Betul selama kita masih sebagai putthujhana, kita tidak bisa lepas dari LDM secara total tapi akan lebih baik jika kita bisa mencari hal yg paling sedikit menambah LDM
Putthujhana apa ya? maaf gak tau
Kalau boleh tau kenapa meninggalkan forex, saham? apa karena itu merupakan LDM?
Tapi kan katanya bagaimana batin kita menilai?kalau batin menilai tdk apa2 berarti kan gak ada masalah dg?
Putthujhana adalah orang biasa, yang belum mencapai tingkat kesucian, yang batinnya masih diliputi oleh Lobha, Dosa dan Moha
Kalau saya perjelas bro, coba lihat bagaimana kondisi batin anda wkt main itu deh..... kalo harga naik, ada debar2... makin tinggi, rasanya makin berdebar2..... mo dijual, sayang (krn mikir akan naik lagi), tapi ga dijual, takut turun.....
apalagi kalo maen forex, setiap saat harga naek turun... batin sangat cepat berfluktuasi antara dosa/benci kalo turun, dan lobha jika harga naek.....
Itu sharing pengalaman saya wkt maen saham dan forex..... ini akan sangat terasa jika anda sudah bisa memperhatikan gejolak batin anda
Nah batin kita yg putthujhana, yang masih diliputi LDM akan senang dengan kondisi lobha dan dosa, sesuatu yang wajar krn batinnya masih diliputi LDM
Sementara Guru Buddha mengajarkan utk mengikis LDM, agar kita bisa mencapai tujuan yaitu Nibbana
Nah kalo dilogika, gimana mo mencapai nibbana kalau kegiatan kita di forex atau saham yang justru memperbanyak Lobha dan Dosa?
Tapi bukan berarti dilarang loh bro..... cuma memberitahu aja, pun masih banyak kegiatan lain yg lebih bermanfaat ketimbang saham atau forex kok
Bahkan salah satu pemain saham di luar negeri yg kaya raya (sori lupa namanya), tidak membolehkan anak2nya utk main saham krn itu bukan bisnis
Bisnis adl dimana anda beli dan anda jual dgn untung, tidak ada yg rugi
Tapi di saham/forex, jika anda jual untung, di sisi lain ada orang yg rugi (opportunity loss).
Atau jika anda beli rendah, berarti ada org yg jual hrg rendah.
Yang untung sebenarnya adalah broker (komisi), pemerintah (pajak), bukan di pemainnya itu sendiri
semoga bs bermanfaat
metta
wah, saya jadi teringat berita tentang sekeluarga yang meninggal akibat bangkrut main saham...
kalau dari harga 7.000++ menjadi 600. mantap dah...
teman saya juga mengalami kerugian besar ketika terjadi krisis ekonomi global sewaktu index lesu..kalau tidak salah ingat yah sekitar rugi sekitar 300++
seperti nya kita berbeda pandangan dalam sisi bisnis saudara markos,
apakah anda kira bisnis tidak ada yang rugi?
kalau dalam saham, jika kita membeli murah, disitu pasti ada yang menjual murah...
atau kalau kita untung, di sisi satu ada yg rugi...
sebenarnya jika dikatakan rugi tidak juga....hanya saja mereka mengeluarkan uang untuk mengubah uang menjadi sesuatu lain.
saya kasih contoh anda dan saya saja..
saya membeli saham PT.ABC seharga 1000. kemudian dipasaran harga berkisar 1.000-1.050.
saya menjual seharga 950...kemudian anda yg beli 950...lalu anda jual 1.050. ( karena kalau anda tidak jual dihitung tetap ga untung secara real )
disitu sekilas terlihat saya rugi 100. tetapi who know? saya bisa saja memilih lebih cepat mengubah investasi saya dari PT.ABC menjadi PT.CBA.
contoh 2.
masalah harga yang tidak stabil
jikalau kita membeli saham PT.ABC seharga 1000. kemudian dipasaran turun menjadi 950.
apakah anda dikatakan rugi? yah tentu rugi...ketika kita telah melepas...kalau belum yah belum rugi secara real.
terus apa bedanya dengan dagang barang..
saya membeli paku putih 5 kg, seharga 10.000 kemudian bahan materil besi turun, harga dari supplier kemudian menjadi 5 kg seharga 9000. bukankah saya juga tetap rugi?
semua barang tergantung harga dari bahan materil di pasar modal....
kalau besi turun yah mau tidak mau turun harga....
dan celaka lah pabrik yang menyimpan stock besi banyak....karena mau tidak mau pasti telah kalah dari pasar apa bila ada pabrik yang mempunyai stok lama telah habis dan diganti stok besi baru...
hanya beda nya 1. ketika kita tetap bersikukuh menjual 11.000 ( untung 1.000 )
dan ada yang membeli katakanlah yang membeli ini tidak tau harga...bukankah sama saja yang membeli ini dikatakan rugi....ini namanya juga bahwa ada yang di rugikan..
sedangkan kalau main saham forex / index semua itu hanya melewati 1 penjual...yakni lembaga berwenang...
dan tidak mungkin calon pembeli itu tidak tahu harga....
kalau anda bilang rugi, saya kira semua itu relatif baik bisnis barang/jasa maupun bermain pasar modal...semua sama saja..
hanya di pasar modal, ji kalau kita mau untung 100 juta....itu bisa,dan rugi 100 juta sekaligus juga bisa...karena daya beli disitu tidak terbatas...dalam arti berapapun anda mau memutar uang dalam pasar modal semua bisa..
sedangkan barang, andai anda punya 100 kg paku, tidak mungkin anda mendapatkan pembeli dalam 1 hari yang bisa membeli 100 kg paku....
dalam arti pasar modal lebih cepat perputaran ketimbang dagang....
(nb : salah satu nasehat dagang, jangan pernah melakukan stok barang dalam jumlah besar, kecuali anda agen tunggal
kondisi ini berbeda dari tahun 1995-2007 dulu, dimana harga barang tidak pernah menurun, selalu bergerak naik
kalau turun paling turun sedikit 5% paling banyak, kalau naik wah 30 sampai 100 %
makanya motto orang dulu-dulu simpan stok barang tidak ada rugi nya....
berbeda dengan sekarang, krisis tahun 1998 bisa dikatakan anak buah yang bangkrut dimana krisis global dirasakan pada negara berkembang saja, sekarang tahun 2008-2009 big boss kita amerika yang bangkrut...
bayangkan amerika rata-rata membeli cokelat saja diharga 27,500 per/kg, sekarang menjadi 17,500per/kg dan dulu mungkin 20-30% amerika mampu menyerap seluruh produksi dunia,sekarang butik indonesia saja kurang pembeli....
pabrik di cina saja yang memproduksi mainan, seluruh hasil produk nya di beli oleh amerika...
sekarang amerika stop membeli mainan, pabrik tersebut langsung tutup. karena di produksi pun malahan tidak ada pembeli..)
salam metta.