri Lanka dan Burma dibaca dengan sederhana Bhagavā.

Tanya: yang dibold enakan diterjemahkan jadi apa ya?

14
Mau tanya dong, bagaimana membuat KPI yang baik untuk posisi sales? Terutama pada bagian outcome penjualannya.

15
Udana 2.6. Wanita Hamil: Gabbhini Sutta
Telah kudengar pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthī di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇḍika. Dan pada kesempatan tersebut istri muda dari seorang pengembara sedang hamil dan berada di ambang melahirkan. Maka ia berkata kepada sang pengembara, “Pergilah, brahmana, ambilkan minyak untuk aku melahirkan.”

Ketika hal ini diucapkan, pengembara berkata kepadanya, “Tetapi di mana bisa kudapatkan minyak?”

Kedua kalinya, ia berkata kepada pengembara, “Pergilah, brahmana, ambilkan minyak untuk aku melahirkan.”

Kedua kalinya, pengembara berkata, “Tetapi di mana bisa kudapatkan minyak?”

Ketiga kalinya, ia berkata kepada pengembara, “Pergilah, brahmana, ambilkan minyak untuk aku melahirkan.”

Pada kesempatan tersebut di gudang penyimpanan milik Raja Pasenadi Kosala, petapa dan brahmana sedang dibagikan minyak atau ghee karena mereka perlu minum, tetapi tidak untuk dibawa. Maka pengembara berpikir, “Pada saat ini di gudang penyimpanan milik Raja Pasenadi Kosala, petapa dan brahmana sedang dibagikan minyak atau ghee karena mereka perlu minum, tetapi tidak untuk dibawa. Seandainya, setelah pergi ke sana, saya meminum minyak sebanyak-banyaknya sesuai yang kubutuhkan dan, kembali ke rumah, dimuntahkan, diberikan untuk digunakan dalam melahirkan?”

Maka, setelah pergi ke gudang penyimpanan milik Raja Pasenadi Kosala, ia meminum minyak sebanyak mungkin sesuai yang ia butuhkan tapi, kembali ke rumah, tidak dapat mengeluarkannya. Maka ia berguling ke belakang dan seterusnya, menderita dari rasa sakit yang sengit, tajam, dan parah. Kemudian di pagi hari buta Sang Bhagavā merapikan jubah bawahnya dan – membawa mangkuk dan jubahnya – pergi ke Sāvatthī untuk menerima dana makanan. Beliau melihat sang pengembara berguling ke belakang dan seterusnya, menderita dari rasa sakit yang sengit, tajam, dan parah.

Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:

Betapa bahagianya, bagi seseorang yang tidak memiliki apa-apa
   yang telah menguasai Dhamma,
   dipelajari.
Melihatnya menderita, seseorang yang memiliki sesuatu,
   seseorang terikat dalam tubuh
   bersama orang-orang.

Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 ... 204