LANDASAN ELING/MINDFULNESS/ZEN (SATI-PATTHANA SUTTA)
Diterjemahkan dari bahasa Pali oleh Nyanasatta.
(Dalam artikel ini saya hanya mengutip garis besarnya, untuk detailnya Anda dapat membeli buku Keajaiban Hidup Sadar karya Master Zen Thich Nhat Hanh di Gramedia).
Diceritakan Buddha berada bersama suku Kuru di Kammasadamma, sebuah kota niaga suku Kuru….
EMPAT Landasan Eling/Mindfulness/Perhatian Penuh Kesadaran disebut sebagai…. satu-satunya jalan…. demi pelenyapan dukkha… demi realisasi Nibbana..
Berikut adalah EMPAT ELING/SADAR itu :
1) SADAR terhadap TUBUH
a) Sadar terhadap NAPAS
Ringkasan : selalu sadar saat bernafas masuk dan bernafas keluar
b) Sadar terhadap POSTUR TUBUH
Ringkasan :
Saat duduk, sadar sedang duduk
Saat berbaring, sadar sedang berbaring.
Saat berdiri, sadar sedang berdiri.
Saat berjalan, sadar sedang berjalan.
Berikutnya adalah perenungan terhadap ketidakkekalan/ ANICCA TUBUH
c) Perenungan terhadap ketidakmurnian tubuh
Ringkasan: Di tubuh ini, ada rambut, bulu, kuku, gigi, kulit, daging, otot, tulang, sumsum, ginjal, jantung, liver, limpa, paru-paru, empedu, usus, tinja, muntahan, dahak, nanah, darah, keringat, lendir, lemak, pelumas sendi, air mata, air liur, ingus, air seni....
d) Perenungan terhadap unsur-unsur materi tubuh
Ringkasan : Tubuh ini terdiri dari unsur air, api, tanah, angin…
e) Perenungan terhadap sembilan jenis mayat (tubuh orang yang sudah mati)
(Terlalu panjang untuk diringkas, harap Anda baca sendiri di buku Keajaiban Hidup Sadar)
2) SADAR terhadap PERASAAN
Ringkasan:
Saat mengalami perasaan menyenangkan, sadar sedang mengalami perasaan menyenangkan.
Saat mengalami perasaan tak menyenangkan, sadar sedang mengalami perasaan tak menyenangkan.
Saat mengalami perasaan bukan menyenangkan dan bukan tak menyenangkan, sadar sedang mengalami perasaan bukan menyenangkan dan bukan tak menyenangkan.
3) SADAR terhadap PIKIRAN
Ringkasan:
Tahu pikiran yang disertai lobha (hawa nafsu) sebagai pikiran yang disertai lobha.
Tahu pikiran bebas dari lobha sebagai pikiran yang bebas dari lobha.
Tahu pikiran yang disertai dosa (kebencian) sebagai pikiran yang disertai dosa.
Tahu pikiran bebas dari dosa (kebencian) sebagai pikiran bebas dari dosa.
Tahu pikiran yang disertai moha (kegelapan batin) sebagai pikiran yang disertai moha.
Tahu pikiran bebas dari moha (kegelapan batin) sebagai pikiran bebas dari moha.
Tahu pikiran yang tidak terpusat sebagai pikiran yang tidak terpusat.
Tahu pikiran yang terpusat sebagai pikiran yang terpusat.
Tahu pikiran yang tidak bebas sebagai pikiran yang tidak bebas.
Tahu pikiran yang bebas sebagai pikiran yang bebas.
4) SADAR terhadap OBJEK PIKIRAN
a) Lima rintangan
b) Lima agregat kemelekatan
c) Enam Landasan Indra Internal dan Enam Landasan Indra Eksternal
d) Tujuh Faktor Pencerahan
e) Kebenaran Mulia
(Terlalu panjang untuk diringkas, harap Anda baca sendiri di buku Keajaiban Hidup Sadar)
-------------------------------------------------------------------------
MY COMMENT:
Intinya adalah setiap menit bahkan detik, Anda harus sadar terhadap
napas, tubuh, perasaan, pikiran, objek pikiran . Inilah yang disebut meditasi Eling / meditasi Mindfulness / meditasi Zen.
Zen, sekali lagi, adalah meditasi yang langsung menunjuk ke
Pikiran/Kesadaran (Citta) , jadi meditasi Zen ‘tembak langsung’ ke Citta walaupun prosesnya dimulai dari bernapas. Zen adalah sebagai seni bernapas untuk menjaga pikiran agar selalu tenang, damai, jernih dan fokus dalam berbagai aktivitas sehari-hari.
Perlu diingat bahwa pikiran-ucapan-badan adalah tiga jenis karma yang dapat timbul dalam aktivitas sehari-hari. Namun semua karma berawal dari pikiran. Jika pikiran dapat dijaga ketenangannya maka dapat dipastikan karma buruk dari ucapan dan badan (perilaku) dapat dicegah. Di sinilah meditasi Zen berperan yaitu menjaga ketenangan pikiran dalam aktivitas sehari-hari.
Dalam tradisi Theravada, Abhidhamma juga mempelajari mengenai Citta (Pikiran/Kesadaran) dimana semua jenis cetasika dan citta dianalisis dan dipelajari.
Zen, menurut saya pribadi, mungkin tak dapat dibandingkan dengan Abhidhamma karena Zen nampaknya jauh lebih simple/sederhana dibandingkan Abhidhamma.
Zen, masih menurut saya pribadi, lebih menekankan pada praktek meditasi sesuai namanya Zen/Chan 禪 yang artinya 'Meditasi' atau 'Dhyana' ( ध्यान ) dalam Sanskrit/Sansekerta. Bukan tak mungkin Abhidhamma yang demikian rumit dapat dipahami praktisi Zen tertentu berdasarkan pengalaman langsung dalam praktik meditasi eling/mindfulness.