Ceramah kali ini diisi oleh seorang romo... (maap lupa namanya...)
Lebih kurang begini isinya:
tadi... dalam meditasi kita berdoa,
kita berdoa kepada Tuhan yang maha esa
Siapakah Tuhan buddhist ?
Siapa lagi kalau bukan Sang Hyang Adi Buddha
CMIIW (lagi nih...
)
1. Dalam Buddhist kalo saya gak salah yang di panggil dengan sebutan "Romo" itu ditujukan kepada seseorang yang sudah di'baptis' sebagai Panditta. Nah setahu saya syarat & ketentuan seseorang untuk bisa menjadi Panditta itu adalah berdasarkan sila-sila dalam Buddhisme yang telah dapat dia laksanakan (dilihat dari mana dan oleh siapa???) bukan berdasarkan lulus ujian mengenai pengetahuan Buddha Dharma nya (seperti orang yang menuntut ilmu di lembaga pendidikan). Jadi sebenarnya siapapun bisa dengan mudah menjadi Romo (dengan catatan dia berjanji untuk mentaati sila-sila dalam Buddhisme), karena setahu saya belum ada aturan baku dalam Buddhisme yang dijadikan sebagai tolok ukur seseorang dapat di Tisarana ataupun jadi Panditta. (CMIIW)
2. Kadang di Vihara2 atau Cetya2 ada saatnya kekurangan orang untuk mengisi ceramah Dharma seusai kebaktian, jadi dari pada gak ada, ya siapa yang hadir yang dianggap lebih senior itulah yang diminta untuk mengisi ceramah, padahal pengetahuan Dharma yang bersangkutan sendiri mungkin belumlah dalam.
3. atau ada kondisi2 lainnya.
Nah kalau benar apa yang saya katakan diatas, jadi tidaklah heran kenapa masih terjadi hal yang Mbah Menyan alami tersebut, itu artinya Mbah datang tidak pada waktu dan tempat yang benar.
Kalau tidak salah, Bhante Upasseno besok tgl. 11 November 2007 jam 10:00 wib kan ada ceramah dharma di Ekayana, saran saya ada baiknya Mbah Menyan hadir dan sampaikan masalah diatas untuk bisa di bahas di forum pada saat itu, minimal bisa sedikit meluruskan yang salah. (bagi orang yang menganggap salah).
Sedikit OOT :
IMO : Akar permasalahan Buddhisme (terutama di Indonesia) sebenarnya bukan pada ajaran sekte tertentu yang tidak benar, dll. Kita harus bijaksana memandang, sebenarnya yang disebut Buddhist itu yang bagaimana? menurut saya ada 2 kelompok Buddhist di Indonesia bahkan dunia yaitu : 1. Buddhist yang betul2 mempelajari Buddha Dharma dan telah 'melek' Buddha Dharma, 2. Buddhist Tradisi (Buddhist KTP), sering dalam diskusi/debat kita memojokkan umat dari aliran sekte tertentu yang masih begini, begitu, bla bla bla...., kalau kita lihat kenyataannya, hanya ada berapa % sih yang tergolong kelompok 1? jadi tidak bisa kita men-generalisir (pukul rata) bahwa Buddhist dari aliran anu menyimpang tuh dari ajaran, contoh gamblangnya : umat mahayana sering dikatakan (dalam thread2 di DC) membaca mantra/doa2 meminta para Boddhisattva-nya untuk datang menolong dan mengabulkan permintaannya, dll. Nah seharusnya sebelum mengeluarkan pandangan seperti diatas, kita harus tahu dulu Mahayanist yang mana yang melakukan hal tersebut, apakah yang dimaksud adalah yang dari kelompok 1? sebab yang saya tahu, Vihara2 Mahayana saja sudah mulai mengurangi secara bertahap ritual2 yang berbau tradisi, tapi tentunya tidak bisa secara ekstrim menghapus semua yang berbau tradisi, ini dikarenakan umatnya kan masih banyak yang kelompok 2, sehingga harus diarahkan secara bertahap (ini sekedar contoh dari yang saya tahu, saya sendiri bukan seorang yang sektarian). Jadi harus bisa dibedakan dulu yang mana yang menjalankan sesuai AJARAN dan yang mana cuma menjalankan TRADISI.
Agama Buddha juga terdiri dari berbagai aliran / sekte, dan masing2 mempunyai cara pandang dan keyakinan yang berbeda juga tapi tujuan akhirnya adalah satu yaitu NIBBANA, jadi menurut saya, masing2 orang punya hak nya sendiri untuk menjalankan sesuai yang diyakininya, oleh sebab itu sebaiknya jangan kita melecehkan pihak manapun, bahkan sebaiknya kita pun jangan melecehkan agama orang lain (apalagi cuma aliran / sekte yang masih sama2 Buddhist). (Mohon maaf kalau dalam contoh2 yang saya berikan terdahulu ada yang menyinggung agama lain.)
Mengenai kata "Sanghyang Adi Buddhaya" yang notabene hanya dipakai di Indonesia, setahu saya kata "Sanghyang Adi Buddhaya" ini 'terpaksa' diciptakan untuk dipakai di Indonesia agar dapat diakui sebagai agama yang sah oleh pemerintah (kalau tidak salah oleh pemerintah orde baru) karena dalam Pancasila Indonesia ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi ini tujuannya hanya sebagai menyesuaikan saja dengan peraturan pemerintah masa silam, seperti halnya kenapa ada aliran "Buddhayana" yang juga hanya ada di Indonesia, yang saya tahu ini juga bertujuan untuk bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia yang begitu majemuk dan karena itulah ajaran Buddha bisa dengan susah payah dikembangkan sampai kepelosok-pelosok kampung di Indonesia dalam hal ini masyarakat pribumi yang ada di kampung-kampung (Untuk membahas ini mungkin ada baiknya dibuka thread baru dan diharapkan rekan2 yang mempunyai pengetahuan tentang hal ini menyumbangkan pengetahuannya). Jadi ada baiknya, sebelum kita berpandangan salah tentang sebuah aliran, sebaiknya kita juga mempelajari terlebih dahulu sejarah panjang tentang bagaimana Agama Buddha bisa exist di Indonesia, termasuk harus tahu dan menghargai Tokoh Pelopor Kebangkitan Agama Buddha Di Indonesia.
Mengenai TRADISI, menurut saya ada juga tradisi2 yang perlu dipertahankan untuk menunjukkan kekayaan BUDAYA bangsa kita, yang menjadi ciri khas bagi masing2 etnis yang ada.
Sekali lagi semua opini diatas saya coba sharing disini bertujuan untuk membuka wawasan kita agar lebih baik, tolong koreksi jika ada yang salah atau kurang berkenan, dalam setiap posting saya, tidak bermaksud menyinggung siapapun, terima kasih.
SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA
SADHU, SADHU, SADHU.