Oleh Bhante Sri Subalaratano Mahathera.
Satu pengalaman yg saya alami akan saya paparkan di bawah ini. Sebuah peristiwa terjadi pd thn 1985, ketika saya bervassa di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama, Batu, Malang. Mengapa saya bervassa di Malang? Krn pd waktu itu Perguruan Buddhis Silaparamita, Jakarta baru pindah ke lokasi yg baru dan belum membangun Kuti. Selama masa Vassa tsb di Vihara Padepokan Dhammadipa Arama, saya ditemani oleh Bhante Uttamo. Setelah selesai upacara pavarana, pd akhir masa vassa, Vihara Dhammadipa Arama mengadakan Upacara Kathina. Byk umat Buddha yg hadir, dr kota Malang dan sekitarnya bahkan jg ada yg datang dr Surabaya. Sesuai dgn rencana, setelah upacara Kathina, saya akan kembali ke Jakarta. Pd malam hari selesai upacara tsb, terjadilah satu peristiwa yg tak terlupakan. Pd waktu itu, ada umat yg bermalam di Vihara, yaitu Sdr. Hendra Azhadi dr Bogor dan Ibu Khemavati bersama saudaranya dr Surabaya.
Ketika malam sdh larut, sekitar pukul 2, saya mendengar ada orang ber-cakap2 sehingga saya terbangun. Setelah saya perhatikan ternyata Bhante Uttamo sedang bicara dgn seseorang. Perkiraan saya saat itu, mungkin ada penjaga keamanan malam yg sedang meronda ke Vihara. Terdorong ingin mengetahui lbh jelas, saya membuka pintu Kuti. Begitu pintu terbuka,saya mendengar orang membentak dgn keras : "Awas, jgn ikut campur!" dan "Bruuk" sebuah batu bata melayang ke arah saya dan mengenai pintu kamar sehingga batu batanya masuk ke dalam Kuti.