Apakah Chinese=Buddhis? bagaimana menurut anda dengan orang jawa yang Buddhis dan orang batak yang Buddhis? mohon dijawab
Saya ikut urun pendapat ya...
Memang benar, saya sepakat, sebenarnya secara universal dan obyektif tidak ada korelasi antara Tionghoa dengan Buddhisme. Buddhisme sendiri kan asalnya dari India. Meski demikian, saat ini India dan Buddhisme bukanlah dua kategori yang selalu sejalan. India bukan Buddhisme dan Buddhisme bukan India.
Namun, saya paham betul persoalan yang diangkat oleh bluez_icezz. Hal ini dikarenakan walau Buddhisme tidak selalu berarti penganutnya adalah Tionghoa, namun di Indonesia, orang Tionghoa selalu identik dengan Buddhisme. Buddhisme seringkali dianggap sebagai agamanya orang Tionghoa, selain Konghucu dan Taoisme. Anggapan demikian muncul bukan karena kesalahkaprahan belaka, namun muncul dari realitas sosial yang didasarkan oleh fakta sejarah.
Di Nusantara, sejak berakhirnya Majapahit, yaitu berarkhirnya kerajaan penganut Buddha-Siwa, hingga era Republik Indonesia, boleh dibilang yang memeluk agama Buddha rata-rata adalah Tionghoa. Kecuali beberapa suku Tengger dan beberapa aliran di Bali yang menganut ajaran Buddha-Siwa yang snkretis, hampir semuanya penduduk lokal adalah penganut Islam, Hindu, agama lokal atau menganut agama yang dibawa oleh penjajah. Agama Buddha sendiri dengan sendirinya tidak memiliki massa penganut di kalangan warga penduduk lokal. Dalam kondisi ini, hanya satu pendatang yang dikenal sebagai penganut Buddhisme, meski disinkretiskan dengan ajaran Konfuciusime dan Taoisme, yaitu: Tionghoa.
Hal ini terus berlangsung hingga munculnya RI, Orde Lama hingga Orde Baru. Kalau kita lihat para pelopor awal di Indonesia yang mencoba membangkitkan kembali Buddhisme semuanya adalah keturunan Tionghoa. Bahkan sebagian besar umat dan aktivis vihara berasal dari kalangan Tionghoa. So, hampir semua tokoh Buddhis di Indonesia adalah orang Tionghoa. Maka tidak heran, dapat dikatakan Buddhisme di Indonesia identik dengan orang Tionghoa. Dalam hal ini, orang Tionghoa adalah basis massa mayoritas dari Buddhisme. Hal tersebut adalah fakta yang sulit dibantah.
Namun, jika penganut Buddhisme generasi masa kini mati-matian menolak hubungan relasi antara Buddhisme dan Tionghoa, hal tersebut juga tidak salah. Buddhisme memang bukan Tionghoa dan Tionghoa memang bukan Buddhisme. Penolakan ini, lebih dikarenakan usaha Buddhisme untuk merambah ke penganut yang lebih luas dan melepaskan diri dari citra Buddhisme sebagai agama eksklusif orang Tionghoa. Oleh karena itu, usaha ini pantas dihargai. Kendati demikian, umat Buddhis tidak boleh melupakan sejarah bahwa orang Tionghoalah adalah basis massa yang paling awal dari keberadaan Buddhisme modern di Indonesia. Semakin rontoknya basis massa orang Tionghoa, yang sebenarnya adalah penyokong utama Buddhisme di Indonesia, akan berpotensi pada melemahnya eksistensi Buddhisme di Indonesia. Padahal, penyebaran Buddhisme di kalangan penduduk lokal masih berjalan sangat sulit dan pelan, yang semakin hampir mustahil dengan menguatnya Islam politik di Indonesia yang terus menerus menghambat perpindahan agama pemeluk Islam dan mempersulit pendirian tempat ibadah. Sedangkan, di perkotaan, basis massa utama Buddhis, yang sebagian besar adalah Tionghoa, mulai dirongrong dengan sangat sukses oleh agama lain yang mengincar basis massa yang sama.
Dalam hal ini, jika umat Buddha membiarkan hal ini terus berlangsung dan lebih sibuk membersihkan diri dari stereotype "Buddhis=Chinese" dan "Chinese=Buddhis" (meski rumusan yang terakhir tidak sama dengan yang pertama), maka berlahan-lahan Buddhisme di Indonesia akan semakin rontok jumlah pengikutnya. Contohlah umat Islam yang dengan cerdiknya mempertahankan persepsi "Islam=Pribumi" dan "Pribumi=Islam", sambil berlahan-lahan terus meng-Islam-kan yang non-Pribumi.
Oleh karena itu, menurut saya, keprihatinan bluez_icezz perlu dianggap sebagai sesuatu yang serius, bukan sebaliknya, diremehkan dan terus dipertanyakan dengan ketakutan mengkaitkan antara "Buddhis=Chinese". Jika kita prihatin dengan perkembangan Buddhadharma, maka sudah sewajarnya kita prihatin bersama menghadapi bergesernya imej dan perilaku nyata yang terjadi di masyarakat terkait Buddhadharma.