Ada orang yang hanya memerlukan sedikit teori untuk mempraktikkan, tapi ada juga yang memerlukan 'asupan' intelektual yang banyak sebelum yakin untuk proses 'de-learning' itu. Saya lihat orang yang skeptik cenderung pada type ke dua. Sampai ia mengerti secara intelektual bahwa apa yang dijalaninya itu 'tidak merugikan', maka ia baru melakukannya. Bagaimana instruksi untuk melakukannya itu memang sangat sederhana dan bisa dilakukan tanpa tahu teori detail. Lalu bagaimana teori detail berguna bagi orang yang belum meditasi?
Tidak ada teori dan intelektual dalam meditasi, ini saya sangat setuju. Namun teori dan intelektual itu diperlukan untuk penjelasan di luar meditasi. Seperti berenang itu, ada orang trauma karena pernah tenggelam, lalu tidak mau menyentuh kolam. Kita tidak bisa bilang, 'yang penting cemplung dulu, alami dulu airnya', karena itu bukan penjelasan, bukan jaminan yang meyakinkan. Kita bisa mengajarkan teori ke mana-mana seperti anatomi, berat jenis, dan lain-lain yang meyakinkan bahwa kita bisa mengapung kalau kita tetap tenang dan mengatur nafas, sebabnya karena begini-begitu. Setelah yakin, adalah mungkin bahwa orang itu bisa memiliki dorongan dan keberanian untuk cemplung lagi ke kolam. Tidak ada aplikasi teori pengukuran berat jenis waktu berenang, tidak ada pengamatan anatomi waktu berenang, yang ada hanya mengikuti instruksi saja. Namun apakah teori tidak berguna?
Yang bro morph maksud, menurut saya adalah yang saya sebut 'teori salah', yaitu teori yang tidak tepat guna, seperti anak TK belum kenal angka, dikasih perkalian matriks, akhirnya jadinya hafalan bukan pengertian operasinya. Karena penyampaian tidak tepat, ia mengerti dengan salah, dan otomatis menerapkannya dengan salah. Baik 'teori salah' dan 'praktik salah', keduanya adalah tidak bermanfaat.
berlawanan dengan pendapat anda, menurut saya orang yang skeptik atau meragukan segala sesuatu justru lebih cocok untuk melakukan eksperimen dan praktik sendiri ketimbang mempelajari terlalu banyak teori secara mendetail. semua yang dibacanya dari buku juga sifatnya spekulatif dan bisa salah. bisa saja dia sudah merasa yakin dengan sebuah teori ini tidak merugikan, begitu dipraktekkan ternyata kenyataannya berbeda. seseorang yg skeptik itu seharusnya open, netral, tidak ada prasangka atau prejudice apapun...
dalam analogi belajar berenang tadi, saya tidak menyebutkan "langsung nyebur", saya hanya menyebutkan "basah". demikianlah tahap-tahap belajar berenang. si praktisi mulai bereksperimen, mengalami apa itu air, apa itu basah, menyentuh air dengan tangan dan kakinya, merasakan dinginnya air. setelah mendapat pengalaman kecil ini, si praktisi mendapatkan sedikit kesimpulan mengenai sifat2 air dan bagaimana aksi tubuh mempengaruhi air. dia mulai masuk ke tempat dangkal, merasakan berjalan di air dangkal, sedikit lebih dalam, merasakan air yg bergerak akibat kayuhan tangan dan kaki, merasakan beratnya gerakan tangan, merasakan tubuh yang "ringan", mengalami rasanya meniupkan nafas di dalam air, mengalami rasanya mencelupkan kepala di air, dst dst...
saya merasa demikian pula dengan meditasi. sedikit demi sedikit bereksperimen, si praktisi mengambil kesimpulan kecil-kecilan (namun tidak melekati), bereksperimen, mengambil kesimpulan, eksperimen, mengambil kesimpulan. sebuah proses mengamati dan belajar yang terus-menerus, mengalami transformasi batin dari yang terkecil sampai kepada yang lebih tinggi. tidak melekat dan terus praktik.
mohon anggap ini sebagai diskusi, karena saya sendiri juga tidak bisa memastikan kebenarannya untuk semua orang. apa yg saya tulis di atas adalah hasil pengalaman sendiri, hasil wawancara dari beberapa teman meditator, yg berhasil maupun yg tidak. dari sana ada pola yang bisa saya simpulkan, pola yang konsisten, yg sudah saya share di atas.
mungkin saja anda benar, yg berbahaya adalah teori yg over dosis, yang dihafalkan secara membuta. kalo menurut saya, apabila seseorang mempelajari terlalu banyak teori, secara otomatis, tanpa sadar, batinnya akan mengingat-ingat, mengantisipasi dan proses mencocok-cocokkan akan berlangsung sewaktu bermeditasi.